Pertanian

Biji Kakao: Sejarah, Produksi, Pemosresan, Produksi Dunia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Biji kakao atau biji cokelat adalah biji buah pohon kakao (Theobroma cacao) yang telah melalui proses fermentasi dan pengeringan dan siap diolah. Biji kakao ini terkenal sebagai bahan dasar dari pembuatan cokelat, meskipun biji ini juga dapat diolah menjadi produk lain, seperti masakan tradisional Mesoamerika bernama tejate.

Buah kakao memiliki kulit yang tebal, sekitar 3 cm. Daging buahnya yang disebut pulp tidak dimanfaatkan. Pulp ini mengandung gula dan membantu proses fermentasi biji kakao. Setiap buah kakao mengandung biji sebanyak 30-50 biji. Warna biji sebelum proses fermentasi dan pengeringan adalah putih, dan lalu berubah menjadi keunguan atau merah kecoklatan. Kecuali satu varietas dari Peru yang warna bijinya tetap putih meski telah melalui proses fermentasi dan pengeringan. Pohon kakao dapat dibudidayakan di dalam hutan sehingga menjadikan biji kakao sebagai hasil hutan non-kayu.

Sejarah

Pohon kakao merupakan tumbuhan asli benua Amerika, tepatnya di kaki pegunungan Andes di basin sungai Amazon dan Orinoco, Amerika Selatan. Meski demikian, kemungkinan pohon kakao pernah tersebar luas hingga ke Amerika Tengah. Sebuah kerajinan tangan dari tanah liat bertanggal 1400-1500 SM yang ditemukan di lokasi penggalian situs arkeologi terdapat residu endapan yang mememperkuat hal tersebut. Selain itu, daging buah coklat (pulp) yang manis difermentasikan untuk membuat semacam minuman. Biji coklat juga menjadi mata uang ketika itu.

Kakao merupakan komoditas penting masyarakat MesoAmerika sebelum kedatangan Colombus. Hernán Cortés pada masa penaklukan Meksiko, menceritakan bahwa Moctezuma II, raja Aztec selalu minum coklat yang diberi vanilla dan rempah-rempah untuk menemani makan malamnya. Diperkirakan raja meminum sekitar 60 porsi coklat setiap harinya, dan sebanyak 2000 porsi oleh para anggota keluarga bangsawan di lingkungan kerajaan. Theobroma yang menjadi nama genus dari pohon coklat memiliki makna "makanan para dewa".

Coklat diperkenalkan ke Eropa oleh penjelajah Spanyol dan menjadi minuman yang terkenal di pertengahan abad ke 17.Tumbuhan coklat lalu dibawa dan dibudidayakan ke wilayah jajahan bangsa Eropa seperti Asia Tenggara dan Afrika Barat.

Produksi

Pohon kakao tumbuh di kondisi iklim tropis yang panas, umumnya di rentang lintang 20 derajat dari khatulistiwa. Buah pohon kakao tidak mengenal musim; pohon ini berbuah dan dapat dipanen sepanjang tahun. Hama yang paling sering muncul adalah serangga dari famili Miridae dan fungi dari genus Phytophtora.

Buah coklat yang belum matang memiliki warna yang cerah, biasanya hijau, merah, atau ungu. Ketika sudah matang, buah ini berwarna kekuningan hingga jingga. Buah ini muncul secara langsung dari batang pohonnya, mirip buah nangka. Hal ini memudahkan pemanenan karena buah tidak muncul di tempat yang tinggi. Dan pohon ini berbuah sepanjang tahun. Pemanenan dilakukan dengan pisau yang tajam dan harus hati-hati agar tidak melukai batang karena bunga coklat dapat tumbuh di tempat yang sama. Diperkirakan satu orang tenaga kerja dapat memanen sekitaar 650 per hari.

Pemrosesan

Buah kakao setelah dikupas kulitnya dibuang. Lalu biji yang masih terbungkus pulp ditumpuk bersama dalam wadah selemaka beberapa hari untuk fermentasi. Proses fermentasi akan menghasilkan panas dan menyebabkan pulpnya "mencair". Beberapa negara memanfaatkan cairan pulp ini untuk menghasilkan minuman beralkohol. Laju fermentasi dan pengeringan amat tergantung pada kondisi lingkungan. Satu kilogram biji coklat mengandung sekitar 880 butir biji coklat. Sedangkan satu buah coklat memiliki berat sekitar 400 gram dan menghasilkan antara 35-40 gram biji kering. Diperkirakan satu buruh tenaga kerja dapat memisahkan sebanyak 2000 biji coklat dari buahnya per hari.

Biji coklat tidak hanya dijadikan coklat. Di Amerika Tengah, biji coklat menjadi bahan baku berbagai makanan. Resep minuman coklat pun beragam.

Produksi dunia

Ada tiga varietas utama tanaman coklat, yaitu Forastero, Criollo, dan Trinitario. Yang paling banyak ditanam adalah Forastero yang menghasilkan lebih banyak dan lebih tahan hama dibandingkan varietas lainnya, namun coklat dari varietas Criollo memiliki kualitas lebih baik. Produsen coklat Criollo terbanyak adalah Venezuela. Trinitario merupakan hibrida dari keduanya.

Importir biji kakao terbanyak adalah Belanda, dan juga merupakan pintu masuk biji kakao untuk didistribusikan ke Eropa daratan. Terdapat setidaknya 3.54 juta ton biji kakao diproduksi pada musim 2008-2009. Afrika memproduksi sebanyak 2.45 juta ton dari total tersebut. Pantai Gading dan Ghana merupakan produsen coklat terbanyak di dunia; kombinasi keduanya menyumbang setengah produksi dunia.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Biji Kakao: Sejarah, Produksi, Pemosresan, Produksi Dunia

Pertanian

Pacu Produksi Padi Banten, Ditjenbun Kementan Tanam Padi Gogo di Lebak dan Serang

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen dan memacu para petani untuk meningkatkan produksi padi nasional, tak hanya di lahan pertanian tetapi juga di lahan-lahan perkebunan.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan, Heru Tri Widarto melakukan dua kali tanam padi di dua kabupaten di Banten sekaligus pada Jumat (22/3/2024).

Pertama bersama Kelompok Tani Tunas Jaya di Desa Cilangkahan, Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak, Banten. Kedua dengan Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten.

"Tanam padi ini merupakan solusi strategis dalam menghadapi tantangan dampak akibat El Nino dan darurat pangan yang dihadapi petani maupun masyarakat luas. Jadi diharapkan hasil dari produksi ini nantinya bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional," ujarnya dalam siaran persnya, Sabtu (23/3/2024).

Heru menambahkan, lahan yang ada harus dioptimalkan lewat Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). Program ini bisa dilakukan dengan tanamanan padi maupun jagung atau pagi gogo.

Dia mengatakan, wilayah Banten memiliki potensi besar untuk dilakukan penanaman padi gogo. Pasalnya kondisi lahan di Banten dan budaya masyarakatnya lebih sesuai untuk di tanam padi, sedangkan lahan di wilayah lain lebih cocok ditanam jagung

"Jadi tak hanya sekadar lestarikan maupun pelihara tanam padi saja, tapi juga berperan penting menyediakan pangan untuk masyarakat," ujar Heru.

Selain itu, kata dia, Banten juga merupakan salah satu produsen padi peringkat delapan nasional.

Dengan adanya tanam padi gogo ini, Banten diharapkan bisa memperoleh peringkat lebih baik lagi, apalagi padi gogo lebih tahan cuaca ekstrim sehingga cocok untuk kondisi iklim saat ini.

Untuk diketahui, target luas areal tanam padi gogo di Kabupaten Pandeglang seluas 15.000 hektar (ha), Kabupaten Lebak 15.000 ha, sedangkan Kabupaten Serang seluas 233 ha.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten telah mengeluarkan surat untuk memberikan usulan jumlah calon penerima dan calon lokasi (CPCL)—penerima bantuan benih dan lokasi penanaman padi gogo—sampai Kamis (21/3/2024).

Rincian usalannya adalah Kabupaten Pandeglang sebanyak 2.522 ha, Kabupaten Lebak seluas 4.048 ha, dan Kabupaten Serang seluas 17 ha. Sisa target CPCL diharapkan dapat dicapai secara bertahap hingga April 2024.

"Ini tidak mudah dan tanggung jawab besar apalagi di tengah kondisi cuaca ekstrim dan darurat pangan saat ini. Harus segera dilakukan dan saling bersinergi demi mewujudkan ketahanan pangan nasional," ujarnya.

Heru berharap, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tiga kabupaten tersebut beserta seluruh pihak terkait dapat berpartisipasi aktif dalam mengidentifikasi potensi CPCL dan memverifikasinya. 

Setelah itu melalui Dinas Pertanian Kabupaten diajukan  ke Dinas Pertanian Provinsi Banten dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan secara berjenjang.

Agar semakin banyak kelompok tani yang ikut bergabung tanam padi gogo, penanaman juga dapat dilakukan di lahan kelapa dan perkebunan lainnya, tidak hanya di lahan sawit.

"Dengan demikian dampak dari El Nino terhadap pangan bisa teratasi, target tanam maupun panen dapat terealisasikan tepat waktu, serta terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Indonesia," kata Heru.

Untuk itu, lanjut Heru, dibutuhkan sinergi dan kontribusi aktif semua pihak, baik dalam berkoordinasi maupun pengawalan serta pengoptimalan pembinaan kepada pekebun.

Sebagai informasi, selain melakukan tanam padi gogo, Ditjebun Kementan  juga turut memberikan bantuan benih kelapa sebanyak 100 batang kepada kelompok tani di Kabupaten Serang.

"Diharapkan dengan adanya bantuan ini dapat membantu menambah pendapatan pekebun kedepannya," harap Heru.

Sumber: https://kilaskementerian.kompas.com/

Selengkapnya
Pacu Produksi Padi Banten, Ditjenbun Kementan Tanam Padi Gogo di Lebak dan Serang

Pertanian

Komoditas Teh: Sejarah, Jenis, Manfaat, Produsen Dunia, Produksi, dan Ekspor Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Katekin merupakan salah satu senyawa utama dari substansi teh dan paling berpengaruh terhadap mutu daun teh. Dalam pengolahannya, senyawa tidak berwarna ini, baik langsung maupun tidak langsung, selalu dihubungkan dengan semua sifat produk teh.

Kebanyakan produksi teh Indonesia berupa teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh yang mengalami oksidasi enzimatik dengan fermentasi penuh, sementara teh hijau dihasilkan dari pucuk daun teh yang tanpa melalui proses fermentasi atau tanpa oksidasi enzimatik.

Produksi teh di Indonesia tiap tahun sekitar 140.000 ton daun teh kering, sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan besar milik negara (40,8 persen), perkebunan swasta (22,7 persen), dan sisanya oleh perkebunan yang dikelola oleh rakyat.

Jawa Barat merupakan provinsi penghasil teh terbesar. Jabar berkontribusi sebanyak dua pertiga dari total produksi nasional, diikuti Jawa Tengah (12,5 persen), dan Sumatera Utara (7 persen). Sisanya tersebar di tujuh provinsi lain yang memiliki perkebunan teh.

Hampir separuh produksi teh nasional diekspor ke 62 negara yang menjadi tujuan ekspor teh Indonesia. Lima besar negara tujuan ekspor, yaitu Malaysia, Rusia, Amerika Serikat, China, dan Taiwan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak diekspor Indonesia. Jumlahnya mencapai 76 – 87  persen dari total volume ekspor teh, sementara sisanya teh hijau yang berkontribusi sekitar 12,5 persen terhadap total volume ekspor.

Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor teh dari 46 negara produsen teh dunia. Tiap tahun Indonesia mengimpor teh tak kurang dari 10.000 ton dengan nilai 23 juta dollar AS. Impor teh hitam menyumbang 78 persen dari volume impor, sementara 20 persennya disumbang dari teh hijau. Lima besar negara yang mengimpor teh ke Indonesia, yakni Vietnam, Malaysia, Kenya, Thailand, dan Kenya.

  • Sejarah

Tanaman teh (Camellia sinensis) memiliki sejarah panjang hingga menjadi minuman terpopuler di dunia selain komoditas kopi. Tanaman teh pertama kali ditemukan di Tiongkok, tepatnya di Provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok. Iklim Yunnan yang tropis dan subtropis, yaitu hangat dan lembap menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh.

Catatan sejarah menyebut, teh pertama kali ditemukan di China oleh Kaisar Shen Nong pada tahun 2373 sebelum Masehi. Penemuan itu terjadi saat Shen Nong berkeliling mencari tanaman obat baru. Saat merasa tak enak badan, Shen Nong memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Kaisar pun merebus air untuk melepas dahaga. Beberapa helai daun jatuh ke dalam minumannya. Alih-alih membuang daun yang jatuh, Shen Nong tetap meminumnya. Tak lama, Shen Nong merasa badannya membaik setelah minum air dengan daun yang punya rasa sedikit pahit, tapi kaya nutrisi tersebut.

Sejak saat itu, Shen Nong memperkenalkan minuman yang diseduh dengan daun tersebut. Minuman itu jadi minuman khusus untuk Istana Kekaisaran. Minuman dengan campuran daun teh inilah yang kemudian disebut sebagai asal mula teh. 

Teh awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan sejak abad ke-8 SM. Orang-orang Tiongkok pada waktu itu mengunyah teh dan menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan masakan.

Dalam perkembanganya, minuman teh semakin dikenal luas masyarakat. Beberapa abad kemudian, minum teh dilengkapi dengan berbagai ritual dan melekat dengan kebudayaan masyarakat China. Teh juga digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat.

Teh kemudian menyebar tidak hanya di China, melainkan hingga ke Jepang dan Korea. Orang China yang bepergian ke luar negaranya ikut membawa teh bersama mereka ke banyak negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

Di Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Tiongkok yang menjangkau setiap aspek masyarakat. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang. Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam upacara teh Jepang (Cha-no-yu atau air panas untuk teh).

Budaya mengonsumsi teh yang sudah dilakukan di Tiongkok dan Jepang kemudian menyebar ke  Eropa.  Budaya teh dibawa oleh para misionaris Eropa yang pulang ke negaranya setelah mereka tinggal beberapa waktu di Asia. Mereka membawa budaya teh ke daratan Eropa pada abad ke-17. Teh pun kemudian menyebar dan makin populer ke seluruh Eropa dan bahkan jadi kebiasaan baru orang-orang Eropa. Masyarakat Eropa sangat menggemari teh dan konsumsi teh pun meningkat pesat. Teh pun menjadi bagian dari masyarakat di Eropa dan ragam kombinasi konsumsi teh pun disajikan di restoran dan kedai minuman.

Di Indonesia, bibit tanaman teh pertama kali masuk dibawa dari Jepang oleh ahli botani dari Jerman, Andreas Cleyer pada 1664 dan ditanam sebagai tanaman hias di Batavia (kini Jakarta). Pada 1827, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian membudidayakan teh dalam skala besar di Kebun Percobaan Cisurupan, Jawa Barat. Pemerintah Hindia Belanda mendatangkan bibit teh dari Tiongkok dalam jumlah banyak untuk ditanam di kebun percobaan itu.

Selanjutnya, teh mulai berkembang di Jawa. Teh menjadi salah satu tanaman yang wajib ditanam oleh rakyat melalui politik Cultuur Stelsel (1830). Rakyat dipaksa menanam teh di tanah milik sendiri atau sewaan dan ketika panen akan dibeli oleh Belanda untuk mengisi pundi-pundinya.

Sejak saat itu, teh menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hingga tahun 1841, luas kebun teh di Jawa ada 2.129 hektare. Lima tahun kemudian, luasnya meningkat menjadi 3.193 hektare. Masa tanam paksa ini berakhir tahun 1870 setelah pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan liberalisasi ekonomi dengan berlakunya Undang-Undang Agraria.

Pemberlakuan undang-undang ini mengubah Priangan (sekarang Jawa Barat) menjadi daerah tambang “emas hijau”. Sejak itu, perkebunan teh mulai dikembangkan di wilayah Bandung dan memunculkan perusahaan-perusahan swasta besar yang mengelola perkebunan teh dalam skala besar.

Penanaman teh terus berlanjut dalam skala yang lebih besar di seluruh penjuru Hindia-Belanda, terutama di Pulau Jawa, meliputi Bandung, Subang, Bogor, Garut, Purwakarta, dan Banyuwangi. Pabrik-pabrik pengolahan teh pun mulai didirikan, seiring dengan semakin banyaknya perkebunan teh yang dibangun. Teh dianggap sebagai komoditas yang menguntungkan kala itu. Sejak saat itulah, masyarakat pribumi mulai mengenal tanaman teh yang kian populer dalam kehidupan sehari-hari hingga sekarang.

Hingga saat ini, teh yang banyak diproduksi di Indonesia adalah teh hitam dan hijau. Indonesia tercatat sebagai negara penghasil teh terbesar ke-8 di dunia dengan produksi tiap tahun sekitar 150.000 ton dan tercatat sebagai eksportir ke-5 teh hitam dunia.

  • Jenis teh

Teh yang berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis) dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan cara pemrosesannya sebelum dan setelah dipetik dari pohon, yakni teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Teh hitam atau Black Tea adalah jenis teh yang paling banyak diproduksi dan diekspor di Indonesia. Bahkan, negara ini tercatat sebagai negara pengekspor teh hitam terbesar ke-5 di dunia.

Teh hitam diolah melalui proses fermentasi enzimatis yang tidak menggunakan mikroba dalam proses fermentasinya. Fermentasi yang terjadi menggunakan enzim fenolase yang telah terkandung dalam teh dan mengoksidasi katekin menjadi senyawa antioksidan teaflavin dan tearubigin.

Fermentasi pada teh hitam dikaregorikan sebagai fermentasi penuh karena prosesnya yang lebih lama dan kompleks daripada jenis teh yang lain. Proses pembuatan teh hitam dilakukan pertama kali adalah pelayuan selama 14 – 24 jam pada suhu ruang yang kemudian daun digulung dan dipelintir untuk melepaskan enzim alaminya.

Setelah proses penggulungan, daun disimpan pada tempat yang dingin dan lembab untuk dilakukan fermentasi dan oksidasi dengan bantuan oksigen dan enzim fenolase selama 1 hingga 2 hari. Proses fermentasi ini sangat menentukan kualitas warna dan rasa teh hitam. Kemudian, teh yang telah difermentasi dikeringkan melalui proses pengovenan atau penjemuran untuk menghentikan proses oksidasinya dan selanjutnya dikemas untuk disimpan atau dipasarkan.

Teh hitam yang dihasilkan biasanya berdaun hitam dengan aroma khas teh yang kuat, dan setelah diseduh akan berwarna merah hingga merah kehitaman dengan rasa teh yang cenderung asam atau pahit beraroma khas teh.

Jenis teh berikutnya adalah Teh Oolong/Oolong Tea yang dihasilkan melalui pengolahan secara semi fermetasi. Teh ini melewati proses fermentasi tetapi dihentikan sesegera mungkin melalui pemanasan setelah proses penggulungan daun.

Pada proses pengolahan, teh oolong pertama-tama dilakukan dengan melayukan daun di bawah sinar matahari selama kurang lebih 1 hari, kemudian daun dilakukan proses penggulungan agar terjadi proses fermentasi enzimatis. Setelah daun terpapar udara, warna daun akan berubah menjadi lebih gelap dan proses fermentasi telah terjadi. Daun teh yang telah berwarna gelap itu lalu segera dipanaskan untuk menghentikan proses fermentasi dan dikeringkan.

Daun teh oolong pada umumnya berwarna hitam dengan bentuk bulat menggumpal serta memiliki rasa dan aroma yang khas. Aromanya lebih ringan dibanding teh hitam, tetapi lebih pekat daripada teh hijau.

Adapun Teh Hijau/Green Tea dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi. Teh jenis ini dibuat dengan cara menginaktifkan enzim fenolase yang ada pada pucuk daun teh segar setelah proses pemanenan dengan cara pemanasan saat baru dipetik. Pemanasan biasanya dilakukan dengan cara udara kering (disangrai atau dioven) dan pemanasan menggunakan uap panas.

Proses pemanasan daun teh akan memberikan aroma dan rasa teh yang berbeda-beda. Pemanasan daun teh dengan uap panas akan memberikan warna teh dan seduhannya yang lebih hijau terang dengan rasa dan aroma yang ringan, sedangkan pada proses pemanasan metode oven atau sangrai akan memberikan warna dan seduhan cenderung lebih gelap dan memiliki rasa dan aroma smoky serta creamy.

Jenis teh lainnya, Teh Putih, dihasilkan dari pucuk daun teh yang tidak melalui proses fermentasi sama sekali, sama seperti teh hijau. Pucuk daun yang sudah dipanen segera dilakukan pemanasan dan pengeringa melalui penguapan. Jenis teh ini merupakan teh premium yang harganya terbilang mahal dibandingkan jenis lain.

Teh putih dihasilkan dari kuncup-kuncup daun muda yang masih ditutupi oleh rambut-rambut putih halus. Daun teh jenis ini memiliki kandungan senyawa antioksidan katekin yang lebih tinggi dibanding jenis teh lainnya. Itu diperoleh dari proses pengolahannnya yang singkat sehingga khasiat dari teh putih juga lebih baik dibanding jenis teh lainnya. Daun teh putih berwarna putih kecoklatan dengan aroma teh yang khas, dan ketika diseduh rasa dan aroma dari teh putih sangatlah ringan serta berwarna bening sedikit keruh.

  • Manfaat teh

Dalam secangkir teh, terdapat beberapa zat utama yang bermanfaat bagi kesehatan. Zat itu, antara lain, polifenol berupa katekin dan flavanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh juga ampuh mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh

Dalam satu cangkir teh juga mengandung vitamin E sebanyak sekitar 100 – 200 IU. Jumlah kandungan vitamin E itu merupakan kebutuhan satu hari bagi tubuh manusia. Vitamin E berfungsi menjaga kesehatan jantung dan membuat kulit menjadi halus.  Teh juga mengandung vitamin C yang  berfungsi sebagai imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan yang diperlukan untuk ketahanan tubuh manusia terhadap penyakit.  Sementara Vitamin A yang ada pada teh berbentuk betakaroten yang diperlukan tubuh.

Dengan mengonsumsi teh secara rutin, setidaknya ada lima manfaat bagi kesehatan. Yang pertama, yakni mencegah risiko diabetes. Rutin mengonsumsi teh akan menjauhkan seseorang dari risiko terkena diabetes tipe 2. Jenis teh yang sangat baik untuk dikonsumsi untuk mencegah diabetes adalah teh hijau dan teh hitam tanpa pemanis. Kedua jenis teh tersebut berkhasiat untuk meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat menurunkan risiko diabetes.

Manfaat kedua, yakni meningkatkan konsentrasi. Kandungan kafein dalam teh bermanfaat untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi pada seseorang. Kafein bekerja dengan cara mengalir melalui pembuluh darah dan merangsang kinerja sistem saraf pusat, sehingga dapat melancarkan peredaran darah ke otak.

Manfaat teh berikutnya, yakni menjaga kesehatan rongga gigi dan mulut berkat kandungan antioksidan dalam teh. Dengan mengonsumsi teh secara rutin, maka dapat menurunkan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut, menurunkan risiko terkena karies gigi karena bakteri di dalam mulut telah dibunuh, serta mencegah bau mulut.

Mengonsumsi teh secara rutin bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Salah satu jenis yang direkomendasikan adalah teh hitam. Teh hitam berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah diastolik dan tekanan darah sistolik.

Manfaat utama lainnya, yakni kandungan antioksidan yang tinggi dalam daun teh mencegah pertumbuhan sel-sel kanker, sehingga mencegah risiko terkena kanker. Antioksidan bekerja dengan cara melawan radikal bebas yang menyerang sel-sel dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan sel tubuh yang menjadi penyebab kanker. Dengan mengonsumsi teh secara rutin, dapat mencegah risiko kanker sejak dini.

  • Produsen teh dunia

Data Food & Agriculture (FAO) menunjukkan, Tiongkok atau China memproduksi teh mencapai 2,97 juta ton pada 2020. Capaian tersebut menjadikan negara Tirai Bambu itu sebagai produsen teh terbesar di dunia yang dihasilkan dari lahan seluas sekitar 2,2 juta hektare.

India tercatat sebagai produsen teh terbesar kedua di dunia dengan menghasilkan teh sebanyak 1,42 juta ton dari luas lahan sekitar 621 ribu hektare. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh Kenya dengan produksi teh sebesar 569,5 ribu ton di lahan seluas 269,4 ribu hektare.

Berikutnya, produksi teh di Argentina dan Sri Lanka masing-masing sebesar 335,2 ribu ton dan 278,4 ribu ton.  Argentina dan Sri Lanka memiliki luas lahan perkebunan teh seluas sekitar 200 ribu hektare.

Turki menyusul di urutan berikutnya dengan produksi teh 255,1 ribu ton pada area seluas 84,8 ribu hektare, dan Vietnam menghasilkan teh sebesar 240,4 ribu ton. Jumlah itu menjadikan Vietnam sebagai negara pengahasil teh terbesar di Asia Tenggara.

Sementara Indonesia menempati posisi ke-8 sebagai produsen teh dunia. Indonesia pada tahun 2020 menghasilkan teh sebesar 138,3 ribu ton di area perkebunan 108,7 ribu hektare. Myanmar dan Thailand menyusul dengan produksi teh masing-masing 126,4 ribu ton dan 97,6 ribu ton. Myanmar memiliki area perkebunan teh seluas 89,8 ribu hektare.

  • Produksi Teh Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah produksi teh di Indonesia mencapai 136.800 ton pada 2022. Nilai tersebut turun 5,72 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 145.100 ton.

Melihat trennya, produksi teh nasional fluktuatif dan cenderung menurun dalam satu dekade terakhir. Kondisi itu terjadi seiring dengan menyusutnya luas perkebunan teh di dalam negeri yang disebabkan banyaknya alih fungsi lahan perkebunan teh menjadi bangunan. Di samping itu, para perusahaan perkebunan kerap mengganti teh dengan tanaman yang punya nilai jual lebih tinggi.

Provinsi Jawa Barat menjadi sentra produksi teh terbesar di Indonesia. Tahun 2022, provinsi itu menghasilkan 91.600 ton daun teh kering. Berikutnya, Jawa Tengah dengan produksi teh sebesar 17.600 ton. Produksi teh di Sumatera Utara berada di posisi ke-3 dengan 9.700 ton. Sedangkan, produksi teh di Sumatera Barat dan Jambi masing-masing sebanyak 5.800 ton dan 4.400 ribu ton menempatkan provinsi itu diurutan ke-4 dan ke-5.

Jawa Barat sendiri memiliki luas lahan perkebunan teh terbesar di Indonesia, yakni seluas 86.976 ha pada tahun 2021, menyumbang sekitar 77,62 persen dari perkebunan teh nasional. Sejalan dengan hal tersebut, produksi teh Jawa Barat merupakan yang terbesar secara nasional, yakni sebesar 89.218 ton pada tahun 2021, atau menyumbang 68,87 persen produksi teh nasional. Perkebunan teh di Jawa Barat banyak terdapat di daerah yang beriklim sejuk seperti di Bandung, Subang, Garut, dan Bogor.

Perkebunan-perkebunan teh di Indonesia biasanya dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (contohnya Perkebunan Nusantara). Meski demikian, beberapa perusahaan swasta juga mengelola perkebunan teh, antara lain, Kabepe Chakra dan Gunung Slamat. Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau.

  • Ekspor Teh

Hampir setengah dari produksi teh Indonesia diekspor keluar negeri. Pasar ekspor utamanya adalah Malaysia, Rusia, Australia, Inggris, dan Pakistan. Teh Indonesia yang diekspor terutama berasal dari perkebunan-perkebunan besar di negara ini, baik yang dimiliki negara maupun swasta. Perusahaan itu biasanya menghasilkan teh bermutu tinggi atau premium yang laku di pasar internasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor teh dari Indonesia pada 2021 mencapai 89,2 juta dollar AS dengan volume 42.654 ton pada 2021. Nilai ekspor teh Indonesia itu turun 7,43 persen dibandingkan pada 2020 yang sebesar 96,32 juta dollar AS. Sementara, volume ekspor teh itu turun 5,77 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2020, volume ekspor teh Indonesia tercatat sebanyak 45.265 ton.

Tahun 2021, nilai ekspor teh Indonesia paling besar ke Malaysia 7.467 ton atau sebesar 17,51 persen terhadap total volume ekspor teh Indonesia dengan nilai sebesar 11,7 juta dollar AS. Peringkat kedua adalah Russia dengan volume ekspor sebesar 6.674 ton atau menyumbang 15,65 persen dan nilai ekspornya sebesar 11,2 juta dollar AS.

Kemudian yang ketiga Amerika Serikat dengan kontribusi 7,89 persen dengan volume ekspornya sebesar 3.426 ton dengan nilai ekspor 5,9 juta dollar AS, sementara China dan Taiwan berada di posisi keempat dan kelima. Ekspor teh ke China pada tahun 2021 mencapai 2.381 ton atau sekitar 5,58 persen dengan nilai ekspor sebesar 4,1 juta dollar AS, sedangkan untuk Taiwan sebesar 2.217 ton atau 5,20 persen dengan nilai ekspor mencapai 4,5 dollar AS.

Jika dicermati lebih jauh, ekspor teh Indonesia fluktuatif dan cenderung menurun dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2017 volume ekspor teh Indonesia sebanyak 54.187 ton dengan nilai sebesar 114,2 juta dollar AS. Sementara ekspor tahun 2018 menurun sebesar 9,50 persen, yakni sebanyak 49.038 ton dengan nilai sebesar 108,5 juta dollar AS.

Pada tahun 2019 ekspor teh kembali menurun sebesar 12,70 atau menjadi 42.811 ton dengan nilai 92,3 juta dollar AS. Sementara pada tahun 2020  kembali meningkat 5,73 persen menjadi 45.265 ton dengan nilai 96,3 juta dollar AS .

Selama periode tahun 2017 – 2021, teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam sekitar 76 – 87 persen. Tercatat Pada tahun 2021 volume ekspor teh hitam mencapai 37.331 ton atau 87,5 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar 77,3 juta dollar AS. Sementara ekspor teh hijau pada periode tersebut cenderung menurun. Tercatat pada tahun 2021 volume ekspor teh hijau mencapai 5.323 ton atau 12,5 persen terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar 11,9 juta dollar AS.

Sumber: https://kompaspedia.kompas.id/

Selengkapnya
Komoditas Teh: Sejarah, Jenis, Manfaat, Produsen Dunia, Produksi, dan Ekspor Indonesia

Geodesi dan Geomatika

Kenali Topografi dan Asal-Usulnya

Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Februari 2025


Topografi, seni memahami dan menggambarkan rupa bumi, mengajak kita menjelajahi keanekaragaman bentuk dan fitur permukaan tanah. Ketika berbicara tentang topografi, kita bisa merujuk pada keindahan bukit-bukit yang menghijau, meandering sungai yang membelah, atau rincian jalan-jalan dan bangunan yang melintasi daerah tertentu.

Topografi bukan hanya sekadar uraian bentuk lahan atau medan, tetapi juga melibatkan unsur-unsur alami, buatan, dan budaya seperti jalan-jalan, batas tanah, dan bangunan-bangunan ikonik. Di Amerika Serikat, istilah topografi seringkali secara khusus merujuk pada relief, tetapi peta topografi USGS menawarkan lebih dari sekadar kontur elevasi; mereka mencatat jejak jalan, permukiman, struktur-struktur penting, serta berbagai detail lainnya.

Topografi, pada tingkat yang lebih spesifik, melibatkan pencatatan relief atau kontur medan dengan kualitas tiga dimensinya. Hal ini juga dikenal sebagai geomorfometri, yang kini melibatkan penghasilan data elevasi dalam bentuk digital (DEM). Representasi grafis dari bentuk tanah pada peta menggunakan berbagai teknik kartografi, seperti garis kontur, warna hipso-metrik, dan bayangan relief.

Kata "topografi" sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, dari kata "topos" yang berarti "tempat" dan "-graphia" yang berarti "penulisan." Dalam konteks literatur klasik, topografi merujuk pada penulisan rinci tentang suatu tempat atau sejarah lokal, tetapi istilah ini masih hidup dan digunakan dalam arti aslinya di beberapa wilayah di Britania Raya dan Eropa.

Topografi menjadi istilah yang melekat dalam survei dan pemetaan. Di Amerika, "Topographical Bureau of the Army" yang terbentuk selama Perang 1812, kemudian berkembang menjadi Corps of Topographical Engineers pada tahun 1838, telah memainkan peran kunci dalam pemetaan rinci. Meskipun istilah ini berkembang seiring waktu, topografi tetap menjadi istilah umum yang merangkum survei dan pemetaan rinci, baik di Amerika Serikat maupun di banyak negara lainnya.

Pada abad ke-20, konsep topografi juga merambah ke bidang lain, seperti ilmu medis, khususnya neurologi, di mana istilah ini digunakan untuk menggambarkan deskripsi permukaan dalam konteks yang lebih luas. Topografi, dengan esensi pemahaman dan pencitraan, terus menginspirasi eksplorasi dan pemahaman mendalam tentang planet kita yang penuh keunikan.

Banyak disiplin ilmu telah menggunakan topografi. Pemetaan otak dalam ilmu saraf dilakukan melalui bidang neuroimaging menggunakan metode seperti topografi EEG. Topografi kornea adalah metode yang digunakan dalam oftalmologi untuk memetakan kelengkungan permukaan kornea. Mikroskop gaya atom memetakan nanotopografi dalam rekayasa jaringan. Topografi mengacu pada lapisan luar struktur manusia. Kata "topografi" dalam matematika mengacu pada susunan atau pola objek pada peta, serta cara variabel (atau nilainya) didistribusikan dalam ruang.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Kenali Topografi dan Asal-Usulnya

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Integrasi Supplier Relationship Management (SRM): Tantangan dan Strategi Optimal dalam Rantai Pasokan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam persaingan bisnis global, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan keunggulan kompetitif. SRM memungkinkan perusahaan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok, mengoptimalkan biaya, serta meningkatkan transparansi dalam rantai pasokan.

Penelitian ini, yang dilakukan oleh Oghazi et al. (2016), mengeksplorasi bagaimana integrasi SRM antara produsen dan pemasok tingkat pertama dapat meningkatkan performa bisnis. Studi ini juga membahas hambatan utama dalam proses integrasi SRM serta strategi untuk mengatasinya.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan meninjau berbagai penelitian terdahulu serta wawancara mendalam dengan 5 perusahaan industri alat berat di Swedia. Fokus penelitian adalah bagaimana integrasi SRM diterapkan dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan.

Temuan Utama

1. Integrasi SRM dan Dampaknya pada Kinerja Bisnis

  • Integrasi SRM memungkinkan perusahaan menekan biaya hingga 20% dengan meningkatkan koordinasi dalam pengadaan dan logistik.
  • Hubungan jangka panjang dengan pemasok berkontribusi pada peningkatan keandalan pasokan hingga 30%, mengurangi risiko keterlambatan produksi.
  • Penerapan SRM yang baik meningkatkan fleksibilitas operasional, memungkinkan perusahaan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.

2. Hambatan dalam Implementasi SRM

Meskipun integrasi SRM memberikan banyak manfaat, studi ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama:

  • Kurangnya transparansi dan berbagi informasi antara produsen dan pemasok.
  • Perbedaan sistem teknologi menyebabkan kesulitan dalam integrasi data dan komunikasi antar perusahaan.
  • Kurangnya komitmen pemasok dalam mengikuti standar kualitas dan proses yang ditetapkan.
  • Tingginya biaya implementasi SRM, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah.

3. Strategi Optimal untuk Meningkatkan Integrasi SRM

Penelitian ini mengusulkan beberapa strategi untuk mengatasi hambatan dalam integrasi SRM:

  • Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi
    • Implementasi Supplier Portals dan ERP untuk mempercepat proses komunikasi dan evaluasi pemasok.
  • Mengembangkan mekanisme insentif bagi pemasok
    • Memberikan bonus atau kontrak eksklusif bagi pemasok yang berkinerja baik.
  • Meningkatkan kolaborasi dengan pemasok melalui pelatihan dan pengembangan
    • Program sertifikasi dan pelatihan bersama untuk meningkatkan pemahaman terhadap standar operasional perusahaan.
  • Menerapkan kontrak jangka panjang yang lebih fleksibel
    • Menyusun kesepakatan berbasis kinerja untuk memastikan komitmen pemasok terhadap standar kualitas dan efisiensi operasional.

Analisis dan Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi SRM memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi rantai pasokan. Perusahaan yang menerapkan SRM dengan baik mampu:

  • Mengurangi biaya pengadaan, meningkatkan profitabilitas dan daya saing.
  • Meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu pengiriman, mengurangi risiko gangguan operasional.
  • Membangun hubungan bisnis jangka panjang, yang menghasilkan stabilitas pasokan dan kolaborasi lebih baik.

Namun, agar integrasi SRM berhasil, perusahaan harus berinvestasi dalam teknologi digital, memperkuat komunikasi dengan pemasok, serta mengadopsi pendekatan berbasis data untuk evaluasi pemasok.

Kesimpulan

Integrasi Supplier Relationship Management (SRM) adalah langkah strategis yang dapat meningkatkan efisiensi rantai pasokan, mengoptimalkan biaya, dan memperkuat daya saing bisnis. Studi ini menegaskan bahwa penggunaan teknologi, transparansi data, serta pengelolaan hubungan jangka panjang dengan pemasok merupakan faktor kunci dalam keberhasilan SRM.

Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengatasi tantangan dalam integrasi SRM dan menciptakan rantai pasokan yang lebih tangguh dan efisien.

Sumber Asli:
Oghazi, P., Fakhrei Rad, F., Zaefarian, G., Mortazavi, S., & Lindh, C. (2016). Unity is Strength: A Study of Supplier Relationship Management Integration. Journal of Business Research, 69(11), 4804-4810.

 

Selengkapnya
Integrasi Supplier Relationship Management (SRM): Tantangan dan Strategi Optimal dalam Rantai Pasokan

Ilmu dan Teknologi Hayati

Karya Seni dan Budaya Lanskap

Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Februari 2025


Konsep lanskap melampaui aspek fisik untuk mencakup ekspresi budaya, intelektual, dan artistik yang memengaruhi persepsi dan pengalaman manusia di berbagai konteks geografis dan sejarah.

Lanskap secara mendalam diekspresikan dalam budaya Aborigin Australia melalui cerita Dreamtime, sering dikenal sebagai cerita Dreaming atau songlines. Cerita-cerita ini, disampaikan secara lisan di berbagai kelompok bahasa di seluruh Australia, dengan lembut menghubungkan aspek fisik tanah dengan pentingnya budaya. Cerita Dreamtime berfungsi sebagai penyimpanan informasi, mengungkapkan kebenaran kunci tentang lanskap lokal, perkembangannya, dan pentingnya spiritual. Orang Aborigin menggunakan mitos ini untuk terhubung dengan leluhur mereka, mengisi tanah dengan lapisan kehalusan budaya dan makna yang mendalam yang memperkaya identitas individu dan sosial.

Dalam tradisi sastra Barat, puisi pastoral berkembang sebagai salah satu jenis literatur lanskap pertama. Puisi pastoral, yang berasal pada abad ke-3 SM dengan penyair Yunani Theocritus, menggambarkan adegan pedesaan yang idilis yang dihuni oleh gembala dan gembala. Miniatur puisi ini menyampaikan rasa damai dengan alam, menggambarkan kehidupan yang idilis tanpa komplikasi kehidupan metropolitan. William Wordsworth, tokoh penting periode Romantis, memperbarui puisi pastoral dengan karya-karya seperti "Michael, A Pastoral Poem" (1800), menginfusinya dengan gambaran yang lebih realistis tentang kehidupan dan kerja pedesaan sambil tetap memelihara rasa hormat terhadap alam.

Puisi Shanshui pertama muncul dalam tradisi sastra Tiongkok pada abad ketiga dan keempat Masehi, dan merayakan keindahan mengagumkan gunung dan sungai. Puisi Shanshui, yang didasarkan pada kepercayaan Taois dan Konfusian, mengekspresikan rasa harmoni antara manusia dan lingkungan, menekankan hubungan spiritual antara individu dan lanskap. Puisi-puisi ini membawa pembaca ke dunia khayalan pegunungan liar, sungai tenang, dan lanskap yang tenang, menginspirasi pemikiran dan refleksi tentang keindahan alam yang tak terbatas.

Puisi topografi, yang berasal dari Eropa modern awal, menggunakan bait deskriptif untuk menyoroti keindahan dan keragaman lanskap. "Cooper's Hill" (1642) karya John Denham dianggap sebagai karya penting dalam genre ini, membuka jalan bagi penyair masa depan untuk mengeksplorasi dan merayakan berbagai lokasi geografis. Dari tebing berbatu di pantai hingga lembah hijau pedesaan, puisi topografi menggambarkan berbagai geografi Bumi dengan detail yang hidup, menekankan daya tarik estetika dan nilai intrinsiknya.

Era Romantis melihat pergeseran yang mendalam dalam cara orang mempersepsikan dan menilai lanskap, dipicu oleh penyelidikan filosofis tentang yang sublime dan indah. Seniman dan penyair sama-sama memuji kemegahan dan kekuatan alam, menarik inspirasi dari alam liar dan panorama yang memukau. Refleksi kontemplatif William Wordsworth tentang alam, seperti "Lines Composed a Few Miles above Tintern Abbey" (1798), mencerminkan ketertarikan Romantis terhadap yang sublime, ketika penyair mempertimbangkan keindahan transenden alam dan dampaknya yang mendalam pada jiwa manusia.

Seni lukis lanskap muncul sebagai bentuk seni yang signifikan pada abad kesembilan belas. Seniman Eropa seperti Caspar David Friedrich dan Jean-Baptiste-Camille Corot menangkap kemegahan dan daya tarik alam, menyampaikan kagum dan kekaguman melalui penggambaran artistik mereka tentang lanskap. Hudson River School Amerika, yang dipimpin oleh seniman seperti Thomas Cole dan Albert Bierstadt, merangkul keagungan kasar alam liar Amerika, melukis panorama besar lanskap yang tak terjamah yang membangkitkan kagum dan penghormatan.

Dengan munculnya gaya estetika dan pendekatan konseptual baru, seni lanskap terus berkembang sepanjang abad ke-20. Di Britania Raya, gerakan seperti neo-romantisme mengambil inspirasi dari kedua ideal Romantis dan pengaruh kontemporer, memberikan perspektif baru tentang hubungan manusia dengan alam. Seniman seperti Paul Nash dan Graham Sutherland memeluk keindahan liris lanskap sambil bergulat dengan keprihatinan eksistensial kontemporer, menghasilkan karya yang indah dan bermakna.

Melintasi bangsa dan zaman, literatur dan seni lanskap telah memberikan kanvas kaya untuk menyelidiki hubungan manusia dengan lingkungan alam. Lanskap berfungsi sebagai habitat fisik dan tempat metaforis dengan nilai budaya, spiritual, dan artistik, seperti yang ditunjukkan dalam penceritaan Dreamtime Aborigin, puisi Romantis, dan seterusnya. Seniman dan penulis terus menjelajahi misteri keberadaan melalui lensa lanskap, memungkinkan penonton untuk memulai petualangan imajinatif dan penemuan dalam kain yang selalu berubah dari Bumi.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Karya Seni dan Budaya Lanskap
« First Previous page 505 of 1.095 Next Last »