Bina Konstruksi

Kementerian PUPR Mulai Persiapan Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 3 dengan Kontrak Senilai Rp. 4.5 Triliun

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Februari 2025


Serang – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai persiapan pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang Seksi 3 Ruas Cileles - Panimbang sepanjang 33 Km, ditandai dengan Penandatangan Kontrak Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 3 senilai Rp. 4.5 Triliun antara Kementerian PUPR dengan kontraktor Sino Road and Bridge Group Co. Ltd, di Kantor Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Banten yang disaksikan oleh Plt Inspektur Jenderal Widiarto, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit, Direktur Utama PT. Wijaya Karya (Tbk) Agung Budi Waskito dan Direktur Utama PT. Adhi Karya (Tbk) Entus Asnawi M.

Setelah penandatanganan kontrak, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meminta kontraktor pelaksana untuk dapat mempercepat pembangunan konstruksi Ruas Cileles – Panimbang. Pemerintah tidak memiliki agenda khusus untuk melakukan groundbreaking tanda dimulainya pembangunan jalan tol tersebut.

“Kita harus memakai langgam (ritme kerja) Kementerian PUPR yang cepat. Pembebasan lahan sudah siap sekitar 78% untuk 33 Km, sehingga tidak ada alasan untuk menunda pembangunan. Tidak perlu ada seremoni groundbreaking, yang penting pembangunan bisa segera kita mulai dan selesaikan” kata Menteri Basuki.

Seksi 3 ruas Cileles – Panimbang merupakan bagian terakhir dari paket pekerjaan Tol Serang-Panimbang sepanjang 83,67 Km. Tol ini secara keseluruhan terbagi menjadi 3 Seksi, yakni Seksi 1 Ruas Serang – Rangkasbitung (26,50 Km), Seksi 2 Ruas Rangkasbitung - Cileles (24,17 Km), dan Seksi 3 Ruas Cileles - Panimbang (33 Km). Untuk seksi 3, porsi BUJT terbagi menjadi 55% milik Sino Road & Bridge Co. Ltd, masing-masing 22.5% milik PT. Wijaya Karya (Tbk) dan PT. Adhi Karya ( Tbk).

Pembangunan ruas tol ini dikerjakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan nilai investasi sebesar Rp 5,33 triliun terdiri dari Seksi 1 - 2, porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) oleh PT Wijaya Karya Serang Panimbang, sementara Seksi 3 menjadi porsi Pemerintah dengan target seluruhnya beroperasi pada 2023. Saat ini progres pembangunan pada ruas Serang – Rangkasbitung hingga November 2020 mencapai 84,18%.

“Kita perlu bekerja lebih keras, lebih cepat, dan lebih fokus, supaya bisa selesaikan dengan sebaik-baiknya. Kita ingin turut menggerakkan ekonomi nasional yang mempunyai tantangan lebih berat ke depan,” ujar Menteri Basuki.

Dengan terhubungnya jalan tol yang melintasi tiga kabupaten yakni Kabupaten Serang, Lebak dan Pandeglang ini, bukan hanya sebagai penghubung menuju kawasan pariwisata di sekitar wilayah Banten seperti KSPN Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, tapi juga akan semakin meningkatkan konektivitas dan sektor produktif, seperti sektor industri, barang, dan jasa yang tersambung dengan Tol Jakarta - Merak.

Turut mendampingi Menteri Basuki, Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Triono Junoasmono, Direktur Jalan Bebas Hambatan Budi Harimawan, Sesditjen Sumber Daya Air Akdian Charisal Manu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai C3 Saroni, Kepala Balai Besar Wilayah Ciliwung Cisadane Bambang Hery, Kepala BPJN Banten Wida Nurfaida, Kepala Biro Komunikasi Publik Endra Atmawidjaja, dan jajaran PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (Tri)

Sumber: pu.go.id

Selengkapnya
Kementerian PUPR Mulai Persiapan Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 3 dengan Kontrak Senilai Rp. 4.5 Triliun

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Penlok Tahap Pertama Selesai, Tol Getaci Siap Dibangun

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Februari 2025


Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) akan memulai pembangunan Jalan Tol Gedebage - Tasikmalaya - Cilacap (Getaci) pada tahun ini. Saat ini progresnya sudah penetapan lokasi (penlok) tahap pertama oleh Gubernur Jawa Barat, sekarang sedang mengurus penlok dari Pemda Jawa Tengah. Setelah penlok, ada proses pengadaan tanah seperti sosialisasi lalu musyawarah.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan Tol Getaci yang dimulai pada 2022 ini diharapkan dapat rampung pada 2024 untuk pembangunan tahap pertama. “Dalam pelaksanaan pembangunan Tol Getaci saya ingin mengingatkan cepat is a must but not sufficient. Saya berharap untuk tetap menjaga kaidah-kaidah lingkungan hidup agar tidak merusak bukit-bukit yg ada. Selain itu juga agar menghindari memotong pohon yang tidak perlu. Ini merupakan perintah bapak Presiden Jokowi pesannya adalah dalam membangun jangan merusak lingkungan," kata Menteri Basuki.

Menteri Basuki menambahkan, selama proses konstruksi juga harus tetap memperhatikan kualitas pembangunan. Sehingga hasilnya bukan hanya tersambung tapi juga agar lebih nyaman yang merupakan tuntutan untuk digunakan masyarakat.

"Jalan Tol Getaci khususnya di wilayah Gedebage ini struktur geologinya cukup rumit dengan banyak batuan gunung yang rawan longsoran, sehingga perlu penanganan khusus selama proses konstruksi," tambah Menteri Basuki.

Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian mengatakan, pembangunan Tol Getaci untuk memperlancar konektivitas dan meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di selatan Jawa Barat. 

“Konektivitas ke daerah selatan (Jawa Barat) makin lama makin menurun karena kepadatan lalu lintas, seperti sekarang dari Tasik ke Bandung yang jaraknya hanya 100 km bisa mencapai 3 jam. Maka, kebutuhan akan jalan bebas hambatan ini merupakan suatu keniscayaan karena di wilayah selatan itu banyak sekali pusat-pusat pertumbuhan, namun konektivitasnya masih kurang bagus,” ujar Hedy.

Tol Getaci melintasi dua provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat sepanjang 171,40 km dan Provinsi Jawa Tengah sepanjang 35,25 km dengan total panjang 206,65 km, yang menjadikan jalan tol ini sebagai ruas jalan tol terpanjang di Indonesia. Tol ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 109 tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Tol Getaci terdiri dari 4 seksi yakni Seksi 1 Junction Gedebage – Garut Utara (45,20 km), seksi 2 Garut Utara - Tasikmalaya (50,32 km), seksi 3 Tasikmalaya – Patimuan (76,78 km), dan seksi 4 Patimuan – Cilacap (34,35 km). Pembangunan jalan Tol dengan nilai investasi Rp56 triliun ini akan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama Gedebage – Tasikmalaya rencananya akan mulai dibangun pada tahun 2022 dan selesai di tahun 2024. Sementara untuk tahap kedua yakni Tasikmalaya – Cilacap konstruksinya dimulai pada 2027 dan selesai di 2029.

Tol ini akan memiliki 9 buah simpang susun dan 1 buah junction, yaitu junction Gedebage yang akan terkoneksi dengan jalan tol Padalarang – Cileunyi (Padaleunyi). Jalan tol ini akan memiliki 2x2 lajur dengan lebar lajur 3,6 meter, serta akan dibangun dengan desain struktur at grade sepanjang 175,27 km, struktur elevated sepanjang 22,26 km, dan pile slab sepanjang 9,12 km.

Sebelumnya, telah dilaksanakan Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT), Perjanjian Penjaminan dan Perjanjian Regres Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Jalan Tol Getaci di Auditorium Kementerian PUPR, Senin (31/1/2022). Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Basuki, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR Danang Parikesit, Direktur Utama PT PII M. Wahid Sutopo serta Direktur Utama PT Jasamarga Gedebage Cilacap Johannes Mancelly. (Mes)

Sumber: pu.go.id

Selengkapnya
Penlok Tahap Pertama Selesai, Tol Getaci Siap Dibangun

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Pulihkan Konektivitas , Kementerian PUPR Bangun Kembali Jembatan Palu IV

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Februari 2025


Palu - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai pembangunan kembali/rekonstruksi Jembatan Palu IV Ponulele atau dikenal Jembatan Kuning di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang rusak akibat gempa dan tsunami pada 28 September 2018 silam.  

Rekonstruksi ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama Chief Representative Japan International Cooperation Agency (JICA) Takehiro Yasui, Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdy Mastura, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, dan Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng Arie Setiadi Moerwanto pada Rabu (20/7/2022). 

Direktur Jenderal (Dirjen) Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna saat menyampaikan sambutan Menteri PUPR mengatakan, program rekonstruksi Jembatan Palu IV diinisiasi sebagai upaya untuk memulihkan aksesibilitas dan mobilitas Kota Palu yang terdampak gempa bumi dan tsunami pada 2018 lalu . 

"Dengan dibangunnya kembali jembatan ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi dan pembangunan wilayah Kota Palu, serta menjadi ikon Kota Palu sehingga dapat menarik wisatawan baik dari Sulawesi Tengah maupun dari luar," kata Herry. 

Program rekonstruksi Jembatan Palu IV mendapatkan bantuan dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Coorporation Agency (JICA) yakni berupa dana hibah senilai 2,5 miliar Yen atau sekitar Rp325 miliar. Konstruksinya dilaksanakan oleh kontraktor Jepang Tokyu Construction dengan menggandeng PT Waskita Karya.

"Penandatanganan hibah tersebut sudah dilaksanakan pada 21 Juni 2019 lalu antara Dirjen Bina Marga dan JICA. Kegiatan rekonstruksi semula direncanakan dimulai pembangunannya pada tahun 2020, namun akibat adanya Pandemi dan penyelesaian pembebasan lahan yang membutuhkan waktu lebih lama, pelaksanaan rekonstruksi Jembatan Palu IV baru dimulai Juli 2022 dan direncanakan selesai pada Juni 2024," kata Herry.

Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, Jembatan Palu IV yang baru akan terkoneksi dengan jalan elevated  yang merupakan bagian dari sistem mitigasi bencana tsunami, sehingga diharapkan akan terwujud kawasan Silebeta yang tangguh bencana. 

"Pondasi dan ketinggian Jembatan Palu IV didesain dengan mempertimbangkan nilai seismik gempa dan tsunami berdasarkan peta risiko gempa dengan bentang total 250 meter. Desain Jembatan Palu IV telah mendapatkan persetujuan rekomendasi dari Menteri PUPR pada 5 Maret 2020, setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ)  pada 3 Maret 2020," kata Arie.

Wali Kota Palu Hadianto Rasyid mengatakan, rekonstruksi jembatan ini sudah lama dinanti masyarakat Palu, karena jembatan ini merupakan ikon Kota Palu dan sangat berperan dalam konektivitas yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat. "Hari ini adalah jawaban dari penantian masyarakat. Untuk Kementerian PUPR dan JICA kami mengucapkan terima kasih atas dukungan bantuan pembangunan kembali Jembatan Palu IV, karena jembatan ini bagi masyarakat Palu memiliki cerita dan kenangan tersendiri,"ujarnya.

Turut hadir dalam acara tersebut, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan Achmad Gani Ghazaly Akman, Direktur Pembangunan Jembatan  Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Yudha Handita Pandjiriawan, Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Thomas Setiabudi Aden, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Sulawesi Tengah Arief Syarif Hidayat, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah Sahabuddin, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Sulawesi II Bakhtiar, dan Kepala Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) Sulteng Ronny Adriandri. (Jay)

Sumber: pu.go.id

Selengkapnya
Pulihkan Konektivitas , Kementerian PUPR Bangun Kembali Jembatan Palu IV

Probabilistic Reliability Assessment

Resensi Paper: Analisis Probabilistik untuk Estimasi Penghematan Energi pada Retrofit Bangunan Residensial

Dipublikasikan oleh Admin pada 27 Februari 2025


Pendahuluan

Penelitian ini membahas pentingnya pendekatan probabilistik dalam mengestimasi penghematan energi pada bangunan residensial. Studi ini dilakukan oleh Piljae Im, Roderick Jackson, Yeonjin Bae, Jin Dong, dan Borui Cui dari Oak Ridge National Laboratory serta National Renewable Energy Laboratory. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi parameter kunci yang berkontribusi terhadap ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi serta melakukan kuantifikasi ketidakpastian untuk berbagai skenario retrofit bangunan residensial.

Latar Belakang dan Signifikansi Penelitian

Bangunan residensial cenderung mengalami degradasi sistem seiring waktu, perubahan pola penggunaan, serta kendala teknis lainnya. Oleh karena itu, upaya retrofit untuk meningkatkan efisiensi energi sangat diperlukan. Namun, salah satu tantangan utama dalam proyek retrofit adalah kesalahan dalam estimasi penghematan energi akibat asumsi deterministik yang tidak mempertimbangkan ketidakpastian.

Ketidakpastian dalam simulasi energi umumnya berasal dari dua sumber utama:

  1. Ketidakpastian dalam properti fisik bangunan, termasuk efisiensi sistem HVAC, kualitas insulasi, serta tingkat kebocoran udara.
  2. Ketidakakuratan dalam model simulasi, yang sering kali muncul akibat keterbatasan data atau asumsi yang terlalu optimis dalam memprediksi konsumsi energi pasca-retrofit.

Tanpa mempertimbangkan ketidakpastian ini, investor cenderung meragukan potensi penghematan energi, yang pada akhirnya dapat menghambat adopsi teknologi efisiensi energi secara luas.

Metodologi Penelitian

Untuk mengatasi permasalahan ini, penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis probabilistik dalam model simulasi energi EnergyPlus. Simulasi dilakukan pada dua rumah penelitian di Knoxville, Tennessee, yaitu rumah sebelum retrofit (CC1) dan rumah setelah retrofit (CC2).

Penelitian ini mengevaluasi beberapa parameter kunci yang berkontribusi terhadap ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi, di antaranya:

  • Suhu set point pemanasan dan pendinginan
  • Tingkat infiltrasi udara
  • Efisiensi sistem pemanas dan pendingin (COP)
  • Beban listrik pencahayaan dan peralatan elektronik
  • Kualitas insulasi dinding dan atap

Beberapa teknik yang digunakan dalam analisis meliputi:

  1. Analisis sensitivitas global (Global Sensitivity Analysis/GSA) untuk mengidentifikasi parameter yang paling berpengaruh terhadap konsumsi energi.
  2. Simulasi Monte Carlo dan Latin Hypercube Sampling (LHS) untuk mengestimasi distribusi probabilistik konsumsi dan penghematan energi.

Selain itu, penelitian ini membandingkan empat skenario audit energi, masing-masing dengan tingkat ketidakpastian yang berbeda:

  • Skenario 1: Menggunakan informasi dasar bangunan tanpa audit tambahan, sehingga ketidakpastiannya tinggi.
  • Skenario 2: Menggunakan informasi dasar plus tes blower door untuk mengukur kebocoran udara, sehingga ketidakpastian lebih kecil.
  • Skenario 3: Menggunakan informasi dasar plus tes blower door dan tes kebocoran saluran udara (duct leakage test), yang semakin mengurangi ketidakpastian.
  • Skenario 4: Melakukan audit komprehensif, termasuk pengukuran suhu termostat dan beban listrik, untuk mendapatkan estimasi paling akurat dengan ketidakpastian paling rendah.

Hasil Penelitian dan Studi Kasus

Estimasi Konsumsi dan Penghematan Energi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah CC1 mengonsumsi energi lebih besar dibandingkan CC2 setelah retrofit. Pada skenario pertama yang hanya menggunakan informasi dasar, konsumsi energi tahunan rumah CC1 diperkirakan sekitar 26.900 kWh, sementara rumah CC2 mengonsumsi 17.500 kWh, dengan tingkat penghematan energi sekitar 34,5%. Namun, karena skenario ini memiliki ketidakpastian tinggi, rentang penghematan yang dihasilkan cukup lebar, yaitu antara 18% hingga 51%.

Setelah dilakukan pengukuran kebocoran udara melalui tes blower door (Skenario 2), hasil simulasi menunjukkan bahwa konsumsi energi rumah CC1 menurun sekitar 12%, sementara rumah CC2 tetap stabil. Penghematan energi rata-rata dalam skenario ini adalah 32%, dengan rentang penghematan yang lebih sempit, yaitu 24% hingga 41%.

Dalam Skenario 3, di mana selain tes blower door juga dilakukan tes kebocoran saluran udara, tingkat ketidakpastian semakin berkurang. Konsumsi energi rumah CC1 dan CC2 tetap hampir sama dengan skenario sebelumnya, tetapi rentang estimasi penghematan semakin menyempit menjadi 26% hingga 40%.

Skenario terakhir, yaitu audit komprehensif (Skenario 4), memberikan hasil estimasi penghematan yang hampir sama dengan skenario 3, yaitu sekitar 33% dengan ketidakpastian hanya 3,5%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah titik tertentu, pengurangan ketidakpastian dari audit tambahan tidak lagi memberikan dampak signifikan terhadap estimasi penghematan energi.

Menariknya, hasil pengukuran langsung menunjukkan bahwa rumah CC2 setelah retrofit benar-benar menghemat sekitar 28% energi dibandingkan CC1, yang berada dalam rentang estimasi dari model probabilistik yang digunakan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa tingkat infiltrasi udara adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap ketidakpastian penghematan energi, diikuti oleh efisiensi sistem pemanas dan pendingin (COP).

Pada skenario pertama, ketidakpastian dalam tingkat infiltrasi udara menyumbang hampir 70% dari keseluruhan ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi. Namun, setelah dilakukan tes blower door, kontribusi faktor ini terhadap ketidakpastian berkurang drastis, yang berarti bahwa pengukuran kebocoran udara sangat efektif dalam meningkatkan akurasi estimasi penghematan energi.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sistem HVAC yang lebih efisien (dengan COP lebih tinggi) juga berperan besar dalam menentukan penghematan energi. Dalam retrofit rumah CC2, sistem HVAC yang lebih efisien berhasil menurunkan konsumsi energi lebih dari 10% dibandingkan dengan kondisi awal di rumah CC1.

Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi penting bagi industri bangunan dan investasi energi:

  1. Audit energi yang lebih detail dapat mengurangi ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi, sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap proyek retrofit bangunan.
  2. Identifikasi parameter kunci (KIPs) memungkinkan pemodelan yang lebih efisien, tanpa perlu memasukkan semua variabel dalam simulasi.
  3. Probabilistic modeling lebih akurat dibandingkan pendekatan deterministik, karena dapat menangani variasi dalam kondisi operasional dan parameter bangunan.
  4. Duct leakage dan infiltrasi udara memiliki dampak besar pada konsumsi energi, sehingga pengukuran langsung terhadap faktor-faktor ini dapat memberikan informasi yang lebih akurat sebelum retrofit dilakukan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa pendekatan probabilistik dapat meningkatkan keakuratan prediksi penghematan energi dalam proyek retrofit bangunan residensial. Dengan menerapkan metode kuantifikasi ketidakpastian, penelitian ini membantu menginformasikan keputusan investasi energi berbasis risiko.

Beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan di masa depan meliputi:

  • Pengembangan basis data nasional untuk distribusi probabilistik parameter kunci.
  • Integrasi model ketidakpastian dalam perangkat lunak simulasi energi.
  • Studi lebih lanjut di berbagai zona iklim untuk menguji generalisasi metode ini.

Sumber Asli

Im, P., Jackson, R., Bae, Y., Dong, J., & Cui, B. (2019). Probabilistic Reliability Assessment and Case Studies for Predicted Energy Savings in Residential Buildings. Elsevier. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378778819304190

Selengkapnya
Resensi Paper: Analisis Probabilistik untuk Estimasi Penghematan Energi pada Retrofit Bangunan Residensial

Pertanian

Memahami Pengertian dan Sejarah Peternakan

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 27 Februari 2025


Peternakan adalah cabang pertanian yang berkaitan dengan hewan yang dibesarkan untuk diambil dagingnya, seratnya, susunya, atau produk lainnya. Hal ini mencakup perawatan sehari-hari, manajemen, produksi, nutrisi, pembiakan selektif, dan pemeliharaan ternak. Peternakan memiliki sejarah yang panjang, dimulai dengan Revolusi Neolitikum ketika hewan pertama kali dijinakkan, dari sekitar 13.000 SM dan seterusnya, mendahului pertanian tanaman pertama. Pada masa peradaban awal seperti Mesir kuno, sapi, domba, kambing, dan babi dipelihara di peternakan.

Perubahan besar terjadi pada pertukaran Kolumbus, ketika ternak Dunia Lama dibawa ke Dunia Baru, dan kemudian pada Revolusi Pertanian Inggris pada abad ke-18, ketika ras ternak seperti sapi Dishley Longhorn dan domba Lincoln Longwool dengan cepat ditingkatkan oleh para ahli pertanian, seperti Robert Bakewell, untuk menghasilkan lebih banyak daging, susu, dan wol. Berbagai spesies lain, seperti kuda, kerbau, llama, kelinci, dan marmut, digunakan sebagai hewan ternak di beberapa bagian dunia. Peternakan serangga, serta akuakultur ikan, moluska, dan krustasea, tersebar luas.

Peternakan modern bergantung pada sistem produksi yang disesuaikan dengan jenis lahan yang tersedia. Peternakan subsisten digantikan oleh peternakan intensif di belahan dunia yang lebih maju, di mana, misalnya, sapi potong dipelihara di tempat penggemukan dengan kepadatan tinggi, dan ribuan ayam dapat dibesarkan di kandang ayam pedaging atau baterai. Di tanah yang lebih miskin, seperti di dataran tinggi, hewan sering kali dipelihara secara ekstensif dan dibiarkan berkeliaran secara luas, mencari makan sendiri. Peternakan hewan dalam skala modern mendorong perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Sebagian besar hewan ternak adalah herbivora, kecuali babi dan ayam yang merupakan omnivora. Ternak ruminansia seperti sapi dan domba beradaptasi untuk memakan rumput; mereka dapat mencari makan di luar ruangan atau dapat diberi makan seluruhnya atau sebagian dari ransum yang lebih kaya energi dan protein, seperti sereal pelet. Babi dan unggas tidak dapat mencerna selulosa dalam hijauan dan membutuhkan makanan berprotein tinggi lainnya.

Kata kerja to husband, yang berarti "mengelola dengan hati-hati", berasal dari makna suami yang lebih tua, yang pada abad ke-14 mengacu pada kepemilikan dan perawatan rumah tangga atau pertanian, tetapi saat ini berarti "kontrol atau penggunaan sumber daya secara bijaksana", dan dalam pertanian, budidaya tanaman atau hewan. Petani dan peternak yang memelihara ternak dianggap mempraktikkan peternakan.

Kelahiran Peternakan

 
Domestikasi hewan ruminansia, seperti domba ekor gemuk di Afghanistan ini, menyediakan sumber makanan yang dapat diandalkan bagi para pengembara di Timur Tengah dan Asia Tengah.

Domestikasi ternak didorong oleh kebutuhan untuk memiliki makanan saat berburu tidak produktif. Karakteristik yang diinginkan dari hewan peliharaan adalah hewan tersebut harus berguna bagi pemeliharanya, dapat berkembang biak dengan baik, dapat berkembang biak dengan bebas, dan mudah dirawat. Domestikasi bukanlah sebuah peristiwa tunggal, melainkan sebuah proses yang diulang-ulang di berbagai periode di tempat yang berbeda. Domba dan kambing adalah hewan yang menemani para pengembara di Timur Tengah, sementara sapi dan babi diasosiasikan dengan komunitas yang lebih menetap. Hewan liar pertama yang dijinakkan adalah anjing. Anjing yang setengah liar, mungkin dimulai dari individu yang masih muda, mungkin telah ditoleransi sebagai pemulung dan pembunuh hama, dan secara alamiah merupakan pemburu kawanan, cenderung menjadi bagian dari kawanan manusia dan ikut berburu.

Hewan-hewan mangsa, domba, kambing, babi, dan sapi, secara progresif didomestikasi pada awal sejarah pertanian. Babi didomestikasi di Timur Dekat antara 8.500 dan 8000 SM, domba dan kambing di atau dekat Bulan Sabit Subur sekitar 8.500 SM, dan sapi dari aurora liar di daerah Turki dan Pakistan modern sekitar 8.500 SM. Seekor sapi merupakan keuntungan besar bagi penduduk desa karena ia menghasilkan lebih banyak susu daripada yang dibutuhkan anaknya, dan tenaganya dapat digunakan sebagai hewan pekerja, menarik bajak untuk meningkatkan produksi tanaman, dan menarik kereta luncur, dan kemudian kereta dorong, untuk membawa hasil panen dari ladang. Hewan penarik pertama kali digunakan sekitar 4.000 SM di Timur Tengah, dan meningkatkan produksi pertanian secara signifikan.

Di Asia selatan, gajah telah didomestikasi pada tahun 6.000 SM. Fosil tulang ayam yang berasal dari tahun 5040 SM telah ditemukan di timur laut Tiongkok, jauh dari tempat nenek moyang mereka yang masih hidup di hutan tropis Asia, tetapi para arkeolog percaya bahwa tujuan awal domestikasi adalah untuk olahraga sabung ayam. Sementara itu, di Amerika Selatan, llama dan alpaka telah didomestikasi, mungkin sebelum tahun 3.000 SM, sebagai hewan pembawa beban dan diambil bulunya. Keduanya tidak cukup kuat untuk menarik bajak sehingga membatasi perkembangan pertanian di Dunia Baru.

Kuda muncul secara alami di padang rumput Asia Tengah dan domestikasi mereka dimulai sekitar 3.000 SM di wilayah Laut Hitam dan Laut Kaspia. Meskipun kuda pada awalnya dipandang sebagai sumber daging, penggunaannya sebagai hewan tunggangan dan untuk berkuda kemudian menyusul. Sekitar waktu yang sama, keledai liar dijinakkan di Mesir. Unta dijinakkan segera setelah itu, dengan unta Baktria di Mongolia dan unta Arab menjadi hewan pengangkut barang. Pada tahun 1000 SM, kafilah-kafilah unta Arab menghubungkan India dengan Mesopotamia dan Mediterania.

Peradaban Kuno


Memerah susu sapi di Mesir kuno.

Di Mesir kuno, sapi adalah ternak yang paling penting, dan domba, kambing, dan babi juga dipelihara; unggas termasuk bebek, angsa, dan merpati ditangkap dengan jaring dan dikembangbiakkan di peternakan, di mana mereka diberi makan paksa dengan adonan untuk menggemukkan mereka. Sungai Nil menyediakan sumber ikan yang berlimpah. Lebah madu telah didomestikasi setidaknya sejak Kerajaan Lama, menyediakan madu dan lilin. Di Roma kuno, semua ternak yang dikenal di Mesir kuno tersedia. Selain itu, kelinci telah dijinakkan untuk dimakan pada abad pertama sebelum masehi. Untuk membantu mengeluarkan mereka dari liang mereka, polecat dijinakkan sebagai musang, yang penggunaannya dijelaskan oleh Pliny the Elder.

Peternakan Abad Pertengahan


Penggembala dengan domba di kandang rintangan anyaman. Prancis Abad Pertengahan. Abad ke-15, Perpustakaan Bodleian, MS Douce 195.

Di Eropa utara, pertanian termasuk peternakan mengalami kemunduran ketika kekaisaran Romawi runtuh. Beberapa aspek seperti penggembalaan hewan terus berlanjut selama periode tersebut. Pada abad ke-11, ekonomi telah pulih dan pedesaan kembali produktif. Buku Domesday mencatat setiap bidang tanah dan setiap hewan di Inggris: "tidak ada satu kulit pun, atau satu halaman tanah, bahkan seekor lembu, sapi, atau babi pun tidak ada yang tersisa, yang tidak tercantum dalam surat perintah (raja)."Sebagai contoh, rumah kerajaan Earley di Berkshire, salah satu dari ribuan desa yang tercatat dalam buku tersebut, pada tahun 1086 memiliki "2 perikanan yang bernilai (membayar pajak) 7s dan 6d [setiap tahun] dan 20 hektar padang rumput (untuk ternak). Hutan untuk (memberi makan) 70 ekor babi."

Perbaikan peternakan pada periode abad pertengahan di Eropa berjalan seiring dengan perkembangan lainnya. Perbaikan pada bajak memungkinkan tanah untuk digarap lebih dalam. Kuda mengambil alih peran sapi sebagai penyedia daya tarik utama, ide-ide baru tentang rotasi tanaman dikembangkan, dan penanaman tanaman untuk pakan ternak musim dingin mulai berkembang. Kacang polong, kacang-kacangan, dan vetsin menjadi hal yang umum; tanaman-tanaman tersebut meningkatkan kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen, sehingga lebih banyak hewan ternak yang dapat dipelihara.

Pertukaran Kolumbus

Eksplorasi dan kolonisasi Amerika Utara dan Selatan menghasilkan pengenalan tanaman seperti jagung, kentang, ubi jalar, dan ubi kayu ke Eropa, sementara ternak utama Dunia Lama - sapi, kuda, domba, dan kambing - diperkenalkan ke Dunia Baru untuk pertama kalinya bersama dengan gandum, jelai, beras, dan lobak.

Revolusi Pertanian


Trah Lincoln Longwool diperbaiki oleh Robert Bakewell pada abad ke-18.

Pemuliaan selektif untuk sifat-sifat yang diinginkan ditetapkan sebagai praktik ilmiah oleh Robert Bakewell selama Revolusi Pertanian Inggris pada abad ke-18. Salah satu program pemuliaan terpentingnya adalah dengan domba. Dengan menggunakan ternak asli, ia dapat dengan cepat memilih domba yang besar, bertulang halus, dan memiliki bulu yang panjang dan berkilau.

Lincoln Longwool diperbaiki oleh Bakewell dan pada gilirannya Lincoln digunakan untuk mengembangkan jenis berikutnya, yang dinamai New (atau Dishley) Leicester. Domba ini tidak bertanduk dan memiliki tubuh yang persegi dan gemuk dengan garis atas yang lurus. Domba-domba ini diekspor secara luas dan telah berkontribusi pada berbagai jenis domba modern. Di bawah pengaruhnya, para peternak Inggris mulai mengembangbiakkan sapi untuk digunakan sebagai daging sapi. Sapi dara bertanduk panjang disilangkan dengan sapi jantan Westmoreland untuk menciptakan sapi Dishley Longhorn.

Padang rumput semi-alami dan tidak subur yang dibentuk oleh metode pertanian tradisional di Eropa dikelola dengan merumput dan memotong. Karena dampak ekologis dari strategi pengelolaan lahan ini mirip dengan dampak gangguan alam seperti kebakaran hutan, sistem pertanian ini memiliki banyak karakteristik yang menguntungkan dengan habitat alami, termasuk mempromosikan keanekaragaman hayati. Strategi ini menurun di Eropa saat ini karena intensifikasi pertanian. Metode mekanis dan kimiawi yang digunakan menyebabkan keanekaragaman hayati menurun.


Diasdur dari: en.wikipedia.org 

Selengkapnya
Memahami Pengertian dan Sejarah Peternakan

Pertanian

Mendalami Dunia Peternakan Hewan

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 27 Februari 2025


Ternak adalah hewan peliharaan yang dipelihara di lingkungan pertanian untuk menyediakan tenaga kerja dan menghasilkan produk yang beragam untuk konsumsi seperti daging, telur, susu, bulu, kulit, dan wol. Istilah ini terkadang digunakan untuk merujuk hanya pada hewan yang dipelihara untuk konsumsi, dan terkadang digunakan untuk merujuk hanya pada hewan pemamah biak yang diternakkan, seperti sapi, domba, dan kambing. Kuda dianggap sebagai hewan ternak di Amerika Serikat. USDA mengklasifikasikan daging babi, sapi muda, daging sapi, dan domba (kambing) sebagai hewan ternak, dan semua hewan ternak sebagai daging merah. Unggas dan ikan tidak termasuk dalam kategori ini. Yang terakhir ini kemungkinan besar disebabkan oleh fakta bahwa produk ikan tidak diatur oleh USDA, tetapi oleh FDA.

Pembiakan, pemeliharaan, penyembelihan, dan penaklukan ternak secara umum, yang disebut peternakan, adalah bagian dari pertanian modern dan telah dipraktikkan di banyak budaya sejak peralihan manusia ke pertanian dari gaya hidup pemburu-pengumpul. Praktik peternakan sangat bervariasi di berbagai budaya dan periode waktu. Peternakan terus memainkan peran ekonomi dan budaya yang penting di berbagai komunitas.

Praktik peternakan sebagian besar telah bergeser menjadi peternakan intensif. Peternakan intensif meningkatkan hasil dari berbagai hasil komersial, tetapi juga berdampak negatif terhadap kesejahteraan hewan, lingkungan, dan kesehatan masyarakat. Khususnya, daging sapi, sapi perah, dan domba merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang sangat besar dari sektor pertanian.

Etimologi

Kata ternak pertama kali digunakan antara tahun 1650 dan 1660, sebagai kata majemuk yang menggabungkan kata "hidup" dan "stok". Dalam beberapa periode, "sapi" dan "ternak" digunakan secara bergantian. Saat ini, pengertian sapi modern adalah hewan jenis sapi yang didomestikasi, sedangkan ternak memiliki arti yang lebih luas.

Undang-undang federal Amerika Serikat mendefinisikan istilah untuk menjadikan komoditas pertanian tertentu memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat untuk suatu program atau kegiatan. Misalnya, Undang-Undang Wajib Pelaporan Peternakan tahun 1999 (P.L. 106–78, Judul IX) mendefinisikan ternak hanya sebagai sapi, babi, dan domba, sedangkan undang-undang bantuan bencana tahun 1988 mendefinisikan istilah tersebut sebagai "sapi, domba, kambing, babi, unggas (termasuk unggas penghasil telur), hewan kuda yang digunakan untuk pangan atau produksi pangan, ikan yang digunakan untuk pangan, dan hewan lain yang ditunjuk oleh Sekretaris”.

Berbeda dengan ternak, hewan mati didefinisikan sebagai "hewan yang mati sebelum disembelih, terkadang karena sakit atau penyakit". Di banyak negara, seperti Kanada, menjual atau mengolah daging dari hewan mati untuk konsumsi manusia adalah tindakan ilegal.

Sejarah Singkat

Pemeliharaan hewan berasal dari transisi budaya ke komunitas pertanian yang menetap dari gaya hidup pemburu-pengumpul. Hewan dijinakkan ketika perkembangbiakan dan kondisi kehidupannya dikontrol oleh manusia. Seiring berjalannya waktu, perilaku kolektif, siklus hidup, dan fisiologi hewan ternak telah berubah secara radikal. Banyak hewan ternak modern yang tidak cocok dengan kehidupan di alam liar.

Anjing adalah hewan yang paling awal dijinakkan; anjing muncul di Eropa dan Timur Jauh sejak sekitar 15.000 tahun yang lalu. Kambing dan domba didomestikasi dalam beberapa peristiwa antara 11.000 hingga 5.000 tahun yang lalu di Asia Barat Daya. Babi didomestikasi pada tahun 8.500 SM di Timur Dekat dan 6.000 SM di Cina. Domestikasi kuda dimulai sekitar tahun 4.000 SM. Sapi telah dijinakkan sejak sekitar 10.500 tahun yang lalu. Ayam dan unggas lainnya mungkin telah dijinakkan sekitar 7.000 SM.

Praktik Pertanian

Secara tradisional, peternakan merupakan bagian dari cara hidup petani subsisten, yang tidak hanya menghasilkan makanan yang dibutuhkan oleh keluarga tetapi juga bahan bakar, pupuk, pakaian, transportasi, dan tenaga kerja. Membunuh hewan untuk dimakan merupakan pertimbangan sekunder, dan sedapat mungkin produk mereka, seperti wol, telur, susu, dan darah (oleh Maasai) dipanen ketika hewan tersebut masih hidup. Dalam sistem transhumance tradisional, manusia dan ternak berpindah secara musiman antara padang rumput musim panas dan musim dingin yang tetap; di daerah pegunungan, padang rumput musim panas berada di pegunungan, sedangkan padang rumput musim dingin berada di lembah-lembah.

Hewan dapat dipelihara secara ekstensif atau intensif. Sistem ekstensif melibatkan hewan yang berkeliaran sesuka hati, atau di bawah pengawasan seorang penggembala, sering kali untuk melindungi mereka dari predator. Peternakan di Amerika Serikat bagian Barat melibatkan kawanan besar sapi yang merumput secara luas di lahan publik dan pribadi. Peternakan serupa juga ditemukan di Amerika Selatan, Australia, dan tempat-tempat lain yang memiliki lahan yang luas dan curah hujan yang rendah. Sistem peternakan telah digunakan untuk domba, rusa, burung unta, emu, llama, dan alpaka. Di dataran tinggi Inggris Raya, domba-domba dikeluarkan di air terjun pada musim semi dan merumput di rumput pegunungan yang melimpah tanpa perawatan, dibawa ke dataran yang lebih rendah pada akhir tahun, dengan pemberian makanan tambahan di musim dingin.

Di lokasi pedesaan, babi dan unggas dapat memperoleh sebagian besar nutrisi mereka dari hasil memulung, dan di komunitas Afrika, ayam dapat hidup berbulan-bulan tanpa diberi makan, dan masih menghasilkan satu atau dua telur dalam seminggu. Di sisi lain, di belahan dunia yang lebih Barat, hewan-hewan sering dikelola secara intensif; sapi perah mungkin dipelihara dalam kondisi tanpa padang rumput dengan semua hijauan yang diberikan kepada mereka; sapi potong mungkin dipelihara di tempat penggemukan dengan kepadatan tinggi; babi mungkin ditempatkan di gedung-gedung yang dikontrol oleh iklim dan tidak pernah keluar rumah; unggas dapat dipelihara di dalam lumbung dan dipelihara di dalam sangkar sebagai unggas petelur dalam kondisi yang dikendalikan oleh pencahayaan. Di antara kedua ekstrem ini terdapat peternakan semi-intensif, yang sering kali dikelola oleh keluarga, di mana ternak merumput di luar hampir sepanjang tahun, silase atau jerami dibuat untuk menutupi waktu-waktu di mana rumput berhenti tumbuh, dan pupuk, pakan, serta input lainnya dibeli ke peternakan dari luar.

Pemangsaan

Peternak sering kali harus berhadapan dengan pemangsaan dan pencurian hewan-hewan alam oleh hewan pengerat. Di Amerika Utara, hewan seperti serigala abu-abu, beruang grizzly, puma, dan anjing hutan terkadang dianggap sebagai ancaman bagi ternak. Di Eurasia dan Afrika, predator termasuk serigala, macan tutul, harimau, singa, dhole, beruang hitam Asia, buaya, hyena tutul, dan karnivora lainnya. Di Amerika Selatan, anjing liar, jaguar, anaconda, dan beruang berkacamata merupakan ancaman bagi ternak. Di Australia, dingo, rubah, dan elang ekor baji merupakan predator yang umum, dengan ancaman tambahan dari anjing peliharaan yang mungkin membunuh sebagai respons terhadap naluri berburu, dan meninggalkan bangkai yang tidak termakan.

Transportasi dan Pemasaran

Pelelangan ternak lokal dan regional serta pasar pertanian khusus memfasilitasi perdagangan ternak. Di Kanada, di rumah potong hewan Cargill di High River, Alberta, 2.000 pekerja memproses 4.500 sapi per hari, atau lebih dari sepertiga kapasitas Kanada. Pabrik ini ditutup ketika beberapa pekerjanya terinfeksi penyakit virus corona 2019. Pabrik Cargill bersama dengan pabrik JBS di Brooks, Alberta dan pabrik Harmony Beef di Balzac, Alberta, mewakili tiga perempat pasokan daging sapi Kanada. Di wilayah lain, ternak dapat dibeli dan dijual di pasar tradisional atau pasar tradisional, seperti yang dapat ditemukan di berbagai wilayah di Asia Tengah.

Di negara-negara non-Barat, menyediakan akses ke pasar telah mendorong para peternak untuk berinvestasi di bidang peternakan, yang hasilnya adalah peningkatan mata pencaharian. Sebagai contoh, International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT) telah bekerja di Zimbabwe untuk membantu para petani memanfaatkan ternak mereka sebaik mungkin.


Disadur dari: en.wikipedia.org 

Selengkapnya
Mendalami Dunia Peternakan Hewan
« First Previous page 490 of 1.094 Next Last »