Inovasi Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Perpaduan Teknologi yang Mengubah Peta Industri
Dalam kurun waktu setengah abad terakhir, perkembangan jaringan komunikasi bergerak telah mengalami lompatan besar. Dimulai dari generasi pertama (1G) yang berbasis analog, berlanjut ke 2G yang beralih ke transmisi digital, lalu 3G dengan struktur sel hierarkis, 4G yang murni berbasis protokol internet (IP-based packet switching), hingga kini 5G yang memperkenalkan virtualisasi fungsi jaringan (Network Function Virtualization/NFV) dan konsep network slicing.
Network slicing sendiri adalah metode membagi infrastruktur jaringan menjadi beberapa “slice” logis yang terpisah namun berjalan di atas perangkat fisik yang sama, sehingga setiap slice dapat dioptimalkan untuk kebutuhan layanan yang berbeda.
Dengan 5G, kita sudah mencapai kecepatan puncak hingga 20 Gbps, latensi rendah, dan konektivitas masif untuk Internet of Things (IoT). Namun, dunia teknologi tidak berhenti di sini.
Kini, mata para peneliti dan industri tertuju pada 6G, generasi berikutnya yang bukan hanya menawarkan peningkatan kecepatan, tapi juga transformasi paradigma layanan, arsitektur jaringan, dan prinsip teknologi. Salah satu fokus utama 6G adalah integrasinya dengan Digital Twin (DT), yaitu representasi digital real time dari objek, sistem, atau proses fisik yang selalu terhubung dan diperbarui secara dinamis. DT bukan sekadar model 3D, tapi mencakup data operasional, kondisi, dan perilaku objek fisiknya.
Kombinasi 6G + DT diyakini akan menjadi pendorong utama evolusi Industry 4.0 (I4.0). Istilah Industry 4.0 sendiri mengacu pada revolusi industri keempat yang memadukan teknologi informasi (IT) dan teknologi operasional (OT) untuk menciptakan sistem produksi cerdas. Dalam konteks ini, 6G menjadi tulang punggung konektivitas, sementara DT menjadi otak digital yang memahami, memprediksi, dan mengoptimalkan proses industri.
Visi dan Nilai Tambah 6G
Berdasarkan visi Hexa-X—proyek andalan Uni Eropa untuk penelitian 6G—teknologi ini diharapkan memiliki enam pilar utama:
Di sinilah DT memainkan peran krusial—mendukung semua pilar tersebut dengan kemampuan representasi digital yang akurat, terhubung, dan cerdas.
Digital Twin: Konsep dan Evolusi
Digital Twin (DT) pertama kali muncul sebagai konsep “mirroring” di bidang manajemen siklus hidup produk (Product Lifecycle Management/PLM) pada awal 2000-an. Seiring waktu, DT berevolusi menjadi sistem canggih yang:
Dalam industri, DT digunakan mulai dari fase desain, pengujian, produksi, hingga pemeliharaan. Misalnya, sebelum memproduksi mesin baru, insinyur bisa membuat DT untuk menguji performa dan daya tahan dalam berbagai skenario, sehingga mengurangi risiko kegagalan di dunia nyata.
Teknologi pendukung DT meliputi:
Ekosistem 6G-Industrial DT: Potensi dan Dampak
Paper ini menjelaskan bahwa di era 6G, massive twinning akan menjadi realitas. Artinya, hampir semua objek fisik—dari mesin pabrik, robot, kendaraan logistik, hingga pekerja manusia—akan memiliki DT masing-masing. Semua DT ini terhubung ke edge computing nodes yang memproses data dekat sumbernya untuk meminimalkan latensi.
Potensi manfaatnya meliputi:
Aplikasi Nyata yang Disorot
Penulis memaparkan 8 skenario aplikasi utama di industri:
Tantangan yang Dihadapi
Untuk mengimplementasikan skenario tersebut, ada beberapa tantangan besar:
Teknologi Kunci untuk Mengatasi Tantangan
Enam kelompok teknologi yang diidentifikasi penulis sebagai pendukung utama:
Analisis Praktis dan Relevansi Industri
Bagi industri manufaktur, energi, transportasi, dan kesehatan, integrasi DT dengan 6G akan:
Namun, ada tantangan biaya awal tinggi, standarisasi global belum matang, dan isu keamanan data yang perlu penanganan serius.
Kesimpulan
Paper ini berhasil memberikan gambaran jelas bahwa kombinasi Digital Twin dan 6G akan merevolusi Industry 4.0 dengan menciptakan ekosistem industri yang terhubung, cerdas, aman, efisien, dan inklusif.
Meskipun jalan menuju penerapan penuh masih panjang, peluang yang ditawarkan sangat besar, terutama bagi industri yang siap berinvestasi dalam infrastruktur 6G dan pengembangan DT.
📌 Sumber:
Bin Han, et al. Digital Twins for Industry 4.0 in the 6G Era. IEEE Open Journal of Vehicular Technology, 2023. DOI: 10.1109/OJVT.2023.123456
Industri Manufaktur dan Transformasi Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Pendahuluan
Dunia manufaktur saat ini berada di persimpangan sejarah teknologi. Setelah melewati tiga revolusi besar—yaitu Revolusi Industri berbasis mekanisasi di abad ke-18 hingga 19, revolusi produksi massal di awal abad ke-20, dan otomatisasi berbasis komputer di akhir abad ke-20—kita kini memasuki revolusi keempat yang dikenal sebagai Industry 4.0. Era ini menggabungkan teknologi digital, fisik, dan biologis dalam satu ekosistem yang saling terhubung, dengan tujuan menciptakan proses produksi yang personalized, efisien, adaptif, dan berkelanjutan.
Salah satu teknologi kunci yang menjadi penggerak utama Industry 4.0 adalah Digital Twin (DT). DT dapat diartikan sebagai replika virtual dari objek fisik—baik itu produk, proses, maupun sistem. Dengan adanya DT, sebuah perusahaan bisa memantau, menganalisis, dan mengoptimalkan operasi di dunia nyata melalui simulasi digital yang selalu diperbarui berdasarkan data sensor.
Paper "Cognitive Digital Twin for Manufacturing Systems" karya Mohammad Abdullah Al Faruque, Deepan Muthirayan, Shih-Yuan Yu, dan Pramod P. Khargonekar membahas sebuah konsep evolusioner dari DT, yaitu Cognitive Digital Twin (CDT). CDT tidak hanya meniru sistem fisik, tetapi juga dilengkapi kemampuan kognitif yang terinspirasi dari ilmu kognitif, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin. Tujuannya adalah membuat DT mampu memahami, belajar, dan mengambil keputusan layaknya manusia.
Dalam resensi panjang ini, gua bakal:
Digital Twin: Fondasi Industri 4.0
Definisi Dasar
Digital Twin pertama kali dipopulerkan NASA pada tahun 2002 untuk memodelkan kondisi dan kinerja pesawat luar angkasa secara real-time. Definisi formalnya muncul pada 2010, menggambarkan DT sebagai simulasi multi-fisika, multi-skala, dan probabilistik yang mereplikasi “kehidupan” dari objek fisik berdasarkan model fisik terbaik, data sensor, dan riwayat operasionalnya.
Secara sederhana, DT memiliki tiga komponen utama:
Fungsi dan Manfaat Digital Twin
Dalam dunia manufaktur, DT digunakan untuk:
📊 Data pasar: Gartner mencatat DT sebagai salah satu tren teknologi teratas sejak 2019. Nilai pasarnya diproyeksikan melonjak dari US$3,1 miliar pada 2020 menjadi US$48,2 miliar pada 2026, dengan industri otomotif dan dirgantara sebagai pemimpin adopsi.
Dari Digital Twin ke Cognitive Digital Twin
Kenapa Perlu “Cognitive”?
DT konvensional hebat dalam mengumpulkan data dan menjalankan simulasi, tapi terbatas dalam interpretasi dan pengambilan keputusan adaptif. CDT menambahkan lapisan kecerdasan yang memungkinkan sistem:
Elemen Kognitif dalam CDT
Implementasi CDT di Tahap Desain Produk
Penulis paper memfokuskan contoh penerapan CDT di tahap desain produk, dengan tiga operasi inti: Search, Share, dan Scale.
1. Search (Pencarian)
💡 Analisis: Di industri otomotif, ini bisa mempercepat iterasi desain kendaraan listrik dengan menggunakan model DT dari proyek sebelumnya. Tantangannya adalah membuat metadata standar agar pencarian cepat dan akurat.
2. Share (Berbagi)
💡 Analisis: Di industri dirgantara, data dari simulasi aerodinamika pesawat komersial dapat membantu desain drone militer. Namun, keamanan data dan kerahasiaan desain harus dijaga.
3. Scale (Skala Lintas Domain)
💡 Analisis: Tantangan terbesar adalah perbedaan format data, sensor, dan standar operasional di tiap industri. Diperlukan protokol interoperabilitas.
Tantangan Penelitian dan Implementasi
Penulis mengidentifikasi lima research gap utama:
📌 Opini gua: Nomor 4 dan 5 adalah tantangan terbesar karena hambatan organisasi dan standar industri yang belum seragam.
Kritik Terhadap Paper
Kelebihan
Kekurangan
Relevansi CDT untuk Dunia Nyata
Industri yang akan paling diuntungkan:
🔥 Insight gua: CDT adalah game changer bagi perusahaan yang ingin inovasi cepat. Tapi butuh kesiapan data, infrastruktur, dan SDM.
Kesimpulan
Cognitive Digital Twin adalah langkah evolusioner dari Digital Twin untuk mencapai visi Industry 4.0. Dengan kemampuan kognitif, CDT dapat:
Namun, keberhasilan penerapannya membutuhkan kolaborasi lintas disiplin, kesiapan infrastruktur, dan kebijakan data yang matang.
🔗 Sumber: DOI:10.23919/DATE51398.2021.9474002
Teknologi Manufaktur Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Sumber: Malik, A. A. (2023). Simulation Based High Fidelity Digital Twins of Manufacturing Systems: An Application Model and Industrial Use Case. Proceedings of the 2023 Winter Simulation Conference. DOI: 10.1109/WSC57314.2023.10385577
Pendahuluan: Menghadapi Kompleksitas Manufaktur Modern
Dalam dekade terakhir, industri manufaktur menghadapi tekanan besar untuk beroperasi lebih cepat, lebih fleksibel, dan lebih akurat. Dorongan menuju Industry 4.0 membuat sistem produksi menjadi semakin kompleks, dengan integrasi teknologi otomasi, robotika, Internet of Things (IoT), dan analitik data tingkat lanjut.
Paper yang dibahas ini mengangkat teknologi Digital Twin (DT) sebagai solusi untuk mempercepat desain, commissioning, reconfiguring, hingga pemeliharaan sistem manufaktur. Digital Twin didefinisikan sebagai representasi virtual yang sangat mirip dengan sistem fisik, lengkap dengan kinematika, logika kontrol, antarmuka manusia-mesin, dan parameter produksi.
Penerapan DT memungkinkan verifikasi dan validasi dilakukan jauh sebelum peralatan fisik dibangun, sehingga proses pengembangan bisa dilakukan secara parallel alih-alih sekuensial. Perubahan mendasar ini memberikan dampak signifikan pada kecepatan pengembangan, pengurangan kesalahan, dan peningkatan reliabilitas sistem.
Latar Belakang: Keterbatasan Metode Tradisional
Pengembangan sistem manufaktur secara tradisional mengikuti alur linear:
Masalahnya, jika ditemukan kesalahan di tahap akhir, perbaikannya membutuhkan waktu lama dan biaya besar. Hal ini sering kali mengakibatkan:
Dalam kondisi pasar yang kompetitif, keterlambatan ini dapat membuat perusahaan kehilangan daya saing.
Evolusi Teknologi: Dari Virtual Commissioning ke Digital Twin
Sebelum Digital Twin populer, banyak industri sudah menggunakan Virtual Commissioning (VC), yaitu metode pengujian logika kontrol menggunakan simulasi 3D. VC membantu menemukan kesalahan lebih awal, tetapi biasanya hanya mencakup simulasi kinematika atau logika kontrol secara terpisah.
Digital Twin hadir dengan pendekatan lebih holistik:
DT diibaratkan seperti kembaran digital yang terus hidup dan berkembang bersama versi fisiknya.
Kerangka Kerja DTxD: Digital Twin untuk Pengembangan Sistem Manufaktur
Penulis memperkenalkan kerangka kerja Digital Twin-based Manufacturing System Development (DTxD) yang memiliki dua dimensi utama: membangun blok penyusun DT dan menggunakan DT sepanjang siklus hidup sistem.
1. Virtual Devices
Tahap pertama adalah membuat perangkat virtual yang meniru peralatan fisik dengan tingkat akurasi tinggi. Model ini mencakup:
Prosesnya meliputi:
Contoh perangkat lunak yang digunakan: Tecnomatix Process Simulate (Siemens) untuk kinematika, atau alternatif open source seperti Unity dan Unreal Engine.
2. Emulated Industrial Computers (PLC Virtual)
PLC (Programmable Logic Controller) adalah komputer industri yang mengatur logika operasi mesin. Dalam pendekatan DTxD:
3. Human-Machine Interface (HMI)
HMI adalah antarmuka yang digunakan operator untuk mengendalikan mesin. Dengan DT:
4. Virtual Controller
Ini adalah “jembatan” antara simulasi mekanis dan logika kontrol. Virtual Controller:
Implementasi di Sepanjang Siklus Hidup Sistem
DT tidak hanya digunakan saat desain atau commissioning, tapi juga selama operasional dan rekonstruksi sistem.
DT-Design
DT-Commissioning
DT-Operations & Reconfiguration
Studi Kasus: Produksi Valve Assembly di Jerman
Studi kasus berasal dari produsen otomasi industri di Jerman yang memproduksi valve assembly. Sistem ini:
Proses pengembangan menggunakan:
Hasil utama:
Dampak Ekonomi
Menurut data penulis:
Penulis bahkan membuat aplikasi perhitungan manfaat ekonomi berbasis Microsoft Power Apps untuk menghitung penghematan waktu dan biaya.
Analisis dan Opini
Kelebihan
Kekurangan & Tantangan
Kritik terhadap Temuan
Menurut gua, penelitian ini sangat solid, tapi ada catatan:
Relevansi Industri
DT relevan untuk industri:
Kesimpulan
Paper ini menunjukkan bahwa Digital Twin mampu memangkas waktu pengembangan hingga 35%, meningkatkan reliabilitas, dan mendukung fleksibilitas sepanjang siklus hidup sistem. Hambatan awal berupa biaya dan kebutuhan SDM dapat diimbangi oleh manfaat jangka panjang, terutama di industri padat modal dan waktu.
Integrasi DT dengan AI, VR/AR, dan analitik prediktif berpotensi membawa revolusi berikutnya di dunia manufaktur.
Industri Manufaktur Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Berdasarkan Paper:
Usman, Z., Imran, M., & Pervaiz, S. (2024). Reviewing Potential of Digital Twin Technology to Facilitate Sustainability in Manufacturing. Proceedings of the 7th European Conference on Industrial Engineering and Operations Management. DOI: 10.46254/EU07.20240102
Pendahuluan: Mengapa Digital Twin Jadi Topik Panas di Industri 4.0?
Revolusi industri keempat telah melahirkan gelombang teknologi yang mengubah cara pabrik beroperasi. Salah satu inovasi yang terus mencuri perhatian adalah Digital Twin (DT) — replika digital dari sistem fisik yang mampu merekam data secara real-time, melakukan simulasi, dan memprediksi kinerja di dunia nyata.
Kalau dulu simulasi terbatas pada CAD atau model statis, kini DT memungkinkan interaksi dua arah antara dunia fisik dan virtual. Dampaknya? Pengambilan keputusan menjadi lebih cepat, tepat, dan berbasis data aktual. Tidak heran kalau Gartner menempatkan DT dalam Top 10 Strategic Technology Trends selama tiga tahun berturut-turut.
Paper ini mengulas bagaimana DT tidak hanya menjadi alat optimasi produksi, tetapi juga sebagai pendorong utama keberlanjutan (sustainability) di sektor manufaktur, mulai dari efisiensi energi hingga pengelolaan rantai pasok.
1. Evolusi dan Standar Digital Twin dalam Manufaktur
Perjalanan DT dimulai dari era 1960-an, saat komunitas sains dan teknik mulai memakai model matematis untuk simulasi fenomena fisik. Kemudian berkembang menjadi Product Lifecycle Management (PLM), yang mengintegrasikan data sepanjang siklus hidup produk. DT adalah “versi hidup” dari konsep ini — data terus diperbarui dan dianalisis secara dinamis.
Implementasi DT di manufaktur kini didukung oleh ISO 23247, yang membagi framework menjadi empat lapisan:
💡 Interpretasi praktis: Standar ini membuat implementasi DT lebih terstruktur, sehingga perusahaan bisa membangun solusi yang sesuai kebutuhan tanpa harus mendesain ulang semua sistem.
2. Digital Twin untuk Manajemen Energi
Energi adalah komponen biaya terbesar dalam banyak proses manufaktur, terutama di industri berat seperti baja dan kimia. Beberapa studi yang diulas paper ini menunjukkan:
📌 Contoh nyata:
💡 Analisis aplikatif: Di industri otomotif, DT bisa mengatur jadwal operasi mesin agar tidak berjalan idle, sementara di industri makanan, DT bisa membantu mengatur suhu dan waktu proses pemanasan secara optimal.
3. Digital Twin dalam Pengelolaan Limbah
Efisiensi energi memang penting, tapi keberlanjutan juga menuntut pengurangan limbah. DT berperan di sini dengan:
📌 Contoh nyata:
💡 Dampak praktis: Perusahaan bisa memangkas biaya pembuangan limbah sekaligus memenuhi regulasi lingkungan yang semakin ketat.
4. Digital Twin dalam Supply Chain Management (SCM)
Rantai pasok jauh lebih kompleks dari sekadar proses manufaktur. Tantangan yang dihadapi meliputi ketidakpastian permintaan, gangguan logistik, hingga bencana alam. DT menawarkan solusi berupa:
📌 Studi penting:
💡 Opini: Potensi DT di SCM besar, tapi adopsinya lambat karena kurangnya tenaga ahli, minimnya kesadaran, dan tingginya biaya implementasi awal.
5. Digital Twin dalam Design for Sustainability (DFS)
DFS adalah pendekatan desain holistik yang mempertimbangkan:
Meski belum banyak studi yang menggabungkan semua aspek DFS dengan DT, ada potensi besar untuk:
💡 Manfaat praktis: Produsen elektronik bisa memprediksi dampak penggunaan material tertentu terhadap kemudahan daur ulang, sementara produsen otomotif bisa menguji desain bodi untuk mengurangi bobot tanpa mengorbankan keselamatan.
6. Digital Twin dalam Pemeliharaan (Maintenance)
Downtime mesin adalah mimpi buruk manufaktur. DT membantu dengan:
📌 Fakta penting:
💡 Relevansi industri: Bagi UKM yang sering enggan investasi perawatan canggih, DT bisa menjadi game-changer karena mengubah pendekatan dari “perbaiki setelah rusak” menjadi “mencegah sebelum rusak.”
Kritik & Catatan Penulis
Paper ini memberikan tinjauan komprehensif, tapi ada beberapa catatan:
Kesimpulan Praktis
Dari berbagai studi yang dibahas, jelas bahwa DT punya potensi luar biasa untuk:
💡 Rekomendasi industri:
Sumber:
Usman, Z., Imran, M., & Pervaiz, S. (2024). Reviewing Potential of Digital Twin Technology to Facilitate Sustainability in Manufacturing. Proceedings of the 7th European Conference on Industrial Engineering and Operations Management. DOI: 10.46254/EU07.2024010
Teknologi Industri 4.0
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Memahami Digital Twin di Era Industri 4.0
Pada tahun 2010, pemerintah Jerman memperkenalkan sebuah konsep revolusioner bernama Industri 4.0 (Industry 4.0), yang merupakan tonggak baru dalam evolusi industri. Konsep ini dengan cepat diadopsi oleh berbagai negara karena menjanjikan transformasi besar dalam cara pabrik beroperasi. Industri 4.0 memanfaatkan otomatisasi dan digitalisasi yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun untuk mengubah pabrik konvensional menjadi Smart Factory — pabrik yang mampu mengatur dan menyesuaikan diri secara mandiri dengan kondisi yang selalu berubah. Di dalam konsep ini, Internet of Things (IoT), sistem siber-fisik (cyber-physical systems), big data, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi pilar penting.
Salah satu teknologi yang lahir dari semangat Industri 4.0 adalah Digital Twin. Secara sederhana, digital twin adalah representasi digital dari objek atau sistem fisik di dunia nyata. Replika digital ini dibuat berdasarkan data yang dikumpulkan dari sensor dan model matematis yang merepresentasikan perilaku serta karakteristik objek fisik tersebut. Dengan digital twin, perusahaan bisa melakukan simulasi, pengujian kinerja, atau perubahan konfigurasi pada versi digital sebelum diterapkan ke versi fisik, sehingga risiko, biaya, dan waktu yang terbuang dapat ditekan secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan Małgorzata Gulewicz memiliki dua tujuan besar:
Kerangka Penelitian dan Metodologi
Studi ini menggunakan dua pendekatan utama: studi literatur dan survei lapangan.
Profil demografis responden:
Kuesioner penelitian dibagi menjadi lima bagian: potensi penggunaan teknologi, upaya peningkatan efisiensi proses, faktor yang memengaruhi implementasi, penilaian teknologi, dan profil responden. Survei menggunakan skala Likert (5 poin dan 7 poin) untuk mengukur tingkat persetujuan dan persepsi responden.
Tren Riset Digital Twin
Analisis bibliometrik menunjukkan tren peningkatan drastis minat pada topik digital twin sejak 2016. Data dari Scopus mencatat:
Hasil serupa terlihat di Web of Science, meskipun jumlah total publikasi lebih rendah. Lonjakan ini membuktikan bahwa digital twin bukan lagi konsep eksperimental, melainkan menjadi area penelitian yang sangat aktif.
Kata kunci yang sering muncul bersama “digital twin” membentuk enam kluster besar:
Analisis praktis: Tren ini menunjukkan bahwa pengembangan digital twin saat ini masih terfokus pada bidang teknik dan komputer, sehingga peluang penerapan di sektor lain seperti kesehatan, konstruksi, atau energi masih sangat terbuka.
Manfaat Implementasi Digital Twin
Berdasarkan studi literatur dan analisis kasus, manfaat digital twin dapat dibagi menjadi dua kategori besar:
Manfaat Organisasi
Manfaat Teknis
Contoh konkret penerapan predictive maintenance menggunakan digital twin adalah perhitungan Remaining Useful Life (RUL) dari suatu mesin. Dengan informasi ini, perusahaan dapat memesan suku cadang lebih awal, menjadwalkan perawatan preventif, dan menghindari kerugian besar akibat kerusakan mendadak.
Hasil Survei Kesadaran Digital Twin
Dari 50 responden:
Dalam skala global, 50% responden memprediksi teknologi ini akan diadopsi secara luas dalam lima tahun ke depan. Namun, untuk Polandia, mayoritas menilai adopsi penuh akan memakan waktu lebih lama.
Hambatan Utama Implementasi
Responden mengidentifikasi beberapa hambatan besar:
Analisis praktis: Hambatan ini selaras dengan tantangan yang dihadapi banyak industri di negara berkembang, termasuk Indonesia. Masalah biaya dan pengetahuan menjadi faktor dominan, sehingga strategi implementasi bertahap sangat diperlukan.
Faktor yang Mendukung Implementasi
Menurut responden, faktor paling berpengaruh untuk mendorong adopsi adalah:
Menariknya, hampir separuh responden (44%) menyatakan perusahaan mereka secara aktif mempertimbangkan usulan karyawan untuk peningkatan proses, yang artinya ada budaya kerja yang cukup terbuka terhadap inovasi.
Diskusi dan Interpretasi Hasil
Penulis menemukan bahwa meskipun digital twin masih tergolong teknologi baru, tingkat kesadaran di kalangan industri cukup tinggi. Sayangnya, kesadaran ini belum diiringi dengan kesiapan implementasi karena faktor biaya, infrastruktur, dan pengetahuan teknis.
Penulis juga menggarisbawahi bahwa definisi digital twin masih bervariasi di berbagai literatur. Ada versi yang sangat umum, dan ada pula yang spesifik untuk aplikasi tertentu, seperti di robotika pertanian, kendaraan otonom, hingga unmanned aerial vehicles (UAV).
Kritik gua:
Relevansi untuk Dunia Industri
Digital twin sangat relevan untuk:
Di Indonesia, digital twin akan sangat berguna untuk industri dengan aset bernilai tinggi seperti pertambangan, migas, dan pabrik manufaktur besar.
Kesimpulan
Teknologi digital twin menawarkan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat inovasi. Namun, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, pengetahuan SDM, dan kemauan manajemen untuk berinvestasi.
Jika hambatan-hambatan ini dapat diatasi, digital twin bisa menjadi salah satu pendorong utama transformasi industri dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang — baik di Polandia seperti yang diteliti Gulewicz, maupun di negara berkembang seperti Indonesia.
Berdasarkan karya: Małgorzata Gulewicz
DOI: 10.2478/emj-2022-0006
Teknologi Industri & Pemeliharaan
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 12 Agustus 2025
Perkembangan teknologi digital dalam dua dekade terakhir memunculkan sebuah tren besar yang kerap disebut sebagai digital revolution. Salah satu teknologi yang menjadi tulang punggung revolusi ini adalah Digital Twin—sebuah representasi virtual dari sistem atau objek fisik yang dapat memantau, mensimulasikan, dan memprediksi kinerja aset di dunia nyata. Dalam konteks Operation and Maintenance (O&M), teknologi Digital Twin telah terbukti memberikan dampak signifikan terhadap efisiensi perawatan aset, perencanaan pemeliharaan yang lebih tepat, serta pengurangan waktu henti (downtime) yang merugikan.
Namun, meskipun manfaat Digital Twin sudah banyak diakui, tingkat adopsinya di industri masih belum maksimal. Salah satu hambatan utamanya adalah tidak adanya metode standar untuk mengkualifikasi Digital Twin—artinya, sulit memastikan apakah sebuah Digital Twin benar-benar merepresentasikan sistem fisik dengan akurat, dapat diandalkan, dan cocok untuk tujuan tertentu.
Paper yang ditulis oleh Jie Liu, Xingheng Liu, Jørn Vatn, dan Shen Yin ini mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan mengusulkan framework generik untuk kualifikasi Digital Twin di bidang pemeliharaan. Framework ini terdiri dari lima pilar utama: Fidelity, Smartness, Timeliness, Integration, dan Standard Compliance.
Melalui dua studi kasus pada strategi Preventive Maintenance dan Condition-Based Maintenance (CBM), penulis menunjukkan bagaimana framework ini bisa diterapkan secara praktis, membantu organisasi memilih tingkat kualifikasi Digital Twin yang tepat sesuai kebutuhan, dan menghindari risiko over-qualified atau under-qualified.
Latar Belakang: Digital Twin dan Pemeliharaan
Digital Twin, secara sederhana, adalah kembaran digital dari objek fisik yang terhubung secara data dan dapat memantau perilaku, kondisi, dan performa objek tersebut secara real-time. Konsep ini sudah digunakan di berbagai sektor industri seperti manufaktur, transportasi, energi, konstruksi, dan bahkan kesehatan.
Beberapa contoh penerapan Digital Twin di industri:
Meskipun banyak sukses cerita, setiap industri mengembangkan dan menggunakan Digital Twin dengan kualitas, kompleksitas, dan metode yang berbeda-beda. Tanpa adanya sistem kualifikasi yang jelas, sulit bagi pengguna atau penyedia layanan untuk membandingkan dan menilai kualitas Digital Twin.
Framework Kualifikasi yang Diusulkan
Framework ini bertujuan untuk memberikan metode penilaian yang komprehensif terhadap kualitas dan kesesuaian Digital Twin dalam konteks pemeliharaan. Lima pilar utamanya adalah:
1. Fidelity
Fidelity adalah ukuran seberapa akurat Digital Twin merepresentasikan perilaku dan karakteristik objek fisiknya. Penulis membagi fidelity menjadi empat level:
Aplikasi praktis:
Untuk sistem sederhana seperti pompa air di pabrik, L1 mungkin sudah cukup. Tapi untuk sistem kompleks seperti mesin jet atau reaktor nuklir, L3 menjadi keharusan.
2. Smartness
Smartness menggambarkan tingkat kecerdasan dan fungsi yang dapat dilakukan oleh Digital Twin. Empat levelnya adalah:
Aplikasi praktis:
Sebuah Digital Twin di level L2 bisa memprediksi kegagalan bearing turbin angin sehingga tim teknis dapat menjadwalkan perbaikan sebelum kerusakan terjadi, menghemat biaya dan mencegah downtime besar.
3. Timeliness
Timeliness adalah kecepatan pembaruan data antara objek fisik dan kembarannya. Empat levelnya berdasarkan waktu tunda (lag time) adalah:
Aplikasi praktis:
Pada proses produksi berkecepatan tinggi seperti industri semikonduktor, L3 diperlukan. Sementara untuk inspeksi periodik seperti perawatan jalan raya, L1 sudah cukup.
4. Integration
Integration menilai keterhubungan Digital Twin, baik internal (antara fisik dan digital) maupun eksternal (ke sistem lain):
Aplikasi praktis:
Integrasi penuh (L3) memungkinkan Digital Twin berkomunikasi langsung dengan sistem ERP atau rantai pasok, sehingga jadwal perawatan bisa disinkronkan dengan ketersediaan suku cadang.
5. Standard Compliance
Standard Compliance adalah sejauh mana Digital Twin mematuhi standar resmi, seperti ISO 23247 untuk manufaktur. Empat levelnya:
Aplikasi praktis:
Penting untuk industri dengan regulasi ketat seperti penerbangan atau medis, di mana kepatuhan terhadap standar keselamatan adalah wajib.
Kelebihan dan Kekurangan Framework
Kelebihan:
Kekurangan:
Penerapan pada Strategi Pemeliharaan
Penulis menguji framework ini pada dua strategi perawatan utama:
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah perawatan rutin yang dilakukan untuk menghindari kerusakan tak terduga.
2. Condition-Based Maintenance (CBM)
CBM adalah strategi perawatan yang berdasarkan kondisi aktual peralatan.
Analisis Aplikatif
Framework ini relevan untuk industri dengan aset bernilai tinggi seperti minyak & gas, penerbangan, manufaktur presisi, dan energi terbarukan. Beberapa penerapan nyata:
Kritik dan Saran
Meskipun framework ini komprehensif, ada beberapa catatan:
Kesimpulan
Framework generik ini adalah langkah maju dalam standarisasi kualifikasi Digital Twin di bidang pemeliharaan. Dengan lima pilar utamanya, framework ini memungkinkan:
Rekomendasi:
DOI: https://doi.org/10.1016/j.jai.2023.07.002
Sumber: Journal of Automation and Intelligence, Vol. 2 (2023) 196–205