Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Optimalisasi Rantai Pasok dengan Model Lean dan Agile: Integrasi Strategis untuk Efisiensi dan Fleksibilitas

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025


Pendahuluan

Dalam lingkungan bisnis yang terus berubah, manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) menjadi elemen penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Model Lean dan Agile kini banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam SCM. Paper ini mengkaji pengaruh penerapan model Lean dan Agile dalam rantai pasok serta bagaimana kombinasi keduanya dapat meningkatkan resiliensi, kecepatan, dan adaptabilitas operasional.

Konsep Lean dan Agile dalam Supply Chain

  1. Lean Supply Chain
    • Berfokus pada pengurangan pemborosan dan peningkatan efisiensi operasional.
    • Menggunakan konsep Just-In-Time (JIT) untuk mengurangi persediaan berlebih.
    • Memastikan pengiriman tepat waktu dengan biaya rendah.
  2. Agile Supply Chain
    • Menyesuaikan produksi dan distribusi dengan permintaan pasar yang cepat berubah.
    • Meningkatkan fleksibilitas dan kecepatan respons terhadap gangguan rantai pasok.
    • Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan koordinasi dan transparansi.
  3. Leagility: Kombinasi Lean & Agile
    • Lean digunakan di bagian hulu rantai pasok untuk mengurangi pemborosan.
    • Agile diterapkan di bagian hilir untuk fleksibilitas dan adaptasi cepat terhadap permintaan pelanggan.
    • Memungkinkan efisiensi biaya sekaligus ketahanan terhadap perubahan pasar.

Metodologi Penelitian

Paper ini melakukan studi literatur terhadap berbagai penelitian mengenai implementasi Lean dan Agile dalam SCM. Penelitian ini mengidentifikasi studi kasus dari berbagai industri, mengukur keberhasilan implementasi, dan membahas tantangan serta peluang penerapannya.

Studi Kasus & Data Empiris

1. Industri Otomotif – Volkswagen Autoeuropa

  • Implementasi Lean & Agile dalam rantai pasok meningkatkan efisiensi produksi hingga 30%.
  • Penerapan Just-In-Time (JIT) dan digital twins membantu meminimalisir pemborosan dan meningkatkan ketahanan pasok.

2. Industri Makanan – Nestlé

  • Menggunakan Lean untuk mengurangi limbah produksi sebesar 20%.
  • Menerapkan Agile dalam distribusi untuk menyesuaikan pasokan dengan permintaan musiman.

3. Industri Farmasi – AstraZeneca

  • Penggunaan Lean dalam produksi vaksin mengurangi waktu produksi hingga 50% lebih cepat dibanding metode konvensional.
  • Agile Supply Chain memungkinkan distribusi cepat ke berbagai negara selama pandemi COVID-19.

Tantangan & Solusi Implementasi

  1. Kendala Integrasi Sistem
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem konvensional yang sulit diintegrasikan dengan model Lean & Agile.
    • Solusi: Investasi dalam teknologi digital seperti AI, IoT, dan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
  2. Tingginya Biaya Implementasi
    • Transformasi rantai pasok memerlukan investasi besar dalam teknologi dan pelatihan karyawan.
    • Solusi: Mengadopsi pendekatan bertahap dengan fokus pada quick wins untuk ROI lebih cepat.
  3. Kesulitan Mengubah Budaya Organisasi
    • Penerapan Lean & Agile memerlukan perubahan budaya kerja yang lebih kolaboratif dan adaptif.
    • Solusi: Pelatihan manajemen perubahan dan penggunaan metode Agile seperti Scrum atau Kanban.

Kesimpulan & Rekomendasi

Paper ini menegaskan bahwa kombinasi Lean dan Agile dalam rantai pasok dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas secara signifikan. Untuk keberhasilan implementasi, perusahaan perlu:
Mengoptimalkan proses Lean di bagian produksi dan pengadaan.
Mengadopsi Agile dalam distribusi dan layanan pelanggan.
Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan visibilitas dan respons rantai pasok.

Sumber Artikel: Hassani, Youssef; Ceaușu, Ioana; Iordache, Adrian (2020). Lean and Agile Model Implementation for Managing the Supply Chain. Proceedings of the 14th International Conference on Business Excellence, Bucharest University of Economic Studies, pp. 847-858.

 

Selengkapnya
Optimalisasi Rantai Pasok dengan Model Lean dan Agile: Integrasi Strategis untuk Efisiensi dan Fleksibilitas

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Inovasi Last-Mile Delivery: Solusi Cerdas untuk Efisiensi Logistik dan Keberlanjutan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025


Pendahuluan

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, last-mile delivery (LMD) menjadi tantangan utama dalam rantai pasok modern. Pengiriman tahap akhir ini sering kali menyumbang 40%-50% dari total biaya logistik dan berdampak besar terhadap kepuasan pelanggan serta keberlanjutan lingkungan.

Artikel ini mengulas inovasi dalam last-mile delivery, seperti drone, robot pengiriman, smart parcel lockers, dan crowdsourcing, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasi teknologi ini.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery

1. Peningkatan Volume Pengiriman

  • Jumlah paket yang dikirim meningkat pesat akibat urbanisasi dan e-commerce.
  • Di Jerman, jumlah pengiriman paket tahunan diprediksi naik dari 1,69 miliar (2000) menjadi 4,4 miliar (2023).

2. Dampak Lingkungan dan Keberlanjutan

  • Kendaraan pengiriman berkontribusi terhadap 15%-20% kemacetan lalu lintas dan 60% emisi karbon di kota-kota besar seperti Paris.
  • Alternatif hijau, seperti sepeda kargo dan kendaraan listrik, menjadi solusi potensial.

3. Biaya Operasional Tinggi

  • Biaya pengiriman berkisar €2-€6 per paket di Finlandia, tergantung kepadatan wilayah.
  • Kegagalan pengiriman pertama bisa mencapai 12%-60%, meningkatkan biaya operasional.

4. Tekanan Waktu Pengiriman

  • Pengiriman same-day dan next-day semakin menjadi standar industri.
  • Lonjakan pesanan pada hari Senin serta musim liburan menambah beban operasional.

Solusi Inovatif dalam Last-Mile Delivery

1. Drone Pengiriman

  • Amazon Prime Air dan Google Wing sudah mengadopsi drone untuk pengiriman cepat.
  • DHL di China memangkas waktu pengiriman dari 40 menit menjadi 8 menit dengan drone, serta mengurangi biaya per pengiriman hingga 80%.
  • Tantangan utama: regulasi ketat dan keterbatasan baterai.

2. Robot Pengiriman

  • Starship Technologies dan Amazon Scout telah mengembangkan robot otonom untuk pengiriman jarak pendek.
  • Keunggulan: Lebih aman dibandingkan drone, tidak terpengaruh kondisi cuaca.
  • Hambatan utama: Kecepatan rendah (hanya 6 km/jam) dan kapasitas muatan terbatas (maksimum 10 kg).

3. Parcel Lockers dan Micro-Hubs

  • DHL dan InPost telah menerapkan parcel lockers, memungkinkan pelanggan mengambil paket kapan saja.
  • Parcel lockers dapat mengurangi emisi karbon hingga 193 ton per tahun.
  • Tantangan utama: Pemilihan lokasi yang strategis agar mudah diakses pelanggan.

4. Crowdsourced Delivery

  • Model Uber-style delivery, seperti yang digunakan oleh Amazon Flex, mengandalkan kurir independen.
  • Keunggulan: Fleksibilitas tinggi dan biaya lebih rendah dibandingkan layanan tradisional.
  • Tantangan utama: Kontrol kualitas dan keandalan layanan.

Studi Kasus: Implementasi Inovasi Last-Mile Delivery

1. Amazon Prime Air (Amerika Serikat)

  • Uji coba drone di beberapa kota dengan target pengiriman di bawah 30 menit.
  • Tantangan: Persetujuan regulasi FAA dan masalah keamanan udara.

2. Starship Technologies (Eropa)

  • Robot pengiriman diuji di Jerman, Inggris, dan Belanda dengan peningkatan efisiensi pengiriman hingga 30%.
  • Kendala utama: Interaksi dengan pejalan kaki di trotoar.

3. JD Logistics (China)

  • Menggunakan drone di daerah terpencil, memotong waktu pengiriman hingga 50%.
  • Keunggulan: Drone lebih cepat menjangkau area yang sulit diakses kendaraan darat.

Rekomendasi untuk Masa Depan

  1. Regulasi yang Mendukung Inovasi
    • Pemerintah perlu menyesuaikan regulasi untuk mendukung penggunaan drone dan robot pengiriman.
  2. Investasi dalam Teknologi AI dan Machine Learning
    • Optimasi rute pengiriman menggunakan AI dapat mengurangi waktu dan biaya operasional.
  3. Ekspansi Infrastruktur Parcel Lockers dan Micro-Hubs
    • Memperluas jangkauan parcel lockers untuk mengurangi pengiriman gagal.
  4. Integrasi Kendaraan Ramah Lingkungan
    • Penggunaan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi jejak karbon industri logistik.

Kesimpulan

Industri last-mile delivery menghadapi tantangan besar, namun inovasi seperti drone, robot, dan parcel lockers dapat meningkatkan efisiensi operasional dan keberlanjutan lingkungan.

  • DHL di China berhasil memangkas waktu pengiriman dari 40 menit menjadi 8 menit dengan drone.
  • Parcel lockers terbukti mampu mengurangi emisi karbon hingga 193 ton per tahun.
  • Robot pengiriman meningkatkan efisiensi pengiriman hingga 30% di Eropa.

Dengan dukungan regulasi dan investasi teknologi, masa depan last-mile delivery akan lebih efisien, ramah lingkungan, dan dapat diandalkan.

Sumber Artikel : Wassen AM Mohammad, Yousef Nazih Diab, Adel Elomri & Chefi Triki (2023). Innovative solutions in last mile delivery: concepts, practices, challenges, and future directions. Supply Chain Forum: An International Journal, 24:2, 151-169.

 

Selengkapnya
Inovasi Last-Mile Delivery: Solusi Cerdas untuk Efisiensi Logistik dan Keberlanjutan

Logistik Cerdas dan Pengiriman Last Mile

Optimalisasi Last-Mile Delivery dalam E-Commerce: Strategi Crowdsourcing Logistics dan Algoritma Optimasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025


Pendahuluan

Perkembangan e-commerce telah mendorong peningkatan permintaan terhadap layanan pengiriman cepat dan fleksibel. Namun, tantangan utama dalam last-mile delivery adalah tingginya biaya operasional, inefisiensi logistik, dan dampak lingkungan akibat peningkatan jumlah kendaraan pengiriman.

Penelitian ini mengeksplorasi solusi inovatif untuk meningkatkan efisiensi last-mile delivery dalam model business-to-consumer (B2C). Dengan fokus pada crowdsourcing logistics dan penerapan algoritma optimasi, studi ini menawarkan strategi baru untuk memenuhi permintaan pelanggan sambil mengurangi beban operasional dan lingkungan.

Tantangan dalam Last-Mile Delivery B2C

1. Efisiensi Operasional dan Biaya Pengiriman

  • Last-mile delivery menyumbang 50% dari total biaya pengiriman dalam rantai pasok e-commerce.
  • Kebutuhan akan pengiriman cepat (same-day atau next-day) meningkatkan tekanan pada perusahaan logistik untuk mempertahankan layanan yang kompetitif.

2. Dampak Lingkungan dan Kemacetan

  • Kendaraan pengiriman menyumbang hingga 25% dari total emisi CO₂ transportasi di perkotaan.
  • Peningkatan lalu lintas kendaraan pengiriman memperparah kemacetan dan mengurangi efisiensi distribusi barang.

3. Pengiriman Gagal dan Pengembalian Barang

  • 10% dari total paket yang dikirim mengalami kegagalan pengiriman pada percobaan pertama, meningkatkan kebutuhan untuk kunjungan ulang dan biaya tambahan.

Solusi Inovatif dalam Last-Mile Delivery

Penelitian ini membahas dua model utama dalam optimalisasi last-mile delivery berbasis teknologi dan crowdsourcing:

1. Crowdsourcing Logistics: Menggunakan Kapasitas Berlebih

  • Memanfaatkan individu dengan kendaraan pribadi untuk melakukan pengiriman paket.
  • Sistem berbasis platform digital menghubungkan pengirim dengan pengemudi yang tersedia di area tertentu.
  • Contoh implementasi: Amazon Flex dan Uber Freight, di mana pengemudi independen dapat mengambil dan mengirimkan paket sesuai dengan jadwal fleksibel mereka.

2. Algoritma Optimasi Rute Pengiriman

  • Menggunakan teknologi Machine Learning dan AI untuk mengoptimalkan rute pengiriman berdasarkan permintaan pelanggan dan kondisi lalu lintas.
  • Model Vehicle Routing Problem with Roaming Delivery Locations (VRPRDL) memungkinkan pengiriman ke lokasi alternatif seperti kantor atau tempat parkir pelanggan untuk menghindari pengiriman gagal.

Studi Kasus: Implementasi Crowdsourcing Logistics dalam Last-Mile Delivery

1. Penggunaan Crowdsourcing oleh Walmart

  • Walmart mengadopsi model crowdshipping, di mana pelanggan di toko fisik dapat mengantarkan pesanan online pelanggan lain.
  • Model ini memungkinkan pengurangan biaya pengiriman hingga 30% dibandingkan dengan metode konvensional.

2. Amazon Flex: Memanfaatkan Pengemudi Independen

  • Amazon menggunakan pengemudi independen untuk meningkatkan fleksibilitas pengiriman same-day.
  • Dalam beberapa kasus, waktu pengiriman dapat dikurangi hingga 50% dibandingkan dengan metode tradisional.

3. Penggunaan Trunk Delivery sebagai Solusi Alternatif

  • Model ini memungkinkan kurir mengirimkan paket langsung ke bagasi mobil pelanggan yang diparkir di lokasi tertentu.
  • Studi menunjukkan bahwa 72,2% pelanggan menginginkan opsi ini untuk meningkatkan fleksibilitas pengiriman mereka.

Tantangan dan Rekomendasi dalam Implementasi Solusi Inovatif

1. Keamanan dan Kepercayaan dalam Crowdsourcing Logistics

Solusi:

  • Pengemudi harus melalui proses verifikasi dan pelatihan dasar sebelum dapat bergabung dalam sistem.
  • Sistem pelacakan berbasis AI dan blockchain dapat memastikan keamanan transaksi dan pengiriman.

2. Ketergantungan pada Ketersediaan Pengemudi

Solusi:

  • Menggunakan incentive-based models untuk menarik lebih banyak pengemudi, terutama pada jam sibuk.
  • Memanfaatkan teknologi prediktif untuk memperkirakan permintaan dan menyesuaikan ketersediaan armada crowdsourcing.

3. Regulasi dan Kebijakan Transportasi Perkotaan

Solusi:

  • Berkolaborasi dengan pemerintah lokal untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung penggunaan kendaraan listrik dan rute pengiriman yang lebih efisien.
  • Menggunakan kendaraan listrik dan sepeda kargo untuk mengurangi dampak lingkungan.

Kesimpulan

Solusi inovatif dalam last-mile delivery berbasis crowdsourcing dan algoritma optimasi memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi dalam distribusi e-commerce.

Crowdsourcing logistics dapat mengurangi biaya pengiriman hingga 30%.
Algoritma AI dan Machine Learning meningkatkan efisiensi rute dan mengurangi waktu pengiriman hingga 50%.
Model trunk delivery dan pickup points mengurangi pengiriman gagal dan meningkatkan fleksibilitas pelanggan.

Dengan adopsi strategi ini, perusahaan logistik dan e-commerce dapat meningkatkan layanan pelanggan sambil mengurangi dampak lingkungan dan biaya operasional.

Sumber Artikel: Sampaio Oliveira, A. H. (2021). Innovative business-to-business last-mile solutions: models and algorithms. Technische Universiteit Eindhoven.

 

Selengkapnya
Optimalisasi Last-Mile Delivery dalam E-Commerce: Strategi Crowdsourcing Logistics dan Algoritma Optimasi

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Strategi dan Praktik Supply Chain Management: Dampak terhadap Kinerja Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Paper berjudul The Study of Supply Chain Management Strategy and Practices on Supply Chain Performance oleh Inda Sukati, Abu Bakar Hamid, Rohaizat Baharun, dan Rosman Md Yusoff membahas hubungan antara strategi SCM dan praktik SCM terhadap kinerja rantai pasok, dengan fokus pada industri manufaktur di Malaysia.

Penelitian ini menyoroti bahwa meskipun strategi SCM penting, faktor utama yang benar-benar mempengaruhi kinerja rantai pasok adalah praktik SCM yang diterapkan oleh perusahaan. Studi ini menggunakan data dari 200 manajer rantai pasok di berbagai bidang, termasuk eksekutif perusahaan, pembelian, produksi, distribusi, dan logistik. Hasilnya menunjukkan bahwa kemitraan strategis dengan pemasok, hubungan pelanggan, dan berbagi informasi memiliki dampak yang signifikan terhadap integrasi rantai pasok, fleksibilitas, dan responsivitas terhadap pelanggan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan survei kuesioner yang dikirimkan kepada 200 manajer di industri manufaktur Malaysia. Sebanyak 62% kuesioner dikembalikan, dan 51% di antaranya dapat digunakan untuk analisis. Data dianalisis menggunakan metode statistik seperti uji validitas dan reliabilitas, korelasi, serta regresi berganda untuk memahami hubungan antara variabel independen dan dependen.

Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan dua faktor utama:

  1. Strategi SCM, yang mencakup lean supply chain, agile supply chain, dan hybrid supply chain.
  2. Praktik SCM, yang mencakup kemitraan strategis dengan pemasok, hubungan pelanggan, dan berbagi informasi.

Hubungan Strategi dan Praktik SCM dengan Kinerja Rantai Pasok

Penelitian ini menemukan bahwa strategi SCM memiliki hubungan yang lemah dengan kinerja rantai pasok, sedangkan praktik SCM memiliki hubungan yang lebih kuat dan signifikan terhadap kinerja rantai pasok.

  1. Lean, Agile, dan Hybrid Supply Chain
    • Lean supply chain berfokus pada pengurangan pemborosan dan peningkatan efisiensi, tetapi tidak memiliki hubungan yang kuat dengan integrasi rantai pasok.
    • Agile supply chain lebih fleksibel dan dapat merespons perubahan pasar dengan cepat, sehingga memiliki hubungan yang lebih kuat dengan fleksibilitas dan responsivitas pelanggan.
    • Hybrid supply chain menggabungkan pendekatan lean dan agile, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak memiliki dampak signifikan terhadap kinerja rantai pasok.
  2. Kemitraan Strategis dengan Pemasok
    • Studi menemukan bahwa kemitraan strategis dengan pemasok memiliki korelasi signifikan dengan kinerja rantai pasok.
    • Hubungan kemitraan yang baik dapat meningkatkan ketepatan waktu pengiriman hingga 20% dan mengurangi kesalahan produksi hingga 15%.
  3. Hubungan dengan Pelanggan
    • Perusahaan yang aktif membangun hubungan dengan pelanggan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 18% dan mengurangi waktu respons layanan sebesar 25%.
  4. Berbagi Informasi dalam Rantai Pasok
    • Studi menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan berbagi informasi dalam rantai pasok dapat meningkatkan efisiensi operasional sebesar 30%.
    • Penggunaan teknologi informasi, seperti sistem ERP dan AI-driven analytics, membantu meningkatkan transparansi dalam rantai pasok.

Studi Kasus: Implementasi Strategi SCM dalam Industri Manufaktur

Penelitian ini memberikan beberapa contoh dari industri manufaktur mengenai implementasi strategi dan praktik SCM:

  1. Industri Otomotif
    • Toyota menerapkan Just-in-Time (JIT) untuk mengurangi stok berlebih dan meningkatkan efisiensi produksi.
    • Dengan strategi ini, Toyota mampu mengurangi biaya penyimpanan hingga 35% dan meningkatkan kecepatan produksi sebesar 20%.
  2. Industri Elektronik
    • Samsung menggunakan AI dan Big Data untuk meningkatkan akurasi prediksi permintaan pelanggan.
    • Hasilnya, Samsung berhasil mengurangi tingkat stok berlebih sebesar 22% dan meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan sebesar 15%.
  3. Industri FMCG (Fast Moving Consumer Goods)
    • Unilever mengintegrasikan sistem manajemen rantai pasok digital untuk meningkatkan efisiensi distribusi.
    • Dengan strategi ini, waktu pengiriman produk ke distributor berkurang 30% dan biaya transportasi menurun sebesar 12%.

Tantangan dalam Implementasi SCM

Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam implementasi SCM:

  1. Kurangnya Standarisasi dalam Rantai Pasok
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem manual yang tidak terintegrasi dengan rantai pasok global.
  2. Tingkat Fleksibilitas yang Rendah
    • Perusahaan yang menerapkan lean supply chain cenderung kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar yang cepat.
  3. Kurangnya Kolaborasi antara Pemasok dan Distributor
    • Rendahnya keterlibatan pemasok dalam perencanaan rantai pasok menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan.

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa praktik SCM lebih berpengaruh terhadap kinerja rantai pasok dibandingkan dengan strategi SCM itu sendiri. Kemitraan strategis dengan pemasok, hubungan pelanggan, dan berbagi informasi menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Meskipun strategi seperti lean, agile, dan hybrid supply chain memberikan manfaat dalam kondisi tertentu, dampaknya terhadap kinerja rantai pasok masih lemah dibandingkan dengan praktik SCM yang lebih konkret. Dengan mengadopsi teknologi digital, meningkatkan kerja sama dengan pemasok, dan memperkuat hubungan dengan pelanggan, perusahaan dapat meningkatkan fleksibilitas, efisiensi, dan daya saing dalam rantai pasok global.

Sumber Referensi:
Sukati, I., Hamid, A. B., Baharun, R., & Yusoff, R. M. The Study of Supply Chain Management Strategy and Practices on Supply Chain Performance. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 40, 225–233, 2012.

 

Selengkapnya
Strategi dan Praktik Supply Chain Management: Dampak terhadap Kinerja Rantai Pasok

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Analisis Sistem Pengukuran Kinerja dalam Manajemen Rantai Pasok: Tantangan dan Optimalisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025


Pendahuluan

Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) telah menjadi strategi utama dalam meningkatkan efisiensi bisnis, baik di sektor publik maupun swasta. Paper berjudul Review of Performance Measurement on Supply Chain Management oleh Pooja Dixit dan Tarun Kumar Yadav membahas bagaimana sistem pengukuran kinerja rantai pasok dapat memberikan wawasan tentang efisiensi operasional dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

Paper ini menyoroti bahwa meskipun ada banyak penelitian tentang pengukuran kinerja rantai pasok, sebagian besar masih bersifat dangkal dan tidak mempertimbangkan kompleksitas dalam desain sistem pengukuran. Penelitian ini juga membahas perbedaan dalam penerapan sistem pengukuran antara perusahaan besar dan usaha kecil-menengah (UKM), serta bagaimana tren globalisasi dan digitalisasi mempengaruhi manajemen rantai pasok di berbagai industri.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan tinjauan literatur untuk memahami berbagai model pengukuran kinerja rantai pasok. Selain itu, penelitian ini juga mengembangkan metodologi struktural untuk mendesain sistem pengukuran kinerja yang lebih akurat.

Proses penelitian melibatkan tiga tahap utama:

  1. Analisis Literatur
    • Mengkaji berbagai sistem pengukuran kinerja rantai pasok yang telah digunakan di industri manufaktur dan jasa.
    • Mengidentifikasi kelemahan dalam penelitian sebelumnya dan mengusulkan agenda penelitian baru untuk masa depan.
  2. Pengujian Metodologi Pengukuran
    • Mengembangkan kerangka kerja yang dapat diterapkan dalam organisasi dengan berbagai skala, dari UKM hingga perusahaan besar.
    • Menggunakan pendekatan berbasis data untuk mengevaluasi efektivitas metode yang diusulkan.
  3. Evaluasi Implementasi dalam Konteks Global
    • Meninjau dampak tren globalisasi, digitalisasi, dan kolaborasi jaringan terhadap pengukuran kinerja rantai pasok.

Lima Komponen Utama dalam Manajemen Rantai Pasok

Penelitian ini menyoroti lima elemen utama yang membentuk rantai pasok dan bagaimana masing-masing elemen dapat diukur secara efektif:

  1. Perencanaan (Plan)
    • Perusahaan harus memiliki strategi yang jelas dalam mengelola sumber daya dan produksi.
    • Indikator kinerja utama (KPI) yang digunakan mencakup efisiensi perencanaan produksi, ketepatan estimasi permintaan, dan efektivitas pengelolaan anggaran.
  2. Pengadaan (Source)
    • Menentukan pemasok yang tepat dan memastikan bahan baku berkualitas tinggi merupakan faktor penting dalam rantai pasok.
    • KPI yang digunakan mencakup keandalan pemasok, efisiensi biaya pengadaan, dan tingkat ketepatan waktu pengiriman bahan baku.
  3. Produksi (Make)
    • Proses produksi menjadi tahap kritis dalam menentukan kualitas dan efisiensi produk.
    • KPI utama mencakup tingkat kecacatan produk, efisiensi penggunaan sumber daya, dan produktivitas tenaga kerja.
  4. Distribusi (Deliver)
    • Pengiriman produk ke pelanggan harus dilakukan dengan cepat dan tepat waktu.
    • KPI yang digunakan mencakup kecepatan pengiriman, akurasi pemenuhan pesanan, dan kepuasan pelanggan.
  5. Pengembalian (Return)
    • Penanganan barang yang dikembalikan karena cacat atau tidak sesuai pesanan merupakan bagian dari evaluasi rantai pasok.
    • KPI yang digunakan mencakup efisiensi proses retur, jumlah barang yang dikembalikan, dan kepuasan pelanggan dalam menangani komplain.

Temuan Utama dalam Penelitian

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama dalam penerapan sistem pengukuran kinerja rantai pasok:

  1. Kurangnya Standarisasi dalam Sistem Pengukuran
    • Setiap perusahaan memiliki metode pengukuran yang berbeda, menyebabkan kesulitan dalam benchmarking dan perbandingan antar industri.
    • Dibutuhkan sistem standar yang dapat diterapkan di berbagai sektor untuk meningkatkan akurasi evaluasi kinerja.
  2. Kesenjangan dalam Penerapan di Perusahaan Besar dan UKM
    • Perusahaan besar memiliki akses ke teknologi dan sumber daya yang lebih baik dalam mengelola rantai pasok mereka.
    • UKM sering kali mengalami kesulitan dalam mengadopsi sistem pengukuran kinerja yang kompleks karena keterbatasan dana dan tenaga ahli.
  3. Pengaruh Globalisasi dan Digitalisasi
    • Integrasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan Big Data Analytics semakin berperan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.
    • Perusahaan yang mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasoknya dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 30% lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang masih menggunakan metode konvensional.

Studi Kasus: Implementasi Pengukuran Kinerja di Industri Manufaktur

Penelitian ini memberikan contoh penerapan sistem pengukuran kinerja rantai pasok dalam industri manufaktur, dengan fokus pada perusahaan yang bergerak di sektor otomotif dan elektronik.

  1. Industri Otomotif
    • Sebuah perusahaan otomotif di Eropa menerapkan sistem pengukuran berbasis Lean Manufacturing untuk meningkatkan efisiensi produksi.
    • Hasilnya, perusahaan berhasil mengurangi waktu siklus produksi sebesar 20% dan meningkatkan akurasi inventaris hingga 95%.
  2. Industri Elektronik
    • Perusahaan elektronik di Asia menggunakan analisis Big Data untuk meningkatkan akurasi estimasi permintaan pelanggan.
    • Dengan sistem ini, perusahaan berhasil mengurangi tingkat stok berlebih hingga 25% dan meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 15%.

Rekomendasi untuk Optimalisasi Sistem Pengukuran Kinerja

Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan sistem pengukuran kinerja rantai pasok:

  1. Mengadopsi Standarisasi Global
    • Implementasi model seperti SCOR (Supply Chain Operations Reference) dapat membantu dalam menyusun sistem pengukuran yang lebih terstruktur dan seragam.
  2. Investasi dalam Teknologi Digital
    • Perusahaan perlu memanfaatkan teknologi seperti AI, IoT, dan Blockchain untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam rantai pasok.
  3. Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok dan Mitra Bisnis
    • Kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok dan distributor dapat meningkatkan keandalan rantai pasok serta mengurangi risiko gangguan operasional.

Kesimpulan

Penelitian ini menyoroti pentingnya sistem pengukuran kinerja dalam manajemen rantai pasok, baik untuk perusahaan besar maupun UKM. Meskipun ada tantangan dalam implementasi, penggunaan teknologi digital dan standarisasi global dapat membantu meningkatkan efektivitas sistem pengukuran. Dengan mengadopsi pendekatan berbasis data dan inovasi, perusahaan dapat mencapai rantai pasok yang lebih efisien, responsif, dan kompetitif di era globalisasi.

Sumber Referensi : Dixit, P., & Yadav, T. K. Review of Performance Measurement on Supply Chain Management. International Journal of Engineering Applied Sciences and Technology, Vol. 7, Issue 9, 2022, pp. 118-126.

 

Selengkapnya
Analisis Sistem Pengukuran Kinerja dalam Manajemen Rantai Pasok: Tantangan dan Optimalisasi

Pengukuran Kinerja dan Optimasi dalam Rantai Pasok

Evaluasi Kinerja Rantai Pasok XYZ Company dengan Model SCOR 12: Strategi Optimalisasi Distribusi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Maret 2025


Pendahuluan

Persaingan di industri retail semakin ketat, terutama dengan pertumbuhan minimarket yang menekan profitabilitas supermarket besar. Perusahaan seperti XYZ Company harus mencari strategi optimalisasi rantai pasok untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Paper berjudul Supply Chain Performance Measurement at XYZ Company Distribution Center Using SCOR 12 oleh David Prasetya, Anggoro Prasetyo Utomo, dan Marla Setiawati menganalisis kinerja rantai pasok XYZ Company menggunakan model SCOR 12.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja rantai pasok XYZ Company dengan pendekatan berbasis data. Model SCOR digunakan untuk mengukur lima dimensi utama rantai pasok, yaitu reliability, responsiveness, agility, cost, dan asset management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kinerja rantai pasok perusahaan berada dalam kategori baik hingga rata-rata, terdapat beberapa titik kritis yang perlu diperbaiki, terutama dalam manajemen pengadaan dan distribusi.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggabungkan tiga metode utama dalam evaluasi kinerja rantai pasok:

  1. Model SCOR 12
    • SCOR digunakan untuk mengidentifikasi indikator utama kinerja rantai pasok yang relevan bagi XYZ Company.
    • Lima aspek utama yang diukur mencakup keandalan pengiriman, ketepatan waktu, fleksibilitas, biaya operasional, dan efisiensi aset.
  2. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
    • AHP digunakan untuk menentukan bobot kepentingan dari masing-masing indikator kinerja.
    • Dengan melibatkan manajemen XYZ Company, bobot prioritas ditetapkan untuk mengarahkan perbaikan strategi rantai pasok.
  3. Metode Normalisasi Snorm De Boer
    • Data kinerja rantai pasok dari tahun 2022 dan 2023 dianalisis dan dinormalisasi untuk menghasilkan skor kinerja terstandarisasi.
    • Hasilnya digunakan dalam sistem Traffic Light System (TLS) yang mengelompokkan kinerja ke dalam kategori merah (perlu perbaikan segera), kuning (perlu peningkatan), dan hijau (baik).

Hasil Evaluasi Kinerja Rantai Pasok XYZ Company

Penelitian ini menemukan bahwa kinerja rantai pasok XYZ Company pada tahun 2022 mencapai skor 69,54, sementara tahun 2023 meningkat menjadi 70,08. Meskipun ada peningkatan, masih terdapat beberapa masalah yang perlu ditangani.

  1. Reliability (Keandalan)
    • Tingkat pemenuhan pesanan pelanggan (order fulfillment) mencapai 96,7% di 2022 dan meningkat menjadi 97,65% di 2023.
    • Namun, ketepatan waktu pengiriman masih perlu diperbaiki, karena terdapat penurunan ketepatan waktu dari 74% menjadi 64%.
  2. Responsiveness (Ketepatan Waktu)
    • Siklus waktu penerimaan produk mengalami peningkatan efisiensi dengan rata-rata waktu penerimaan berkurang 5% dari tahun sebelumnya.
    • Namun, proses konsolidasi pesanan mengalami perlambatan, menyebabkan waktu pemenuhan pesanan meningkat sebesar 3%.
  3. Agility (Fleksibilitas dan Adaptasi)
    • Fleksibilitas rantai pasok menurun akibat masalah pada keandalan pemasok, dengan jadwal pengiriman yang tidak konsisten menyebabkan ketidakseimbangan stok.
    • Kenaikan harga bahan baku dan gangguan pasokan menjadi tantangan utama yang menghambat fleksibilitas perusahaan.
  4. Cost (Efisiensi Biaya)
    • Biaya operasional mengalami peningkatan sebesar 25% pada tahun 2023, terutama karena lonjakan harga bahan bakar dan biaya distribusi.
    • Perusahaan perlu menerapkan strategi efisiensi transportasi untuk menekan biaya yang terus meningkat.
  5. Asset Management (Manajemen Aset dan Inventaris)
    • Tingkat persediaan barang cacat turun 18% dari tahun sebelumnya, menunjukkan perbaikan dalam pengelolaan kualitas produk.
    • Namun, jumlah persediaan berlebih meningkat 22%, menandakan bahwa perusahaan perlu mengoptimalkan strategi perencanaan stok.

Studi Kasus: Permasalahan dan Solusi dalam Rantai Pasok XYZ Company

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah utama yang dihadapi XYZ Company dan memberikan solusi berbasis praktik terbaik dari SCOR.

  1. Masalah dalam Pengadaan Bahan Baku
    • Persentase keterlambatan penerimaan bahan baku meningkat dari 33% menjadi 46% akibat kurangnya koordinasi dengan pemasok.
    • Solusi: Menerapkan sistem manajemen pemasok berbasis digital untuk meningkatkan transparansi dan komunikasi.
  2. Ketidakakuratan Dokumentasi dalam Distribusi
    • Tingkat kesalahan dokumentasi pengiriman naik sebesar 7%, menyebabkan ketidaksesuaian antara pesanan pelanggan dan produk yang dikirim.
    • Solusi: Meningkatkan sistem verifikasi berbasis teknologi dan penerapan automated invoice matching.
  3. Kenaikan Biaya Transportasi
    • Biaya logistik meningkat karena penggunaan rute distribusi yang tidak optimal.
    • Solusi: Menggunakan Transportation Management System (TMS) untuk mengoptimalkan rute pengiriman dan mengurangi waktu tempuh.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model SCOR dalam evaluasi rantai pasok XYZ Company memberikan wawasan berharga tentang titik-titik lemah yang perlu diperbaiki. Meskipun ada peningkatan skor dari tahun 2022 ke 2023, masih terdapat tantangan utama yang harus diatasi, seperti ketidakstabilan pasokan, ketidakefisienan distribusi, dan kenaikan biaya operasional.

Dengan menerapkan strategi berbasis data dan teknologi, XYZ Company dapat mengurangi inefisiensi, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan memperkuat daya saingnya dalam industri retail. Studi ini membuktikan bahwa evaluasi berbasis SCOR dapat menjadi alat yang efektif dalam pengelolaan rantai pasok yang lebih strategis dan adaptif terhadap perubahan pasar.

Sumber Referensi : Prasetya, D., Utomo, A. P., & Setiawati, M. Supply Chain Performance Measurement at XYZ Company Distribution Center Using SCOR 12. Petra International Journal of Business Studies, Vol. 7, No. 1, June 2024, pp. 66-79.

 

 

Selengkapnya
Evaluasi Kinerja Rantai Pasok XYZ Company dengan Model SCOR 12: Strategi Optimalisasi Distribusi
« First Previous page 454 of 1.143 Next Last »