Industri Tekstil
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 08 Mei 2025
Konteks: Tradisi yang Terancam Teknologi
Di tengah laju teknologi modern, industri tenun tangan—khususnya kain sutra—masih menjadi wajah dari budaya dan warisan India. Sayangnya, sektor ini menghadapi tekanan dari berbagai sisi: penurunan jumlah penenun, harga benang yang terus naik, dan persaingan dari mesin-mesin power loom. Akibatnya, kualitas produk kerap tidak konsisten, sementara inspeksi manual sangat terbatas efektivitasnya.
Menurut data yang dikutip dalam penelitian ini, hanya sekitar 70% cacat kain yang bisa terdeteksi oleh inspektor manusia. Sisanya lolos dan berakhir di tangan konsumen. Di sinilah riset oleh Sabeenian dkk. mengambil peran penting—menghadirkan pendekatan teknologi untuk menjaga kualitas produk tanpa menghilangkan nilai tradisional dari proses pembuatannya.
Permasalahan Klasik: Cacat pada Kain Tenun Sutra
Berdasarkan survei industri lokal di Tamil Nadu, cacat kain diklasifikasikan dalam dua kelompok utama:
1. Cacat Produksi atau Tenun
Beberapa contoh umum meliputi:
2. Cacat Penanganan
Biasanya terjadi karena kesalahan saat penyimpanan atau penanganan oleh petugas toko. Ini bersifat irreversible dan sulit diperbaiki.
Solusi yang Ditawarkan: Sistem Deteksi Cerdas Berbasis Komputer
Penelitian ini merancang sistem berbasis pengolahan citra digital untuk mendeteksi dan mengidentifikasi cacat pada kain sutra tenun tangan secara otomatis. Inti dari sistem ini meliputi:
Sistem ini didesain menggunakan perangkat lunak MATLAB dengan fitur GUI, serta dapat terhubung ke kamera digital dan sistem mikrokontroler untuk pengambilan citra real-time.
Metodologi: Kombinasi Teknik Statistik dan Spasial
Sistem dibangun melalui empat tahap utama:
1. Ekstraksi Fitur dari Kain Referensi
25 gambar kain referensi bebas cacat diambil sebagai dasar. Setiap gambar berukuran 512x512 piksel, dan diolah menggunakan transformasi wavelet untuk melokalisasi informasi dalam domain waktu dan frekuensi. Fitur yang diambil meliputi:
2. Pengambilan dan Ekstraksi Fitur dari Sampel Uji
Sampel kain cacat diambil menggunakan kamera yang dikontrol secara otomatis oleh poros bermotor, memastikan pemindaian seluruh permukaan. Fitur diekstrak dengan cara sama seperti referensi.
3. Perbandingan Ciri
Fitur dari sampel uji dibandingkan dengan database menggunakan algoritma tetangga terdekat. Jika perbedaan cukup signifikan, sistem menandainya sebagai cacat.
4. Penentuan Jenis dan Lokasi Cacat
Sistem tidak hanya mengidentifikasi adanya cacat, tetapi juga mengklasifikasikan jenisnya dan menampilkan lokasinya di layar untuk ditindaklanjuti lebih lanjut.
Teknologi Inti: Apa Saja yang Digunakan?
MRCSF (Multi Resolution Combined Statistical and Spatial Frequency)
Menggabungkan fitur statistik dari berbagai resolusi untuk mendeteksi ketidakteraturan pola tekstur.
MRFM (Markov Random Field Matrix)
Menganalisis hubungan spasial antar piksel menggunakan teori medan acak, menghasilkan 9 parameter yang mencerminkan konfigurasi tekstur lokal.
GLCM (Gray Level Co-occurrence Matrix)
Menilai kemunculan pasangan piksel dengan nilai intensitas tertentu dalam arah dan jarak yang ditentukan. Sangat berguna untuk mendeteksi pola seperti goresan atau ketidakteraturan.
Spatial Frequency
Mengukur tingkat detail atau aktivitas pada gambar. Citra buram cenderung memiliki frekuensi spasial rendah, sedangkan gambar dengan tekstur jelas menunjukkan nilai tinggi.
GLWM (Gray Level Weighted Matrix)
Menghasilkan spektrum tekstur global berdasarkan unit tekstur lokal, memberikan pandangan menyeluruh terhadap variasi tekstur dalam satu gambar.
Hasil dan Evaluasi: Akurasi Tinggi di Dunia Nyata
Dalam pengujian terhadap berbagai gambar kain cacat, sistem mampu mengklasifikasikan jenis cacat dan menentukan lokasi dengan akurasi tinggi. Untuk 25 sampel, sistem mencapai tingkat klasifikasi sebesar 96,6%, menjadikannya sangat menjanjikan untuk aplikasi di industri skala kecil hingga menengah.
Gambar snapshot GUI menunjukkan antarmuka yang mudah digunakan, lengkap dengan hasil identifikasi jenis cacat dan posisinya pada layar, siap untuk tindak lanjut operator.
Kekuatan Sistem Ini:
✅ Presisi Tinggi: Kombinasi MRCSF, GLCM, dan MRFM memberikan hasil yang stabil bahkan untuk pola tekstur kompleks.
✅ Ramah Industri: Sistem dapat diintegrasikan dengan mikrokontroler sederhana untuk inspeksi kain secara otomatis.
✅ Konservasi Budaya: Menjadi solusi teknologi untuk mempertahankan kualitas tenun tangan tanpa menggantikan proses produksinya.
Kritik dan Ruang Pengembangan
Meskipun performanya menjanjikan, ada beberapa area yang bisa dikembangkan lebih lanjut:
Implikasi untuk Industri Tekstil dan UMKM
Teknologi ini sangat relevan untuk negara-negara dengan sektor tenun tangan yang masih dominan, seperti India, Bangladesh, atau bahkan Indonesia. UMKM tekstil yang biasanya tidak memiliki akses ke alat deteksi mahal kini punya alternatif berbasis software terbuka dan perangkat murah.
Dalam konteks Industri 4.0, pendekatan ini menjadi langkah kecil namun penting untuk mengintegrasikan digitalisasi ke dalam sektor tradisional—tanpa mencabut akar budaya yang melekat di dalamnya.
Kesimpulan: Tradisi Bertemu Teknologi
Penelitian ini memperlihatkan bahwa computer vision dapat berperan sebagai “mata digital” untuk menyelamatkan industri tradisional dari krisis kualitas dan efisiensi. Dengan akurasi mendekati 97%, sistem ini tidak hanya dapat menggantikan inspeksi manual yang rawan kesalahan, tetapi juga mendukung produktivitas tanpa mengorbankan nilai budaya dari kain tenun tangan.
Solusi semacam ini bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang menjaga warisan sambil menjawab tantangan zaman.
Sumber:
Sabeenian, R. S., Paramasivam, M. E., & Dinesh, P. M. (2012). Computer Vision Based Defect Detection and Identification in Handloom Silk Fabrics. International Journal of Computer Applications, 42(17), 41–48.
Industri cerdas
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 08 Mei 2025
Mengapa Kualitas Tidak Bisa Ditawar di Era Industri 4.0?
Dalam lanskap manufaktur modern, kualitas bukan lagi sekadar parameter teknis—ia adalah kunci reputasi, efisiensi, dan daya saing global. Namun, metode inspeksi konvensional masih terlalu banyak bergantung pada manusia. Menurut penelitian, akurasi rata-rata inspeksi visual oleh operator hanya sekitar 80%, bahkan menurun seiring meningkatnya kompleksitas produk.
Sarvesh Sundaram dan Abe Zeid menjawab tantangan ini dengan merancang pendekatan berbasis kecerdasan buatan yang disebut Smart Quality Inspection (SQI). Pendekatan ini tidak hanya menargetkan akurasi deteksi, tetapi juga mengintegrasikan deep learning, antarmuka pengguna ramah-pabrik, dan dokumentasi otomatis. Hasilnya adalah sistem inspeksi kualitas menyeluruh yang siap menggantikan metode manual.
Latar Belakang: Dua Arah Pemantauan Kesehatan dalam Produksi
Penulis mengawali argumennya dengan menggarisbawahi pentingnya health monitoring dalam dua arah: pemantauan sistem (mesin, perangkat) dan produk. Untuk sistem, pendekatan PHM (Prognostics and Health Management) digunakan guna memprediksi usia pakai komponen dan mencegah kerusakan mendadak. Di sisi produk, kontrol kualitas dilakukan untuk menjamin spesifikasi terpenuhi sepanjang siklus produksi.
Dengan berkembangnya sensor IoT dan microcontroller murah seperti Arduino dan Raspberry Pi, penerapan PHM dan QC kini menjadi mungkin bahkan bagi perusahaan manufaktur skala kecil dan menengah.
Kelemahan Inspeksi Manual: Masihkah Bisa Diandalkan?
Inspeksi visual tradisional memang terstruktur: operator menilai produk berdasarkan standar visual, memutuskan kelayakan, dan mencatat hasil. Namun, keandalan metode ini sangat rentan terhadap:
Dengan begitu banyak variabel yang bisa mengganggu objektivitas, kebutuhan akan sistem berbasis AI jadi tak terelakkan.
Tantangan dalam Proses Casting: Kompleks tapi Umum
Fokus utama riset ini adalah inspeksi pada produk hasil proses casting, terutama impeller dari pompa submersible berbahan baja tahan karat. Proses casting sangat lazim di industri logam, tetapi menyimpan tantangan unik: mulai dari cacat permukaan hingga struktur dalam akibat desain cetakan yang buruk, komposisi logam yang tidak tepat, hingga kesalahan saat penuangan.
Smart Quality Inspection: Pendekatan Inovatif yang Holistik
Apa itu SQI?
Smart Quality Inspection adalah metodologi lengkap berbasis AI yang mengintegrasikan:
Alur SQI dalam 6 Langkah:
Dataset Nyata dari Industri: Studi Kasus di India
Dataset yang digunakan berasal dari Pilot Technocast, sebuah perusahaan manufaktur casting di Gujarat, India. Dataset ini tersedia publik melalui Kaggle dan mencakup:
Setiap gambar telah ditinjau dan dilabeli oleh operator ahli, memberikan dasar kuat bagi pelatihan model AI.
Arsitektur CNN Kustom: Sederhana tapi Akurat
Model CNN yang dibangun terdiri dari:
Model dilatih menggunakan fungsi loss sparse categorical crossentropy dan optimizer Adam, dengan teknik early stopping untuk mencegah overfitting. Dengan hanya 13 epoch, model mencapai hasil optimal.
Hasil yang Mengesankan: Akurasi Hampir Sempurna
Data Pengujian:
Ini penting, karena dalam industri, False Negative—yakni menerima produk cacat—merupakan risiko konsumen yang harus dihindari. Sementara False Positive hanya risiko produsen dan lebih bisa ditoleransi.
Aplikasi Lantai Produksi: Inspeksi Sekali Klik
Selain model AI, riset ini juga menyertakan pengembangan aplikasi inspeksi yang siap digunakan oleh operator di lantai produksi. Fitur-fiturnya meliputi:
Antarmuka ini dirancang agar mudah digunakan oleh operator tanpa latar belakang teknis.
Kritik & Ruang untuk Perbaikan
Walaupun hasil sangat menjanjikan, beberapa aspek masih bisa dikembangkan:
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Dalam benchmarking terhadap model populer lain di bidang inspeksi casting:
Implikasi Industri: Menuju Zero-Defect Manufacturing
SQI bukan sekadar proyek akademik, tapi peta jalan menuju produksi bebas cacat yang sepenuhnya terdokumentasi. Beberapa implikasi langsung bagi industri:
Kesimpulan: Masa Depan Inspeksi Telah Hadir
Paper ini menunjukkan bahwa teknologi AI, jika dirancang dengan baik dan diterapkan secara kontekstual, mampu menyelesaikan salah satu tantangan terbesar di lini produksi—inspeksi kualitas.
Dengan akurasi mendekati 100%, integrasi ke sistem kerja nyata, dan kemampuan dokumentasi otomatis, Smart Quality Inspection adalah wujud nyata dari Industry 4.0 in action. Ia membuktikan bahwa AI bukan sekadar alat bantu—tetapi tulang punggung baru bagi kualitas industri modern.
Sumber:
Sundaram, S., & Zeid, A. (2023). Artificial Intelligence-Based Smart Quality Inspection for Manufacturing. Micromachines, 14(3), 570
Industri Manufaktur
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 08 Mei 2025
Pendahuluan: Tantangan Kualitas dalam Dunia Manufaktur Modern
Industri manufaktur masa kini semakin diwarnai dengan kebutuhan akan varian produk yang beragam. Fleksibilitas produk ini datang dengan tantangan besar dalam pengendalian mutu, terutama di lini produksi cepat seperti industri pengemasan makanan. Ketika jumlah varian produk meningkat, sistem inspeksi kualitas tradisional—terutama berbasis manusia—semakin sulit diandalkan. Variasi desain, warna, bahan, hingga pola cacat membuat proses inspeksi manual rawan human error, lelah, dan tidak konsisten.
Dalam konteks ini, paper karya Fredrik Vuoluterä menawarkan pendekatan baru dengan memanfaatkan Modular Neural Networks (MNNs) sebagai solusi untuk inspeksi kualitas produk varian banyak. Fokusnya adalah membandingkan keunggulan MNNs dibandingkan monolithic neural networks (MNN) yang lebih umum digunakan.
Latar Belakang Penelitian: Masalah Kompleksitas Produk di AR Packaging
Studi ini dilakukan di AR Packaging, perusahaan yang memproduksi wadah makanan berbahan karton, plastik, dan aluminium. Produk yang digunakan mencakup tray makanan cepat saji hingga kemasan microwave. Kompleksitas desain mereka menjadi tantangan: bentuk berbeda, warna beragam, dan material variatif.
Mereka sebelumnya mengandalkan inspeksi manual, tetapi metode tersebut lambat, tidak konsisten, dan tidak cukup scalable untuk mengikuti variasi produk yang tinggi. Di sinilah sistem inspeksi berbasis AI muncul sebagai kebutuhan mutlak.
Modular Neural Network: Solusi yang Lebih Adaptif
Apa Itu Modular Neural Network?
MNN adalah pendekatan AI yang memecah kompleksitas dalam sistem neural network menjadi beberapa modul yang lebih sederhana. Setiap modul bertugas mengelola satu bagian dari masalah besar, misalnya satu varian produk atau satu jenis cacat.
Sebagai perbandingan, monolithic neural networks menangani semua jenis produk dalam satu arsitektur yang besar dan kompleks. Ini bisa menyebabkan pelatihan lambat dan rentan terhadap penurunan performa ketika varian produk baru ditambahkan.
Desain Modular dalam Studi Ini
Vuoluterä mengembangkan arsitektur routing module yang menentukan varian produk, lalu expert module yang bertugas menganalisis kualitas spesifik varian tersebut. Modul-modul ini bersifat independen sehingga:
Metodologi Penelitian: Studi Kasus AR Packaging
Pengumpulan Data
Dataset dikumpulkan secara on-site di pabrik AR Packaging. Penulis memanfaatkan Logitech Brio 4K webcam untuk mengambil gambar 3840x2160 piksel dari berbagai sudut. Setiap produk difoto dari 8 rotasi berbeda untuk menciptakan variasi posisi yang realistis.
Dari 14.577 gambar awal, setelah filtering, didapat 11.733 gambar mencakup enam varian produk. Setiap gambar diberi label OK (tanpa cacat) atau NOK (cacat) sesuai inspeksi manual dari tenaga ahli di pabrik.
Tipe Cacat yang Ditemukan
Hasil Penelitian: Modular vs Monolithic Neural Network
Akurasi Klasifikasi
Kecepatan Training dan Ukuran Model
Efisiensi dan Pemeliharaan
MNN memungkinkan pembaruan modul tanpa retraining keseluruhan sistem, yang sangat cocok untuk perusahaan dengan frekuensi perubahan desain tinggi, seperti AR Packaging.
Studi Kasus Industri: Tren Modular AI dalam Manufaktur
Penerapan Modular Neural Networks di Sektor Lain
Hubungan dengan Industri 4.0
Modular AI menjadi bagian penting dalam ekosistem Smart Factory, karena memungkinkan:
Analisis Tambahan: Kelebihan dan Kekurangan Modular Neural Network
Kelebihan
Kekurangan
Kritik dan Saran Pengembangan Ke Depan
Kritik
Rekomendasi
Kesimpulan: Modular Neural Network Sebagai Masa Depan Inspeksi Kualitas Fleksibel
Penelitian Fredrik Vuoluterä memberikan bukti kuat bahwa Modular Neural Networks merupakan solusi yang lebih fleksibel dan efisien untuk inspeksi kualitas produk dengan varian tinggi. Studi di AR Packaging menunjukkan bahwa modularitas memungkinkan sistem AI lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan produk, sekaligus mengurangi kompleksitas dan biaya.
Di era Industri 4.0, fleksibilitas dan kemampuan adaptasi menjadi kunci. Modular Neural Network menawarkan potensi besar untuk perusahaan manufaktur yang ingin meningkatkan kualitas produk sekaligus mengurangi biaya operasional.
Sumber
Vuoluterä, F. (2022). Quality inspection of multiple product variants using neural network modules (Master's thesis, University of Skövde). University of Skövde Digital Archive.
Prediksi Kualitas Udara
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 08 Mei 2025
Pendahuluan: Krisis Polusi Udara dan Pentingnya Prediksi AQI
Polusi udara telah menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan. Menurut WHO, polusi udara menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini setiap tahun di seluruh dunia. Dampaknya meliputi berbagai penyakit pernapasan seperti asma, kanker paru-paru, hingga penyakit jantung. Oleh karena itu, kebutuhan akan sistem monitoring dan prediksi kualitas udara yang andal semakin mendesak.
Penelitian yang dilakukan Gogineni dan Murukonda ini berupaya memberikan solusi berbasis teknologi cerdas untuk mendeteksi dan memprediksi kualitas udara secara lebih akurat. Fokus utamanya adalah penggunaan algoritma supervised machine learning untuk memprediksi Air Quality Index (AQI) di India, sebagai salah satu negara dengan tingkat polusi tertinggi di dunia.
Tujuan Penelitian dan Konteks Global
Tujuan Utama:
Latar Belakang:
Metode Penelitian: Kolaborasi Literatur dan Eksperimen Data Nyata
Penelitian ini menggabungkan studi pustaka dan eksperimen praktis. Peneliti mengkaji berbagai metode prediksi AQI dari penelitian sebelumnya, lalu mengimplementasikan dan membandingkan empat algoritma machine learning pada dataset yang diperoleh dari Central Pollution Control Board (CPCB) India.
Dataset:
Algoritma Machine Learning yang Digunakan
Hasil dan Analisis Eksperimen
Peneliti mengevaluasi model dengan tiga metrik utama:
Temuan Utama:
Interpretasi:
Hasil ini menegaskan bahwa regresi berbasis regularisasi (LASSO dan Ridge) memberikan keseimbangan yang baik antara kompleksitas dan akurasi model, menjadikannya pilihan yang tepat untuk prediksi AQI di lingkungan dengan dataset terbatas.
Studi Kasus dan Implikasi Praktis
India: Penerapan di Kota Besar
Indonesia: Potensi Implementasi
Perbandingan dengan Penelitian Terkait
Penelitian ini sejalan dengan studi Mauro Castelli et al. (2020) yang menggunakan SVR untuk prediksi AQI di California. Namun, pendekatan Gogineni dan Murukonda lebih fokus pada regresi berbasis regularisasi dibandingkan model kompleks berbasis SVR.
Penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh Jasleen Kaur Sethi dan Mamta Mittal (2021), menggunakan Adaptive LASSO Regression, menunjukkan akurasi sekitar 70%. Penelitian Gogineni lebih unggul dengan akurasi di atas 80%, meskipun ruang pengembangan lebih lanjut tetap terbuka.
Kritik dan Analisis Tambahan
Kelebihan:
✅ Pendekatan sistematis dalam eksperimen dan evaluasi.
✅ Dataset real-world yang relevan dengan kondisi polusi saat ini di India.
✅ Penggunaan metrik evaluasi yang komprehensif untuk penilaian performa model.
Kelemahan:
❌ Data yang digunakan bersifat statis; tidak mencerminkan kondisi real-time.
❌ Tidak mengeksplorasi model Ensemble Learning seperti Random Forest atau XGBoost yang berpotensi meningkatkan akurasi.
❌ SVR menunjukkan performa buruk, kemungkinan karena ukuran dataset yang terbatas, yang bisa diatasi dengan data augmentation atau transfer learning.
Implikasi Praktis dan Arah Pengembangan di Masa Depan
Kesimpulan: Ridge Regression sebagai Jawaban Masa Depan Prediksi AQI
Studi ini menyoroti kekuatan model Ridge Regression dalam memberikan prediksi AQI yang akurat, konsisten, dan andal. Bagi pemerintah, lembaga kesehatan, maupun masyarakat, solusi seperti ini bukan hanya soal teknologi, melainkan penyelamatan nyawa.
Jika diterapkan secara luas, sistem prediksi berbasis machine learning dapat mengurangi dampak polusi udara dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kota-kota besar yang rawan polusi.
Sumber Referensi
Prediction of Air Quality Index Using Supervised Machine Learning oleh Avan Chowdary Gogineni dan Vamsi Sri Naga Manikanta Murukonda, Mei 2022.
Industri Berkelanjutan
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 08 Mei 2025
Pendahuluan: Menjawab Tantangan Kualitas di Industri Manufaktur Modern
Di era Industri 4.0, manufaktur tidak lagi sekadar berfokus pada produksi massal, tetapi juga mengedepankan kualitas, efisiensi energi, dan keberlanjutan. Salah satu tantangan besar dalam industri injection molding adalah memastikan kualitas produk konsisten tanpa meningkatkan biaya produksi atau menambah beban tenaga kerja. Terlebih lagi, meningkatnya tuntutan untuk menerapkan prinsip keberlanjutan (sustainability) membuat industri perlu beradaptasi.
Paper yang ditulis oleh Hail Jung, Jinsu Jeon, Dahui Choi, dan Jung-Ywn Park (2021) ini mengangkat solusi machine learning (ML) untuk prediksi kualitas di industri injection molding, yang diklaim lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Penelitian ini tidak hanya menawarkan pendekatan teknis, tetapi juga memberikan wawasan strategis bagi perusahaan manufaktur yang ingin mempertahankan daya saingnya dalam pasar global yang semakin kompetitif.
Latar Belakang Penelitian: Kualitas Produk sebagai Pilar Utama Keberlanjutan
Injection molding merupakan proses krusial dalam produksi komponen plastik untuk berbagai industri seperti otomotif, elektronik, hingga kesehatan. Kegagalan menjaga kualitas pada tahap ini akan merugikan secara ekonomi dan lingkungan. Dalam praktiknya, banyak perusahaan masih bergantung pada inspeksi manual, yang membutuhkan banyak tenaga kerja dan mahal, khususnya di negara dengan tingkat upah tinggi.
Penelitian ini berangkat dari fakta bahwa data real-time dari mesin injection molding memiliki potensi besar jika dimanfaatkan secara optimal menggunakan teknologi machine learning. Dengan kata lain, transformasi digital melalui ML menawarkan solusi prediksi kualitas produk secara otomatis dan presisi.
Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Paper ini bertujuan untuk:
Penelitian ini juga mengkaji feature importance, atau variabel kunci dalam proses produksi yang paling berpengaruh terhadap kualitas, seperti suhu cetakan (mold temperature) dan waktu siklus (cycle time).
Metodologi Penelitian: Mengolah Data Produksi Nyata Menjadi Model Prediktif
Dataset
Data dikumpulkan dari Hanguk Mold, perusahaan injection molding di Korea Selatan, yang memproduksi komponen otomotif. Dataset mencakup lebih dari 8.000 data siklus produksi, dengan lebih dari 50 variabel real-time seperti:
Data ini merepresentasikan dinamika nyata di lini produksi, sehingga hasil penelitian dapat langsung diimplementasikan.
Algoritma yang Digunakan
Autoencoder, yang berfokus pada anomaly detection, terbukti menjadi model terbaik karena mampu mendeteksi cacat tanpa membutuhkan data dari produk cacat itu sendiri.
Hasil Penelitian: Autoencoder Mengungguli Semua Model Lainnya
Kinerja Model
Faktor Utama Penentu Kualitas
Melalui analisis feature importance, ditemukan bahwa variabel berikut paling mempengaruhi kualitas produk:
Hasil ini sejalan dengan studi sebelumnya yang menekankan pentingnya kontrol suhu dalam injection molding, seperti penelitian oleh Qi et al. (2019) dan Lee et al. (2020).
Studi Kasus: Efisiensi Produksi Injection Molding di Hanguk Mold
Sebelum implementasi ML, Hanguk Mold mengandalkan 200 inspektur kualitas untuk memeriksa produk dari 100 mesin injection molding. Setelah penerapan Autoencoder, kebutuhan tenaga kerja untuk pemeriksaan kualitas menurun drastis, sehingga perusahaan menghemat biaya operasional hingga 30%.
Selain itu, prediksi kualitas yang akurat memungkinkan pengurangan limbah produksi hingga 25%, mendukung target keberlanjutan perusahaan dan mengurangi jejak karbon.
Analisis Kritis dan Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya
Kelebihan Penelitian Ini
✅ Data Real-World: Dataset berasal dari produksi nyata, bukan simulasi.
✅ Pendekatan Komprehensif: Perbandingan antara berbagai model ML memberikan gambaran menyeluruh.
✅ Efisiensi Biaya: Implementasi Autoencoder mengurangi ketergantungan pada inspeksi manual.
Kekurangan dan Tantangan
❌ Generalisasi Terbatas: Dataset spesifik dari satu perusahaan di Korea.
❌ Penjelasan Sebab-Akibat Minim: Fokus penelitian lebih pada akurasi prediksi, bukan pemahaman mendalam terhadap akar penyebab cacat.
❌ Belum Integrasi IoT Secara Penuh: Implementasi real-time membutuhkan integrasi dengan sensor IoT yang lebih kompleks.
Komparasi dengan Studi Lain
Implikasi Praktis untuk Industri Manufaktur
Rekomendasi dan Arah Pengembangan Masa Depan
✅ Integrasi Sensor IoT & Big Data untuk meningkatkan akurasi prediksi real-time.
✅ Explainable AI (XAI) agar alasan di balik keputusan model lebih transparan bagi insinyur produksi.
✅ Transfer Learning untuk memudahkan adopsi di perusahaan injection molding lain dengan parameter produksi berbeda.
✅ Mobile & Cloud-Based Monitoring agar manajemen kualitas dapat dilakukan secara remote.
Kesimpulan: Menuju Masa Depan Manufaktur Tanpa Cacat
Penelitian ini menunjukkan bahwa machine learning, khususnya Autoencoder, dapat merevolusi cara industri injection molding menjaga kualitas produk. Dengan meningkatkan efisiensi, mengurangi limbah, dan mendukung prinsip keberlanjutan, teknologi ini memberikan nilai tambah yang nyata.
Di era Industri 4.0, perusahaan manufaktur yang tidak mengadopsi teknologi seperti ML akan tertinggal. Penelitian ini memberikan bukti bahwa dengan strategi data yang tepat, perusahaan bisa mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan memenuhi standar keberlanjutan global.
📖 Sumber Paper Asli:
Jung, H., Jeon, J., Choi, D., & Park, J.-Y. (2021). Application of Machine Learning Techniques in Injection Molding Quality Prediction: Implications on Sustainable Manufacturing Industry. Sustainability, 13(8), 4120.
Partisipasi Masyarakat
Dipublikasikan oleh Anisa pada 08 Mei 2025
Pendahuluan:
Di Balik Ambisi Infrastruktur Indonesia
Indonesia tengah berpacu dengan waktu untuk membangun infrastruktur sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi. Salah satu proyek unggulan adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), kereta berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara. Proyek ini menjadi simbol kemajuan, tetapi di balik lajunya yang menjanjikan, tersimpan persoalan pelik: mulai dari konflik lahan, pembengkakan anggaran, hingga konsultasi publik yang kurang bermakna.
Paper yang ditulis oleh Androvaga Renandra Tetama dan timnya dalam Jurnal Widya Bhumi mengupas persoalan tersebut secara mendalam. Fokus utamanya adalah pentingnya proses konsultasi publik dan partisipasi masyarakat dalam pengadaan tanah, yang selama ini seringkali hanya formalitas.
Antara Target dan Realita Pembangunan
Data per akhir 2022 menunjukkan:
Pengadaan tanah telah selesai 100% mencakup 7,6 juta m² sepanjang 142,3 km.
Pembangunan fisik proyek mencapai 88,8%.
Pembiayaan membengkak dari Rp 2 triliun menjadi Rp 113,9 triliun.
KCJB dirancang untuk menghubungkan empat stasiun utama: Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. Meski demikian, berbagai kendala seperti pembebasan lahan, persoalan pembiayaan, dan perubahan skema kerja sama membuat proyek ini berjalan jauh lebih lambat dari rencana semula.
Akar Masalah: Pengadaan Tanah yang Tidak Partisipatif
Dari skema B2B ke campur tangan negara
Awalnya proyek dibiayai lewat skema business-to-business antara konsorsium BUMN Indonesia dan China. Namun, karena pembengkakan biaya dan konflik agraria, pemerintah Indonesia akhirnya ikut campur lewat Penyertaan Modal Negara (PMN).
Permasalahan teknis dan sosial
Masalah utama dalam pengadaan tanah adalah:
Ketidakpastian hukum kepemilikan tanah meski bersertifikat.
Penolakan warga atas nilai ganti rugi.
Perubahan trase yang tidak dikomunikasikan dengan baik.
Konsultasi publik yang hanya formalitas.
Padahal, UU No. 2 Tahun 2012 menegaskan bahwa setiap pengadaan tanah harus melalui tahapan: perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil—dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
Studi Kasus: Ketimpangan Ganti Rugi dan Ketegangan Sosial
Salah satu konflik mencuat di wilayah Walini dan Tegalluar. Warga menolak nilai ganti rugi yang dianggap terlalu rendah dibanding harga pasar. Terdapat pula laporan intimidasi kepada warga yang tidak mau melepas tanahnya.
Data dari PT KCIC menunjukkan bahwa 75% dana proyek berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), dengan bunga 2% untuk USD dan 3,4% untuk yuan. Ketergantungan pada pinjaman luar negeri, ditambah ketidakterbukaan soal nilai lahan, memicu ketegangan sosial dan memperlambat proyek.
Mengapa Konsultasi Publik Itu Esensial
Paper ini menekankan bahwa proyek strategis nasional seperti KCJB memerlukan pelibatan warga, bukan sekadar pemberitahuan sepihak. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 91/PUU-XVIII/2020, terdapat tiga pilar penting:
Hak masyarakat untuk menyampaikan pendapat.
Hak agar pendapat tersebut dipertimbangkan.
Hak untuk mendapatkan penjelasan atas pendapatnya.
Sayangnya, konsultasi publik dalam proyek ini sering kali hanya bersifat simbolik dan tidak berdampak pada keputusan.
Belajar dari Praktik Internasional
Asian Development Bank (ADB) menetapkan standar partisipasi publik bermakna yang mencakup:
Konsultasi sejak awal hingga akhir proyek.
Penyediaan informasi yang mudah dipahami dan inklusif
Proses bebas intimidasi dan menjangkau kelompok rentan.
Pengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan.
Standar ini masih jauh dari implementasi dalam proyek KCJB. Jika diterapkan, kemungkinan besar banyak konflik bisa dicegah sejak dini.
Dampak Sosial dan Peluang yang Terlewatkan
Meskipun bertujuan meningkatkan konektivitas dan menurunkan biaya logistik, manfaat langsung proyek belum banyak dirasakan masyarakat sekitar. Beberapa temuan penting:
Sebagian besar pekerja proyek adalah tenaga asing, bukan warga lokal.
UMKM lokal belum banyak dilibatkan.
Warga kehilangan lahan tanpa mendapat kompensasi yang layak.
Proyek ini justru bisa menjadi peluang besar jika masyarakat dilibatkan secara menyeluruh, misalnya dalam pelatihan kerja, penyediaan material lokal, dan pengawasan proyek secara partisipatif.
Kritik terhadap Penelitian dan Usulan Perbaikan
Penelitian ini unggul karena memberikan narasi lengkap dari pra-perencanaan hingga pasca-konstruksi. Namun, akan lebih kuat jika penulis menambahkan:
Wawancara langsung dengan warga terdampak.
Perbandingan internasional dengan proyek serupa (misalnya kereta cepat Mumbai-Ahmedabad di India).
Kajian tentang dampak terhadap perempuan dan kelompok rentan dalam pengadaan tanah.
Dengan pendekatan ini, kajian bisa menjadi rujukan utama dalam penyusunan kebijakan agraria dan infrastruktur.
Kesimpulan: Pembangunan Inklusif adalah Kunci
Pembangunan infrastruktur tak hanya soal fisik, tetapi juga soal etika, keadilan, dan partisipasi. KCJB adalah pelajaran penting bahwa megastruktur tanpa partisipasi publik dapat menimbulkan konflik berkepanjangan dan inefisiensi anggaran.
Untuk proyek-proyek strategis ke depan, partisipasi publik bermakna harus menjadi fondasi, bukan hanya formalitas. Pemerintah dan investor harus mengubah cara pandang: dari sekadar mengejar target pembangunan, menjadi membangun bersama rakyat.
Sumber
Paper asli:
“Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Memaknai Konsultasi Publik dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengadaan Tanah”
Penulis: Androvaga Renandra Tetama, Suharno, Yaritza Nafa Tyola
Jurnal Widya Bhumi, Vol. 2 No. 2, 2022
DOI: https://doi.org/10.31292/wb.v2i2.25