Pemulihan Sumber Daya: Pengertian dan Sumber Pemulihan

Dipublikasikan oleh Dias Perdana Putra

02 Mei 2024, 09.22

Sumber: en.wikipedia.org

Pemulihan sumber daya

Pemulihan sumber daya melibatkan penggunaan limbah sebagai bahan masukan untuk menciptakan produk berharga sebagai keluaran baru. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, mengurangi kebutuhan ruang TPA, dan mengoptimalkan nilai yang diperoleh dari limbah. Pemulihan sumber daya membantu menunda penggunaan bahan mentah baru dalam proses produksi. Bahan yang terdapat dalam limbah padat kota, limbah konstruksi dan pembongkaran, limbah komersial, dan limbah industri dapat dimanfaatkan untuk memulihkan sumber daya untuk pembuatan bahan dan produk baru. Contoh bahan yang sering dimanfaatkan dari limbah termasuk plastik, kertas, aluminium, kaca, dan logam.

Pemulihan sumber daya bukan hanya tentang pengelolaan limbah, tetapi juga merupakan bagian dari konsep ekonomi sirkular. Dalam ekonomi sirkular, ekstraksi sumber daya alam dan produksi limbah diminimalkan, sementara bahan dan produk didesain agar lebih berkelanjutan, tahan lama, dapat digunakan kembali, dapat diperbaiki, diproduksi ulang, dan didaur ulang. Analisis siklus hidup (LCA) digunakan untuk membandingkan potensi pemulihan sumber daya dari berbagai teknologi pengolahan limbah.

Selain itu, pemulihan sumber daya juga dapat menjadi tujuan dalam konteks sanitasi. Di sini, istilah tersebut mengacu pada pendekatan untuk memulihkan sumber daya yang terkandung dalam air limbah dan kotoran manusia (urin dan feses). Konsep ini juga dikenal sebagai sanitasi ekologis, di mana sumber daya seperti unsur hara (nitrogen dan fosfor), bahan organik, energi, dan air diambil kembali dan dimanfaatkan. Pemisahan aliran limbah, seperti memisahkan urin dari feses dan memisahkan greywater dan blackwater, dapat mempermudah pemulihan sumber daya dalam konteks sanitasi.

Sumber Pemulihan

Pemulihan sumber daya dapat dicapai melalui berbagai langkah, termasuk perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, pengembangan infrastruktur ekonomi sirkular seperti peningkatan infrastruktur untuk pemisahan dan pengumpulan sampah, serta promosi penggunaan kembali dan daur ulang. Model bisnis sirkular yang inovatif juga menjadi salah satu pendekatan penting dalam pemulihan sumber daya, di mana nilai bahan dan produk dinilai tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari aspek biaya dan manfaat sosial serta lingkungan.

Contoh implementasi praktis dari pemulihan sumber daya termasuk pengolahan bahan organik melalui pengomposan dan pencernaan anaerobik untuk menghasilkan energi, kompos, atau pupuk. Selain itu, limbah yang biasanya disimpan di tempat pembuangan sampah industri atau di sekitar tambang lama dapat diolah menggunakan metode seperti bioleaching dan rekayasa nanopartikel untuk memulihkan logam seperti litium, kobalt, dan vanadium. Logam-logam ini kemudian dapat digunakan dalam teknologi rendah karbon seperti kendaraan listrik dan turbin angin.

Namun, terdapat beberapa faktor pembatas dalam pemulihan sumber daya, salah satunya adalah hilangnya bahan mentah yang tidak dapat diperbaiki karena peningkatan entropi dalam model bisnis linier yang dominan saat ini. Entropi meningkat sepanjang siklus hidup suatu produk, mulai dari produksi limbah dalam manufaktur hingga proses penggunaan dan akhirnya pembuangan sampah. Dampak peningkatan entropi ini membuat potensi pemulihan sumber daya semakin terbatas. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong pengembangan infrastruktur ekonomi sirkular dan model bisnis yang lebih berkelanjutan.

Limbah padat

Daur ulang merupakan praktik pemulihan sumber daya yang melibatkan pengumpulan dan penggunaan kembali bahan-bahan bekas untuk membuat produk baru. Bahan dari barang bekas tersebut dapat diproses kembali menjadi produk baru, yang membantu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Bahan-bahan untuk didaur ulang biasanya dikumpulkan secara terpisah dari sampah umum menggunakan tempat sampah khusus dan kendaraan pengumpul, atau disortir langsung dari aliran sampah campuran.

Beberapa contoh produk konsumen yang paling umum didaur ulang meliputi aluminium (seperti kaleng minuman), tembaga (seperti kawat), baja (seperti kaleng makanan dan aerosol), plastik polietilen dan PET (seperti botol minuman), kaca (seperti botol dan stoples), kertas (seperti koran, majalah, dan kertas tipis), serta karton dan kotak papan bergelombang.

Beberapa jenis plastik lainnya seperti PVC, LDPE, PP, dan PS juga dapat didaur ulang. Namun, daur ulang produk yang lebih kompleks seperti komputer dan peralatan elektronik cenderung lebih sulit karena memerlukan proses pembongkaran dan pemisahan tambahan.

Perlu dicatat bahwa jenis bahan daur ulang yang diterima dapat bervariasi menurut kota dan negara. Setiap wilayah biasanya memiliki program daur ulang yang berbeda-beda yang mampu menangani berbagai jenis bahan daur ulang. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami program daur ulang yang berlaku di daerah mereka agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam praktik daur ulang.

Air limbah dan kotoran

Sumber daya berharga dapat diperoleh dari air limbah, lumpur limbah, lumpur tinja, dan kotoran manusia. Ini termasuk air, energi, dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium, serta unsur hara mikro lainnya seperti belerang dan bahan organik. Saat ini, semakin banyak minat dalam memulihkan bahan mentah lain dari air limbah, seperti bioplastik dan logam seperti perak. Dahulu, sistem air limbah hanya dirancang untuk menghilangkan kotoran dan air limbah dari daerah perkotaan, seringkali dibuang ke badan air terdekat. Namun, sejak tahun 1970-an, ada peningkatan minat dalam mengolah air limbah untuk melindungi lingkungan, dengan fokus pada pembersihan air di ujung pipa.

Kemudian, sekitar tahun 2003, muncul konsep sanitasi ekologis dan sanitasi berkelanjutan yang menekankan pada pemulihan sumber daya dari air limbah. Istilah "sumber daya toilet" mulai digunakan pada tahun 2016, yang mendorong perhatian lebih lanjut terhadap potensi pemulihan sumber daya dari toilet.

Ada beberapa sumber daya yang dapat dipulihkan dari air limbah. Pertama adalah air, terutama di daerah yang kekurangan air, di mana ada tekanan untuk menggunakan kembali air limbah. Banyak pemerintah pusat memiliki regulasi mereka sendiri tentang penggunaan air hasil pemulihan. Misalnya, Singapura bertujuan untuk memulihkan cukup air dari sistem air limbahnya untuk memenuhi setengah kebutuhan air kota dengan program yang mereka sebut NEWater.

Selanjutnya adalah energi. Produksi biogas dari lumpur air limbah kini menjadi praktik umum di instalasi pengolahan air limbah. Ada juga metode lain yang sedang diteliti untuk menggunakan lumpur dan kotoran air limbah sebagai sumber bahan bakar.

Terakhir, nutrisi pemupukan juga dapat dipulihkan dari air limbah. Kotoran manusia mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertanian, seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur hara mikro lainnya. Namun, penggunaan kembali lumpur limbah memiliki risiko karena mengandung senyawa tidak diinginkan seperti logam berat dan polutan farmasi. Oleh karena itu, metode sedang dikembangkan untuk memisahkan kotoran dari air limbah sebelum mengambil nutrisi pemupukan. Metode lain juga sedang diusulkan untuk mengubah air limbah menjadi produk yang berguna, seperti menumbuhkan lalat tentara hitam pada kotoran atau sampah organik untuk menghasilkan larva sebagai pakan protein, atau memanen asam lemak dari air limbah untuk membuat bioplastik.

Bahan organik

Bahan-bahan buangan yang bersifat organik, seperti sisa tanaman, sisa makanan, dan produk kertas, dapat dimanfaatkan kembali melalui proses pengomposan biologis dan pencernaan. Proses ini bertujuan untuk memecah bahan organik menjadi kompos yang dapat digunakan kembali sebagai pupuk atau mulsa untuk pertanian atau lansekap. Selain itu, gas yang dihasilkan selama proses, seperti metana, dapat ditangkap dan digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas, meningkatkan efisiensi energi. Metode dan teknologi pengomposan dan pencernaan bervariasi dari skala rumah tangga hingga skala industri, dengan menggunakan metode aerobik dan anaerobik, atau bahkan gabungan keduanya.

Pencernaan anaerobik terhadap fraksi organik sampah kota telah terbukti lebih ramah lingkungan dibandingkan metode lain seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA), insinerasi, atau pirolisis. Analisis Siklus Hidup (LCA) digunakan untuk membandingkan efisiensi berbagai teknologi. Biogas yang dihasilkan harus dimanfaatkan untuk kogenerasi listrik dan panas, yang sebaiknya dilakukan di tempat produksi untuk memaksimalkan efisiensi. Selain itu, biogas juga dapat diolah menjadi gas alam sintetis atau hidrogen untuk digunakan dalam sel bahan bakar, mengurangi polusi dari pembakaran. Metode pengomposan dan pencernaan ini memiliki berbagai kompleksitas dan skala, mulai dari pengomposan rumahan hingga pengolahan limbah rumah tangga dalam skala industri.

Limbah industri

Valorisasi limbah, yang juga dikenal sebagai penggunaan kembali yang bermanfaat atau pemulihan nilai limbah, adalah proses di mana limbah atau sisa dari suatu proses ekonomi diberi nilai tambah atau nilai ekonomi dengan cara menggunakan kembali atau mendaur ulang untuk menghasilkan bahan yang berguna secara ekonomi. Istilah ini banyak digunakan dalam konteks manufaktur, ekonomi berkelanjutan, ekologi industri, dan pengelolaan limbah. Valorisasi limbah sering terjadi dalam industri, di mana limbah atau sisa dari pembuatan atau pengolahan suatu produk digunakan sebagai bahan mentah atau bahan baku energi untuk proses industri lainnya.

Dalam sejarahnya, banyak proses industri memandang produk limbah sebagai sesuatu yang harus dibuang, yang sering kali menyebabkan polusi industri jika tidak ditangani dengan baik. Namun, dengan meningkatnya regulasi terkait limbah dan perubahan dalam paradigma ekonomi dan sosial, seperti pengenalan konsep pembangunan berkelanjutan dan ekonomi sirkular pada tahun 1990-an dan 2000-an, fokus industri beralih untuk memulihkan sumber daya ini sebagai bahan yang memiliki nilai tambah. Para akademisi juga mulai mencari nilai ekonomi dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri, seperti dengan mengembangkan produk non-kayu dari hasil hutan untuk mendukung prinsip konservasi.

Metode pemulihan

Australia

Di Australia, rumah tangga biasanya dilengkapi dengan beberapa tempat sampah yang berbeda: satu untuk daur ulang (biasanya berwarna kuning), satu untuk sampah umum (biasanya berwarna merah), dan satu lagi khusus untuk bahan-bahan berkebun (berwarna hijau). Pemerintah kota biasanya menyediakan tempat sampah daur ulang taman jika diminta oleh warga. Beberapa wilayah juga menerapkan sistem daur ulang ganda, di mana kertas dikumpulkan secara terpisah dari material lainnya dalam tas atau kotak khusus, sedangkan semua bahan lainnya dapat ditempatkan dalam tempat sampah daur ulang. Setelah dikumpulkan, material yang telah didaur ulang kemudian diangkut ke fasilitas pemulihan material untuk diproses lebih lanjut.

Puing-puing dari kota, bisnis, industri, serta limbah konstruksi dan pembongkaran biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah, tetapi beberapa di antaranya juga didaur ulang. Bahan-bahan limbah rumah tangga biasanya dipisahkan: bahan yang dapat didaur ulang disortir dan diolah kembali menjadi produk baru, sementara bahan yang tidak dapat digunakan dikirimkan ke tempat pembuangan sampah. Menurut Biro Statistik Australia (ABS), tingkat daur ulang meningkat secara signifikan, dengan 99% rumah tangga melaporkan bahwa mereka telah mendaur ulang atau menggunakan kembali barang-barang dalam satu tahun terakhir (berdasarkan survei tahun 2003), dibandingkan dengan 85% pada tahun 1992. Pada tahun 2002-2003, sekitar 30% material dari kota, 45% dari sektor komersial dan industri, dan 57% dari puing-puing konstruksi dan pembongkaran berhasil didaur ulang. Selain itu, energi juga diproduksi sebagai bagian dari upaya pemulihan sumber daya: sebagian gas dari tempat pembuangan sampah digunakan untuk pembangkit listrik atau sebagai bahan bakar, meskipun langkah ini dianggap sebagai upaya terakhir, karena tujuan utama pemulihan sumber daya adalah untuk mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Keberlanjutan

Pemulihan sumber daya menjadi komponen kunci dalam upaya bisnis untuk mempertahankan akreditasi ISO14001. Perusahaan didorong untuk terus meningkatkan efisiensi lingkungannya setiap tahunnya. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan mengubah sistem manajemen limbah menjadi sistem pemulihan sumber daya, seperti melalui praktik daur ulang untuk material seperti kaca, sisa makanan, kertas dan karton, botol plastik, dan sebagainya.

Pendidikan dan kesadaran mengenai pentingnya pemulihan sumber daya semakin meningkat dari perspektif pengelolaan sumber daya secara global. Deklarasi Talloires merupakan pernyataan komitmen terhadap keberlanjutan yang mengkhawatirkan tentang tingkat dan kecepatan degradasi lingkungan serta penipisan sumber daya alam. Polusi udara, akumulasi limbah beracun, kerusakan ekosistem, penipisan lapisan ozon, dan emisi gas rumah kaca semuanya mengancam kelangsungan hidup manusia dan keberagaman hayatinya. Beberapa universitas telah mengadopsi Deklarasi Talloires dengan mengembangkan program-program pengelolaan lingkungan dan pemulihan sumber daya. Pendidikan di perguruan tinggi dan lembaga kejuruan didukung oleh berbagai organisasi, seperti WAMITAB dan Chartered Institution of Wastes Management. Di samping itu, banyak supermarket mendorong pelanggan untuk mengembalikan wadah bekas dengan menyediakan mesin penjual otomatis untuk daur ulang, dengan merek seperti Tomra dan Envipco.

Pada tahun 2010, CNBC menyiarkan film dokumenter berjudul "Trash Inc: The Secret Life of Garbage" yang membahas tentang sampah, dampaknya jika dibuang, dan implikasinya terhadap lingkungan. Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) pada tahun 2015, di antaranya SDG 12 untuk "konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab", yang mengukur kemajuan dalam menangani timbulan sampah makanan dan bahan kimia.

Konsep tanggung jawab produsen yang diperluas (EPR) adalah strategi penetapan harga yang mendorong perusahaan untuk memperhitungkan semua biaya yang terkait dengan produk sepanjang siklus hidupnya. Dengan menerapkan EPR, produsen bertanggung jawab atas seluruh siklus hidup produk, mulai dari produksi hingga pembuangan atau penggunaan kembali. Hal ini bertujuan untuk memberikan akuntabilitas penuh terhadap produk sepanjang masa pakainya, sehingga mengurangi dampak lingkungan dan mendorong praktik bisnis yang bertanggung jawab.

Disadur dari: en.wikipedia.org