Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Artikel "Digital supply chain: Roadmap development and application based on Industry 4.0 principles" yang ditulis oleh Júlio Fernandes, Luciana Paula Reis, dan Sérgio Evangelista Silva, membahas tentang pengembangan roadmap teknologi untuk mengintegrasikan prinsip, arsitektur, dan teknologi Industri 4.0 (I4.0) dalam mewujudkan Rantai Pasok Digital (Digital Supply Chain/DSC). Studi ini dilakukan di sebuah perusahaan di industri baja yang mengadopsi teknologi I4.0 untuk meningkatkan proses manajemen rantai pasoknya.
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh era digital baru yang didorong oleh revolusi industri keempat, yang ditandai dengan munculnya inovasi teknologi dengan berbagai aplikasi di perusahaan. Digitalisasi rantai pasok dipandang sebagai proses cerdas baru yang memberikan nilai tambah dengan menggunakan teknologi I4.0. Meskipun konsep DSC banyak dibahas, pemahaman tentang istilah ini masih dalam tahap awal. Kesenjangan penelitian terletak pada kurangnya karya empiris tentang pengembangan I4.0 dengan pedoman yang jelas untuk digitalisasi rantai pasok.
Kerangka Teoretis
Artikel ini membahas konsep-konsep kunci seperti rantai pasok digital (DSC), prinsip dan arsitektur Industri 4.0, serta roadmap teknologi. DSC mengacu pada evolusi bagaimana rantai pasok tradisional mengimplementasikan I4.0 dalam proses mereka. Teknologi I4.0 mencakup cloud computing, big data, internet of things , blockchain , kecerdasan buatan, dan lain-lain, untuk meningkatkan kinerja rantai pasok.
Prinsip-prinsip I4.0 dianggap sebagai indikator yang membantu dalam evaluasi terperinci dan implementasi teknologi dari paradigma teknologi ini dalam organisasi. Hermann, Pentek dan Otto (2016) mengusulkan enam prinsip I4.0: interoperabilitas, virtualisasi, desentralisasi keputusan, kemampuan real-time , orientasi layanan, dan modularitas.
Roadmap teknologi menjadi salah satu alat manajemen yang paling banyak digunakan untuk adopsi teknologi baru. Roadmap ini memungkinkan manajer perusahaan untuk mengoptimalkan waktu adopsi teknologi digital baru dan berguna untuk mengidentifikasi kekuatan yang dapat mendorong masa depan perusahaan dalam skenario yang berbeda.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menerapkan strategi studi kasus dengan pendekatan kualitatif di departemen rantai pasok sebuah perusahaan baja global di Brasil. Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap: pertemuan penyelarasan awal, wawancara, dan lokakarya. Wawancara semi-terstruktur dilakukan sesuai dengan setiap lapisan roadmap . Lokakarya menggunakan brainstorming berdasarkan hasil wawancara untuk menghasilkan peta akhir yang diusulkan.
Temuan Penelitian Utama
Penelitian ini menghasilkan roadmap teknologi untuk digitalisasi rantai pasok, yang divalidasi dalam sebuah pabrik baja. Roadmap ini mencakup prinsip-prinsip I4.0, arsitektur teknologi, dan teknologi yang relevan untuk implementasi DSC.
Prinsip I4.0: Penelitian ini mengidentifikasi prinsip-prinsip I4.0 yang relevan untuk rantai pasok, seperti interoperabilitas dan kemampuan real-time .
Arsitektur Teknologi: Arsitektur teknologi mengacu pada kombinasi teknologi yang digunakan perusahaan untuk menstandardisasi dan mengintegrasikan proses mereka.
Roadmap Teknologi: Roadmap ini memberikan panduan bagi manajer untuk menyalurkan sumber daya mereka secara efisien dalam mengadopsi teknologi digital.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Studi ini dilakukan di sebuah perusahaan baja global di Brasil. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 12 profesional dari departemen pasokan dan intelijen. Hasilnya adalah roadmap teknologi yang membantu manajer untuk mengimplementasikan teknologi I4.0 dalam proses mereka. Sayangnya, artikel ini tidak memberikan angka-angka spesifik mengenai dampak keuangan atau operasional dari implementasi roadmap tersebut.
Implikasi Teoretis dan Manajerial
Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan dapat mengembangkan dan menerapkan roadmap teknologi untuk digitalisasi rantai pasok mereka. Ini juga menyoroti pentingnya menyelaraskan prinsip-prinsip I4.0 dengan arsitektur teknologi dan strategi bisnis perusahaan. Secara manajerial, artikel ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk fokus pada satu perusahaan di industri baja. Penelitian mendatang dapat memperluas studi ini ke industri lain dan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur dampak dari digitalisasi rantai pasok.
Kesimpulan
Artikel ini menyimpulkan bahwa roadmap teknologi dapat membantu perusahaan dalam mengintegrasikan prinsip, arsitektur, dan teknologi I4.0 untuk mencapai DSC. Studi ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan manajemen rantai pasok mereka.
Sumber Artikel: Fernandes, J., Reis, L. P., & Silva, S. E. (2023). Digital supply chain: Roadmap development and application based on Industry 4.0 principles. IFAC PapersOnLine , 56 (2), 10339-10344.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Tesis sarjana karya Vladimir Koskin dan Thi Thuy Van Nguyen yang berjudul "The Impact of Industry 4.0 on Supply Chain Management" membahas dampak revolusi industri keempat dan teknologi terkait pada manajemen rantai pasok (SCM). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak Industri 4.0 pada SCM serta memberikan rekomendasi bagi usaha kecil dan menengah (UKM).
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Koskin dan Nguyen memulai dengan menggambarkan evolusi industri dari masa lalu hingga era Industri 4.0. Mereka menyoroti bagaimana setiap revolusi industri membawa perubahan signifikan dalam cara barang diproduksi dan didistribusikan. Motivasi penelitian ini berakar pada pengakuan bahwa Industri 4.0, dengan teknologi-teknologi canggihnya, memiliki potensi untuk mengubah secara fundamental cara SCM beroperasi.
Penelitian ini relevan karena SCM menjadi semakin kompleks dan penting dalam ekonomi global. Perusahaan-perusahaan yang dapat mengoptimalkan rantai pasok mereka memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Industri 4.0 menawarkan alat dan teknologi yang dapat membantu perusahaan mencapai optimasi ini, tetapi implementasinya memerlukan pemahaman yang mendalam tentang implikasi dan tantangan yang terlibat.
Kerangka Teoretis
Tesis ini dibangun di atas kerangka teoretis yang menggabungkan konsep-konsep dari SCM dan Industri 4.0. Penulis membahas berbagai teknologi yang terkait dengan Industri 4.0, termasuk robot, kecerdasan buatan (AI), big data, komputasi awan, augmented reality, cybersecurity, Internet of Things (IoT), dan additive manufacturing . Mereka menjelaskan bagaimana teknologi-teknologi ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek SCM, mulai dari perencanaan dan pengadaan hingga manufaktur, pengendalian inventaris, pengiriman, dan layanan pelanggan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder dari artikel internet dan buku-buku. Pendekatan ini memungkinkan penulis untuk menganalisis tren dan pola yang lebih luas dalam implementasi Industri 4.0 di berbagai sektor dan perusahaan.
Temuan Penelitian Utama
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa Industri 4.0 memiliki dampak signifikan pada rantai pasok , memungkinkan rantai pasok beroperasi secara *real-time* dengan gangguan manusia sesedikit mungkin. Namun, penulis mencatat bahwa implementasi Industri 4.0 saat ini masih dalam tahap awal, dan tingkat implementasinya masih relatif kecil.
Penelitian ini juga menyoroti bahwa UKM dan perusahaan besar memiliki metode implementasi teknologi yang berbeda , yang disebabkan oleh perbedaan sumber daya yang tersedia. UKM seringkali menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mengadopsi teknologi Industri 4.0 karena keterbatasan anggaran dan kurangnya keahlian internal.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Tesis ini menyajikan analisis tentang implementasi teknologi di dua perusahaan besar, Amazon dan Walmart .
* Amazon: Koskin dan Nguyen menyoroti penggunaan robotika dan otomatisasi yang ekstensif di gudang Amazon. Amazon telah menginvestasikan banyak uang dalam robot untuk mempercepat proses pemenuhan pesanan dan mengurangi biaya tenaga kerja.
* Walmart: Penulis membahas penggunaan teknologi blockchain oleh Walmart untuk meningkatkan transparansi dan ketertelusuran dalam rantai pasok makanan mereka. Walmart dapat melacak asal dan pergerakan produk makanan dengan lebih akurat, yang membantu meningkatkan keamanan pangan dan mengurangi pemborosan.
Sayangnya, tesis ini tidak memberikan angka-angka spesifik mengenai dampak keuangan dari implementasi teknologi di Amazon dan Walmart. Namun, penulis mencatat bahwa kedua perusahaan telah mencapai peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya yang signifikan berkat adopsi Industri 4.0.
Analisis SWOT dan Pandemi COVID-19
Tesis ini juga menyertakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengevaluasi posisi Industri 4.0 dalam konteks SCM. Analisis ini menyoroti kekuatan Industri 4.0, seperti peningkatan efisiensi dan visibilitas, serta kelemahannya, seperti biaya implementasi yang tinggi dan risiko keamanan siber. Peluang yang diidentifikasi meliputi peningkatan kolaborasi dan inovasi, sementara ancaman termasuk gangguan rantai pasok dan perubahan regulasi.
Penulis juga membahas bagaimana pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi Industri 4.0 dalam SCM. Pandemi ini telah mengungkapkan kerentanan rantai pasok tradisional dan mendorong perusahaan untuk mencari solusi yang lebih tangguh dan fleksibel. Teknologi seperti IoT dan AI telah membantu perusahaan memantau dan mengelola rantai pasok mereka dari jarak jauh, mengurangi gangguan, dan merespons perubahan permintaan dengan lebih cepat.
Rekomendasi Implementasi
Berdasarkan temuan mereka, Koskin dan Nguyen memberikan beberapa rekomendasi untuk UKM yang ingin mengimplementasikan teknologi Industri 4.0 dalam SCM mereka:
* Fokus pada area yang paling berdampak: UKM harus memprioritaskan implementasi teknologi di area-area yang menawarkan potensi pengembalian investasi (ROI) tertinggi. Misalnya, mereka dapat mulai dengan mengotomatiskan tugas-tugas rutin atau meningkatkan visibilitas inventaris.
* Membangun kemitraan strategis: UKM dapat bermitra dengan penyedia teknologi atau konsultan untuk mendapatkan akses ke keahlian dan sumber daya yang mereka butuhkan.
* Melatih karyawan: UKM harus berinvestasi dalam pelatihan karyawan untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi baru.
* Mengadopsi pendekatan bertahap: UKM harus mengimplementasikan teknologi Industri 4.0 secara bertahap, mulai dengan proyek-proyek kecil dan kemudian memperluasnya seiring waktu.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang
Penulis mengakui bahwa penelitian mereka memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini didasarkan pada data sekunder, yang mungkin tidak selalu akurat atau relevan. Kedua, penelitian ini hanya berfokus pada dua perusahaan besar (Amazon dan Walmart), sehingga temuan tersebut mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke semua perusahaan.
Untuk penelitian mendatang, Koskin dan Nguyen merekomendasikan untuk melakukan studi kasus yang lebih mendalam di berbagai UKM untuk memahami tantangan dan peluang implementasi Industri 4.0 secara lebih rinci. Mereka juga merekomendasikan untuk menyelidiki dampak teknologi Industri 4.0 lainnya, seperti blockchain dan augmented reality, pada SCM.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, tesis "The Impact of Industry 4.0 on Supply Chain Management" memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang bagaimana teknologi Industri 4.0 mengubah SCM. Penelitian ini menyoroti potensi Industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi, visibilitas, dan ketahanan rantai pasok, tetapi juga mengakui tantangan yang terkait dengan implementasi teknologi baru. Rekomendasi yang diberikan oleh penulis dapat membantu UKM membuat keputusan yang lebih tepat mengenai investasi Industri 4.0 mereka.
Sumber Artikel: Koskin, V., & Nguyen, T. T. V. (2021). The Impact of Industry 4.0 on supply chain management. LAB University of Applied Sciences.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Disertasi doktoral Jaime Alberto Caballero Santin yang berjudul "Stunted Innovation: How Large Incumbent Companies Fail in the Era of Supply Chain Digitalization" menyoroti tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar dalam berinovasi di era digitalisasi rantai pasok. Penelitian ini menyelidiki bagaimana perusahaan-perusahaan mapan (incumbent) seringkali gagal memanfaatkan potensi penuh teknologi baru seperti Internet of Things (IoT) dan Robotic Process Automation (RPA) untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka.
Latar Belakang dan Motivasi Penelitian
Caballero Santin memulai dengan mengidentifikasi kesenjangan antara potensi digitalisasi rantai pasok dan implementasi aktualnya di banyak perusahaan besar. Motivasi penelitian ini berakar pada observasi bahwa meskipun teknologi seperti IoT dan RPA menawarkan peluang besar untuk meningkatkan visibilitas, efisiensi, dan responsivitas rantai pasok, banyak perusahaan kesulitan untuk mengadopsi dan mengintegrasikan teknologi ini secara efektif.
Penelitian ini relevan karena digitalisasi rantai pasok menjadi semakin penting dalam lanskap bisnis modern. Perusahaan-perusahaan yang dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mengoptimalkan rantai pasok mereka memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Namun, banyak perusahaan besar yang terhambat oleh struktur organisasi yang kompleks, proses yang usang, dan budaya yang resisten terhadap perubahan.
Kerangka Teoretis
Disertasi ini dibangun di atas kerangka teoretis yang menggabungkan konsep-konsep dari manajemen rantai pasok, integrasi rantai pasok, Industri 4.0, dan adopsi teknologi. Caballero Santin membahas bagaimana integrasi rantai pasok yang efektif memerlukan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak yang terlibat, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Dia juga menjelaskan bagaimana teknologi seperti IoT dan RPA dapat memfasilitasi integrasi ini dengan menyediakan visibilitas yang lebih baik, otomatisasi proses, dan pengambilan keputusan yang lebih cepat.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif untuk menyelidiki bagaimana perusahaan-perusahaan besar mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi digital dalam rantai pasok mereka. Caballero Santin melakukan serangkaian studi kasus mendalam di berbagai perusahaan di berbagai industri. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan para manajer dan karyawan, observasi langsung, dan analisis dokumen perusahaan.
Temuan Penelitian Utama
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan-perusahaan besar seringkali mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi digital karena adanya hambatan organisasi dan budaya. Misalnya, perusahaan mungkin memiliki struktur organisasi yang hierarkis dan silo-silo fungsional yang menghambat kolaborasi dan berbagi informasi. Selain itu, perusahaan mungkin memiliki budaya yang resisten terhadap perubahan dan kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengimplementasikan teknologi baru.
Studi ini juga menyoroti pentingnya kepemimpinan dan dukungan manajemen dalam memfasilitasi adopsi teknologi digital. Perusahaan-perusahaan yang berhasil mengimplementasikan teknologi baru seringkali memiliki pemimpin yang visioner dan berkomitmen yang dapat mengartikulasikan manfaat dari teknologi tersebut dan menginspirasi karyawan untuk menerimanya. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini seringkali menyediakan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan untuk membantu karyawan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi baru.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Disertasi ini mencakup beberapa studi kasus yang menggambarkan tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar dalam mengadopsi teknologi digital. Berikut adalah beberapa contoh:
* Studi Kasus IoT: Sebuah perusahaan manufaktur besar mencoba mengimplementasikan sistem pemantauan berbasis IoT untuk melacak kinerja peralatan mereka dan mengidentifikasi potensi masalah sebelum terjadi. Namun, perusahaan tersebut menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan data sensor dengan sistem TI yang ada dan kurangnya keterampilan analitis untuk menginterpretasikan data tersebut. Akibatnya, proyek tersebut mengalami penundaan dan biaya yang berlebihan.
* Studi Kasus RPA: Sebuah perusahaan jasa keuangan mencoba mengotomatiskan beberapa proses back-office mereka menggunakan RPA. Perusahaan tersebut berhasil mengotomatiskan beberapa tugas rutin, tetapi menghadapi kesulitan dalam mengotomatiskan proses yang lebih kompleks yang memerlukan pengambilan keputusan dan penilaian manusia. Akibatnya, perusahaan tersebut tidak dapat mencapai penghematan biaya dan peningkatan efisiensi yang diharapkan.
* Studi Kasus Sensorisasi Rantai Pasok: Sebuah perusahaan ritel besar mengembangkan sistem pemantauan pemasok (SMS) untuk meningkatkan visibilitas dan pengendalian kualitas dalam rantai pasok mereka. Sistem ini menggunakan sensor untuk melacak lokasi dan kondisi produk selama pengiriman. Hasilnya, perusahaan tersebut dapat mengurangi kehilangan dan kerusakan produk, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi biaya rantai pasok. Perusahaan melaporkan penurunan biaya sebesar 15% berkat implementasi sistem ini.
Implikasi Teoretis dan Manajerial
Penelitian ini memiliki implikasi teoretis dan manajerial yang signifikan. Secara teoretis, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi digital di perusahaan-perusahaan besar. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan konteks organisasi dan budaya dalam mengelola inovasi teknologi.
Secara manajerial, penelitian ini memberikan panduan praktis bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka. Caballero Santin merekomendasikan bahwa perusahaan-perusahaan harus fokus pada membangun budaya inovasi, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan karyawan, dan memfasilitasi kolaborasi antara berbagai pihak yang terlibat. Dia juga menekankan pentingnya kepemimpinan dan dukungan manajemen dalam memimpin inisiatif digitalisasi.
Keterbatasan dan Penelitian Mendatang :
Caballero Santin mengakui bahwa penelitiannya memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini didasarkan pada studi kasus di sejumlah perusahaan tertentu, sehingga temuan tersebut mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke semua perusahaan besar. Kedua, penelitian ini berfokus pada teknologi tertentu (IoT dan RPA), sehingga mungkin tidak mencakup semua aspek digitalisasi rantai pasok.
Untuk penelitian mendatang, Caballero Santin merekomendasikan untuk melakukan studi kuantitatif yang lebih besar untuk menguji validitas temuan kualitatifnya. Dia juga merekomendasikan untuk menyelidiki dampak teknologi digital lainnya, seperti kecerdasan buatan dan blockchain, pada rantai pasok.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, disertasi "Stunted Innovation: How Large Incumbent Companies Fail in the Era of Supply Chain Digitalization" memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar dalam mengadopsi teknologi digital dalam rantai pasok mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan konteks organisasi dan budaya dalam mengelola inovasi teknologi dan memberikan panduan praktis bagi perusahaan-perusahaan yang ingin berhasil dalam era digitalisasi.
Sumber Artikel: Caballero Santin, J. (2022). Stunted Innovation: How large incumbent companies fail in the era of supply chain digitalization. [Doctoral Thesis, Erasmus University Rotterdam].
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam era digital, industri tekstil menghadapi tantangan besar dalam mengadaptasi teknologi modern ke dalam rantai pasokan mereka. Digitalisasi menawarkan berbagai keuntungan, termasuk peningkatan efisiensi, transparansi, dan fleksibilitas. Paper ini mengeksplorasi dampak digitalisasi dalam manajemen rantai pasokan tekstil, membandingkan sistem tradisional dengan model digital yang lebih canggih, serta menganalisis studi kasus dari perusahaan tekstil global.
Perubahan Digital dalam Rantai Pasokan Tekstil
1. Model Tradisional vs. Model Digital
Sebelum digitalisasi, rantai pasokan tekstil mengandalkan sistem manual dan proses yang panjang, yang sering menyebabkan keterlambatan produksi dan distribusi. Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 40% perusahaan tekstil telah mengadopsi sistem digital secara penuh.
Keunggulan model digital dibandingkan tradisional:
2. Studi Kasus: Digitalisasi dalam Industri Tekstil
Studi Kasus 1: Implementasi AI dan IoT dalam Produksi
Sebuah perusahaan tekstil di Jerman mengadopsi Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) untuk mengoptimalkan rantai pasokan mereka. Hasilnya:
Studi Kasus 2: Digitalisasi dalam Manajemen Logistik
Sebuah perusahaan di Tiongkok menerapkan blockchain untuk transparansi logistik:
🔹 Efisiensi transportasi meningkat 35%, mengurangi keterlambatan pengiriman.
🔹 Keamanan rantai pasokan meningkat, mengurangi kasus pemalsuan produk hingga 20%
3. Tantangan dalam Implementasi Digitalisasi
Walaupun memiliki banyak manfaat, digitalisasi menghadapi beberapa hambatan:
4. Implikasi dan Rekomendasi
Kesimpulan
Digitalisasi memberikan peluang besar bagi industri tekstil untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing global. Namun, tantangan seperti biaya tinggi dan kurangnya tenaga ahli perlu diatasi dengan strategi yang tepat. Paper ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana perusahaan dapat mengadopsi teknologi baru secara efektif.
Sumber Artikel: Ali, W., & Tariq, A. (2022). How Mobility through digitalization in supplychain are changing the dynamics of business: thesis based on Research Questions.
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Supply Chain Management 4.0 (SCM 4.0) semakin menjadi fokus utama dalam dunia bisnis seiring dengan perkembangan digitalisasi. Penelitian yang dibahas dalam paper ini menyoroti bagaimana teknologi seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), dan Blockchain berperan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Paper ini mengkaji 387 artikel dari tahun 1994 hingga 2021 untuk menganalisis tren, tantangan, dan manfaat digitalisasi dalam supply chain.
Digitalisasi dalam Supply Chain Management: Sebuah Tren Global
Dalam kurun waktu 2016–2021, terjadi lonjakan signifikan dalam penelitian SCM 4.0, dengan 85,23% dari publikasi terkait muncul di periode ini. Digitalisasi memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan rantai pasokan melalui pemantauan real-time, otomatisasi proses, dan pengambilan keputusan berbasis data.
Studi Kasus & Statistik dalam Implementasi SCM 4.0
1. Lonjakan Publikasi dan Minat Akademik
2. Teknologi yang Mendorong Digitalisasi SCM 4.0
Berdasarkan analisis bibliometrik, teknologi berikut memiliki dampak besar pada rantai pasokan:
3. Manfaat Implementasi SCM 4.0
Paper ini mengidentifikasi beberapa manfaat utama digitalisasi supply chain:
Tantangan dalam Implementasi SCM 4.0
Meskipun banyak keuntungan, penelitian ini juga mengungkap beberapa hambatan dalam digitalisasi supply chain:
🚨 Kurangnya Integrasi Sistem → Banyak perusahaan masih menggunakan sistem lama yang tidak kompatibel.
🚨 Tingginya Biaya Implementasi → Infrastruktur digital memerlukan investasi besar.
🚨 Keamanan Siber → Rantai pasokan digital rentan terhadap serangan siber.
Kesimpulan & Rekomendasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa SCM 4.0 memberikan peluang besar dalam meningkatkan efisiensi bisnis. Namun, implementasi yang sukses memerlukan strategi yang matang, terutama dalam hal investasi teknologi, pelatihan tenaga kerja, dan manajemen risiko siber. Untuk masa depan, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai integrasi SCM 4.0 dalam berbagai industri seperti otomotif, pangan, dan fashion.
Sumber Artikel: European Journal of Business and Management Research, Vol 7 | Issue 1 | January 2022 (DOI: 10.24018/ejbmr.2022.7.1.1246)
Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Dalam era digitalisasi industri yang semakin pesat, implementasi teknologi Supply Chain 4.0 (SC4.0) menjadi kunci keunggulan kompetitif perusahaan modern. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Alhalalmeh dari Al-Balqa Applied University, Jordania ini mengungkap bagaimana teknologi seperti Big Data dan Internet of Things (IoT) memberikan dampak signifikan terhadap hasil strategis rantai pasok.
Latar Belakang dan Urgensi Penelitian
Industri 4.0 telah menarik perhatian besar dari kalangan akademisi dan praktisi. Penerapannya dalam konteks rantai pasok melahirkan konsep Supply Chain 4.0 - sebuah pendekatan transformatif yang memanfaatkan teknologi disruptif untuk mengoptimalkan proses dan konektivitas rantai pasok.
Studi ini fokus pada dua teknologi utama SC4.0:
1. Big Data Analytics (BDA) : Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data kompleks skala besar yang tidak dapat diproses menggunakan aplikasi tradisional.
2. Internet of Things (IoT) : Jaringan perangkat fisik yang terhubung secara digital untuk memungkinkan sensing, monitoring, dan interaksi dalam rantai pasok.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif melalui survei terhadap 211 karyawan dari perusahaan konstruksi di Jordania. Dari total kuesioner yang didistribusikan:
- 183 kuesioner dikembalikan
- 21 kuesioner tidak lengkap dan dieksklusi
- 162 kuesioner valid digunakan untuk analisis data
Data dianalisis menggunakan SmartPLS 3.0 dengan pengujian reliabilitas (Cronbach's alpha > 0.70) dan validitas (factor loadings > 0.50).
Temuan Utama
1. Dampak Big Data terhadap Hasil Strategis
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dan signifikan Big Data terhadap hasil strategis SC4.0 (β = 0.335, t = 3.99, P = 0.00). Manfaat Big Data mencakup:
- Peningkatan responsivitas terhadap perubahan pasar
- Pengembangan hubungan pelanggan yang lebih baik
- Optimalisasi kualitas produk dan layanan
- Peningkatan fleksibilitas dan ketangkasan rantai pasok
2. Dampak IoT terhadap Hasil Strategis
IoT juga menunjukkan pengaruh positif dan signifikan (β = 0.327, t = 3.60, P = 0.00) dengan kontribusi dalam:
- Pelacakan real-time proses dan produk
- Optimalisasi operasi pergudangan
- Peningkatan efisiensi manufaktur
- Manajemen transportasi yang lebih baik
3. Model Fit dan Validitas
Penelitian menunjukkan hasil model fit yang baik dengan:
- SRMR: 0.057 (kriteria < 0.08)
- NFI: 0.923 (mendekati 1)
- RMS Theta: 0.10 (kriteria < 0.12)
Implikasi Praktis
1. Bagi Perusahaan :
- Pentingnya mengintegrasikan teknologi Industri 4.0 ke dalam rantai pasok
- Fokus pada pengembangan kapabilitas analisis big data
- Investasi dalam infrastruktur IoT untuk optimalisasi operasional
2. Bagi Industri Konstruksi :
- Peluang transformasi digital dalam manajemen proyek
- Peningkatan efisiensi dan transparansi rantai pasok
- Optimalisasi penggunaan sumber daya
Keterbatasan dan Rekomendasi
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan:
1. Fokus pada industri konstruksi di Jordania
2. Penggunaan sampel cross-sectional
3. Hanya menganalisis dua teknologi SC4.0
Rekomendasi untuk penelitian mendatang:
- Eksplorasi sektor industri lain
- Penggunaan sampel longitudinal
- Analisis teknologi SC4.0 lainnya
- Investigasi dampak terhadap ketahanan rantai pasok
Kesimpulan
Studi ini memberikan bukti empiris bahwa teknologi SC4.0, khususnya Big Data dan IoT, memiliki peran crucial dalam mencapai hasil strategis rantai pasok. Temuan ini menegaskan pentingnya transformasi digital dalam meningkatkan daya saing dan efisiensi operasional perusahaan.
Sumber:
Alhalalmeh, M. (2022). The impact of supply chain 4.0 technologies on its strategic outcomes. Uncertain Supply Chain Management 10 (2022) 1203–1210. © 2022 Growing Science Ltd. All rights reserved. doi: 10.5267/j.uscm.2022.8.008