Industri Minyak dan Gas

Revolusi Praktik Keselamatan dalam Pekerjaan Ruang Terbatas di Industri Minyak dan Gas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025


Industri minyak dan gas dikenal sebagai sektor dengan tingkat risiko tinggi, terutama dalam aktivitas di ruang terbatas (confined spaces). Dengan menggunakan metode survei dan analisis statistik, penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai langkah-langkah mitigasi risiko yang dapat diterapkan oleh manajemen dan pekerja untuk mengurangi angka kecelakaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja di lingkungan kerja yang berbahaya.

Penelitian ini menemukan bahwa antara tahun 2009 hingga 2019, terdapat 46 kasus kematian akibat kecelakaan di ruang terbatas di Malaysia. Penyebab utama kematian adalah Kekurangan oksigen (asphyxiation), Keracunan gas beracun, Kecelakaan akibat tertimpa atau terjebak dan Ledakan dan kejutan listrik. Dari survei terhadap 50 pekerja di GPK, ditemukan bahwa 16% pekerja pernah mengalami kecelakaan saat bekerja di ruang terbatas, sementara 28% menyaksikan insiden di tempat kerja.

Analisis korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara insiden kecelakaan dan masalah kesehatan pekerja (r = 0.831, p < 0.05). Beberapa dampak kesehatan yang dilaporkan oleh pekerja meliputi: 2% mengalami kesulitan bernapas akibat paparan gas berbahaya, 10% mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan tinggi di ruang terbatas dan 30% mengalami nyeri pada anggota tubuh akibat posisi kerja yang tidak ergonomis.

Langkah-langkah keselamatan yang saat ini diterapkan di industri minyak dan gas, termasuk:

Pengujian gas sebelum masuk ke ruang terbatas, Pemeriksaan medis berkala untuk pekerja, Pelatihan dan sertifikasi keselamatan kerja, Sistem izin kerja (Permit to Work/PTW) dan Prosedur tanggap darurat. Meskipun langkah-langkah ini telah diterapkan, penelitian ini menemukan bahwa tidak semua pekerja memahami atau mematuhi protokol keselamatan secara konsisten. Hal ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam transparansi pelaporan insiden dan pelatihan keselamatan.

Kelebihan 

Menyediakan data empiris yang kuat dari survei dan catatan kecelakaan, Menggunakan metode statistik yang valid untuk menganalisis hubungan antara kecelakaan dan faktor kesehatan dan Memberikan rekomendasi intervensi keselamatan berbasis data.

Kekurangan 

Tidak mengeksplorasi faktor psikososial pekerja dalam kepatuhan terhadap prosedur keselamatan, Tidak ada perbandingan dengan industri serupa di luar Malaysia dan Kurangnya analisis ekonomi tentang dampak kecelakaan terhadap produktivitas perusahaan.

Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa langkah perbaikan yang dapat diterapkan meliputi:

  1. Transparansi dalam Pelaporan Insiden, Membuat sistem pelaporan insiden yang lebih terbuka dan dapat diakses oleh pekerja. Menyediakan opsi pelaporan anonim untuk meningkatkan jumlah laporan insiden.
  2. Peningkatan Kualitas Pelatihan Keselamatan, Menerapkan metode pelatihan berbasis simulasi dan virtual reality (VR) untuk meningkatkan pemahaman pekerja. Menyelenggarakan pelatihan supervisor guna memastikan kepatuhan pekerja terhadap prosedur keselamatan.
  3. Optimalisasi Pertemuan Keselamatan (Toolbox Meeting), Mengadakan briefing keselamatan sebelum setiap pekerjaan ruang terbatas. Menguji pemahaman pekerja terhadap prosedur keselamatan sebelum mereka diizinkan bekerja.
  4. Penerapan Teknologi untuk Pemantauan Keselamatan, Menggunakan sensor gas pintar untuk mendeteksi kadar oksigen dan gas berbahaya secara real-time. Memanfaatkan sistem AI dan IoT untuk analisis prediktif terhadap potensi kecelakaan.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan risiko kecelakaan dalam pekerjaan ruang terbatas dapat dikurangi secara signifikan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan pekerja di industri minyak dan gas.

Tantangan keselamatan dalam pekerjaan ruang terbatas di industri minyak dan gas, dengan fokus pada fasilitas Gas Processing Kertih. Meskipun berbagai langkah keselamatan telah diterapkan, masih terdapat celah dalam pemahaman dan kepatuhan pekerja terhadap protokol keselamatan.

Dengan transparansi dalam pelaporan insiden, peningkatan pelatihan, optimalisasi pertemuan keselamatan, dan penerapan teknologi pemantauan, industri minyak dan gas dapat mencapai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dan mengurangi angka kecelakaan di ruang terbatas secara signifikan.

Sumber Artikel

Fazri, M. A. A., & Ismail, S. (2024). Revolutionizing Confined Space Work Practices in Thriving Oil and Gas Industry of Kertih, Terengganu. Journal of Advanced Mechanical Engineering Applications, 5(1), 46-54.

Selengkapnya
Revolusi Praktik Keselamatan dalam Pekerjaan Ruang Terbatas di Industri Minyak dan Gas

Keselamatan Kerja

Penerapan Lean Occupational Health and Safety (Lean-OHS) dalam Laboratorium Farmasi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi isu yang semakin krusial, terutama di era Revolusi Industri 4.0, di mana teknologi dan model bisnis yang terus berkembang menuntut karyawan bekerja lebih cepat dan fleksibel. Dalam makalah "A Case Study on Lean Occupational Safety" oleh Mesut Ulu dan Semra Birgün, diterbitkan dalam Sigma Journal of Engineering and Natural Sciences (2024), penulis mengusulkan model Lean-OHS sebagai pendekatan inovatif dalam meningkatkan keselamatan kerja. Studi kasus ini diterapkan pada laboratorium farmasi di sebuah universitas, dengan hasil yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam kondisi kerja dan pengurangan risiko kecelakaan.

Lean-OHS mengadopsi prinsip Lean Manufacturing yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi. Model ini berfokus pada peningkatan keselamatan kerja melalui langkah-langkah seperti analisis risiko, penerapan teknik Lean, serta evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi dan Farmakologi di sebuah universitas. Dari lima laboratorium yang ada, laboratorium ini dipilih karena memiliki peralatan analisis yang digunakan bersama oleh berbagai laboratorium serta kurangnya tindakan K3 yang memadai. Dengan lebih dari 500 bahan kimia berbeda yang tersimpan, terdapat berbagai potensi bahaya yang harus diatasi.

Langkah-langkah utama yang diterapkan dalam model Lean-OHS meliputi:

  1. Analisis Kondisi Saat Ini
    • Mengidentifikasi masalah seperti penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai, kabel yang tidak teratur, sistem ventilasi yang tidak memadai, dan kurangnya instruksi keselamatan.
  2. Analisis Risiko dengan Metode Fine Kinney
    • Risiko diklasifikasikan berdasarkan probabilitas, frekuensi, dan dampak.
    • Dari 20 risiko yang teridentifikasi, 8 dikategorikan sebagai risiko tinggi (>200), 7 sebagai risiko signifikan (70-200), dan 5 sebagai risiko pasti (20-70).
  3. Implementasi Teknik Lean
    • 5S (Sort, Set in Order, Shine, Standardize, Sustain) untuk meningkatkan keteraturan dan kebersihan laboratorium.
    • Visual Factory dengan pemberian tanda peringatan dan instruksi keselamatan.
    • Kaizen untuk perbaikan berkelanjutan, seperti pemasangan pipa gas, penataan kabel, dan perbaikan sistem ventilasi.
  4. Evaluasi dan Standarisasi
    • Setelah implementasi, dilakukan penilaian ulang dengan Fine Kinney.
    • Hasilnya, 18 dari 20 risiko berhasil diturunkan ke tingkat yang dapat diterima.

Setelah penerapan Lean-OHS, laboratorium mengalami perbaikan signifikan, antara lain:

  • Penyimpanan bahan kimia yang lebih aman dengan sistem inventarisasi dan klasifikasi yang jelas.
  • Pengurangan risiko kebakaran dengan pemasangan sistem pencegahan yang lebih baik.
  • Peningkatan ergonomi bagi pekerja melalui tata letak peralatan yang lebih baik.
  • Penurunan konsentrasi bahan kimia berbahaya di udara, yang mengurangi risiko penyakit akibat kerja.

Selain itu, implementasi ini mendapat respons positif dari staf dan mahasiswa, yang merasa lebih aman dan nyaman dalam melakukan penelitian.

Meskipun studi ini menunjukkan keberhasilan dalam menerapkan Lean-OHS di laboratorium farmasi, terdapat beberapa aspek yang masih bisa dikembangkan:

  • Kurangnya Fokus pada Aspek Psikologis: Studi ini lebih berfokus pada aspek fisik keselamatan kerja, sementara faktor psikososial seperti stres akibat tekanan kerja dan kurangnya pelatihan mental belum dieksplorasi.
  • Kendala dalam Implementasi di Gedung Bersejarah: Salah satu hambatan utama adalah keterbatasan dalam melakukan perubahan struktural, seperti pemasangan ventilasi yang lebih baik.
  • Evaluasi Jangka Panjang: Studi ini belum mencakup evaluasi jangka panjang terhadap efektivitas Lean-OHS dalam mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara berkelanjutan.

Studi ini menunjukkan bahwa Lean-OHS merupakan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan keselamatan kerja di lingkungan laboratorium. Dengan mengadopsi prinsip Lean, risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi secara signifikan. Namun, untuk optimalisasi lebih lanjut, diperlukan pendekatan holistik yang mencakup aspek psikososial serta evaluasi jangka panjang.

Sumber Asli

Ulu M, Birgün S. A case study on lean occupational safety. Sigma J Eng Nat Sci 2024;42(2):534-548.

 

Selengkapnya
Penerapan Lean Occupational Health and Safety (Lean-OHS) dalam Laboratorium Farmasi

Keselamatan Kerja

Peran Dewan Direksi dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam manajemen perusahaan modern. Paper berjudul “Boards of Directors’ Influences on Occupational Health and Safety: A Scoping Review of Evidence and Best Practices” oleh David Ebbevi, Ulrica Von Thiele Schwarz, Henna Hasson, Carl Johan Sundberg, dan Mandus Frykman mengulas bagaimana peran dewan direksi mempengaruhi implementasi dan efektivitas K3 di perusahaan. Artikel ini menyoroti kesenjangan penelitian terkait keterlibatan dewan direksi dalam strategi dan kebijakan K3 serta dampaknya terhadap kesejahteraan karyawan.

Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis (scoping review) yang menggunakan sumber dari berbagai database akademik seperti PubMed, EMBASE, Web of Science, dan lain-lain. Dari 49 studi yang disaring, mayoritas berisi data empiris (57%), sementara sisanya bersifat normatif atau teoretis.

Beberapa poin penting yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain:

  • Kurangnya penelitian mengenai mekanisme keterkaitan antara kebijakan dewan direksi dan hasil K3.
  • Sebagian besar penelitian hanya berfokus pada aspek keselamatan dibandingkan kesehatan pekerja.
  • Konteks organisasi dan budaya kerja sering kali menjadi faktor penentu efektivitas kebijakan K3.

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mempengaruhi efektivitas peran dewan direksi dalam K3:

  1. Kompetensi dalam K3
    • Hanya 16% penelitian yang menyoroti perlunya peningkatan kompetensi anggota dewan dalam aspek K3.
    • Pelatihan dan sertifikasi bagi anggota dewan masih jarang diterapkan secara luas.
  2. Budaya Keselamatan dalam Organisasi
    • 51% studi menunjukkan bahwa budaya keselamatan yang didorong oleh dewan direksi berdampak positif pada pengurangan insiden kecelakaan kerja.
    • Keberhasilan strategi K3 sering kali bergantung pada seberapa jauh dewan direksi mendukung inisiatif keselamatan.
  3. Strategi dan Kebijakan Perusahaan
    • Sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan reaktif terhadap K3, hanya sedikit yang memiliki strategi proaktif.
    • Perusahaan dengan strategi K3 yang kuat melaporkan pengurangan kecelakaan hingga 40% dan peningkatan produktivitas sebesar 20%.
  4. Pelaporan dan Akuntabilitas
    • 41% penelitian menyoroti pentingnya sistem pelaporan yang terstruktur agar kebijakan K3 dapat dievaluasi secara berkala.
    • Sistem insentif dan sanksi bagi manajemen terkait K3 masih jarang diterapkan di perusahaan.

Hasil penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi industri dalam meningkatkan efektivitas kebijakan K3, antara lain:

  1. Peningkatan Kompetensi Dewan Direksi
    • Perusahaan perlu memastikan anggota dewan memiliki pemahaman yang cukup tentang K3.
    • Pelatihan berbasis risiko dapat membantu meningkatkan kepatuhan dan implementasi kebijakan keselamatan kerja.
  2. Integrasi K3 ke dalam Strategi Perusahaan
    • K3 harus menjadi bagian integral dari strategi bisnis, bukan sekadar formalitas kepatuhan regulasi.
    • Perusahaan yang mengadopsi kebijakan proaktif dalam K3 terbukti lebih unggul dalam manajemen risiko dan efisiensi operasional.
  3. Penguatan Budaya Keselamatan
    • Peran dewan direksi dalam menciptakan budaya keselamatan sangat penting untuk keberlanjutan kebijakan K3.
    • Komitmen kepemimpinan terhadap keselamatan dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja secara signifikan.
  4. Optimalisasi Pelaporan dan Akuntabilitas
    • Perusahaan harus memiliki sistem pelaporan yang transparan dan berbasis data untuk memantau efektivitas kebijakan K3.
    • Insentif bagi perusahaan yang berhasil mengurangi insiden kecelakaan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap standar keselamatan.

Penelitian ini menyoroti pentingnya peran dewan direksi dalam memastikan keberhasilan implementasi K3 di perusahaan. Dengan strategi yang lebih proaktif, peningkatan kompetensi, serta sistem pelaporan yang lebih baik, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitas berbagai model kepemimpinan dewan direksi dalam implementasi K3 serta bagaimana kebijakan yang berbasis bukti dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber Artikel:
Ebbevi, D., Von Thiele Schwarz, U., Hasson, H., Sundberg, C. J., & Frykman, M. (2021). Boards of Directors’ Influences on Occupational Health and Safety: A Scoping Review of Evidence and Best Practices. International Journal of Workplace Health Management, 14(1), 64-86.

 

Selengkapnya
Peran Dewan Direksi dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan

Safety

Analisis Faktor Keselamatan Industri dengan Pendekatan Statistik

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025


Keselamatan industri merupakan salah satu aspek yang sangat krusial dalam dunia kerja. Dalam paper berjudul “A Factorial Analysis of Industrial Safety” oleh Cordelia Ochuole Omoyi dan Samuel Ayodeji Omotehinse, dibahas bagaimana berbagai faktor berkontribusi terhadap keselamatan kerja di sektor industri. Paper ini menggunakan metode statistik seperti Principal Component Analysis (PCA) dan Kendall’s Coefficient of Concordance (KCC) untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja.

Untuk memahami variabel yang berkontribusi terhadap kecelakaan industri dan mengklasifikasikannya berdasarkan standar Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (Health, Safety, and Environment - HSE). Metode penelitian yang digunakan meliputi:

  • Kendall’s Coefficient of Concordance (KCC): Digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan antara para penilai terhadap faktor risiko industri.
  • Principal Component Analysis (PCA): Membantu mereduksi 32 variabel faktor risiko menjadi 5 faktor utama yang berkontribusi terhadap keselamatan industri.

Studi ini dilakukan dengan melibatkan 13 panel ahli yang diminta untuk memberi peringkat pada 32 variabel bahaya industri berdasarkan skala Likert 5 poin. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak StatistiXL untuk menentukan faktor dominan yang berpengaruh terhadap keselamatan industri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja:

  1. Work World Culture (Budaya Kerja Global)
    • Faktor ini mencakup lingkungan kerja, desain ruang kerja, dan tingkat kesadaran pekerja terhadap keselamatan.
    • Variabel utama: kegagalan subsistem (sub-system failure), lingkungan kerja yang buruk, dan kurangnya organisasi personal.
    • Faktor ini memiliki pengaruh signifikan dengan nilai korelasi di atas 0,8 dalam analisis PCA.
  2. Ground Rule Matters (Aturan Dasar Keselamatan)
    • Faktor ini meliputi kesalahan manusia (human error), gangguan konsentrasi, dan kegagalan sistem.
    • Faktor ini memiliki nilai korelasi sebesar 0,74 berdasarkan hasil PCA, yang menunjukkan kontribusi besar terhadap kecelakaan kerja.
  3. Safety Considerations (Pertimbangan Keselamatan)
    • Faktor ini melibatkan penggunaan bahan berbahaya, kegagalan kompleks, dan kesalahan pengemudi.
    • Memiliki pengaruh moderat terhadap keselamatan kerja dengan nilai korelasi sekitar 0,56.
  4. Work Conditions (Kondisi Kerja)
    • Faktor ini terkait dengan lingkungan kerja secara keseluruhan, termasuk desain tata letak tempat kerja dan kondisi operasional.
    • Faktor ini memiliki pengaruh kuat dengan nilai korelasi 0,69 dalam PCA.
  5. Perception of Safety (Persepsi terhadap Keselamatan)
    • Faktor ini mencakup persepsi pekerja terhadap kompleksitas zona kerja dan kesadaran keselamatan.
    • Memiliki pengaruh yang lebih rendah dibandingkan faktor lain, tetapi tetap berkontribusi terhadap keselamatan kerja dengan nilai korelasi sekitar 0,42.

Hasil dari metode KCC menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan oleh panel ahli memiliki indeks kesepakatan tinggi (W = 0,958), yang berarti terdapat konsistensi tinggi dalam penilaian faktor risiko keselamatan kerja.

Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan industri bukan hanya bergantung pada aturan formal, tetapi juga dipengaruhi oleh budaya kerja dan persepsi keselamatan pekerja. Beberapa implikasi dari temuan ini adalah:

  1. Pentingnya Budaya Keselamatan
    • Perusahaan harus membangun budaya keselamatan yang kuat melalui pelatihan dan peningkatan kesadaran pekerja.
  2. Pelatihan dan Evaluasi Rutin
    • Kesalahan manusia dan gangguan konsentrasi dapat dikurangi dengan pelatihan keselamatan yang berkelanjutan.
  3. Penerapan Teknologi dalam Keselamatan Kerja
    • Penggunaan teknologi seperti sensor keamanan dan sistem pemantauan otomatis dapat membantu mendeteksi potensi bahaya sebelum terjadi kecelakaan.
  4. Manajemen Risiko yang Lebih Efektif
    • Menggunakan metode analisis statistik seperti PCA dan KCC dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor utama yang berkontribusi terhadap kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja dapat dikategorikan dan dianalisis menggunakan pendekatan statistik. Hasil penelitian menyoroti lima faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja di industri dan bagaimana manajemen yang tepat dapat membantu mengurangi insiden kecelakaan.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar metode serupa diterapkan pada berbagai sektor industri lainnya guna memperoleh pemahaman yang lebih luas mengenai faktor-faktor keselamatan kerja.

Sumber Artikel:
Omoyi, C.O. & Omotehinse, S.A. (2022). A Factorial Analysis of Industrial Safety. International Journal of Engineering and Innovative Research, 4(1), 33-43.

 

Selengkapnya
Analisis Faktor Keselamatan Industri dengan Pendekatan Statistik

Keselamatan Kerja

Akar Penyebab untuk Risiko Berbasis Manusia dalam Praktik K3 di Administrasi Provinsi Khusus

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor kunci dalam operasional institusi, terutama dalam administrasi provinsi khusus yang bertanggung jawab atas layanan publik. Paper berjudul “Root Cause Model Proposal for Human-Related Risks in Occupational Health and Safety Practices of Special Provincial Administrations” oleh Mustafa Erdem dan Alpaslan H. Kuzucuoğlu mengkaji faktor-faktor penyebab risiko berbasis manusia dalam praktik K3 di administrasi provinsi khusus di Turki.

Artikel ini menyoroti bagaimana faktor manusia berkontribusi terhadap kecelakaan kerja dan mengusulkan model akar penyebab untuk mengurangi insiden terkait K3. Studi ini berfokus pada peran pelatihan, kesadaran keselamatan, serta kepatuhan terhadap peraturan dalam meningkatkan kondisi kerja.

Penelitian ini dilakukan pada 372 pekerja dari total populasi 11.463 karyawan yang bekerja di administrasi provinsi khusus di Turki. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis menggunakan SPSS 22.00 dengan metode uji t independen dan uji varians satu arah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor utama penyebab kecelakaan kerja meliputi:

  • Kurangnya kesadaran terhadap prosedur keselamatan
  • Kurangnya pelatihan keselamatan yang efektif
  • Pengaruh kondisi psikologis dan fisiologis pekerja
  • Faktor organisasi seperti manajemen yang kurang mendukung

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 29% responden pernah mengalami kecelakaan kerja, sementara 39,2% mengalami kejadian nyaris celaka. Selain itu, data menunjukkan:

  • Tingkat kecelakaan kerja dapat dikurangi hingga 40% jika pelatihan keselamatan diterapkan dengan baik.
  • Produktivitas meningkat sebesar 20% di lingkungan kerja yang memiliki budaya keselamatan yang kuat.
  • Penggunaan peralatan pelindung diri (APD) dapat mengurangi cedera hingga 50%.

Penelitian ini menekankan bahwa sebagian besar kecelakaan kerja dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran keselamatan dan memperbaiki sistem manajemen risiko.

Hasil studi ini memiliki beberapa implikasi penting:

  1. Meningkatkan Kesadaran Keselamatan di Tempat Kerja
    Kesadaran keselamatan yang tinggi dapat menekan insiden kecelakaan kerja dan meningkatkan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
  2. Penerapan Pelatihan Berbasis Teknologi
    Penggunaan teknologi seperti realitas virtual (VR) dalam pelatihan K3 terbukti lebih efektif dibanding metode tradisional.
  3. Dukungan Manajemen dan Kepatuhan Regulasi
    Manajemen perlu memastikan bahwa kebijakan K3 diimplementasikan secara konsisten agar tidak hanya memenuhi persyaratan hukum, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang aman.
  4. Budaya Keselamatan sebagai Bagian dari Keberlanjutan
    Mengembangkan budaya keselamatan yang kuat tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan tetapi juga meningkatkan loyalitas dan kesejahteraan pekerja.

Wawasan mendalam mengenai faktor-faktor manusia dalam risiko K3 dan bagaimana model akar penyebab dapat membantu mengurangi insiden di lingkungan kerja administrasi provinsi khusus. Penerapan strategi seperti pelatihan berbasis teknologi dan peningkatan kesadaran keselamatan dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitas penerapan teknologi digital dalam meningkatkan kepatuhan pekerja dan menekan risiko kecelakaan kerja.

Sumber Artikel:
Erdem, M. & Kuzucuoğlu, A. H. (2023). Root Cause Model Proposal for Human-Related Risks in Occupational Health and Safety Practices of Special Provincial Administrations. Tr. J. Nature Sci., 12(4), 93-106.

 

Selengkapnya
Akar Penyebab untuk Risiko Berbasis Manusia dalam Praktik K3 di Administrasi Provinsi Khusus

Manajemen Risiko

Manajemen Risiko K3 Berbasis Penilaian dan Pengendalian Risiko

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan tantangan utama bagi perusahaan, terutama dalam manajemen risiko pekerjaan. Paper berjudul “Occupational Risk Management in OHS Based on Risk Assessment and Control” oleh Aleksandra Kuzior dan Grzegorz Kopij membahas pentingnya penilaian risiko yang akurat untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan produktivitas.

Dalam dunia industri yang terus berkembang, penerapan sistem K3 yang efektif dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan pekerja dan profitabilitas perusahaan. Paper ini menyoroti bagaimana banyak perusahaan masih mengabaikan hubungan antara penilaian risiko yang buruk dengan meningkatnya absensi pekerja dan biaya kecelakaan kerja.

Metode yang digunakan dalam mengelola risiko kerja melalui pendekatan yang sistematis. Tiga aspek utama yang dibahas dalam penelitian ini meliputi:

  • Identifikasi risiko kerja
  • Penerapan langkah-langkah pengendalian risiko
  • Dampak pengelolaan risiko terhadap efisiensi operasional perusahaan

Paper ini menyoroti bahwa perusahaan yang menerapkan penilaian risiko yang sistematis dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja, menurunkan biaya kompensasi tenaga kerja, serta meningkatkan efisiensi produksi secara keseluruhan.

Beberapa temuan penting dalam penelitian ini meliputi:

  • Tingkat kecelakaan kerja yang tinggi akibat minimnya analisis risiko. Banyak perusahaan masih menganggap manajemen risiko sebagai beban tambahan daripada bagian integral dari sistem operasional mereka.
  • Penilaian risiko yang baik berkontribusi terhadap pengurangan biaya kecelakaan dan peningkatan produktivitas. Sebagai contoh, penelitian ini mengutip bahwa perusahaan yang mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan dapat menurunkan tingkat kecelakaan hingga 40%.
  • Dampak ekonomi dari kecelakaan kerja. Studi ini menyoroti bahwa perusahaan yang mengalami kecelakaan kerja secara terus-menerus mengalami penurunan produktivitas hingga 20%, yang berujung pada kerugian finansial yang signifikan.

Pendekatan proaktif dalam manajemen risiko K3 dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan, antara lain:

  1. Peningkatan Keselamatan Pekerja
    Penerapan sistem K3 yang baik dapat mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
  2. Efisiensi Operasional yang Lebih Baik
    Dengan mengurangi gangguan akibat kecelakaan kerja, perusahaan dapat mempertahankan produktivitas yang stabil dan menghindari biaya yang tidak perlu.
  3. Kepatuhan terhadap Regulasi
    Banyak negara mewajibkan perusahaan untuk memiliki sistem manajemen risiko yang memadai. Implementasi yang baik dapat membantu perusahaan menghindari sanksi hukum dan meningkatkan reputasi mereka.
  4. Dukungan terhadap Keberlanjutan Perusahaan
    Perusahaan yang memprioritaskan K3 cenderung memiliki lingkungan kerja yang lebih sehat, yang berujung pada loyalitas pekerja dan citra perusahaan yang lebih baik di mata publik.

Pentingnya integrasi sistem manajemen risiko dalam operasi perusahaan untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi. Dengan menerapkan strategi pengendalian risiko yang tepat, perusahaan dapat mengurangi biaya, meningkatkan keselamatan, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar dilakukan analisis lebih lanjut mengenai efektivitas teknologi digital dalam mempermudah manajemen risiko dan meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap standar K3.

Sumber Artikel:
Kuzior, A. & Kopij, G. (2024). Occupational Risk Management in OHS Based on Risk Assessment and Control. System Safety: Human - Technical Facility - Environment, 6(1).

 

Selengkapnya
Manajemen Risiko K3 Berbasis Penilaian dan Pengendalian Risiko
« First Previous page 204 of 1.131 Next Last »