Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 28 Februari 2025
Direktur Jenderal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Toli Handko, menekankan pentingnya pembuatan peta jalan untuk pengembangan antariksa Indonesia hingga tahun 2045. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan yang memandatkan hal tersebut. Menurut Handko, BRIN memiliki tanggung jawab utama dalam melaksanakan berbagai kewajiban yang tercantum dalam undang-undang tersebut, sehingga diperlukan percepatan dalam pengembangan kebijakan antariksa menuju tahun 2045.
Dalam acara konferensi pembuatan peta jalan luar angkasa di Indonesia yang diselenggarakan di Kantor Kawasan Sains BRIN Sarwono Prawirohardjo, Jakarta pada Kamis, 7 Maret, Handko juga menyampaikan bahwa kegiatan keantariksaan mendukung berbagai sektor di Indonesia seperti pertanian, kelautan, perikanan, pengawasan darat, dan kebencanaan. Namun, arah kebijakan saat ini masih melihat ruang angkasa hanya sebagai sistem pendukung dan bukan sebagai bidang tersendiri, sehingga diperlukan upaya untuk memfasilitasi pembuatan peta jalan antariksa yang relevan.
Deputi Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menambahkan bahwa dalam konferensi tersebut dibahas beberapa topik seperti program penginderaan jauh, satelit, penerbangan, komersialisasi ruang angkasa, roket dan peluncuran, ilmu antariksa, dan isu-isu strategis lainnya. Melalui acara ini, diharapkan dapat terhimpun pandangan dan kebutuhan dari berbagai sektor untuk merancang peta jalan antariksa hingga tahun 2045 yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Erna Sri Adinsi, Direktur Utama INASA, juga menyampaikan beberapa poin penting terkait pemetaan kebutuhan program antariksa, penanggulangan lingkungan ruang strategis, dan rekomendasi lainnya. Salah satu tindak lanjut yang direkomendasikan adalah perlunya mempercepat pembuatan peta jalan antariksa, pencapaian tujuan penginderaan jauh dalam lima tahun, akses terhadap ruang angkasa sebagai tujuan jangka panjang, serta partisipasi swasta/industri dalam kegiatan keantariksaan.
Diharapkan bahwa dengan adanya acara ini, dapat terus terjalin komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menyusun Roadmap Antariksa 2045 yang memenuhi kebutuhan dan mendukung perkembangan antariksa Indonesia ke depannya.
Sumber: www.brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 28 Februari 2025
Sebuah tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta University of Brighton UK telah merilis hasil studi pendahuluan mengenai kualitas air laut di beberapa lokasi yang terkena dampak limbah buangan. Hasil studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Marine Pollution Bulletin dengan judul "Konsentrasi Tinggi Parasetamol di Perairan Terdominasi Limbah Teluk Jakarta, Indonesia". Studi ini, yang dilakukan oleh Dr. Wulan Koagouw (BRIN, UoB), Prof. Zainal Arifin (BRIN), Dr. George Olivier (UoB), dan Dr. Corina Ciocan (UoB), menginvestigasi kontaminan air di empat lokasi di Teluk Jakarta: Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing, serta satu lokasi di Pantai Eretan, Jawa Tengah.
Temuan studi menunjukkan bahwa beberapa parameter nutrisi seperti Amonia, Nitrat, dan total Fosfat telah melampaui standar kualitas air laut Indonesia. Selain itu, Parasetamol terdeteksi di dua lokasi, yaitu muara sungai Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta. Temuan ini meningkatkan kekhawatiran akan risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.
Parasetamol merupakan salah satu zat yang berasal dari produk farmasi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tanpa resep dokter. Menurut Zainal Arifin, anggota tim peneliti dari BRIN, sumber Parasetamol di perairan Teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber utama: konsumsi berlebihan oleh masyarakat, limbah rumah sakit, dan industri farmasi. Namun, dampak Parasetamol terhadap lingkungan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Parasetamol di Teluk Jakarta relatif tinggi dibandingkan dengan pantai-pantai di negara lain, seperti Brazil dan Portugal. Meskipun demikian, perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya terhadap biota laut. Zainal menekankan perlunya tindakan untuk mengurangi limbah obat-obatan atau farmasi yang masuk ke dalam air sungai dan laut. Dia mengatakan bahwa penguatan regulasi tatakelola pengelolaan air limbah dan tanggung jawab publik dalam pembuangan sisa obat-obatan sangatlah penting untuk menjaga kesehatan manusia dan lingkungan.
Sumber: www.brin.go.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 28 Februari 2025
Satu lagi penambahan katak jenis baru dari Indonesia yang ditemukan di Pulau Belitung dan Lampung telah diterbitkan di Jurnal Zootaxa pada 2 September 2021 yang lalu. Pubikasi tersebut merupakan bagian dari penelitian disertasi dosen Fakultas Biologi UGM yaitu Rury Eprilurahman dari Laboratorium Sistematika Hewan. Di bawah bimbingan Prof. Rosichon Ubaidillah, M.Phill., Ph.D. (LIPI), Dr. Amir Hamidy, M.Sc. (LIPI) dan Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc., Ph.D (UGM), Rury melaksanakan penelitian disertasi tentang sistematika katak yang berukuran kecil dari Genus Microhyla menggunakan karakter morfologi, molekuler dan akustik (suara).
Penelitian dan publikasi tersebut merupakan kerjasama yang terjalin baik antara LIPI (saat ini menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional – BRIN) dan Fakultas Biologi UGM dengan melibatkan peneliti dari beberapa institusi lain antara lain Universitas Bengkulu, University of Delhi, Kyoto University, Belitung Biodiversity Observer Foundation, dan University of Texas at Arlington Amerika Serikat. Menurut Amir, “Publikasi ini merupakan kolaborasi yang baik pada level nasional dan internasional untuk mendeskripsikan jenis baru tersebut karena konsep keahlian suatu jenis tidak dapat hanya sendiri, kita harus menjalin kerjasama dengan para pakar”.
Katak yang ditemukan dan dideskripsikan sebagai jenis baru merupakan anggota dari kelompok jenis Microhyla achatina yang berkerabat dekat dengan Microhyla orientalis. Individu jantan Microhyla sriwijaya memiliki ukuran 12,3 hingga 15,8 mm, moncong tumpul membulat dan memiliki tanda corak di punggung berwarna coklat kemerahan atau oranye dengan tuberkel kulit yang menonjol. Spesimen katak tersebut merupakan koleksi Museum Zoologi Bogor yang ditemukan pada tahun 2018 dan 2019 di perkebunan kelapa sawit Pulau Belitung dan Lampung oleh tim peneliti herpetologi gabungan antar beberapa institusi yang dikoordinir oleh LIPI. Nama jenis “sriwijaya” diambil mengacu pada nama Kerajaan Sriwijaya yang merupakan kerajaan terbesar di wilayah Melayu pada jamannya.
“Indonesia sebagai wilayah tropis masih menyimpan misteri keanekaragaman hayati yang selalu menunggu untuk diungkap. Dengan ditemukannya Microhyla sriwijaya, Pulau Sumatra dan sekitarnya layak disebut sebagai salah satu hotspot biodiversitas katak Microhyla,” kata Rury.
“Jenis tersebut merupakan jenis ke-47 dari genus Microhyla yang dikenal di dunia sampai saat ini. Survei lebih lanjut di wilayah Sumatra masih sangat diperlukan untuk menambahkan informasi luasan sebaran dan menentukan rekomendasi status konservasinya,” tambahnya.
Sumber: biologi.ugm.ac.id
Riset dan Inovasi
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 28 Februari 2025
Tangerang Selatan. Tim Humas BRIN melaporkan bahwa kebutuhan akan bahan bakar di Indonesia kini mencapai level yang sangat tinggi, terutama dengan volume impor minyak bumi yang hampir mencapai 400 ribu barel per hari. Untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan mencapai ketahanan energi, diperlukan peningkatan dalam industri kilang minyak di dalam negeri.
Saat ini, kapasitas produksi kilang minyak di Indonesia masih rendah, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan diproyeksikan akan turun menjadi 38 hari pada tahun 2025. Untuk meningkatkan kapasitas produksi, pemerintah telah meluncurkan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) bersama dengan pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery). Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, produksi diperkirakan akan meningkat sebesar 150%.
Pembangunan kilang-kilang ini juga membutuhkan peralatan proses yang dapat meningkatkan ekonomi dalam negeri jika diproduksi di dalam negeri. Salah satu peralatan yang sering diperlukan adalah process column vessel dan peralatan internalnya, yang saat ini sebagian besar diimpor dari luar negeri.
BRIN, melalui Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM), telah menjalin kemitraan dengan PT Tuban Steel Work untuk mengembangkan peralatan proses untuk industri minyak, gas bumi, dan kimia. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) di Gedung B.J. Habibie, Thamrin, Jakarta Pusat, pada Jumat (17/11).
Hens Saputra, Direktur Pusat Penelitian Industri Proses dan Teknologi Manufaktur, mengungkapkan bahwa kerja sama riset ini sebenarnya menggabungkan potensi BRIN, pengalaman penelitian, fasilitas laboratorium, dan simulasi teknis dengan pengalaman manufaktur PT Tuban Steel Work (TWS). Kombinasi ini bertujuan untuk lebih mengembangkan penelitian BRIN agar dapat digunakan oleh produsen dalam negeri dalam mendukung proyek pembangunan pabrik kimia dan migas di Indonesia, serta potensial untuk diekspor ke negara lain. Kerja sama ini diharapkan juga dapat meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) peralatan proses, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja terampil di industri proses migas dan kimia.
Selanjutnya, I Ketut Parwatha, Direktur PT Tuban Steel Work (TSW), menyatakan bahwa kerja sama ini akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi BRIN dan PT TSW, tetapi juga bagi bangsa dan provinsi. Meningkatkan TKDN dan mengurangi ketergantungan terhadap impor adalah prioritas yang penting, serta meningkatkan kemampuan teknologi dalam negeri untuk bersaing secara global.
Komisioner Surat Indrijalso menegaskan pentingnya kerjasama penelitian ini, yang tidak hanya penting dalam penandatanganan PKS, tetapi juga dalam memperhatikan faktor TKDN dan infrastruktur pendukung lainnya. Fokus pada rantai pasokan dalam negeri sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industri lokal. Dalam hal ini, produk yang dihasilkan dari kerja sama ini harus dapat dimanfaatkan secara luas oleh pasar domestik, sehingga mendukung upaya penguatan ekonomi dalam negeri.
Langkah-langkah selanjutnya termasuk perbaikan atau penyempurnaan desain peralatan kolom internal yang sudah ada, penelitian dan inovasi untuk mendapatkan desain baru, pengujian kinerja prototipe, dan pengajuan kekayaan intelektual terkait. Kerja sama ini diharapkan juga dapat meningkatkan TKDN pabrik pengolahan Indonesia yang saat ini masih rendah, serta menciptakan lapangan kerja berkualitas di bidang peralatan proses.
Sumber: www.brin.go.id
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 28 Februari 2025
Dalam artikel ini kita akan membahas jenis pohon yang menghasilkan makanan/minuman yang sangat popuuer di dunia yaitu coklat. Coklat dihasilkan dari pohon kakao yang memiliki nama ilmiah Theobroma cacao L. Kakao adalah tanaman budidaya yang berasal dari Amerika Selatan. Saat ini, tanaman ini ditanam di berbagai wilayah tropis di seluruh dunia. Biji kakao yang diproduksi oleh tanaman ini diolah menjadi berbagai produk yang dikenal masyarakat sebagai cokelat.
Botani pohon kakao
Kakao merupakan tanaman tahunan yang berbentuk pohon dan bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 10 meter di alam. Namun, dalam budi daya, tinggi pohon biasanya dibatasi menjadi tidak lebih dari 5 meter saja. Hal ini dilakukan supaya cabangnya dapat berkembang dengan baik. Bunga kakao tumbuh langsung dari batang tanaman dan biasanya diserbuki oleh serangga seperti lalat kecil, semut bersayap, afid, dan beberapa jenis lebah.
Buah kakao berkembang dari bunga yang telah diserbuki dan memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada bunganya. Buah ini biasanya berbentuk bulat hingga memanjang dan berubah warna dari hijau atau ungu. Dan kemudian berubah menjadi kuning kalau sudah matang. Di dalam buah terdapat biji yang dikelilingi oleh pulp berwarna putih. Pulp inilah yang akan difermentasi selama tiga hari setelah panen, kemudian biji dikeringkan di bawah sinar matahari.
Syarat pertumbuhan dan penyebaran
Kakao secara alami tumbuh di hutan yang memiliki iklim tropis. Tanaman kakao termasuk dalam kategori tanaman yang menyukai naungan, dengan kemungkinan hasil yang bervariasi antara 50 hingga 120 buah per pohon setiap tahunnya. Pada umumnya, kakao tumbuh dalam kelompok di sepanjang tepi sungai. Akarnya pohonnya kemungkinan akan terendam air dalam waktu yang cukup lama selama setahun. Tanaman ini biasanya ditemukan pada ketinggian rendah, di bawah 300 meter di atas permukaan laut, dan tumbuh subur di daerah dengan curah hujan antara 1.000 hingga 3.000 mm per tahun.
Asal-usul kakao berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan bagian utara Amerika Selatan (termasuk Kolombia, Ekuador, Venezuela, Brasil, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis). Selain itu, kakao juga telah diperkenalkan sebagai tanaman komersial ke banyak negara tropis di Afrika dan Asia.
Varietas, kecepatan pertumbuhan dan produksi
Terdapat beberapa varietas kakao, termasuk Criolo, Forastero, dan Trinitario. Criolo dikenal sebagai kakao mulia, sementara Forastero adalah varietas terbesar yang diolah dan ditanam. Trinitario merupakan hasil persilangan antara Forastero dan Criolo. Kakao mulia diproduksi dari varietas Criolo, sementara kakao curah berasal dari jenis Forastero.
Proses produksi biji kakao dimulai dari penanaman bibit, dan buahnya dapat dipanen setelah sekitar lima bulan. Proses ini meliputi pemeraman buah untuk memudahkan pengeluaran biji, pemecahan buah, fermentasi biji selama enam hari, perendaman dan pencucian untuk menghentikan fermentasi dan membersihkan biji, pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam biji, penyortiran biji berdasarkan mutunya, dan penyimpanan dalam karung goni.
Produk Olahan Kakao
Produk olahan primer:
Produk olahan sekunder:
Standardisasi produk olahan kakao:
Produksi Indonesia
Sejak tahun 1930, kakao (Theobroma cacao L.) telah menjadi salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam ekonomi Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia menempati posisi ketiga sebagai pengekspor biji kakao terbesar di dunia, setelah Negara Pantai Gading dan Ghana, dengan produksi biji kering.
Daerah-daerah penghasil kakao di Indonesia meliputi Sulawesi Selatan (28,26%), Sulawesi Tengah (21,04%), Sulawesi Tenggara (17,05%), Sumatera Utara (7,85%), Kalimantan Timur (3,84%), Lampung (3,23%), dan daerah lainnya (18,74%). Budidaya kakao di Pulau Jawa, terutama di Jawa Barat, masih belum berkembang secara signifikan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, daerah di Jawa Barat yang memiliki produksi kakao terbesar adalah Cianjur, Bandung Barat, dan Sukabumi.
Kajian Metabolomik yang Sudah Dilakukan
Beberapa studi metabolomik tidak terarah (untargeted) telah dilakukan untuk melihat profil dan jenis-jenis metabolit yang terdapat pada biji kakao. Dari beberapa riset dapat diperoleh informasi bahwa kakao adalah salah satu unsur nutrisi yang paling kaya akan polifenol, terutama yang mengandung polifenol kelompok flavonoid, terutama kelompok flavan-3-oles (katekin, epicatechin dan oligomernya merupakan procanidines), walaupun flavonol seperti quercetin dan glukosida serta antokianya juga bisa ditemukan. Baru-baru ini telah dibuktikan bahwa flavonoid kakao dan turunannya sangat baik bermanfaat dalam pencegahan penyakit kardiovaskular dan degeneratif: antioksidan bersifat protektif terhadap radikal bebas dan spesies degeneratif lainnya mencegah oksidasi LDL; modulasi homeostasis vaskular, menghambat agregasi trombosit.
Kajian Metabolomik yang Dapat Dilakukan
Kajian metabolomik yang dapat dilakukan adalah untuk penentuan kualitas biji kakao dari masing-masing varietas dari segi metabolit yang dihasilkannya. Selain itu kajian metabolomik juga dapat dilakukan untuk menentukan/mengoptimasi proses fermentasi yang menghasilkan biji kakao berkualitas jika dilihat dari segi metabolit dan hubungannya dengan cita rasa cokelat yang dihasillkannya.
Manfaat
Biji kakao (biji kakao kering dan terfermentasi) memiliki 45-53,2% lemak dalam bentuk cocoa butter (juga dikenal sebagai theobroma oil) yang terdiri dari berbagai asam lemak. Biji kakao mengandung hingga 10% fenol dan flavenoids yang merupakan antioksidan yang berpotensi menghambat kanker atau penyakit kardiovaskular, serta potasium, magnesium, kalsium dan zat besi. Selain itu, mereka mengandung 1-3% theobromine dan kafein, alkaloid yang merangsang sistem saraf pusat. Kafein memiliki efek positif pada kewaspadaan mental, misalnya saat dikonsumsi dalam minuman berkafein.
Sumber: id.wikipedia.org
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 28 Februari 2025
Kopi atau kahwa adalah minuman yang dibuat dari biji kopi yang disangrai dan dihaluskan. Tanaman kopi ini ditanam di lebih dari 50 negara, dengan dua spesies utama yaitu Kopi Robusta dan Kopi Arabika.
Proses pembuatan kopi dimulai dari pemanenan biji yang telah matang, baik secara manual maupun menggunakan mesin. Kemudian biji kopi diproses dan dikeringkan sebelum dijadikan kopi gelondong. Proses berikutnya adalah penyangraian, dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah disangrai, biji kopi dihaluskan menjadi bubuk sebelum dapat diseduh dan diminum.
Kopi pertama kali ditemukan oleh bangsa Etiopia sekitar 3000 tahun yang lalu. Sejak saat itu, kopi menjadi minuman populer yang dikonsumsi di seluruh dunia. Indonesia sendiri merupakan produsen kopi terbesar dengan produksi lebih dari 400 ribu ton per tahunnya. Selain memiliki rasa dan aroma yang menarik, kopi juga memiliki manfaat kesehatan seperti menurunkan risiko penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan penyakit jantung.
Sejarah singkat
Penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM di Afrika, terutama di Etiopia, di mana biji tersebut dikonsumsi untuk kebutuhan protein dan energi. Bangsa Arab kemudian mengadopsi pengolahan biji kopi dengan metode lebih maju, yang kemudian menjadi populer di kalangan umat Islam pada abad ke-13.
Pada abad ke-17, biji kopi dibawa ke Eropa, di mana bangsa Belanda menjadi salah satu yang pertama dalam budidaya kopi. Pada tahun 1690, biji kopi diperkenalkan di Pulau Jawa yang saat itu merupakan koloni Belanda. Kemudian, Raja Prancis menerima pohon kopi sebagai hadiah, tetapi seorang angkatan laut, Gabriel Mathieu di Clieu, membawa sebagian dari pohon tersebut ke Martinik, yang menjadi titik awal budidaya kopi yang sukses di sana.
Pada tahun 1727, pemerintah Brasil mengirimkan Letnan Kolonel Palheta ke Prancis untuk membawa pulang bibit kopi, tetapi gagal. Namun, Palheta berhasil mendekati istri gubernur Prancis dan membawa pulang biji kopi yang memungkinkan Brasil untuk memulai budidaya kopi dalam skala besar.
Sejarah waktu:
Biji Kopi
Terdapat dua jenis spesies utama biji kopi yang dominan di pasaran, yaitu Kopi Arabika dan Robusta. Arabika memiliki cita rasa terbaik dan tumbuh di ketinggian 600–2000 m di negara-negara beriklim tropis. Sementara Robusta, ditemukan di Kongo pada tahun 1898, memiliki rasa lebih pahit, sedikit asam, dan biasanya ditumbuhkan di daerah dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Selain itu, terdapat jenis kopi lainnya, seperti kopi luwak, yang merupakan turunan dari Arabika. Kopi luwak memiliki harga jual tertinggi karena proses unik pembentukannya melalui fermentasi di dalam perut hewan luwak, memberikan cita rasa yang unik pula.
Klasifikasi biji kopi dan grade kopi
Penanganan kopi melibatkan penentuan grade dan klasifikasi green beans agar kualitasnya dapat diidentifikasi dengan jelas. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan standar kualitas kopi yang komprehensif dan memastikan penetapan harga yang adil. Namun, sistem penilaian dan klasifikasi green beans berbeda di setiap negara karena dipengaruhi oleh faktor budaya dan kultural yang berbeda. Setiap negara produsen kopi memiliki metode dan standar sendiri dalam menentukan grade dan klasifikasi green beans, yang seringkali juga digunakan sebagai standar minimum ekspor.
Klasifikasi green beans bergantung pada beberapa faktor seperti ketinggian tempat tumbuhnya tanaman kopi, varietas kopi, pengolahan biji kopi, ukuran dan bentuk biji, serta kualitas cupping. Hal ini memungkinkan untuk membedakan antara kopi yang berkualitas tinggi dan rendah. Misalnya, kopi yang ditanam di ketinggian optimal cenderung memiliki biji yang lebih besar dan padat, menghasilkan profil rasa yang terbaik.
Prosedur klasifikasi green beans juga memperhitungkan jumlah dan jenis cacat biji kopi, serta densitas biji. Metode klasifikasi ini dapat bervariasi antar negara tergantung pada kebutuhan dan persyaratan pembeli green beans. Contohnya, Indonesia menggunakan sistem penilaian dengan grade yang berbeda berdasarkan total cacat biji kopi.
Setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda dalam menentukan grade dan klasifikasi green beans sesuai dengan kebutuhan lokal dan internasional, dan tidak selalu dapat disamakan atau dipaksakan standarisasinya ke negara lain.
Pembuatan minuman kopi
Biji kopi yang telah dipanen kemudian dipisahkan dari cangkangnya melalui metode pengeringan di bawah sinar matahari atau penggilingan menggunakan mesin. Setelah itu, biji kopi mengalami proses pemanggangan untuk meningkatkan cita rasa dan warnanya. Selanjutnya, biji kopi digiling untuk memperbesar luas permukaannya agar ekstraksi menjadi lebih efisien. Penggilingan dilakukan dengan cermat untuk menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik. Setelah digiling, biji kopi siap untuk direbus dengan baik dan sempurna. Proses perebusan memerlukan perhatian terhadap berbagai variabel seperti komposisi biji kopi dan air, suhu air, dan waktu perebusan agar menghasilkan minuman kopi yang berkualitas. Proses dekafeinasi juga dapat dilakukan untuk mengurangi kadar kafeina dalam kopi.
Penjualan dan distribusi
Penjualan dan distribusi kopi merupakan bagian integral dari ekonomi kopi global. Brasil tetap menjadi pemimpin dalam ekspor kopi, namun Vietnam juga meningkatkan ekspornya secara signifikan, khususnya biji robusta. Sementara itu, Indonesia menjadi produsen terbesar kopi arabika yang telah dicuci, sementara Honduras berkembang pesat dalam produksi kopi organik. Harga kopi global mengalami penurunan signifikan pada tahun 2013, menciptakan tantangan bagi industri kopi. Di Thailand, biji kopi gading hitam dimakan oleh gajah untuk mengurangi rasa pahit, menjadikannya kopi termahal di dunia.
Di Indonesia, konsumsi kopi meningkat secara signifikan, didorong oleh pertumbuhan kedai kopi specialty dan kafe waralaba. Pasar kopi juga diperdagangkan sebagai komoditas di pasar komoditas global, dengan kontrak berjangka untuk arabika dan robusta diperdagangkan di bursa berbeda di seluruh dunia. Kopi tetap menjadi salah satu komoditas ekspor penting bagi negara-negara berkembang. Hari Kopi Internasional, yang dimulai di Jepang pada tahun 1983, dirayakan di berbagai negara pada tanggal 29 September setiap tahunnya.
Jenis-jenis minuman kopi:
Kopi Hitam: Kopi hitam adalah kopi murni yang dibuat dengan merebus biji kopi tanpa tambahan perisa lain.
Espresso: Espresso adalah jenis kopi yang dibuat dengan mengekstraksi biji kopi menggunakan uap panas pada tekanan tinggi.
Latte (Coffee Latte): Latte adalah kopi espresso yang dicampur dengan susu dalam rasio 3:1.
Café au Lait: Café au Lait mirip dengan latte, tetapi menggunakan campuran kopi hitam dan susu.
Caffè Macchiato: Caffè Macchiato adalah espresso yang diberi sedikit susu dalam rasio 4:1.
Cappuccino: Cappuccino adalah kopi dengan tambahan susu, krim, dan serpihan cokelat.
Dry Cappuccino: Dry cappuccino adalah varian cappuccino dengan sedikit krim dan tanpa susu.
Frappé: Frappé adalah espresso yang disajikan dingin.
Kopi Instan: Kopi instan berasal dari biji kopi yang dikeringkan dan dijadikan granul.
Irish Coffee: Irish coffee adalah kopi yang dicampur dengan whiskey.
Kopi Tubruk: Kopi tubruk adalah kopi asli Indonesia yang dimasak bersama gula.
Melya: Melya adalah kopi dengan tambahan bubuk cokelat dan madu.
Kopi Mocha: Kopi Mocha mirip dengan cappuccino dan latte, tetapi dengan tambahan sirup cokelat.
Oleng: Oleng adalah jenis kopi khas Thailand yang dimasak dengan jagung, kacang kedelai, dan wijen.
Sumber: id.wikipedia.org