Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025
Sumber daya air telah menjadi aspek yang paling penting bagi manusia untuk hidup. Bagaimana jika ada daerah yang mengalami kelangkaan air? Bagaimana kehidupan mereka? Menurut Guru Besar Fakultas Teknik UGM, Prof. KMT. Sunjoto Kusumosanyoto Dip, HE. DEA, kelangkaan sumber daya air telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Daerah-daerah tersebut mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan airnya, kurang lebih sekitar 1.500-2.000 liter per hari per kapita. Kebutuhan air dalam konteks ini mengacu pada konsumsi manusia, termasuk pertanian dan peternakan sebagai sumber daya pangan.
"Beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara kekurangan sumber daya air. Tidak semua daerah, memang, tapi tingkat kekurangannya sangat besar," jelasnya, Kamis (25/3).
Sejalan dengan masalah ini, Papua merupakan salah satu daerah dengan sumber daya air yang melimpah karena faktor jumlah penduduk yang sedikit, wilayah yang luas, dan curah hujan yang tinggi. Jawa dan Bali merupakan daerah dengan curah hujan yang tinggi, namun karena jumlah penduduknya yang cukup banyak, hal ini berpengaruh pada ketersediaan sumber daya air.
"Hal ini harus menjadi perhatian besar. Namun bukan berarti daerah lain tidak perlu diperhatikan," tambah Sunjoto.
Pria yang pernah meraih Kalpataru sebagai Pembina Lingkungan Hidup melalui temuannya tentang rumus perhitungan dimensi Hisapan Air Hujan ini menyebutkan bahwa masalah ini belum tersentuh atau bahkan terdengar oleh masyarakat yang selama ini tinggal di daerah yang memiliki sumber daya air yang mencukupi. Sebaliknya, hal ini menjadi masalah besar yang membuat sebagian masyarakat yang tinggal di daerah sulit air menjadi khawatir.
Ketersediaan sumber daya air di bawah permukaan bumi dalam ruang pori-pori tanah semakin berkurang dari waktu ke waktu. Bahkan air yang kita gunakan saat ini seharusnya merupakan air untuk generasi berikutnya.
"Tanpa sadar kita telah menggunakan sumber daya air yang seharusnya untuk generasi penerus kita," ujar Sunjoto.
Sunjoto mengungkapkan bahwa perlu untuk menghidupkan kembali sumber daya air menjadi kapasitas yang melimpah, meskipun cukup menantang. Metode konstruktif dan vegetatif harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Pada metode vegetatif, reboisasi perlu dilakukan pada kawasan yang berbasis hutan. Namun, hal tersebut telah bergeser secara fungsional karena tidak ada lagi proses vegetasi. Selain itu, kita juga harus peduli untuk menanam pohon di lahan-lahan kosong yang tersebar di berbagai daerah untuk meningkatkan kapasitas resapan tanah.
"Bagi saya, metode vegetasi masih yang terbaik. Kita bisa melakukan penghijauan di mana saja, bahkan di lahan-lahan kosong di pinggir jalan," jelas Sunjoto.
Di sisi lain, dengan metode konstruktif, kita bisa mulai membangun sistem peresapan air hujan, baik dalam bentuk sumur resapan, parit resapan, maupun taman resapan.
"Beberapa rumah seharusnya sudah menyediakan sistem peresapan air hujan sehingga dapat menyerap air hujan yang jatuh ke halaman rumah. Upaya ini mencegah air meluap ke jalan, dan persediaan air di dalam sumur pun akan lebih banyak," kata Sunjata.
Disadur: ugm.ac.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025
Pasokan dan permintaan air bervariasi di Indonesia di beberapa pulau berdasarkan kepadatan penduduk. Pasokan air tawar melimpah di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua, yang jumlah penduduknya lebih sedikit. Sebaliknya, Pulau Jawa yang padat penduduknya menghadapi kelangkaan air karena rendahnya akses terhadap air ledeng dan polusi yang meluas. Selain itu, kebutuhan irigasi meningkatkan tekanan air selama musim kemarau di wilayah Jawa. Pola curah hujan yang tidak teratur dan musim kemarau yang berkepanjangan telah dipicu oleh deforestasi yang ekstensif di negara ini. Deforestasi yang didorong oleh pertanian skala kecil dan industri kelapa sawit juga telah meningkatkan risiko banjir dan mengurangi kapasitas bendungan selama dekade terakhir. Menurut Fallen Mark Index untuk tekanan air, beberapa studi penelitian memperkirakan bahwa Jawa akan mengalami kelangkaan air absolut (476 cu.m/orang) pada tahun 2040.
Kegiatan pertambangan emas dan batu bara di sebagian besar provinsi, terutama di Jakarta, bertanggung jawab atas pencemaran sumber air permukaan dengan merkuri. Selain itu, manajemen sanitasi yang buruk, limpasan pertanian, akuakultur yang tidak diatur, dan limbah industri semakin menurunkan kualitas air yang menyebabkan eutrofikasi danau dan sungai. Sungai Citarum, sumber utama pasokan air rumah tangga, sangat tercemar oleh limbah industri dan logam berat. Polusi sungai dan periode kemarau yang berkepanjangan tidak hanya memengaruhi pasokan air kota tetapi juga mengurangi ketersediaan air untuk irigasi pertanian dan pembangkit listrik tenaga air. Selama kekeringan tahun 2019, keadaan darurat kekeringan telah ditetapkan di 75 unit administrasi sub-provinsi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Demikian pula, terjadi penyedotan air tanah yang berlebihan, yang mengakibatkan berkurangnya debit mata air dan penurunan permukaan air tanah hingga 50 meter di beberapa lokasi. Seiring dengan penyedotan air tanah untuk keperluan rumah tangga, kegiatan pariwisata dan perubahan tata guna lahan merupakan pendorong utama lainnya untuk menipisnya air tanah. Menipisnya air tanah telah mempercepat penurunan permukaan tanah, mendorong beberapa kota di Jawa semakin tenggelam 1 hingga 15 sentimeter setiap tahunnya. Sekitar setengah dari wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut dan saat ini dilindungi oleh tanggul laut yang besar. Selain itu, penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut juga menyebabkan intrusi air asin ke dalam akuifer pesisir, yang semakin menurunkan kualitas air dan membunuh kehidupan air. Air tanah asin telah ditemukan sejauh 10 km ke arah daratan di beberapa daerah.
Proyeksi perubahan iklim
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan kekeringan, memperparah kebakaran lahan gambut dan hutan, terutama selama tahun-tahun El Nino, sementara curah hujan secara keseluruhan menurun di beberapa bagian Jawa Timur dan Nusa Tenggara. Diperkirakan juga bahwa intensitas curah hujan musim hujan akan meningkatkan risiko banjir. Lebih dari 600 sungai di Indonesia memiliki risiko banjir yang tinggi, dan curah hujan yang tinggi diprediksi akan meningkat sebesar 15% dalam abad ini. Laju kenaikan permukaan air laut diproyeksikan akan berkisar antara 6 dan 12 mm per tahun, meningkatkan jumlah orang yang tinggal di bawah garis air pasang sebanyak lima hingga sepuluh kali lipat dari tingkat saat ini dan membuat puluhan juta orang terancam banjir.
Undang-undang utama, rencana pengembangan, dan implementasinya.
Undang-Undang Sumber Daya Air (UU No. 17) yang disahkan pada tahun 2019 mewajibkan sektor swasta untuk memiliki izin penggunaan air. Undang-undang ini menetapkan kontrol pemerintah pusat dan daerah serta otoritas regulasi untuk sumber daya air. Undang-undang ini mengatur penggunaan air komersial, irigasi, dan domestik. Fungsi-fungsi pengelolaan air seperti konservasi daerah aliran sungai, pengelolaan air tanah, mitigasi lingkungan, dan penegakan peraturan didistribusikan ke 18 kementerian, tetapi alokasi anggaran tidak mencukupi dan tidak sinkron. Sebagai contoh, kegiatan air permukaan dan air tanah tidak terintegrasi, yang menyebabkan penggunaan dana yang tersedia tidak efisien.
Selain itu, undang-undang, peraturan, dan proses perizinan di tingkat provinsi seringkali tidak ditegakkan secara seragam di kabupaten, terutama terkait pengelolaan sumber daya air terpadu (Integrated Water Resource Management/ IWRM) dan ekspansi kelapa sawit. Stasiun pemantauan, kualitas data, dan sistem untuk mengkonsolidasikan data masih kurang. Di Jakarta, dilaporkan bahwa pengambilan air tanah yang tidak terdaftar mencapai 50% lebih banyak dibandingkan dengan pengambilan air tanah yang terdaftar.
Kebijakan sumber daya air yang diuraikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 saat ini dirancang untuk menyeimbangkan konservasi dan pemanfaatan air, baik di hulu maupun di hilir, pemanfaatan air permukaan dan air tanah, serta permintaan dan penawaran air. Selain itu, kebijakan terkait air juga difokuskan pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk mengatasi banjir, kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut. Namun, saat ini, rencana tersebut telah memberikan hasil pembangunan yang buruk. Keberhasilan pelaksanaan rencana pembangunan membutuhkan sinkronisasi kegiatan pengelolaan air dan kolaborasi antara semua kabupaten, kementerian, dan sektor. Menjaga kesinambungan dalam memantau kegiatan pengelolaan air dan memungkinkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat memperkuat implementasi kebijakan air. Merancang target dan indikator berbasis kinerja dalam rencana tersebut yang dapat diterapkan secara komprehensif oleh lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat membantu mempercepat kegiatan pengelolaan air.
Upaya Indonesia untuk melakukan pengelolaan sumber daya air terpadu dan adaptasi iklim sejauh ini belum memberikan dampak yang relevan dan terukur.
Disadur: www.climatescorecard.org
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025
Mengingat krisis air tawar yang akan segera terjadi di calon Ibu Kota Nusantara (IKN), PDAM Danum Taka, perusahaan air minum daerah yang berkantor pusat di Kabupaten Penajam Paser Utara, telah meluncurkan sebuah cetak biru yang bertujuan untuk mengatasi masalah ini.
Sistem Penyediaan Air Minum Regional (SPAM) Mahakam muncul sebagai ujung tombak dari inisiatif strategis ini, yang diharapkan dapat menjadi jalur penyelamat bagi masyarakat yang kekurangan air di sekitar wilayah ibu kota.
Proyek SPAM, yang dirancang untuk menjangkau berbagai wilayah administratif dan memanfaatkan air Sungai Mahakam yang melimpah, merupakan momen penting dalam upaya mengurangi kelangkaan air yang melanda daerah-daerah seperti Kota Balikpapan dan Kutai Kartanegara. Abdul Rasyid, Direktur PDAM Danum Taka, menjelaskan pentingnya membangun sinergi daerah dalam mengelola sumber daya air yang berharga secara efisien.
Inti dari konstelasi infrastruktur SPAM adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang canggih di Samarinda, yang akan menjadi mercusuar bagi kecanggihan teknik modern. Selain itu, jaringan pipa yang menghubungkan Kutai Kartanegara, Balikpapan, dan Penajam Paser Utara akan berfungsi sebagai saluran arteri untuk mengalirkan air minum tanpa hambatan ke pelosok-pelosok kota yang luas.
Ruang lingkup yang diproyeksikan dari upaya transformatif ini mencakup perkiraan biaya investasi yang berkisar di angka Rp 1,5 triliun (US$94,9 juta), menggarisbawahi besarnya sumber daya keuangan yang diperlukan untuk mewujudkannya. Dengan kapasitas produksi WTP yang diperkirakan akan mencapai 1.000 liter per detik, keampuhan SPAM dalam meredakan krisis air yang sedang terjadi menjadi sangat penting.
Dalam upaya bersama untuk mendapatkan dukungan pemerintah dan menggalang kerja sama antarlembaga, PDAM Danum Taka dijadwalkan untuk mempresentasikan proposal SPAM yang komprehensif kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tanggal 25 Maret 2024. Musyawarah yang akan datang akan menandai babak baru dalam lanskap infrastruktur Indonesia, yang melambangkan komitmen kuat negara untuk mendorong pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan memastikan akses yang adil terhadap sumber daya air minum untuk semua.
Disadur dari: Indonesiabusinesspost.com
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025
2 Februari, adalah Hari Lahan Basah Sedunia. Lahan basah adalah lahan di mana air bertemu dengan tanah. Contoh lahan basah antara lain hutan bakau, lahan gambut, rawa, sungai, danau, delta, dataran banjir, sawah, dan terumbu karang. Lahan basah ada di setiap negara dan di setiap zona iklim, dari daerah kutub hingga daerah tropis. Bahkan daerah perkotaan pun memiliki lahan basah.
Jika diibaratkan, lahan basah seperti sistem pembuluh darah yang menghubungkan seluruh lanskap. Lahan basah sangat penting. Tanpa lahan basah, dunia akan kekurangan air. Lahan basah memenuhi kebutuhan air bersih. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan air pun meningkat dua kali lipat.
Lahan basah juga dapat diibaratkan sebagai spons raksasa yang dapat menyerap dan menyimpan air dari hujan lebat, kemudian melepaskannya perlahan-lahan ke lingkungan sekitar. Itulah mengapa lahan basah dapat mengurangi risiko banjir.
Salah satu contoh lahan basah di Indonesia adalah hutan rawa gambut di Taman Nasional Sebangau. Dengan total luas lahan mencapai 568.700 hektar, kawasan hutan rawa gambut di taman nasional ini merupakan yang terluas di dunia. Kawasan ini memiliki fungsi penting sebagai daerah tangkapan air dan mampu menyuplai kebutuhan air bersih bagi penduduk di sekitarnya. Kawasan ini juga merupakan rumah bagi orangutan Kalimantan. Ketika tata kelola air di lahan basah ini rusak, maka berbagai masalah pun muncul. Kebakaran hutan mudah terjadi di kawasan ini dan menyumbang polusi kabut asap. Dalam rangka menyelamatkan ekosistem gambut di Indonesia, Badan Restorasi Gambut (BRG) dan WWF-Indonesia bekerja sama untuk memperkuat pelaksanaan program restorasi gambut di lima Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang berada di empat provinsi, yaitu KHG Sungai (S). Mendahara-S. Batanghari di Jambi; KHG S. Siak Kecil-S. Rokan di Riau; KHG S. Kahayan-S. Sebangau dan KHG S. Katingan-S. Sebangau di Kalimantan Tengah; dan KHG S.Ambawang-S. Kubu di Kalimantan Barat.
Contoh jenis lahan basah lain yang juga menjadi fokus upaya konservasi WWF-Indonesia adalah daerah aliran sungai (DAS). Program penanaman pohon gencar dilakukan di daerah hulu. Dengan melakukan upaya restorasi di daerah aliran sungai, konservasi untuk keanekaragaman hayati, hutan, dan satwa payung juga dapat dilakukan karena ketiganya saling terkait. Selain itu, upaya pemantauan kualitas air secara rutin juga telah dan terus dilakukan oleh WWF-Indonesia di Sungai Subayang yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, Provinsi Riau.
Selama ini, daerah aliran sungai (DAS) hanya sering dilihat sebagai tempat mengalirnya air dari hulu ke hilir, hingga bermuara di pantai. Padahal, daerah aliran sungai merupakan suatu sistem ekologi dan hidrologi yang sangat kompleks yang mengandung berbagai sumber daya alam. DAS Kampar (Sub DAS Kampar Kanan), khususnya aliran air dari Sungai Kampar Kanan dan Sungai Batang Mahat, misalnya, merupakan sumber tenaga bagi turbin-turbin PLTA Koto Panjang.
Pada saat itu, Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar dibendung dengan tujuan sebagai sumber air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Proses pembangunan dan pengoperasiannya telah mengganggu ekosistem darat dan sungai. Untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem di lahan basah ini, WWF-Indonesia akan melakukan program restorasi hutan di sekitar bendungan untuk mengembalikan daerah tangkapan air yang rusak. Selain upaya restorasi hutan, WWF juga mendorong pendekatan Pengelolaan Sumber Daya Daerah Aliran Sungai Terpadu dan Berkelanjutan dalam pelaksanaan revitalisasi tersebut. WWF mendorong para pengelola PLTA untuk mengikuti praktik-praktik terbaik dalam operasionalnya dengan menerapkan Protokol Penilaian Keberlanjutan PLTA.
This World Wetlands Day moment reminds us of the importance of wetlands that are often forgotten. Wherever wetlands are located, whether in the middle of the forest, in the upper reaches of rivers, or in the middle of urban hustle and bustle, they all need to be cared for, maintained, and managed properly in an integrated manner so that we avoid the problem of water crisis (in various forms). Wetlands are precious and not something without meaning.
Disadur dari: www.wwf.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025
Pemerintah Indonesia telah melibatkan seluruh pemangku kepentingan untuk menyukseskan penyelenggaraan World Water Forum ke-10, termasuk para akademisi yang berperan penting dalam menciptakan solusi berbasis ilmu pengetahuan untuk berbagai tantangan terkait air.
Sejalan dengan komitmen tersebut, pada tanggal 29 Februari 2024, para dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan talkshow bertajuk "Road to the 10th World Water Forum Stadium General Chapter Yogyakarta".
Talkshow ini dihadiri oleh Direktur Sistem dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Birensrajana, Perwakilan Paguyuban Gajah Wong Purbudi Wahyuni, dan Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM Prof. Joko Sujono.
Turut hadir dalam acara tersebut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Gatut Bayuadji dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Era Nugraha Abdi. Kelima panelis memandu diskusi dengan tema "Membina Perdamaian dan Kesejahteraan melalui Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu: Tata Kelola Kolaboratif dan Risiko Bencana."
Sugeng, Wakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, menyatakan bahwa air sangat diperlukan dalam kehidupan. Oleh karena itu, penyediaan air bersih menjadi sangat penting, dan salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui Forum Air Dunia ke-10 yang dijadwalkan pada 18-25 Mei 2024 di Bali.
Meningkatkan layanan air minum
Birendrajana, sebagai pembicara utama, menyoroti bahwa kebutuhan air terus meningkat sementara ketersediaan air relatif tetap. Kondisi ini juga ditantang oleh perubahan iklim dan alih fungsi lahan.
Meskipun Indonesia memiliki sumber daya air permukaan yang melimpah dengan total 2,78 triliun meter kubik, namun distribusinya tidak merata. Selain itu, ketersediaan air yang ada belum sepenuhnya didukung oleh layanan air minum untuk konsumsi masyarakat.
"Oleh karena itu, sumber daya air perlu dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi agar tercapai sinergi dan keterpaduan antardaerah, antarsektor, dan antargenerasi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat," ujar Birendrajana.
Melalui Peraturan Presiden No. 90 Tahun 2016, Indonesia telah membentuk Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) untuk membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melayani kebutuhan air masyarakat.
Pemerintah juga telah menyelaraskan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 untuk mencapai 100% akses air minum dan sanitasi. Saat ini, cakupan layanan air minum telah mencapai 91,05%, dengan akses sanitasi meningkat 80,92%.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu
Joko Sujono menjelaskan konsep pengelolaan sumber daya air dan daerah aliran sungai terpadu. Beliau menekankan bahwa penyelesaian masalah degradasi DAS tidak dapat dilakukan secara parsial mengingat DAS merupakan sebuah sistem.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara umum daerah aliran sungai dibagi menjadi tiga bagian dengan fungsinya masing-masing: hulu, tengah, dan hilir. Bagian hulu berfungsi sebagai daerah resapan air dan harus diarahkan sebagai kawasan lindung. Sementara itu, bagian tengah berfungsi sebagai distribusi, dan bagian hilir sebagai zona pemanfaatan.
Setiap bagian dari DAS tersebut saling berhubungan, sehingga jika terjadi kerusakan maka seluruh sistem akan terganggu. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pengelolaan DAS secara terpadu antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Pengelolaan DAS terpadu bertujuan untuk menyelaraskan berbagai aspek pembangunan yang berdampak langsung terhadap sungai.
Pengelolaan DAS terpadu di Indonesia diwujudkan melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Lembaga ini merupakan unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR yang bertugas mengelola sumber daya air di dua wilayah sungai, yaitu Serayu-Bogowonto dan Progo-Opak-Serang.
Selanjutnya, Indonesia akan memamerkan keberhasilan pengelolaan DAS terpadu dalam program Citarum Harum di World Water Forum ke-10. Konferensi internasional ini akan menjadi tonggak bersejarah bagi masyarakat dunia dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bagi kehidupan.
Sebagai tuan rumah, Indonesia mengundang partisipasi berbagai pemangku kepentingan lintas negara untuk berdiskusi dan menghasilkan ide-ide nyata dan pemikiran inovatif dalam mengatasi tantangan terkait air. World Water Forum ke-10 ini diharapkan dapat menciptakan kolaborasi antar negara untuk mengatasi masalah air.
Disadur: wordwaterforum.org
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 21 Februari 2025
Berdasarkan definisi dalam Encyclopedia Britannica, pencemaran atau polusi air didefinisikan sebagai pelepasan zat ke dalam air dari berbagai sumber (air tanah permukaan, mata air, danau, sungai, laut, dan sebagainya) hingga melampaui batas aman dan mengganggu manfaat air maupun fungsi alami ekosistem air.
Senada dengan definisi tersebut, Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mengartikan pencemaran air sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air tersebut turun ke batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai peruntukannya. Jadi, beberapa fenomena yang terjadi secara alami akibat gunung meletus, pertumbuhan gulma secara pesat, badai, gempa bumi, serta gangguan alam lainnya tidak digolongkan sebagai penyebab pencemaran air.
Penyebab Pencemaran Air
Penyebab pencemaran yang merusak kualitas dan fungsi air wajib ditanggulangi secara serius. Berikut beberapa penyebab pencemaran air.
Waspada terhadap Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan masalah serius bagi lingkungan yang tak boleh dianggap remeh karena dapat menyebabkan beberapa dampak berbahaya, yaitu sebagai berikut.
Contoh Kasus Pencemaran Air di Indonesia
Mayoritas sumber air di tanah air telah mengalami masalah pencemaran air serius yang membutuhkan penanganan berkelanjutan. Salah satu contoh kasus pencemaran air yang sempat menghebohkan masyarakat adalah tercemarnya Sungai Citarum. Sungai yang mengalir di kawasan Jawa Barat tersebut dinobatkan sebagai salah satu sungai paling kotor di dunia pada tahun 2018 dengan Indeks Kualitas Air (IKA) sebesar 33,43 poin.
Sungai sepanjang 269 km tersebut mengalami masalah pencemaran yang parah karena banyak masyarakat dan pabrik di sekitar sungai yang membuang limbah serta sampah sembarangan. Lebih parahnya lagi, sebanyak 2.000 ton sampah melewati Sungai Citarum setiap harinya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun pemerintah pusat mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi masalah pencemaran air Sungai Citarum, salah satunya melalui program Citarum Harum yang langsung diprakarsai Presiden Joko Widodo tahun 2018.
Saat itu, sebanyak 1.700 personel militer dan 1.300 masyarakat lokal bahu-membahu mengangkat 80 ribu ton sampah Sungai Citarum. Proses penanaman 1,4 juta pohon di sekitar hulu sungai juga turut dilakukan demi memulihkan ekosistem. Proses penguraian limbah organik juga melibatkan penggunaan zat eco enzyme pada anak-anak sungai Citarum agar skala pencemarannya semakin menurun.
Segala upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil yang cukup baik. Perbaikan kondisi Sungai Citarum ditandai dengan peningkatan nilai IKA ke angka 55 poin yang termasuk ke dalam kategori cemar ringan pada tahun 2020. Jumlah bahan buangan (Chemical Oxygen Demand atau COD) di Sungai Citarum sudah berada dalam tahap aman. Sampah yang terdapat di sungai tersebut juga sudah berkurang hingga 42%. Proses susur sungai masih dilakukan hingga akhir tahun 2021 untuk mengevaluasi kondisi sungai Citarum secara keseluruhan.
Kegigihan pemerintah dan masyarakat dalam membenahi masalah pencemaran air Sungai Citarum harus dilakukan secara berkesinambungan dan menjadi contoh bagi penanganan sumber-sumber air lainnya. Harapannya, kondisi pencemaran air di Indonesia berangsur-angsur membaik dan kualitas air pun kembali meningkat.
Pencemaran air juga bisa terjadi di lingkungan sekitar rumah Anda. Jika air sumur atau air dari keran Anda berbau dan keruh, maka ini juga merupakan indikasi pencemaran air. Jika air di rumah Anda seperti ini, kami sarankan untuk segera mengatasinya agar tidak timbul penyakit.
Banyak cara yang bisa Anda gunakan untuk menghilangkan bau air sumur. Biasanya, bahan yang digunakan seperti tawas, kaporit, sampai garam.
Cara Mengatasi Pencemaran Air
Sumber: www.cleanipedia.com
Dampak pencemaran air yang sangat berbahaya bagi keseimbangan lingkungan sebenarnya dapat ditanggulangi dengan melakukan delapan cara mengatasi pencemaran air berikut ini.
Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan: Apa yang Perlu Diketahui?
Dampak pencemaran air terhadap kesehatan sangat penting untuk dipahami. Air yang tercemar dapat mengandung zat-zat berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia. Mengonsumsi atau menggunakan air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, penyakit kulit, masalah pencernaan, dan bahkan penyakit kronis seperti kanker. Selain itu, air yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit melalui air, seperti diare dan infeksi parasit. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan air dan melakukan upaya untuk mencegah pencemaran air demi kesehatan kita dan lingkungan.
Kesimpulannya, mengatasi pencemaran air tidak sesulit yang Anda bayangkan sebab Anda bisa memulainya dari hal-hal yang paling mudah. Mari ciptakan bentuk dukungan nyata Anda dalam menanggulangi dampak pencemaran air bagi kelestarian lingkungan.
Sumber: www.cleanipedia.com