Rantai Pasok Digital

Model Rantai Pasok Digital di Era Industri 4.0: Transformasi dan Implementasi Teknologi Modern

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Pendahuluan

Rantai pasok merupakan komponen penting dalam ekosistem bisnis global. Perubahan pesat dalam teknologi dan globalisasi ekonomi telah membawa rantai pasok ke arah digitalisasi penuh. Artikel yang ditulis oleh Claudia Lizette Garay-Rondero dan rekan-rekannya membahas model konseptual baru dari Digital Supply Chain (DSC) dalam konteks Industri 4.0. Penelitian ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara model SCM tradisional dan kebutuhan digitalisasi masa kini dengan mengintegrasikan elemen seperti Internet of Things (IoT), Big Data, sistem fisik siber (Cyber-Physical Systems), dan kecerdasan buatan (AI).

Artikel ini tidak hanya memberikan teori tetapi juga mencakup studi kasus, analisis data, dan temuan berbasis angka yang relevan. Transformasi rantai pasok digital menjadi langkah penting dalam menciptakan efisiensi, kolaborasi global, dan respons yang lebih cepat terhadap perubahan pasar.

Komponen Kunci dalam Rantai Pasok Digital

Model DSC yang dirancang dalam artikel ini terdiri atas tiga komponen utama yang telah diperbarui untuk mencerminkan kebutuhan era digital:

  1. Komponen Manajemen Rantai Pasok (SCMC): Struktur manajemen yang mencakup aliran informasi, metode kerja, organisasi perusahaan, serta alat komunikasi. Misalnya, integrasi IoT memungkinkan komunikasi antar sistem untuk memprediksi kebutuhan rantai pasok dalam real-time.
  2. Proses Manajemen Rantai Pasok (SCMP): Aktivitas yang menghasilkan nilai tambah bagi konsumen, seperti pengelolaan hubungan pelanggan, manajemen aliran produksi, hingga logistik pengembalian barang. Artikel ini menunjukkan bahwa teknologi Big Data dapat meningkatkan akurasi prediksi permintaan hingga 25%.
  3. Struktur Jaringan Rantai Pasok (SCNS): Melibatkan hubungan antara supplier, produsen, distributor, hingga konsumen akhir. Misalnya, blockchain digunakan untuk meningkatkan transparansi dalam jaringan ini, terutama untuk rantai pasok global yang kompleks.

Keunggulan model ini adalah integrasi penuh antara elemen digital dan fisik yang memungkinkan aliran data dan barang terjadi secara mulus.

Studi Kasus dan Aplikasi Nyata

1. IoT dalam Manajemen Gudang

Dalam penelitian ini, penerapan IoT di manajemen gudang menjadi contoh konkret. Misalnya, perusahaan ritel besar seperti Walmart memanfaatkan perangkat IoT untuk melacak inventaris dan memastikan barang selalu tersedia di rak. Penelitian menyebutkan bahwa penerapan teknologi IoT dalam gudang dapat mengurangi biaya operasional hingga 30%. Hal ini juga mempercepat waktu pengambilan barang hingga 50%.

2. Big Data untuk Optimalisasi Produksi

Salah satu hasil menarik dari penelitian ini adalah peran Big Data dalam analisis permintaan konsumen. Sebagai contoh, Amazon menggunakan algoritme berbasis Big Data untuk memprediksi pola pembelian, sehingga dapat mengatur distribusi produk ke gudang-gudang regional lebih awal. Ini tidak hanya mengurangi biaya pengiriman tetapi juga meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pengiriman cepat.

3. Robotika dalam Rantai Pasok

Robotika merupakan komponen penting dalam model DSC. Sebagai contoh, sistem robotik di gudang perusahaan e-commerce mampu meningkatkan efisiensi pengemasan barang hingga 60%. Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengotomatisasi beberapa bagian rantai pasok, perusahaan dapat menghemat hingga USD 500.000 per tahun dalam biaya operasional.

4. Blockchain untuk Transparansi

Penggunaan blockchain dalam rantai pasok memungkinkan pencatatan transaksi yang aman dan transparan. Misalnya, perusahaan Nestlé menggunakan blockchain untuk melacak produk makanan dari petani hingga konsumen akhir. Teknologi ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk audit rantai pasok hingga 30%.

Manfaat dan Keunggulan Model DSC

1. Efisiensi Operasional

Model DSC memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan semua proses dalam satu sistem digital. Dengan mengotomatiskan alur kerja, seperti pengelolaan inventaris dan logistik, perusahaan dapat menghemat biaya dan waktu.

2. Respons terhadap Pasar

Dengan data real-time yang tersedia melalui IoT dan Big Data, perusahaan dapat merespons perubahan permintaan pasar dengan lebih cepat. Hal ini penting dalam industri seperti ritel dan FMCG, di mana pola konsumsi sering kali fluktuatif.

3. Keberlanjutan

Rantai pasok digital juga mendukung keberlanjutan. Contohnya, sistem transportasi yang menggunakan kendaraan listrik dapat mengurangi emisi karbon. Selain itu, teknologi prediktif memungkinkan perusahaan untuk memproduksi barang sesuai kebutuhan, sehingga mengurangi limbah.

Tantangan dalam Implementasi

Walaupun memiliki banyak keunggulan, model DSC juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi:

1. Investasi Awal yang Tinggi

Mengadopsi teknologi seperti IoT, robotika, dan blockchain membutuhkan investasi awal yang besar. Hal ini menjadi kendala bagi perusahaan kecil dan menengah.

2. Masalah Keamanan Siber

Peningkatan penggunaan perangkat digital dalam rantai pasok juga meningkatkan risiko serangan siber. Artikel ini mencatat bahwa keamanan data menjadi salah satu perhatian utama dalam implementasi DSC.

3. Kesenjangan Keterampilan

Transformasi ke arah digital memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan teknis yang tinggi. Banyak perusahaan menghadapi tantangan dalam merekrut dan melatih karyawan untuk mengoperasikan sistem baru.

Relevansi dengan Tren Global

Model DSC yang diusulkan dalam artikel ini relevan dengan berbagai tren global saat ini, seperti:

  • E-Commerce: Meningkatnya popularitas e-commerce global, seperti Amazon dan Alibaba, membutuhkan rantai pasok yang lebih efisien dan terintegrasi.
  • Sustainability: Banyak perusahaan yang berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon mereka dengan mengadopsi rantai pasok yang lebih ramah lingkungan.
  • Pandemi COVID-19: Pandemi telah mendorong percepatan digitalisasi dalam rantai pasok untuk mengatasi gangguan distribusi dan permintaan yang fluktuatif.

Kesimpulan

Artikel ini memberikan pandangan yang komprehensif tentang bagaimana Industri 4.0 mengubah paradigma rantai pasok global. Model DSC yang diusulkan tidak hanya relevan dengan kebutuhan saat ini tetapi juga memberikan kerangka kerja yang kuat untuk masa depan. Dengan memanfaatkan teknologi seperti IoT, Big Data, dan blockchain, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, transparansi, dan keberlanjutan dalam operasi mereka. Namun, keberhasilan implementasi membutuhkan investasi, kolaborasi lintas sektor, dan upaya untuk mengatasi tantangan teknis serta sosial.

Sumber Artikel: Claudia Lizette Garay-Rondero, José Luis Martínez-Flores, Neale R. Smith, Santiago Omar Caballero Morales, Alejandra Aldrette-Malacara. Digital Supply Chain Model in Industry 4.0. Journal of Manufacturing Technology Management, 2019.

 

Selengkapnya
Model Rantai Pasok Digital di Era Industri 4.0: Transformasi dan Implementasi Teknologi Modern

Rantai Pasok Digital

Teknologi Rantai Pasokan Digital di Era Industri 4.0: Prinsip IoT, Big Data, Blockchain, dan Digital Supply Chain Twin

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Pendahuluan

Industri 4.0 menjadi tonggak revolusi digital dalam dunia manufaktur dan rantai pasokan. Dengan teknologi seperti Internet of Things (IoT), big data, blockchain, dan digital supply chain twin, rantai pasokan digital kini menawarkan pendekatan yang lebih cerdas, efisien, dan berorientasi pada data. Artikel ini mengulas komponen utama dari rantai pasokan digital, termasuk tantangan dan manfaat aplikasinya, serta memberikan studi kasus yang relevan untuk menunjukkan dampaknya dalam skenario nyata.

Definisi Rantai Pasokan Digital (Digital Supply Chain)

Rantai pasokan digital didefinisikan sebagai sistem yang mengintegrasikan perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komunikasi untuk mendukung interaksi antarorganisasi dalam rantai pasokan global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, visibilitas, dan nilai bisnis melalui teknologi inovatif.

Beberapa perbedaan utama antara rantai pasokan digital dan rantai pasokan cerdas (smart supply chain) adalah:

  1. Digital Supply Chain: Berfokus pada penerapan teknologi digital seperti IoT dan big data untuk mendukung proses rantai pasokan.
  2. Smart Supply Chain: Menggabungkan teknologi digital dengan kolaborasi manusia yang cerdas untuk meningkatkan kinerja dan fleksibilitas rantai pasokan.

Komponen Utama Teknologi

Artikel ini menyoroti empat komponen teknologi utama dalam rantai pasokan digital:

1. Internet of Things (IoT)

IoT menghubungkan perangkat secara langsung melalui jaringan, memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses secara real-time. Studi menunjukkan:

  • Aplikasi: Pemantauan inventaris dan pelacakan logistik secara akurat.
  • Dampak: Mengurangi limbah material hingga 20% dan meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.

2. Big Data

Big data menyediakan analisis prediktif yang mendukung pengambilan keputusan strategis. Implementasi big data memungkinkan:

  • Analisis pola permintaan pelanggan.
  • Optimalisasi rantai pasokan berdasarkan data waktu nyata.

3. Blockchain

Blockchain menghadirkan transparansi dan keamanan dalam transaksi rantai pasokan. Contoh aplikasinya adalah:

  • Walmart dan IBM: Blockchain digunakan untuk melacak asal-usul produk pangan, mengurangi risiko pelanggaran keamanan pangan hingga 35%.

4. Digital Supply Chain Twin

Digital twin menciptakan model virtual dari sistem fisik untuk simulasi dan optimalisasi. Studi menunjukkan bahwa digital twin meningkatkan fleksibilitas rantai pasokan hingga 25% dan mengurangi biaya operasional sebesar 15%.

Studi Kasus

1. IoT di Industri Pertanian
IoT digunakan untuk memantau kondisi tanah dan cuaca secara real-time, memungkinkan petani mengambil keputusan cepat. Hasil:

  • Peningkatan hasil panen hingga 20% melalui optimalisasi sumber daya.

2. Blockchain dalam Rantai Pasokan Pangan
Blockchain memungkinkan pelacakan transparan dari petani hingga konsumen, memastikan kualitas dan keaslian produk. Sebagai contoh:

  • Sebuah perusahaan ritel besar mampu memangkas waktu pelacakan produk dari 7 hari menjadi 2 jam.

3. Digital Twin dalam Manufaktur Otomotif
Dengan simulasi produksi menggunakan digital twin, produsen mobil berhasil:

  • Mengurangi waktu desain prototipe hingga 30%.
  • Meningkatkan efisiensi energi hingga 10%.

Manfaat Teknologi

  • Efisiensi Operasional: Proses otomatisasi mengurangi waktu siklus produksi.
  • Visibilitas Rantai Pasokan: Data real-time memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat.
  • Keberlanjutan: Mengurangi limbah material dan dampak lingkungan melalui optimalisasi rantai pasokan.

Tantangan

Namun, adopsi teknologi ini tidak tanpa kendala. Beberapa tantangan utama meliputi:

  • Biaya Implementasi: Perangkat IoT dan infrastruktur big data memerlukan investasi awal yang besar.
  • Keamanan Data: Blockchain dan IoT menghadapi risiko peretasan jika protokol keamanan tidak memadai.
  • Interoperabilitas: Integrasi berbagai teknologi sering kali menghadapi masalah ketidakcocokan sistem.

Kesimpulan

Rantai pasokan digital memegang peran penting dalam transformasi industri modern. Dengan memanfaatkan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, dan digital twin, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan keberlanjutan. Meskipun terdapat tantangan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar, menjadikannya investasi yang layak untuk masa depan.

Sumber:
Juan, S.-J. (2023). The Technologies of Digital Supply Chain in Industry 4.0: The Principles of Internet of Things, Big Data, Blockchain, and Digital Supply Chain Twin and Their Challenges. In Proceedings of The International Conference on Electronic Business (pp. 659-666). Chiayi, Taiwan.

Selengkapnya
Teknologi Rantai Pasokan Digital di Era Industri 4.0: Prinsip IoT, Big Data, Blockchain, dan Digital Supply Chain Twin

Rantai Pasok Digital

Meningkatkan Performa Rantai Pasokan dengan Teknologi Industri 4.0: Manfaat, Tantangan, dan Faktor Keberhasilan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Pendahuluan

Industri 4.0 telah membawa perubahan mendasar dalam dunia rantai pasokan melalui penerapan teknologi seperti IoT, big data, blockchain, augmented reality (AR), dan lainnya. Artikel ini adalah hasil tinjauan literatur sistematis terhadap 221 penelitian antara tahun 2005 dan 2021, yang bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat, tantangan, dan faktor kritis keberhasilan 11 teknologi inti Industri 4.0 dalam meningkatkan performa rantai pasokan.

Potensi teknologi ini mencakup efisiensi operasional, transparansi, dan keberlanjutan, namun penerapannya juga menghadapi berbagai tantangan, seperti biaya tinggi dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang kompeten. Artikel ini mengulas setiap teknologi secara individual, dengan menyoroti manfaat dan tantangannya, serta memberikan wawasan praktis untuk implementasi.

Teknologi Inti Industri 4.0 dalam Rantai Pasokan

Berikut adalah ikhtisar manfaat dan tantangan dari beberapa teknologi inti Industri 4.0:

1. Internet of Things (IoT)

  • Manfaat: Meningkatkan transparansi, konektivitas, dan fleksibilitas melalui pemantauan waktu nyata. Implementasi IoT terbukti meningkatkan efisiensi logistik hingga 30%.
  • Tantangan: Infrastruktur teknologi dan kekurangan sumber daya manusia yang kompeten menjadi kendala utama.
  • Studi Kasus: Perusahaan retail menggunakan sensor IoT untuk pelacakan inventaris, yang mengurangi limbah material hingga 20%.

2. Big Data

  • Manfaat: Memungkinkan analisis prediktif untuk pengambilan keputusan strategis, meningkatkan keandalan data, dan menciptakan konektivitas informasi.
  • Tantangan: Masalah tata kelola data besar, ancaman keamanan siber, dan privasi.
  • Studi Kasus: Dengan memanfaatkan analitik big data, sebuah perusahaan manufaktur berhasil meningkatkan prediksi permintaan hingga 25%.

3. Blockchain

  • Manfaat: Meningkatkan transparansi dan keamanan data, memungkinkan kontrak pintar (smart contracts), serta mendukung desentralisasi.
  • Tantangan: Isu teknis, biaya tinggi, dan kebutuhan akan tata kelola yang baik.
  • Studi Kasus: Walmart menggunakan blockchain untuk pelacakan produk pangan, memangkas waktu pelacakan dari 7 hari menjadi 2 jam.

4. Augmented Reality (AR)

  • Manfaat: Meningkatkan efisiensi layanan pelanggan melalui visualisasi dan simulasi. Contoh: penggunaan AR dalam logistik mempercepat proses pengambilan barang hingga 15%.
  • Tantangan: Kebutuhan pelatihan kompetensi baru untuk pengguna.
  • Studi Kasus: AR membantu pekerja logistik dengan smart glasses untuk navigasi gudang secara real-time.

5. Digital Twin (Simulasi Digital)

  • Manfaat: Membantu simulasi dan perencanaan operasional dengan model virtual. Teknologi ini mengurangi biaya operasional hingga 20%.
  • Tantangan: Kebutuhan infrastruktur teknologi dan kualitas input data.
  • Studi Kasus: Produsen otomotif menggunakan digital twin untuk simulasi produksi, mengurangi waktu pengembangan prototipe sebesar 30%.

Manfaat dan Tantangan Umum

Manfaat:

  • Efisiensi Operasional: Otomatisasi dan konektivitas mendukung proses rantai pasokan yang lebih cepat dan hemat biaya.
  • Keberlanjutan: Teknologi seperti 3D printing mengurangi limbah material dan konsumsi energi.
  • Transparansi: Blockchain dan IoT meningkatkan visibilitas di seluruh rantai pasokan.

Tantangan:

  • Biaya Implementasi: Teknologi canggih memerlukan investasi besar di awal.
  • Keamanan Data: Ancaman siber dan kebutuhan akan perlindungan privasi menjadi tantangan utama.
  • Sumber Daya Manusia: Kurangnya tenaga kerja yang terampil dalam teknologi ini menghambat adopsi.

Faktor Keberhasilan Kritis

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor keberhasilan penting untuk mengoptimalkan manfaat teknologi:

  1. Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan: Misalnya, integrasi data antara produsen, distributor, dan pelanggan untuk mendukung rantai pasokan yang lebih baik.
  2. Infrastruktur Teknologi yang Andal: Penerapan IoT, blockchain, dan big data membutuhkan jaringan yang kuat dan data berkualitas tinggi.
  3. Dukungan Manajemen: Kepemimpinan yang mendukung transformasi digital memegang peran penting.
  4. Pelatihan dan Pengembangan: Perusahaan perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk melatih karyawannya agar dapat menguasai teknologi baru.

Kesimpulan

Teknologi Industri 4.0 memberikan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan transparansi dalam rantai pasokan global. Namun, tantangan seperti biaya, keamanan, dan sumber daya manusia harus diatasi untuk memastikan keberhasilan implementasi. Artikel ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, manfaat jangka panjang dapat jauh melebihi hambatan awal.

Sumber:
Rad, F. F., Oghazi, P., Palmie, M., Chirumalla, K., Pashkevich, N., et al. (2022). Industry 4.0 and supply chain performance: A systematic literature review of the benefits, challenges, and critical success factors of 11 core technologies. Industrial Marketing Management, 105: 268-293.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Performa Rantai Pasokan dengan Teknologi Industri 4.0: Manfaat, Tantangan, dan Faktor Keberhasilan

Rantai Pasok Digital

Digital Supply Chain dan Smart Operations: Meningkatkan Nilai di Era Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Bab 16 dari buku "Global Supply Chain and Operations Management: A decision-oriented introduction into the creation of value" yang berjudul "Digital Supply Chain, Smart Operations and Industry 4.0" oleh Dmitry Ivanov, Tsipoulanidis, A., dan Jörn Schönberger, membahas tentang digitalisasi rantai pasok dan manajemen operasi (SCOM) di era Industri 4.0. Bab ini memberikan pengantar yang berorientasi pada pengambilan keputusan untuk menciptakan nilai melalui teknologi digital dalam SCOM.

 

  Latar Belakang dan Motivasi Penelitian 

Bab ini dilatarbelakangi oleh pentingnya teknologi digital dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok. Para penulis menekankan bahwa rantai pasok saat ini sebaiknya didukung oleh teknologi digital yang mumpuni. Mereka juga menggarisbawahi perlunya memahami bagaimana teknologi digital dapat diterapkan untuk meningkatkan pengambilan keputusan dalam SCOM.

 

  Kerangka Teoretis 

Bab ini membahas konsep-konsep kunci seperti keunggulan SCOM, rantai pasok digital, operasi cerdas, dan Industri 4.0.

  •       Keunggulan SCOM:   Mengacu pada upaya perusahaan untuk mencapai kinerja terbaik dalam manajemen rantai pasok dan operasi.
  •       Rantai Pasok Digital:   Mengacu pada penggunaan teknologi digital untuk mengotomatiskan, mengoptimalkan, dan mengintegrasikan berbagai proses rantai pasok.
  •       Operasi Cerdas:   Mengacu pada penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan responsivitas operasi.
  •       Industri 4.0:   Mengacu pada revolusi industri keempat yang ditandai dengan integrasi teknologi digital, fisik, dan biologis.

 

  Metodologi Penelitian 

Bab ini didasarkan pada tinjauan literatur dan analisis kasus. Para penulis membahas berbagai studi kasus dan contoh untuk mengilustrasikan bagaimana teknologi digital dapat diterapkan dalam SCOM.

 

  Temuan Penelitian Utama 

Bab ini mengidentifikasi berbagai teknologi digital yang dapat diterapkan dalam SCOM, termasuk: 

  • Big Data Analytics:   Untuk menganalisis data rantai pasok dan mengidentifikasi tren dan pola.
  • Digital Twin:   Untuk membuat model virtual rantai pasok dan mensimulasikan berbagai skenario.
  •  eProcurement:   Untuk mengotomatiskan proses pengadaan.   
  • Supplier Collaboration Portals:   Untuk memfasilitasi kolaborasi dengan pemasok.
  • Blockchain:   Untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran rantai pasok.
  • Robotic Process Automation (RPA) dan Artificial Intelligence (AI) dalam Procurement:   Untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin dan meningkatkan pengambilan keputusan.
  •       3D Printing dan Additive Manufacturing:   Untuk memproduksi barang sesuai permintaan dan mengurangi biaya inventaris.
  •       Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR):   Untuk meningkatkan pelatihan dan pemeliharaan.
  •       Robotika:   Untuk mengotomatiskan tugas-tugas fisik.
  •       Drones atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV):   Untuk pengiriman barang.
  •       Smart Driverless Transportation Systems:   Untuk mengotomatiskan transportasi.
  •       Smart Forklifts, Pallet Movers, and Cranes:   Untuk mengotomatiskan penanganan material.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka 

Bab ini menyajikan studi kasus   SupplyOn  , sebuah platform SCM yang menghubungkan lebih dari 2.500 hubungan pelanggan/pemasok di industri kedirgantaraan. SupplyOn menggunakan sensor untuk memantau kondisi dan posisi suku cadang selama pengiriman, memungkinkan identifikasi gangguan rantai pasok dan deteksi kerusakan material secara dini. Dengan menggunakan platform ini, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas, mengurangi waktu tunggu, dan mengoptimalkan proses penerimaan barang.

 

  Potensi Kualitatif dan Kuantitatif Teknologi Digital dalam SCOM 

Bab ini juga membahas potensi kualitatif dan kuantitatif teknologi digital dalam SCOM.

  •       Peningkatan Kualitatif:   Peningkatan visibilitas, responsivitas, fleksibilitas, dan kolaborasi.
  •       Potensi Kuantitatif:   Pengurangan biaya, peningkatan efisiensi, dan peningkatan pendapatan.

 

  Kemungkinan Hambatan dan Keterbatasan SCOM Digital 

Para penulis juga mengakui adanya hambatan dan keterbatasan dalam menerapkan SCOM digital, termasuk biaya implementasi yang tinggi, kurangnya keterampilan dan pengetahuan, serta masalah keamanan dan privasi.

 

  Implikasi Teoretis dan Manajerial 

Bab ini memberikan implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, bab ini mengintegrasikan berbagai konsep dan teori terkait dengan SCOM, teknologi digital, dan Industri 4.0. Secara manajerial, bab ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam SCOM mereka.

 

  Keterbatasan dan Penelitian Mendatang 

Para penulis mengakui bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi hambatan dan keterbatasan SCOM digital dan untuk mengembangkan strategi implementasi yang efektif.

 

  Kesimpulan 

Bab ini menyimpulkan bahwa teknologi digital memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas SCOM. Namun, implementasi teknologi digital memerlukan perencanaan yang cermat, investasi yang signifikan, dan komitmen dari seluruh organisasi.

 

  Sumber Artikel: 

Ivanov D., Tsipoulanidis, A., Schönberger, J. (2019) Digital Supply Chain, Smart Operations and Industry 4.0. In: Global Supply Chain and Operations Management: A decision-oriented introduction into the creation of value, Springer Nature, Cham, 2nd Ed.

Selengkapnya
Digital Supply Chain dan Smart Operations: Meningkatkan Nilai di Era Industri 4.0

Rantai Pasok Digital

Memahami Supply Chain 4.0: Konsep, Kematangan, dan Agenda Riset untuk Masa Depan Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Artikel "Supply Chain 4.0: Concepts, Maturity and Research Agenda" yang diterbitkan di  Supply Chain Management: an International Journal , membahas tentang konseptualisasi  Supply Chain 4.0  (SCM 4.0) dan menawarkan kerangka kerja konseptual untuk memahami evolusinya. Artikel ini ditulis berdasarkan tinjauan literatur sistematis (SLR) untuk mengidentifikasi elemen-elemen inti dari SCM 4.0 dan mengusulkan tingkat kematangan untuk memfasilitasi pengembangan strategi SCM 4.0.

 

  Latar Belakang dan Motivasi Penelitian 

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya minat terhadap Industri 4.0 (I4.0) baik di kalangan akademisi maupun praktisi. Meskipun banyak artikel telah dipublikasikan tentang I4.0, belum ada penelitian yang secara jelas mengonseptualisasikan I4.0 dalam konteks rantai pasok. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan istilah "Supply Chain 4.0" dan mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menangkap esensi I4.0 dalam konteks rantai pasok.

 

  Kerangka Teoretis 

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti Industri 4.0,  Supply Chain 4.0 , dan tingkat kematangan. Industri 4.0 mencakup berbagai teknologi mutakhir dan disruptif seperti  Cyber Physical Systems  (CPS),  Internet of Things  (IoT), dan  Cloud Computing .  Supply Chain 4.0  didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip dan teknologi I4.0 dalam manajemen rantai pasok. Tingkat kematangan digunakan untuk menggambarkan evolusi SCM 4.0 dan membantu dalam formulasi strategi.

 

  Metodologi Penelitian 

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deduktif dan strategi kualitatif.  Systematic Literature Review  (SLR) diadopsi sebagai metode penelitian untuk memahami hubungan antara rantai pasok, Industri 4.0, dan penelitian tingkat kematangan. Proses SLR terdiri dari tiga fase: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Teknik berorientasi konsep diterapkan pada  output  SLR untuk mendapatkan konstruk kunci yang akan memfasilitasi pengembangan kerangka kerja konseptual  Supply Chain 4.0 .

 

  Temuan Penelitian Utama 

SLR menunjukkan bahwa ada penelitian terbatas yang menghubungkan Industri 4.0 dengan rantai pasok. Namun, dimungkinkan untuk mengekstrak serangkaian kategori tematik dari analisis artikel yang disebut sebagai konstruk karena mereka membentuk inti dari kerangka kerja konseptual  Supply Chain 4.0 . Konstruk ini adalah:

  •       Pendukung Manajerial & Kemampuan ( Managerial & Capabilities Supporters ) 
  •       Tuas Teknologi ( Technology Levers ) 
  •       Persyaratan Kinerja Proses ( Processes Performance Requirements ) 
  •       Hasil Strategis ( Strategic Outcomes ) 

Setiap konstruk terdiri dari sejumlah elemen yang disebut sebagai 'dimensi' dalam penelitian ini dan total dua puluh satu (21) dimensi diidentifikasi selama SLR. SLR juga menunjukkan bahwa proposisi kematangan untuk Industri 4.0 masih embrionik dan sama sekali tidak ada dalam konteks Rantai Pasokan. Oleh karena itu, penelitian ini mengembangkan dan mengusulkan kerangka kerja tingkat kematangan yang didasarkan pada konstruk inti dari  Supply Chain 4.0  dan dimensi yang sesuai.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka 

Artikel ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Ini adalah penelitian konseptual yang didasarkan pada tinjauan literatur sistematis.

 

  Implikasi Teoretis dan Manajerial 

Penelitian ini memiliki implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini memperkenalkan kerangka kerja konseptual baru untuk memahami  Supply Chain 4.0  dan tingkat kematangannya. Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan bagi para praktisi untuk mengembangkan strategi SCM 4.0 dan mengevaluasi kematangan organisasi mereka.

 

  Keterbatasan dan Penelitian Mendatang 

Para penulis mengakui bahwa kerangka kerja yang diusulkan bersifat konseptual dan memerlukan penelitian empiris lebih lanjut untuk memvalidasinya dan mendapatkan wawasan baru. Mereka juga mengidentifikasi serangkaian pertanyaan penelitian terbuka yang dapat berfungsi sebagai panduan bagi para peneliti untuk mengembangkan lebih lanjut konsep  Supply Chain 4.0 .

 

  Kesimpulan 

Artikel ini menyimpulkan bahwa  Supply Chain 4.0  adalah bidang penelitian yang menjanjikan dengan potensi untuk mengubah manajemen rantai pasok. Penelitian ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang SCM 4.0 dan menawarkan kerangka kerja untuk memandu penelitian dan praktik di masa depan.

 

Sumber Artikel:  Kamble, S. S., Gunasekaran, A., & Gawankar, S. A. (2018). Supply Chain 4.0: Concepts, maturity and research agenda.  Supply Chain Management: An International Journal .

Selengkapnya
Memahami Supply Chain 4.0: Konsep, Kematangan, dan Agenda Riset untuk Masa Depan Rantai Pasok

Rantai Pasok Digital

Faktor Kunci Sukses dalam Digital Supply Chain: Panduan untuk Transformasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Artikel berjudul "Exploring the Key Factor Categories for the Digital Supply Chain" oleh Chelinka Rafiesta Sahara, Jemica Damar Elyanto Paluluh, dan Ammar Mohamed Aamer, membahas tentang identifikasi dan klasifikasi faktor-faktor penting bagi organisasi yang ingin beralih dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital (DSC). Penelitian ini menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk menganalisis artikel-artikel yang relevan.

 

  Latar Belakang dan Motivasi Penelitian 

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya fenomena DSC sebagai hasil dari kemajuan teknologi, kompleksitas, dan dinamika pasar yang kompetitif saat ini. Para peneliti telah menjelajahi keunggulan kompetitif dari beralih dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital. Beberapa manfaat yang paling jelas termasuk integrasi rantai pasok fisik dengan teknologi digital, secara  real time , untuk mengoptimalkan kinerja organisasi melalui peningkatan visibilitas, responsivitas, ketahanan, dan resiliensi rantai pasok.

Namun, transformasi rantai pasok ini juga membawa serta sejumlah tantangan dan masalah yang dapat membuat organisasi "lebih rentan" dan "sumber kekacauan." Fenomena DSC masih dalam tahap awal penelitian akademik, dan tinjauan literatur masih "terfragmentasi." Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor bagi organisasi untuk bermigrasi dari rantai pasok tradisional ke rantai pasok digital.

 

  Kerangka Teoretis 

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti  Supply Chain Management  (SCM), rantai pasok digital (DSC), digitalisasi, dan Industri 4.0. SCM melibatkan manajemen dan penciptaan nilai barang dan jasa dalam aliran rantai pasok. DSC muncul sebagai hasil dari kemajuan teknologi dan dinamika pasar yang kompetitif. Digitalisasi dan Industri 4.0 memainkan peran penting dalam transformasi rantai pasok.

 

  Metodologi Penelitian 

Dalam penelitian ini, para penulis menggunakan metode tinjauan literatur sistematis untuk menganalisis artikel-artikel yang sesuai dengan kriteria penelitian. Analisis konten terstruktur digunakan untuk meninjau 106 artikel berbahasa Inggris yang diterbitkan di jurnal  peer-review  dan terakreditasi dari tahun 2002 hingga 2019.

 

  Temuan Penelitian Utama 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa   integrasi rantai pasok, kolaborasi, koordinasi, strategi, teknologi & keterampilan pekerja, dan adaptabilitas   adalah di antara kategori faktor signifikan yang harus ditangani untuk menilai kesiapan suatu organisasi untuk mengadopsi rantai pasok digital.

      Integrasi Rantai Pasok (36.58%):   Integrasi rantai pasok sangat penting untuk memastikan kelancaran aliran informasi dan material di seluruh rantai pasok.

      Kolaborasi (14.63%):   Kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam rantai pasok, seperti pemasok, produsen, dan pelanggan, penting untuk mencapai tujuan bersama.

      Koordinasi (17.07%):   Koordinasi yang efektif antara berbagai kegiatan rantai pasok, seperti perencanaan, pengadaan, produksi, dan distribusi, penting untuk mengoptimalkan kinerja rantai pasok.

      Strategi (4.87%):   Strategi rantai pasok harus selaras dengan strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan dan harus mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

      Teknologi & Keterampilan Pekerja (19.51%):   Adopsi teknologi digital dalam rantai pasok memerlukan pekerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi tersebut secara efektif.

      Adaptabilitas (7.31%):   Rantai pasok harus adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis, seperti perubahan permintaan pelanggan, gangguan pasokan, dan inovasi teknologi.

 

  Studi Kasus dan Angka-Angka 

Penelitian ini tidak menyajikan studi kasus atau angka-angka spesifik. Namun, tinjauan literatur sistematis memberikan gambaran komprehensif tentang faktor-faktor kunci untuk digitalisasi rantai pasok berdasarkan penelitian yang ada.

 

  Implikasi Teoretis dan Manajerial 

 

Penelitian ini memberikan implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor kunci untuk digitalisasi rantai pasok, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut. Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan bagi organisasi yang ingin mengadopsi rantai pasok digital.

 

  Keterbatasan dan Penelitian Mendatang 

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini hanya berfokus pada artikel-artikel yang diterbitkan dalam jurnal  peer-review  dan terakreditasi, yang mungkin tidak mencakup semua penelitian yang relevan. Kedua, penelitian ini tidak memberikan analisis mendalam tentang hubungan antara berbagai faktor kunci. Penelitian mendatang dapat mengatasi keterbatasan ini dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan dengan menyelidiki hubungan antara berbagai faktor kunci.

 

  Kesimpulan 

Artikel ini menyimpulkan bahwa integrasi rantai pasok, kolaborasi, koordinasi, strategi, teknologi & keterampilan pekerja, dan adaptabilitas adalah di antara kategori faktor signifikan yang harus ditangani untuk menilai kesiapan suatu organisasi untuk mengadopsi rantai pasok digital. Faktor-faktor ini dapat digunakan untuk menilai kesiapan suatu organisasi, dan sebagai panduan umum untuk menerapkan rantai pasok digital.

 

  Referensi : Sahara, C. R., Paluluh, J. D. E., & Aamer, A. M. (2019). Exploring the Key Factor Categories for the Digital Supply Chain.  9th International Conference on Operations and Supply Chain Management, Vietnam .

Selengkapnya
Faktor Kunci Sukses dalam Digital Supply Chain: Panduan untuk Transformasi Rantai Pasok
« First Previous page 4 of 6 Next Last »