Sumber Daya Air

Analisis Kualitas Air Danau Situ Gede sebagai Media Pembelajaran Berbasis E-Handout

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025


Danau Situ Gede, Sumber Daya Alam dan Tantangan Kualitas Air di Era Urbanisasi

Danau Situ Gede di Kota Bogor merupakan salah satu danau alami yang memiliki peran vital sebagai sumber air, kawasan konservasi, irigasi, habitat biota air, hingga destinasi wisata. Namun, seperti banyak danau di kawasan urban, Situ Gede menghadapi tekanan dari aktivitas manusia yang berpotensi menurunkan kualitas airnya. Paper karya Anisa Meita Laurenza, Muhammad Taufik Awaludin, dan Meilisha Putri Pertiwi (2023) tidak hanya mengupas tuntas analisis kualitas air Situ Gede dari berbagai parameter, tetapi juga mengintegrasikannya ke dalam media pembelajaran berbasis e-handout yang inovatif untuk siswa SMA. Artikel ini sangat relevan dengan isu lingkungan dan pendidikan abad ke-21, di mana literasi sains dan kepedulian terhadap ekosistem menjadi kunci pembangunan berkelanjutan123.

Situ Gede, dengan luas sekitar 6,2 hektar, menjadi tumpuan berbagai kepentingan: dari konservasi, irigasi, hingga rekreasi dan ekonomi masyarakat sekitar. Namun, urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan aktivitas domestik di sekitar danau meningkatkan risiko pencemaran air. Penelitian ini bertujuan:

  • Menganalisis kualitas air Situ Gede berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi di empat stasiun (barat, utara, timur, selatan).
  • Menghitung produktivitas primer perairan dan status mutu air Situ Gede.
  • Mengembangkan hasil penelitian menjadi media pembelajaran e-handout untuk meningkatkan motivasi dan literasi lingkungan siswa123.

Studi Lapangan, Laboratorium, dan Pengembangan Media

Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pengambilan data secara in situ dan laboratorium. Empat stasiun pengambilan sampel dipilih berdasarkan variasi aktivitas manusia dan karakteristik lingkungan:

  • Stasiun I (Barat): Dekat parkiran dan pedagang kaki lima.
  • Stasiun II (Utara): Area hutan lindung CIFOR, minim aktivitas manusia.
  • Stasiun III (Selatan): Lokasi penangkapan ikan oleh masyarakat.
  • Stasiun IV (Timur): Dekat jembatan penyeberangan wisatawan13.

Parameter yang Diukur

  • Fisik: Suhu, kecerahan, intensitas cahaya, warna air.
  • Kimia: pH, oksigen terlarut (DO).
  • Biologi: Komposisi fitoplankton melalui filtrasi plankton.

Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan metode oksigen botol terang dan gelap, sedangkan status mutu air dianalisis menggunakan indeks pencemaran sesuai Kepmen LH No. 115/2003. Hasil penelitian dikembangkan menjadi e-handout yang divalidasi oleh ahli materi dan media13.

Data, Analisis, dan Fakta Kunci

Parameter Kimia

  • pH: Berkisar antara 7,1 (Stasiun IV) hingga 8,3 (Stasiun I dan II). Seluruh stasiun masih dalam kisaran baku mutu (6–9), meski cenderung basa di beberapa lokasi. Kenaikan pH pada siang hari diduga akibat fotosintesis aktif oleh fitoplankton13.
  • DO (Oksigen Terlarut): 3,95 mg/L (Stasiun II) hingga 4,53 mg/L (Stasiun III). Nilai DO terendah mendekati ambang batas minimal (4 mg/L), menandakan tekanan ekologi terutama di area dengan aktivitas respirasi dan dekomposisi tinggi13.

Parameter Fisika

  • Suhu: 24°C (Stasiun II) hingga 28°C (Stasiun I, III, IV). Suhu lebih rendah di area berhutan, lebih tinggi di area terbuka.
  • Kecerahan: 36 cm (Stasiun II, terendah) hingga 66 cm (Stasiun III, tertinggi). Kecerahan rendah diduga akibat banyaknya bahan tersuspensi dan naungan tajuk pohon13.
  • Intensitas Cahaya: Variatif, tertinggi pada siang hari dan di area terbuka.
  • Warna Air: Stasiun I kecoklatan (dekat aktivitas masyarakat), stasiun II hijau kecoklatan (hutan), stasiun III dan IV hijau tua (aktivitas penangkapan dan wisata)3.

Fitoplankton sebagai Bioindikator

  • Komposisi Fitoplankton: Ditemukan 4 filum (Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, Euglenophyta) dengan total 18 genus. Stasiun III dan IV memiliki keanekaragaman tertinggi, diduga akibat penetrasi cahaya dan unsur hara yang cukup, memicu blooming alga.
  • Dominasi Cyanophyta (Chroccocus sp.): Fitoplankton tahan panas dan sulit dicerna ikan, menandakan adanya tekanan eutrofikasi13.

Produktivitas Primer Perairan

  • Nilai Produktivitas Primer Bersih (NPP): Tertinggi di Stasiun II (3.593 mgC/m³/hari), terendah di Stasiun I (562 mgC/m³/hari). Seluruh stasiun dikategorikan eutrofik (>750 mgC/m³/hari), menandakan perairan kaya nutrien dan berpotensi mengalami blooming alga13.
  • Faktor Penentu: Penetrasi cahaya, suhu, dan ketersediaan nutrien sangat berpengaruh terhadap produktivitas primer dan perkembangan fitoplankton.

Status Mutu Air Berdasarkan Indeks Pencemaran

  • Stasiun I dan II: Indeks pencemaran 5,71 dan 5,31 (tercemar sedang).
  • Stasiun III dan IV: 4,85 dan 4,43 (tercemar ringan).
  • Analisis: Area dengan aktivitas manusia tinggi (parkir, pedagang, wisata) cenderung lebih tercemar. Area yang lebih alami (hutan, area wisata minim aktivitas) relatif lebih baik13.

Situ Gede di Tengah Urbanisasi dan Aktivitas Masyarakat

Situ Gede menjadi contoh nyata bagaimana tekanan urbanisasi, pariwisata, dan aktivitas domestik dapat mempengaruhi kualitas air danau. Stasiun I, yang berada di dekat parkiran dan pedagang kaki lima, menunjukkan indeks pencemaran tertinggi. Sementara stasiun II di area hutan lindung relatif lebih baik, namun tetap menunjukkan pencemaran sedang karena kemungkinan limpasan air dari area lain. Stasiun III dan IV, yang lebih dekat aktivitas penangkapan ikan dan wisata, masih mengalami pencemaran ringan, namun keanekaragaman fitoplankton dan produktivitas primer tetap tinggi, menandakan adanya suplai nutrien yang cukup13.

Implikasi, Opini, dan Perbandingan dengan Studi Lain

Dampak Lingkungan dan Potensi Eutrofikasi

Status eutrofik di seluruh stasiun Situ Gede menandakan danau mengalami kelebihan nutrien (nitrat, fosfat) yang memicu pertumbuhan fitoplankton berlebih (blooming alga). Hal ini dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut, kematian ikan, dan gangguan ekosistem. Situasi ini mirip dengan kasus di Danau Buyan, Danau Toba, dan Danau Tuok yang juga mengalami tekanan serupa akibat aktivitas manusia dan limpasan nutrien dari pertanian dan domestik13.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Penelitian lain di Situ Gede (Arianto et al., 2021) juga menemukan kategori pencemaran ringan dengan indeks pencemaran 1–5, serta dua parameter (pH dan nitrit) yang tidak sesuai baku mutu akibat limbah domestik dan pertanian5. Studi lain menggunakan metode IKA-NSF (National Sanitation Foundation) juga mengkategorikan Situ Gede sebagai “tercemar sedang” dengan nilai IKA-NSF 65,21, di mana parameter DO dan BOD sering menjadi indikator utama pencemaran4. Hal ini menunjukkan konsistensi hasil bahwa Situ Gede memang menghadapi tantangan pencemaran ringan hingga sedang.

Integrasi Sains dan Pendidikan

Keunikan penelitian ini adalah mengintegrasikan hasil analisis kualitas air ke dalam media pembelajaran e-handout untuk siswa SMA. Validasi ahli menunjukkan skor rata-rata 84% (sangat valid), membuktikan bahwa data lingkungan nyata dapat meningkatkan motivasi dan literasi sains siswa. E-handout ini tidak hanya mengajarkan konsep pencemaran air, tetapi juga menanamkan sikap peduli lingkungan melalui indikator sikap yang terintegrasi dalam materi123.

Kritik dan Saran Pengembangan

Kekuatan Penelitian

  • Pendekatan multidisiplin (fisika, kimia, biologi, pendidikan).
  • Studi kasus nyata yang relevan dengan isu lokal dan nasional.
  • Validasi media pembelajaran oleh ahli, memastikan kualitas dan keterpakaian.

Keterbatasan

  • Pengukuran hanya pada satu periode (Februari 2023), sehingga dinamika musiman belum tergambar utuh.
  • Parameter kimia terbatas pada pH dan DO, belum mencakup BOD, COD, nutrien, logam berat, dan bakteriologis.
  • Analisis fitoplankton belum sampai tingkat spesies dan kelimpahan mutlak.

Saran

  • Penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan secara periodik (musiman) dan menambah parameter kimia serta mikrobiologi.
  • Integrasi data kualitas air dengan sistem monitoring berbasis IoT untuk deteksi dini pencemaran.
  • Pengembangan e-handout ke dalam platform digital interaktif (misal: aplikasi mobile atau web) untuk memperluas jangkauan edukasi.

Pendidikan Lingkungan dan Pengelolaan Sumber Daya Air

Integrasi data lingkungan nyata ke dalam kurikulum sekolah adalah tren global yang didorong oleh kebutuhan akan literasi sains dan sikap peduli lingkungan. Negara-negara maju telah lama mengadopsi model pembelajaran berbasis proyek dan data lokal untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata siswa terhadap isu lingkungan. Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan serupa sangat mungkin diterapkan di Indonesia, khususnya di kawasan urban yang menghadapi tantangan pencemaran air123.

Situ Gede, Laboratorium Alam dan Media Edukasi Masa Depan

Penelitian ini menegaskan bahwa Danau Situ Gede saat ini berada pada status tercemar ringan hingga sedang, dengan dominasi fitoplankton dan produktivitas primer yang tinggi menandakan status eutrofik. Aktivitas manusia di sekitar danau menjadi faktor utama pencemaran, namun juga membuka peluang untuk edukasi lingkungan berbasis data nyata. Pengembangan e-handout berbasis hasil penelitian terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa SMA.

Rekomendasi utama:

  • Perlu penguatan pengawasan dan pengelolaan aktivitas domestik dan wisata di sekitar danau.
  • Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi menjaga kualitas air danau demi keberlanjutan ekosistem dan manfaat ekonomi.
  • Pengembangan media pembelajaran berbasis data lokal harus terus didorong untuk membangun generasi yang literat sains dan peduli lingkungan.

Sumber Asli Artikel

Anisa Meita Laurenza, Muhammad Taufik Awaludin, Meilisha Putri Pertiwi. 2023. Analisis kualitas air di danau Situ Gede sebagai media pembelajaran berbasis e-handout. ESABI: Jurnal Edukasi Sains Biologi, 5(2): 37–55.

Selengkapnya
Analisis Kualitas Air Danau Situ Gede sebagai Media Pembelajaran Berbasis E-Handout

Sumber Daya Air

Analisis Kualitas Air Sungai Gandekan sebagai Sumber Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025


Sungai Gandekan, Budidaya Ikan Mas, dan Tantangan Kualitas Air

Sungai Gandekan di Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, telah lama menjadi sumber air utama bagi kegiatan budidaya ikan mas (Cyprinus carpio) oleh masyarakat setempat. Namun, dinamika urbanisasi dan aktivitas industri, khususnya keberadaan pabrik sabun di sekitar aliran sungai, membawa tantangan besar terhadap kualitas air yang pada akhirnya menentukan keberhasilan budidaya ikan. Paper karya Septiyani Fadlilah (2023) dari Universitas Tidar ini mengupas tuntas kondisi aktual kualitas air Sungai Gandekan, menilai kelayakannya untuk budidaya ikan mas, serta mengukur tingkat pencemaran melalui indeks pencemaran yang diakui secara nasional.

Budidaya ikan mas merupakan salah satu usaha perikanan air tawar yang sangat diminati di Indonesia. Namun, keberhasilan usaha ini sangat bergantung pada kualitas air yang digunakan. Sungai, sebagai sumber air utama, sangat rentan terhadap pencemaran akibat limbah domestik, pertanian, dan industri. Kasus besar yang terjadi di Sungai Gandekan pada Juli 2022, ketika limbah pabrik sabun menyebabkan kematian ribuan ikan, menjadi alarm bagi pentingnya pemantauan kualitas air secara rutin dan ilmiah123.

Penelitian ini bertujuan:

  • Mengetahui kondisi kualitas air Sungai Gandekan sebagai sumber budidaya ikan mas.
  • Menghitung dan mengkaji indeks pencemaran sungai sebagai dasar pengelolaan perikanan berkelanjutan.

Studi Lapangan dan Analisis Indeks Pencemaran

Desain Penelitian

Penelitian dilakukan pada Maret 2023 di lima stasiun sepanjang Sungai Gandekan. Pengambilan sampel dilakukan pada dua musim (timur dan barat) untuk melihat dinamika musiman. Parameter air diukur secara in situ (suhu, pH, DO) dan ex situ (TSS, BOD, COD, fosfat, minyak dan lemak, deterjen/MBAS) di laboratorium terakreditasi12.

Parameter dan Standar Baku Mutu

Parameter yang diukur mengacu pada PP No. 22 Tahun 2021 untuk baku mutu kelas III (peruntukan budidaya ikan air tawar):

  • Suhu: deviasi 3°C dari suhu alami
  • TSS (Total Suspended Solid): ≤100 mg/l
  • pH: 6–9
  • DO (Dissolved Oxygen): ≥3 mg/l
  • BOD (Biological Oxygen Demand): ≤6 mg/l
  • COD (Chemical Oxygen Demand): ≤40 mg/l
  • Fosfat: ≤1 mg/l
  • Minyak dan Lemak: ≤1 mg/l
  • Deterjen/MBAS: ≤0,2 mg/l

Analisis pencemaran menggunakan Indeks Pencemaran (IP) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003.

Sungai Gandekan dan Dampak Pencemaran Industri

Kronologi Kasus

Pada Juli 2022, Sungai Gandekan mengalami pencemaran berat akibat limbah pabrik sabun. Air sungai berubah warna, berbusa, dan ribuan ikan mati. Data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah menunjukkan parameter air jauh melebihi baku mutu: pH 9,7; BOD 720 mg/l; COD 4300 mg/l; TSS 200 mg/l; minyak dan lemak 1,5 mg/l; fosfat 0,3 mg/l; deterjen/MBAS 3,4 mg/l123.

Kejadian ini menjadi studi kasus nyata tentang dampak limbah industri terhadap ekosistem sungai dan keberlanjutan budidaya ikan mas.

Data, Analisis, dan Temuan Kunci

Kondisi Kualitas Air di Lima Stasiun

Pengukuran kualitas air dilakukan pada lima stasiun yang mewakili lokasi sebelum, sekitar, dan sesudah pabrik sabun serta area budidaya ikan.

Musim Timur:

  • Suhu: 26,37–29,2°C (masih dalam deviasi baku mutu)
  • TSS: 11,85–45,15 mg/l (di bawah batas maksimum)
  • pH: 9,03–9,98 (melebihi baku mutu, terlalu basa)
  • DO: 6,04–6,69 mg/l (baik untuk ikan)
  • BOD: 5,16–16,83 mg/l (beberapa stasiun melebihi baku mutu)
  • COD: 9,33–42,25 mg/l (beberapa stasiun melebihi baku mutu)
  • Fosfat: 0,21–0,54 mg/l (masih aman)
  • Minyak dan lemak: 0,44–2,405 mg/l (beberapa stasiun melebihi baku mutu)
  • Deterjen/MBAS: 0,25–0,95 mg/l (semua stasiun melebihi baku mutu)

Musim Barat:

  • Suhu: 25,16–27,3°C (aman)
  • TSS: 23,77–74,8 mg/l (aman)
  • pH: 8,64–9,28 (masih cenderung tinggi)
  • DO: 6,0–6,4 mg/l (aman)
  • BOD: 4,77–11,03 mg/l (beberapa stasiun melebihi baku mutu)
  • COD: 11,49–34,78 mg/l (aman)
  • Fosfat: 0,21–0,54 mg/l (aman)
  • Minyak dan lemak: 0,535–1,27 mg/l (beberapa stasiun melebihi baku mutu)
  • Deterjen/MBAS: 0,25–0,61 mg/l (semua stasiun melebihi baku mutu)

Analisis Parameter Kritis

  • Suhu, TSS, DO, COD, dan fosfat umumnya masih sesuai untuk budidaya ikan mas.
  • pH, BOD, minyak dan lemak, serta deterjen/MBAS sering melebihi ambang batas, menandakan adanya risiko nyata bagi kesehatan ikan dan keberlanjutan budidaya12.

Indeks Pencemaran (IP)

  • Musim Barat: IP rata-rata 1,118
  • Musim Timur: IP rata-rata 1,415

Kedua nilai ini masuk kategori "tercemar ringan" (IP > 1–5). Artinya, air Sungai Gandekan secara umum sudah mengalami pencemaran ringan dan perlu perhatian serius untuk perbaikan kualitas12.

Implikasi, Opini, dan Perbandingan dengan Studi Lain

Dampak Pencemaran terhadap Budidaya Ikan Mas

Ikan mas membutuhkan air dengan pH 6,5–8,5, DO >3 mg/l, dan kadar BOD serta COD yang rendah. Nilai pH yang terlalu tinggi (basa) dapat menyebabkan stres, menurunkan daya tahan, dan memperbesar risiko kematian. Deterjen dan minyak/lemak yang melebihi baku mutu menyebabkan gangguan insang, menurunkan difusi oksigen, dan menghambat fotosintesis akibat lapisan minyak di permukaan air. Hal ini terbukti dari kasus kematian massal ikan mas pada 2022, yang juga berdampak ekonomi bagi pembudidaya setempat1234.

Studi Komparatif

Penelitian serupa di Sungai Gasing dan Sungai Digoel juga menemukan bahwa parameter pH, BOD, COD, minyak/lemak, dan deterjen sering menjadi penyebab utama pencemaran sungai di Indonesia. Namun, Sungai Gandekan memiliki keunikan karena pencemaran didominasi limbah pabrik sabun, bukan hanya limbah domestik atau pertanian12.

Tren Industri dan Relevansi Global

Kasus Sungai Gandekan mencerminkan tren global di mana kualitas air sungai di kawasan urban dan industri semakin terancam oleh limbah domestik dan industri. Banyak negara kini mengembangkan sistem monitoring kualitas air berbasis IoT dan AI untuk deteksi dini pencemaran, serta memperketat regulasi pengelolaan limbah industri. Di Indonesia, kasus Gandekan menegaskan perlunya penegakan hukum dan pengawasan terhadap industri yang membuang limbah ke sungai, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air untuk keberlanjutan budidaya dan kesehatan lingkungan123.

Nilai Tambah dan Saran Kebijakan

Kekuatan Penelitian

  • Menggunakan data primer dan sekunder yang lengkap dari lima stasiun pengamatan dan dua musim.
  • Analisis parameter air dilakukan secara detail dan mengacu pada standar nasional.
  • Studi kasus kematian massal ikan mas akibat pencemaran memberikan bukti nyata dampak limbah industri.

Kritik dan Keterbatasan

  • Penelitian hanya mengambil sampel pada dua musim, sehingga dinamika tahunan belum tergambar utuh.
  • Parameter biologi seperti kelimpahan plankton atau mikroorganisme tidak dianalisis, padahal penting untuk ekosistem budidaya.
  • Belum membahas detail upaya mitigasi atau solusi teknologi untuk pengolahan limbah industri di sekitar sungai.

Saran dan Rekomendasi

  • Penguatan pengawasan limbah industri: Pemerintah daerah harus melakukan inspeksi rutin dan memastikan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) industri berfungsi optimal.
  • Edukasi pembudidaya dan masyarakat: Pentingnya menjaga kebersihan sungai dan tidak membuang limbah domestik secara sembarangan.
  • Pengembangan teknologi monitoring: Adopsi sistem pemantauan kualitas air berbasis sensor dan IoT untuk deteksi dini pencemaran.
  • Restorasi ekosistem sungai: Penanaman vegetasi riparian dan pengelolaan zona penyangga untuk menyaring limbah sebelum masuk ke sungai.

Kualitas Air Sungai Gandekan dan Keberlanjutan Budidaya Ikan Mas

Penelitian ini menegaskan bahwa Sungai Gandekan saat ini telah mengalami pencemaran ringan, dengan beberapa parameter air penting melebihi baku mutu kelas III. Hal ini berdampak langsung pada keberhasilan budidaya ikan mas dan kesehatan ekosistem sungai. Kasus kematian massal ikan mas akibat limbah pabrik sabun menjadi bukti nyata pentingnya pengelolaan limbah dan monitoring kualitas air secara berkelanjutan.

Untuk memastikan keberlanjutan budidaya ikan mas di Sungai Gandekan, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, pembudidaya, dan masyarakat dalam menjaga kualitas air sungai. Upaya mitigasi, edukasi, dan inovasi teknologi harus menjadi prioritas agar sungai tetap menjadi sumber kehidupan, bukan sumber masalah.

Sumber Asli Artikel

Septiyani Fadlilah, Waluyo, Annisa Novita Sari. 2023. Analisis Kualitas Air Sebagai Sumber Air Untuk Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Sungai Gandekan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang. Skripsi. Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang.

Selengkapnya
Analisis Kualitas Air Sungai Gandekan sebagai Sumber Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Sumber Daya Air

Sistem Pemantauan dan Klasifikasi Pencemaran Air Sungai Berbasis Fuzzy Logic dan IoT

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025


Urgensi Teknologi Cerdas dalam Pemantauan Kualitas Air Sungai

Kualitas air sungai di Indonesia semakin menjadi perhatian utama di era modern, seiring meningkatnya aktivitas industri, pertanian, dan domestik yang menghasilkan limbah dan polutan. Sungai, yang selama ini menjadi sumber air minum, irigasi, hingga budidaya ikan, kini menghadapi ancaman pencemaran serius. Menyikapi tantangan ini, integrasi teknologi cerdas seperti Internet of Things (IoT) dan algoritma fuzzy logic menjadi solusi mutakhir untuk pemantauan dan klasifikasi kondisi air secara real-time dan otomatis. Paper “Sistem Pemantauan dan Klasifikasi Kondisi Pencemaran Air Sungai dengan Metode Fuzzy Logic” karya Khalid Waleed A.S., Dr. Purba Daru Kusuma, dan Casi Setiamingsih (Universitas Telkom) menghadirkan inovasi penting yang layak dikaji lebih dalam15.

Permasalahan Klasik dan Solusi Modern

Krisis Kualitas Air Sungai

Indonesia, sebagai negara berkembang, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan limbah cair. Banyak limbah industri, pertanian, dan domestik masih dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan memadai, menyebabkan penurunan kualitas air yang drastis. Akibatnya, air sungai tidak lagi layak dikonsumsi atau dimanfaatkan untuk kebutuhan lain.

Peran Teknologi dalam Pengawasan Lingkungan

Perkembangan teknologi, khususnya IoT dan sistem cerdas berbasis fuzzy logic, memungkinkan pemantauan kualitas air sungai secara otomatis, cepat, dan efisien. Sistem ini dapat mengolah data fisik dan kimia air (seperti pH, suhu, dan kekeruhan) menjadi informasi status pencemaran yang mudah dipahami masyarakat dan pengambil kebijakan15.

Fuzzy Logic dan IoT dalam Pemantauan Air

Meniru Cara Berpikir Manusia

Fuzzy logic adalah cabang kecerdasan buatan yang meniru cara manusia mengambil keputusan berdasarkan data yang tidak pasti atau ambigu. Dalam konteks pemantauan air, fuzzy logic mampu mengklasifikasikan kondisi pencemaran (rendah, sedang, tinggi) berdasarkan input sensor secara fleksibel, tidak kaku seperti logika biner12.

Konektivitas Real-Time

IoT memungkinkan perangkat sensor terhubung ke internet, mengirimkan data secara real-time ke server atau cloud. Teknologi Low-Power Wide-Area Network (LPWAN) seperti LoRa digunakan untuk transmisi data jarak jauh dengan konsumsi daya rendah, sangat cocok untuk aplikasi lingkungan yang membutuhkan pemantauan berkelanjutan15.

Implementasi Sistem Fuzzy Logic untuk Pemantauan Sungai

Desain Sistem

Penelitian ini merancang sistem pemantauan dan klasifikasi pencemaran air sungai dengan komponen utama:

  • Sensor pH: Mengukur tingkat keasaman/alkalinitas air.
  • Sensor Turbidity: Mengukur tingkat kekeruhan air (NTU).
  • Sensor Suhu: Mengukur suhu air.
  • Mikrokontroler (Arduino Mega): Mengolah data sensor.
  • Modul LoRa: Mengirim data ke server Antares.
  • Website: Menampilkan data secara visual dan real-time kepada pengguna.

Data dari sensor dikumpulkan oleh mikrokontroler, dikirim via LoRa ke server, lalu diproses dengan algoritma fuzzy logic untuk menentukan tingkat pencemaran. Hasil akhirnya dapat diakses publik melalui website.

Tahapan Proses Fuzzy Logic

  1. Fuzzification: Data sensor (pH, suhu, kekeruhan) diubah menjadi nilai linguistik (rendah, normal, tinggi).
  2. Rules dan Inference: Nilai linguistik diproses dengan aturan fuzzy untuk menentukan kondisi pencemaran.
  3. Defuzzification: Nilai fuzzy dikonversi kembali menjadi nilai akhir (skor pencemaran).
  4. Scoring Process: Sistem mengklasifikasikan kondisi air menjadi tiga kelas: Low, Medium, High.

Angka-Angka dan Hasil Pengujian Sistem

Parameter Sensor dan Batasan

  • pH: Air dikategorikan asam jika <6,5, netral antara 6,5–8,5, dan basa jika >8,5.
  • Kekeruhan (NTU): Rendah jika <600, sedang 600–1200, tinggi >1200.
  • Suhu (°C): Dingin <26, normal 22,5–30,5, tinggi >27,5.

Hasil Implementasi

  • Sistem mampu mengklasifikasikan kondisi air sungai secara otomatis ke dalam tiga kelas pencemaran (Low, Medium, High).
  • Data sensor dikirim secara real-time ke server dan divisualisasikan melalui website.
  • Sistem diuji dengan data sungai tercemar, menunjukkan hasil klasifikasi yang konsisten dengan kondisi lapangan.
  • Akurasi sensor yang digunakan dalam penelitian sejenis mencapai lebih dari 98% untuk pH dan suhu, serta 89% untuk kekeruhan, membuktikan keandalan sistem berbasis fuzzy logic4.

Nilai Tambah, Kelebihan, dan Tantangan

Kelebihan Sistem

  • Otomatisasi dan Real-Time: Sistem bekerja tanpa intervensi manusia, memberikan informasi status air secara langsung.
  • Fleksibilitas Fuzzy Logic: Mampu menangani data yang tidak pasti dan memberikan hasil klasifikasi yang lebih manusiawi.
  • Konektivitas Luas: Dengan LoRa, sistem dapat diterapkan di sungai terpencil tanpa infrastruktur internet yang kuat.
  • Visualisasi Data: Hasil pemantauan dapat diakses siapa saja melalui website, meningkatkan transparansi dan kesadaran lingkungan.

Tantangan dan Kritik

  • Skalabilitas: Implementasi di sungai besar atau banyak titik memerlukan investasi perangkat dan infrastruktur lebih besar.
  • Keterbatasan Parameter: Sistem ini baru mengandalkan pH, suhu, dan kekeruhan. Parameter lain seperti TDS, logam berat, atau bakteriologis perlu ditambahkan untuk hasil lebih komprehensif.
  • Kebutuhan Kalibrasi: Sensor harus rutin dikalibrasi agar data tetap akurat, terutama di lingkungan sungai yang dinamis.
  • Integrasi dengan Kebijakan: Data yang dihasilkan harus terhubung dengan sistem peringatan dini atau tindakan nyata dari pemerintah.

Perbandingan dengan Penelitian dan Aplikasi Lain

Penelitian serupa di Citarum menggunakan sensor pH, turbidity, dan TDS yang diintegrasikan dengan LoRa dan fuzzy algorithm, menunjukkan akurasi sensor pH hingga 99,39% dan suhu 98,69%. Data dikirim ke cloud dan divisualisasikan di aplikasi smartphone, memperluas akses masyarakat terhadap informasi kualitas air4. Di luar negeri, fuzzy logic juga digunakan untuk membangun Water Quality Index (WQI) yang mempertimbangkan ketidakpastian parameter air, memberikan penilaian yang lebih adaptif terhadap variasi lingkungan dan perubahan iklim23.

Relevansi dengan Tren Industri dan Masa Depan Pemantauan Air

Digitalisasi dan Smart Environment

Integrasi IoT dan kecerdasan buatan dalam pemantauan lingkungan adalah tren global yang tak terelakkan. Sistem otomatis seperti yang diusulkan dalam paper ini memungkinkan pengawasan lingkungan yang lebih efisien, responsif, dan berkelanjutan. Industri pengelolaan air, perusahaan air minum, hingga pemerintah daerah dapat memanfaatkan sistem ini untuk meningkatkan kualitas layanan dan mitigasi risiko pencemaran.

Kontribusi pada Sustainable Development Goals (SDGs)

Sistem ini mendukung target SDG 6 (Clean Water and Sanitation) dan SDG 11 (Sustainable Cities and Communities) dengan memastikan akses terhadap air bersih dan lingkungan yang sehat melalui pemantauan berbasis data.

Potensi Pengembangan

  • Integrasi Machine Learning: Fuzzy logic dapat digabungkan dengan machine learning untuk prediksi tren pencemaran.
  • Peningkatan Parameter Sensor: Penambahan sensor TDS, DO, logam berat, hingga bakteriologis.
  • Notifikasi Dini: Sistem dapat dikembangkan untuk mengirim peringatan otomatis ke pemerintah atau warga jika terdeteksi pencemaran tinggi.
  • Mobile Apps: Visualisasi data dalam aplikasi mobile akan semakin memudahkan akses informasi bagi masyarakat luas.

Inovasi Penting untuk Sungai yang Lebih Bersih

Paper ini membuktikan bahwa sistem pemantauan dan klasifikasi pencemaran air sungai berbasis fuzzy logic dan IoT adalah solusi inovatif, relevan, dan aplikatif untuk tantangan lingkungan masa kini. Dengan keunggulan otomatisasi, fleksibilitas, dan konektivitas, sistem ini dapat menjadi andalan dalam menjaga kualitas air sungai di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Namun, pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk memperluas cakupan parameter, meningkatkan integrasi data, dan memastikan sistem benar-benar berdampak pada kebijakan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Sumber Asli Artikel

Khalid Waleed A. S., Dr. Purba Daru Kusuma, Casi Setiamingsih. 2019. Sistem Pemantauan dan Klasifikasi Kondisi Pencemaran Air Sungai dengan Metode Fuzzy Logic. e-Proceeding of Engineering, Vol.6, No.1, April 2019, 1604–1610. ISSN: 2355-9365.

Selengkapnya
Sistem Pemantauan dan Klasifikasi Pencemaran Air Sungai Berbasis Fuzzy Logic dan IoT

Sumber Daya Air

Hubungan Kualitas Air dengan Keanekaragaman Ikan di Danau Tahai, Palangka Raya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Juni 2025


Danau Tahai, yang terletak di Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, adalah salah satu danau gambut yang menyimpan kekayaan hayati sekaligus menjadi pusat aktivitas masyarakat sekitar. Selain sebagai sumber mata pencaharian nelayan, danau ini juga menjadi destinasi wisata dan tempat berbagai aktivitas domestik warga. Namun, aktivitas manusia yang intensif berpotensi mengubah kualitas air dan berdampak pada keanekaragaman ikan yang hidup di dalamnya. Studi yang dilakukan oleh Yuni Pahrela, Rosana Elvince, dan Kembarawati (2022) mengupas tuntas hubungan antara kualitas air dan keanekaragaman ikan di Danau Tahai, memberikan gambaran penting bagi upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya perairan tropis14.

Keseimbangan ekosistem perairan sangat dipengaruhi oleh kualitas air, baik dari aspek fisika maupun kimia. Perubahan kualitas air, baik akibat faktor alami maupun aktivitas manusia, dapat memicu perubahan pada komunitas ikan dan ekosistem danau secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi hubungan antara parameter fisika dan kimia air dengan keanekaragaman ikan di Danau Tahai.
  • Memberikan data empiris sebagai dasar pengelolaan dan konservasi ekosistem danau.

Penelitian ini menjadi sangat relevan di tengah meningkatnya tekanan terhadap ekosistem air tawar akibat urbanisasi, pertanian, dan perubahan iklim, yang juga menjadi isu global dalam pengelolaan sumber daya perairan14.

Metodologi: Studi Kasus di Dua Stasiun Pengamatan

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Danau Tahai selama Juli-Agustus 2022, dengan dua stasiun pengamatan utama:

  • Stasiun I: Dekat permukiman masyarakat, sehingga lebih terpapar aktivitas domestik.
  • Stasiun II: Jauh dari permukiman, lebih alami dan menjadi lokasi utama penangkapan ikan oleh nelayan14.

Parameter yang Diukur

Peneliti mengukur parameter kualitas air berikut:

  • Fisik: Suhu, kecerahan, kedalaman, Total Suspended Solid (TSS).
  • Kimia: pH, oksigen terlarut (DO), fosfat, nitrat.

Indeks keanekaragaman ikan dihitung menggunakan Shannon-Wiener Index, dengan kriteria:

  • H’ < 1: keanekaragaman rendah
  • 1 < H’ < 3: keanekaragaman sedang
  • H’ > 3: keanekaragaman tinggi

Analisis hubungan antara kualitas air dan keanekaragaman ikan dilakukan dengan korelasi dan regresi linier14.

Hasil Penelitian: Angka, Fakta, dan Analisis

Keanekaragaman Ikan: Gambaran Spesies dan Populasi

Total ditemukan 111 ekor ikan, terdiri dari 12 jenis yang termasuk dalam 9 famili. Jenis-jenis ikan yang ditemukan antara lain:

  • Patung (Pristolepis fasciata)
  • Kelabau (Osteochilus melanopleuora)
  • Baung (Bagrus nemurus)
  • Saluang (Rasbora argyrotaenia)
  • Lais (Kryptopterus cyptopterus)
  • Bapuntin (Leiocassis micropogon)
  • Sanggang (Cyclocheilichthys heteronema)
  • Betutu (Oxyeleotris marmorata)
  • Tapah (Wallago leeri)
  • Lawang (Pangasius nieuwenhuisii)
  • Puhing (Cyclocheilichthys repasson)
  • Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)14

Distribusi ikan:

  • Stasiun I: 34 ekor dari 6 jenis (5 famili)
  • Stasiun II: 77 ekor dari 12 jenis (9 famili)

Stasiun II memiliki keanekaragaman lebih tinggi, diduga karena lokasinya yang lebih jauh dari aktivitas manusia dan lebih banyak alat tangkap yang dioperasikan14.

Indeks Keanekaragaman Ikan

  • Stasiun I: Indeks keanekaragaman berkisar 0,45–0,94 (kategori rendah)
  • Stasiun II: 0,84–1,69 (kategori rendah sampai sedang)

Nilai rendah di Stasiun I diduga akibat tekanan aktivitas manusia yang menurunkan jumlah dan variasi spesies ikan. Sementara di Stasiun II, keanekaragaman lebih tinggi karena habitat lebih alami dan tekanan manusia lebih kecil14.

Kualitas Air: Parameter Fisika dan Kimia

Suhu:

  • Stasiun I: 29,2–32,1°C (rata-rata 30,2°C)
  • Stasiun II: 29,1–30,1°C (rata-rata 29,6°C)
  • Kisaran ini masih ideal untuk pertumbuhan ikan tropis (28–32°C)14.

Kecerahan:

  • Stasiun I: 16,5–27 cm (rata-rata 20,9 cm)
  • Stasiun II: 17,5–25,5 cm (rata-rata 21,5 cm)
  • Nilai ini di bawah standar ideal (>25 cm), diduga akibat tingginya padatan tersuspensi dan aktivitas domestik14.

Kedalaman:

  • Stasiun I: 333–710 cm (rata-rata 522,5 cm)
  • Stasiun II: 308–624 cm (rata-rata 508,8 cm)

TSS:

  • Stasiun I: 18–57 mg/l (rata-rata 31 mg/l)
  • Stasiun II: 34–62 mg/l (rata-rata 54 mg/l)
  • Nilai TSS masih dalam batas toleransi untuk ikan14.

pH:

  • Stasiun I: 5,40–6,87 (rata-rata 6,76)
  • Stasiun II: 5,8–7,61 (rata-rata 6,87)
  • Masih sesuai baku mutu air untuk kehidupan ikan (6–9)14.

DO (Oksigen Terlarut):

  • 3,39–4,14 mg/l (rata-rata 3,65 mg/l) di kedua stasiun
  • Masih dapat ditoleransi ikan, walau sedikit di bawah kisaran ideal14.

Fosfat:

  • Stasiun I: 0,01–0,02 mg/l (rata-rata 0,02 mg/l)
  • Stasiun II: 0,02–0,03 mg/l (rata-rata 0,02 mg/l)
  • Masih di bawah ambang batas pencemaran air14.

Nitrat:

  • Stasiun I: 0,00–0,02 mg/l (rata-rata 0,01 mg/l)
  • Stasiun II: 0,01–0,02 mg/l (rata-rata 0,01 mg/l)
  • Masih aman untuk kehidupan ikan dan tidak memicu eutrofikasi14.

Analisis Hubungan Kualitas Air dan Keanekaragaman Ikan

Parameter Fisika

  • Suhu: Di Stasiun I, suhu dan keanekaragaman ikan memiliki korelasi positif cukup kuat (r = 0,43; R² = 17%). Di Stasiun II, hubungan sangat kuat (r = 0,85; R² = 73%). Artinya, variasi suhu di Stasiun II lebih berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan dibanding Stasiun I14.
  • Kecerahan: Stasiun I menunjukkan korelasi kuat (r = 0,71; R² = 50%), sedangkan Stasiun II cukup (r = 0,39; R² = 16%). Kekeruhan akibat aktivitas manusia di Stasiun I menurunkan keanekaragaman ikan14.
  • Kedalaman: Stasiun I kuat (r = 0,53; R² = 28%), Stasiun II cukup (r = 0,47; R² = 22%). Kedalaman memengaruhi ketersediaan habitat dan sumber makanan14.
  • TSS: Hubungan cukup di kedua stasiun (r = 0,38 dan 0,33). TSS tinggi dapat mengurangi efisiensi makan ikan dan menurunkan produktivitas primer14.

Parameter Kimia

  • pH: Hubungan cukup di kedua stasiun (r = 0,26 dan 0,32; R² = 7% dan 10%). pH yang stabil penting untuk kelangsungan hidup ikan14.
  • DO: Hubungan sangat lemah (r = 0,14 di Stasiun I dan 0,21 di Stasiun II). Kemungkinan karena DO di kedua lokasi masih dalam batas toleransi ikan, meski sedikit di bawah ideal14.
  • Fosfat: Stasiun I cukup (r = 0,40; R² = 16%), Stasiun II sangat kuat (r = 0,85; R² = 73%). Fosfat yang cukup mendukung produktivitas primer dan rantai makanan ikan14.
  • Nitrat: Stasiun I kuat (r = 0,61; R² = 37%), Stasiun II kuat (r = 0,70; R² = 49%). Nitrat penting untuk pertumbuhan tanaman air dan plankton, yang menjadi pakan alami ikan14.

Diskusi: Implikasi, Kritik, dan Hubungan dengan Tren Global

Implikasi untuk Pengelolaan Danau

  • Keanekaragaman ikan di Danau Tahai cenderung rendah hingga sedang, menandakan adanya tekanan ekologis, terutama di area dekat permukiman.
  • Kualitas air masih dalam batas toleransi ikan, namun beberapa parameter (kecerahan, DO) perlu mendapat perhatian khusus untuk mencegah penurunan keanekaragaman lebih lanjut.
  • Hubungan positif antara kualitas air dan keanekaragaman ikan menegaskan pentingnya menjaga kualitas lingkungan perairan sebagai kunci keberlanjutan sumber daya ikan.

Kritik dan Saran

  • Keterbatasan penelitian terletak pada cakupan wilayah (hanya dua stasiun) dan waktu pengamatan yang relatif singkat. Studi longitudinal dan penambahan lokasi sampling akan memperkaya data.
  • Belum membahas faktor lain seperti tekanan penangkapan ikan, perubahan tutupan lahan, dan dampak wisata secara spesifik.
  • Perlu integrasi data plankton sebagai indikator produktivitas primer, karena plankton adalah sumber pakan utama ikan5.

Perbandingan dengan Studi Lain

Penelitian serupa di Danau Lau Kawar menunjukkan bahwa kualitas air, suhu, dan struktur habitat sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman ikan. Namun, Danau Lau Kawar memiliki indeks keanekaragaman yang lebih tinggi, menandakan ekosistem yang lebih stabil dan minim tekanan antropogenik3. Hal ini menegaskan bahwa aktivitas manusia adalah salah satu faktor utama penurunan keanekaragaman ikan di perairan tropis.

Relevansi dengan Isu Global dan Industri Perikanan

Hasil penelitian ini sangat relevan dengan tren global pengelolaan perikanan berkelanjutan dan konservasi ekosistem air tawar. Banyak danau tropis di dunia menghadapi tantangan serupa: tekanan aktivitas manusia, penurunan kualitas air, dan berkurangnya keanekaragaman hayati. Upaya rehabilitasi dan pengelolaan berbasis ekosistem menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan sumber daya ikan dan memastikan keseimbangan lingkungan.

 

Pentingnya Menjaga Kualitas Air untuk Keanekaragaman Ikan

Penelitian di Danau Tahai membuktikan bahwa kualitas air—baik dari aspek fisika maupun kimia—berhubungan erat dan positif dengan keanekaragaman ikan. Parameter-parameter seperti suhu, kecerahan, kedalaman, TSS, pH, DO, fosfat, dan nitrat semuanya berperan dalam menentukan jumlah dan variasi spesies ikan yang dapat bertahan hidup di danau. Stasiun yang lebih jauh dari aktivitas manusia memiliki keanekaragaman lebih tinggi, menegaskan perlunya pengelolaan aktivitas domestik dan wisata di sekitar danau.

Rekomendasi utama:

  • Memperkuat pengawasan kualitas air dan pengelolaan limbah domestik.
  • Meningkatkan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem danau.
  • Melakukan penelitian lanjutan dengan cakupan waktu dan lokasi yang lebih luas.
  • Mengintegrasikan data plankton dan rantai makanan dalam analisis keanekaragaman ikan.

Sumber Asli Artikel

Yuni Pahrela, Rosana Elvince, Kembarawati. 2022. Hubungan Antara Kualitas Air dengan Keanekaragaman Ikan di Danau Tahai, Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Journal of Tropical Fisheries, 17(2): 86-96. ISSN: 1907-736X.

 

Selengkapnya
Hubungan Kualitas Air dengan Keanekaragaman Ikan di Danau Tahai, Palangka Raya

Sumber Daya Air

Pelatihan HEC-RAS Tingkatkan Kompetensi Tenaga Konstruksi di Bidang Sumber Daya Air

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 20 Mei 2025


Pendahuluan: Kebutuhan Kompetensi Tenaga Konstruksi dalam Era Digital

Dalam era transformasi digital yang semakin pesat, tuntutan terhadap tenaga kerja konstruksi untuk memiliki kompetensi teknis yang lebih tinggi menjadi tidak terelakkan. Khususnya bagi lulusan atau mahasiswa Teknik Sipil, kemampuan menguasai perangkat lunak simulasi teknik seperti HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center's River Analysis System) menjadi nilai tambah yang strategis. Artikel ilmiah ini, yang merupakan hasil pengabdian masyarakat oleh Firman Ardiansyah Ekoanindiyo dan tim dari Universitas Stikubank, berfokus pada pelatihan penggunaan HEC-RAS untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi di bidang sumber daya air.

Apa Itu HEC-RAS dan Mengapa Penting?

HEC-RAS merupakan perangkat lunak yang dirancang oleh Hydrologic Engineering Center di bawah US Army Corps of Engineers. Versi 5.0.3 yang digunakan dalam pelatihan ini mampu melakukan:

  • Simulasi aliran permanen dan tidak permanen (steady & unsteady flow)

  • Analisis angkutan sedimen

  • Penilaian kualitas air

  • Perhitungan desain hidraulik

Fitur-fitur ini menjadikan HEC-RAS sebagai alat penting dalam perencanaan dan evaluasi bangunan air seperti bendung, jembatan, dan saluran irigasi. Kompetensi dalam menggunakan perangkat ini tidak hanya meningkatkan efisiensi kerja tenaga ahli, tetapi juga memperkuat daya saing mereka di pasar konstruksi nasional maupun internasional.

Studi Kasus: Pelatihan Bersama ATAKSI dan Universitas Stikubank

Pelatihan diselenggarakan atas kerja sama antara Universitas Stikubank dan Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (ATAKSI) Provinsi Jawa Tengah, dengan peserta dari kalangan mahasiswa Teknik Sipil dan anggota ATAKSI. Materi pelatihan mencakup:

  1. Pengenalan HEC-RAS: Teori dasar aliran sungai dan karakteristik morfologi.

  2. Input Data:

    • Cross section sungai

    • Nilai Manning

    • Debit banjir (peak/routing)

    • Boundary condition hilir

  3. Pemodelan Geometri Sungai: Input data panjang lintang, struktur hidraulik, dan karakteristik dasar sungai.

  4. Simulasi Aliran: Baik steady maupun unsteady.

  5. Evaluasi & Diskusi: Tanya jawab dan pengamatan langsung.

Temuan dan Dampak Langsung

Antusiasme Peserta

  • Tingkat kehadiran 100% menunjukkan bahwa pelatihan ini sangat diminati.

  • Peserta aktif dalam sesi diskusi, menunjukkan bahwa metode ceramah, demonstrasi, dan praktikum yang digunakan efektif.

Peningkatan Kompetensi

  • Peserta mampu menjalankan simulasi sungai sederhana secara mandiri.

  • Meningkatnya pemahaman konsep aliran, erosi (gerusan), dan perencanaan bangunan air.

Dampak pada Industri

  • Pelatihan semacam ini menjembatani kesenjangan antara teori akademik dan praktik di lapangan.

  • Meningkatkan kesiapan kerja lulusan Teknik Sipil.

Kritik dan Rekomendasi

Kritik

  • Pelatihan hanya berlangsung satu hari; waktu ini kurang optimal untuk pemahaman mendalam.

  • Fokus pelatihan masih terbatas pada pengenalan, belum mencakup studi kasus nyata atau integrasi dengan data GIS.

Rekomendasi

  • Menyediakan modul pelatihan lanjutan khusus untuk analisis banjir dan desain struktur sungai.

  • Mengintegrasikan pelatihan ini dalam kurikulum Teknik Sipil secara reguler.

  • Mengembangkan kerja sama dengan pemerintah daerah untuk studi kasus berbasis sungai lokal.

Komparasi dengan Penelitian Sebelumnya

Studi oleh Kodri et al. (2018) menunjukkan bahwa pelatihan dan sertifikasi memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Hal ini selaras dengan hasil dari pengabdian ini. Studi lain oleh Shalahuddin et al. (2021) dalam konteks pendidikan teknik juga membuktikan bahwa simulasi mampu meningkatkan capaian pembelajaran hingga 87% kategori memuaskan.

Kesimpulan: Kompetensi Adalah Investasi

Peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi tidak dapat dicapai hanya melalui pengalaman kerja. Dibutuhkan pelatihan berkelanjutan dan adaptasi terhadap teknologi terbaru. Pelatihan HEC-RAS yang dilakukan oleh Universitas Stikubank adalah contoh nyata bagaimana sinergi antara dunia pendidikan dan asosiasi profesi mampu memberikan solusi terhadap kebutuhan peningkatan kompetensi tenaga kerja, khususnya dalam bidang sumber daya air.

Dengan semakin kompleksnya tantangan infrastruktur dan perubahan iklim, tenaga ahli yang mampu memanfaatkan simulasi teknis akan menjadi garda depan dalam perencanaan proyek konstruksi yang berkelanjutan dan efisien.

Sumber Jurnal:
Firman Ardiansyah Ekoanindiyo, Antoni Yohanes, Endro Prihastono, Enty Nur Hayati. (2021). Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi pada Bidang Sumber Daya Air. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat (PENAMAS), Vol. 5, No. 2, Hal. 80-86.
DOI: https://doi.org/10.31294/penamas.v5i2.8700

Selengkapnya
Pelatihan HEC-RAS Tingkatkan Kompetensi Tenaga Konstruksi di Bidang Sumber Daya Air

Sumber Daya Air

Deforestasi

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 19 Februari 2025


Deforestasi atau penggundulan hutan adalah kegiatan penebangan hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan perkebunan, peternakan, atau permukiman. Di antara 15–18 juta hektare hutan, tanah seluas Bangladesh, dimusnah setiap tahun. Rata-rata 2.400 pokok ditebang setiap menit.

Deforestasi di Gran CakuParaguay

Istilah deforestasi sering disalahartikan untuk menggambarkan kegiatan penebangan yang semua pohonnya di suatu daerah ditebang habis. Namun, di daerah beriklim sedang yang cukup lengas, penebangan semua pohon—sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan kehutanan yang berkelanjutan—tepatnya disebut sebagai 'panen permudaan'. Di daerah tersebut, permudaan alami oleh tegakan hutan biasanya tidak akan terjadi tanpa gangguan, baik secara alami maupun akibat manusia. Selain itu, akibat dari panen permudaan sering kali mirip dengan gangguan alami, termasuk hilangnya keanekaragaman hayati setelah perusakan hutan hujan yang terjadi secara alami.

Deforestasi dapat terjadi karena pelbagai alasan: pohon atau arang yang diperoleh dari hutan dapat digunakan atau dijual untuk bahan bakar atau sebagai kayu saja, sedangkan lahannya dapat dialihgunakan sebagai padang rumput untuk ternak, perkebunan untuk barang dagangan, atau untuk permukiman. Penebangan pohon tanpa penghutanan kembali (reforestasi) yang cukup dapat merusak lingkungan tinggal (habitat), hilangnya keanekaragaman hayati, dan kegersangan. Penebangan juga berdampak buruk terhadap penyitaan hayati (biosekuestrasi) karbon dioksida dari udara. Daerah-daerah yang telah ditebang habis biasanya mengalami pengikisan tanah yang parah dan sering menjadi gurun.

Pengabaian atau ketidaktahuan nilai hakiki atau intrinsik, kurangnya nilai yang terwariskan, kelengahan dalam pengelolaan hutan, dan hukum lingkungan yang kurang memadai merupakan beberapa alasan yang memungkinkan terjadinya deforestasi secara besar-besaran. Banyak negara di dunia mengalami deforestasi terus-menerus, baik secara alami maupun akibat manusia. Deforestasi dapat menyebabkan kepunahan, perubahan iklim, penggurunan, dan ketersingkiran penduduk semula. Perubahan tersebut juga pernah terjadi pada masa lalu dan dapat dibuktikan melalui penelitian rekaman fosil. Akan tetapi, angka deforestasi bersih sudah tidak lagi meningkat di antara negara-negara dengan PDB per kapita yang sedikitnya AS$4.600.

Penyebab

Deforestasi setiap tahun.

Perubahan luasnya kawasan hutan setiap tahun

Banyak deforestasi pada masa kini terjadi karena penyelewengan kuasa pemerintahan di kalangan lembaga pemerintah, ketidakadilan dalam pembagian kekayaan dan kekuasaan,pertumbuhan penduduk dan ledakan penduduk, maupun urbanisasi. Globalisasi sering kali dipandang sebagai akar penyebab lain yang mengakibatkan deforestasi,meskipun ada pula dampak baik dari globalisasi (datangnya tenaga kerja, modal, barang dagangan dan gagasan baru) yang telah menggalakkan pemulihan hutan setempat.

Pada tahun 2000, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menemukan bahwa "peran dinamika penduduk dalam keadaan setempat dapat berubah-ubah dari sangat berpengaruh hingga tidak berpengaruh sama sekali," dan deforestasi dapat terjadi karena "tekanan penduduk dan kemandekan keadaan ekonomi, masyarakat maupun teknologi."

Terjadinya kemerosotan ekosistem hutan juga dapat berakar dari dorongan-dorongan ekonomi yang menonjolkan keuntungan pengalihgunaan hutan dibandingkan pelestarian hutan.Banyak kegunaan hutan yang penting yang tidak memiliki pasar sehingga tidak ada nilai ekonomi yang bermanfaat bagi para pemilik hutan atau masyarakat yang bergantung pada hutan untuk kesejahteraan mereka. Dari sudut pandang negara berkembang, hilangnya manfaat hutan (sebagai penyerap karbon atau cagar keanekaragaman hayati), ketika sebagian besar sisa pohonnya dikirim ke negara-negara maju, merupakan hal yang tidak adil karena tidak ada imbalan yang cukup untuk jasa tersebut. Negara-negara berkembang merasa beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, telah mendapatkan banyak manfaat dengan menebang hutannya sendiri berabad-abad yang lalu, dan dinilai tidak pantas apabila negara-negara maju tidak membiarkan negara-negara berkembang memiliki kesempatan yang sama: bahwa negara miskin tidak harus menanggung biaya pelestarian karena negara kayalah yang telah menciptakan masalahnya.

Para pakar tidak sepakat bahwa pembalakan besar-besaran bagi perdagangan memainkan peran penting bagi deforestasi global.Beberapa pakar berpendapat bahwa orang miskin lebih cenderung menebangi hutan karena mereka tidak punya jalan keluar yang lain. Ada juga yang berpendapat bahwa masyarakat miskin tidak mampu membayar bahan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menebang hutan. Hasil dari salah satu pengkajian deforestasi menyatakan bahwa hanya 8% penebangan hutan beriklim panas terjadi karena peningkatan jumlah penduduk oleh angka kesuburan yang tinggi.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Deforestasi
« First Previous page 10 of 13 Next Last »