Kualitas Produksi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 11 April 2025
Pendahuluan: Era Industri 4.0 dan Pentingnya Prediksi Kualitas
Perkembangan Industry 4.0 menghadirkan paradigma baru di industri manufaktur global. Salah satu pilar utama revolusi ini adalah transformasi digital yang memungkinkan pengumpulan data produksi secara masif dan real-time. Melalui data tersebut, perusahaan dapat mengimplementasikan machine learning (ML) dan deep learning (DL) untuk mengoptimalkan proses produksi, khususnya dalam hal prediksi kualitas produk (Predictive Quality).
Paper karya Sidharth Kiran Sankhye ini mengulas secara mendalam penerapan metode machine learning, khususnya pada proses inspeksi kualitas di lini produksi manufaktur yang kompleks dan berskala besar. Fokus utamanya adalah pada bagaimana algoritma klasifikasi ML dapat membantu memprediksi kepatuhan kualitas produk secara akurat, terutama dalam skenario dengan data yang sangat tidak seimbang (imbalanced data).
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Masalah Utama: Imbalanced Dataset dalam Prediksi Kualitas
Dalam produksi massal, unit produk yang cacat seringkali hanya mencakup sebagian kecil dari total produksi. Inilah yang disebut class imbalance problem, di mana data minoritas (produk cacat) terlalu sedikit dibandingkan dengan data mayoritas (produk sesuai standar). Tantangan ini membuat sebagian besar model ML cenderung bias terhadap kelas mayoritas, sehingga gagal mendeteksi cacat produk secara efektif.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Metodologi: Pendekatan Sistematis dalam Klasifikasi Prediktif
Model Klasifikasi yang Digunakan
Peneliti menerapkan dua algoritma utama:
Feature Engineering: Kunci Peningkatan Akurasi
Dalam industri, data mentah umumnya tidak siap langsung digunakan untuk training model ML. Oleh karena itu, penulis melakukan beberapa teknik feature engineering, antara lain:
Teknik Penanganan Imbalanced Data
Penulis menerapkan SMOTE (Synthetic Minority Over-sampling Technique) untuk meningkatkan jumlah data dari kelas minoritas (produk cacat). Ini bertujuan menyeimbangkan distribusi data dan memperbaiki akurasi klasifikasi.
Studi Kasus: Pabrik Alat Rumah Tangga Multi-Model
Konteks Industri
Studi dilakukan pada lini produksi alat rumah tangga multi-model dengan perubahan model yang cepat (negligible changeover time). Pabrik ini menghasilkan sekitar 800 unit per hari. Namun, permasalahan besar muncul akibat cacat produk, terutama wrong/missing parts, yang baru ditemukan pada tahap inspeksi akhir (Random Customer Acceptance Inspection/RCAI).
Permasalahan yang Dihadapi
Hasil dan Analisis Model
Penulis mengevaluasi empat model klasifikasi berbasis kombinasi teknik feature engineering dan algoritma klasifikasi. Hasil evaluasi mengandalkan metrik Cohen’s Kappa dan ROC Curve.
Model A - Tanpa Feature Engineering
Model B - Dengan Fitur Model Changeover
Model C - Proximity to Model Changeover
Model D - Normalized Proximity
Kesimpulan Analisis
Model XGBoost secara konsisten mengungguli Random Forest, terutama dalam menghadapi imbalanced datasets. Fitur proximity to model changeover menjadi penentu utama dalam keberhasilan prediksi.
Kritik dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Kelebihan Penelitian Ini
Kelemahan dan Tantangan
Perbandingan dengan Studi Terkait
Studi oleh Kim et al. (2018) menunjukkan bahwa cost-sensitive learning juga efektif dalam klasifikasi kualitas produksi. Namun, pendekatan Sankhye lebih mengandalkan feature construction, bukan penyesuaian bobot kelas.
Arah Masa Depan dan Rekomendasi
Dampak Praktis bagi Industri Manufaktur
Kesimpulan Akhir
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan machine learning, khususnya XGBoost dengan feature engineering yang tepat, mampu meningkatkan prediksi kualitas produksi di industri manufaktur secara signifikan. Meskipun terdapat keterbatasan dalam data dan scope penelitian, pendekatan ini memberikan pondasi kuat untuk sistem prediktif yang lebih kompleks dan cerdas di masa mendatang.
Sumber:
Sankhye, Sidharth Kiran. (2020). Machine Learning Methods for Quality Prediction in Manufacturing Inspection. Iowa State University.
Kualitas Produksi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 11 April 2025
Pendahuluan
Di era Industry 4.0, dunia manufaktur mengalami transformasi besar melalui digitalisasi. Salah satu inovasi yang mencuri perhatian adalah pemanfaatan machine learning (ML) dan deep learning (DL) untuk predictive quality, yaitu pendekatan prediktif terhadap kualitas produk berbasis data manufaktur. Paper ini mereview secara sistematis perkembangan riset di bidang tersebut selama satu dekade terakhir, yakni 2012 hingga 2021.
Riset ini relevan karena kebutuhan industri untuk memprediksi kualitas secara akurat semakin tinggi. Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan konsumen atas produk berkualitas tinggi dan minim cacat. Teknologi ML dan DL diharapkan mampu membantu industri melakukan kontrol kualitas secara real-time, mengurangi cacat produksi, hingga meningkatkan efisiensi operasional.
Ruang Lingkup dan Metodologi Studi
Tercan dan Meisen melakukan telaah atas 81 publikasi ilmiah yang membahas predictive quality dalam ranah manufaktur. Mereka mengklasifikasikan penelitian tersebut berdasarkan:
Mereka merumuskan tiga pertanyaan utama yang menjadi kerangka studi:
Pendekatan sistematis ini mengisi celah dalam literatur karena hingga saat ini belum banyak ulasan komprehensif yang mengupas prediksi kualitas berbasis ML/DL secara mendalam.
Temuan Utama dan Analisis
1. Ragam Proses Manufaktur yang Diteliti
Berbagai proses manufaktur telah dikaji, mulai dari cutting (pemotongan) hingga additive manufacturing. Dari total publikasi yang direview, mayoritas riset fokus pada proses cutting (32%), seperti turning, drilling, dan milling. Fokus utamanya adalah memprediksi surface roughness (kekasaran permukaan), misalnya dalam proses laser cutting dan turning. Misalnya, penelitian oleh Tercan et al. (2017) yang memanfaatkan ML untuk memprediksi kekasaran permukaan pada laser cutting.
Proses joining, khususnya pengelasan, juga populer. Contohnya, penggunaan CNN untuk mendeteksi cacat las pada proses spot welding (Wang et al., 2021).
Studi Kasus Industri:
Perusahaan otomotif seperti BMW menggunakan sistem berbasis CNN untuk mendeteksi cacat pada bodi mobil selama proses spot welding. Implementasi ini meningkatkan first-pass yield hingga 98%.
2. Karakteristik Data dan Sumbernya
Prediksi kualitas mengandalkan data dari dua sumber utama:
Sebagian kecil lainnya menggunakan simulasi dan dataset benchmark seperti GRIMA X-Ray (Ferguson et al., 2018). Tantangan utama adalah kuantitas dan kualitas data. Banyak dataset eksperimen hanya terdiri dari ratusan sampel, yang membatasi akurasi model.
Tren Industri:
Penggunaan digital twin untuk menghasilkan data simulasi dalam skala besar kian populer. Misalnya, Siemens mengembangkan digital twin untuk simulasi additive manufacturing, memungkinkan mereka mengurangi waktu trial and error hingga 30%.
3. Jenis Data Input
Data input untuk model ML/DL umumnya berupa:
Pada proses seperti metal rolling, kamera lini digunakan untuk mendeteksi cacat permukaan secara otomatis melalui CNN.
Analisis:
Dalam praktik industri, penggabungan data multi-modal—gabungan antara sensor dan citra visual—semakin banyak diadopsi. Hal ini mencerminkan kebutuhan akan sistem prediksi yang lebih akurat dan fleksibel.
Model Machine Learning dan Deep Learning yang Digunakan
Mayoritas publikasi (74%) menggunakan model Multilayer Perceptron (MLP) karena kemudahannya dalam menangani berbagai jenis data numerik. Sementara itu, Convolutional Neural Networks (CNN) digunakan untuk analisis data gambar, seperti dalam inspeksi otomatis pada additive manufacturing.
Perbandingan Model:
Kritik:
Meski CNN mendominasi riset terkini, pendekatan ini kerap membutuhkan data dalam jumlah besar serta komputasi tinggi, yang belum tentu feasible bagi industri skala kecil-menengah.
Tantangan dan Kesenjangan Penelitian
Rekomendasi dan Arah Riset Masa Depan
Dampak Praktis Bagi Industri
Efisiensi Produksi
Dengan prediksi kualitas berbasis ML/DL, perusahaan manufaktur dapat mengurangi scrap rate hingga 40% dan meningkatkan efisiensi first-time-right production.
Pengurangan Biaya Inspeksi Manual
Prediksi otomatis memungkinkan pengurangan kebutuhan inspeksi manual hingga 50%, seperti yang dialami pabrik otomotif yang menerapkan CNN untuk deteksi cacat bodi mobil.
Kesimpulan
Tercan dan Meisen memberikan tinjauan yang komprehensif mengenai penerapan machine learning dan deep learning dalam prediksi kualitas manufaktur. Meski perkembangan pesat terlihat dalam dekade terakhir, masih ada tantangan signifikan yang harus diatasi. Ke depan, integrasi teknologi seperti XAI dan transfer learning menjadi kunci untuk memperluas adopsi sistem prediktif ini di industri manufaktur secara global.
📖 Referensi Utama
Tercan, H., & Meisen, T. (2022). Machine learning and deep learning based predictive quality in manufacturing: a systematic review. Journal of Intelligent Manufacturing, 33, 1879–1905.
Kualitas Produksi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 11 April 2025
Dalam era Industri 4.0, pabrik pintar (smart factories) menjadi tulang punggung manufaktur modern. Keberhasilan mereka terletak pada efisiensi, fleksibilitas, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pasar yang cepat. Salah satu komponen kunci dalam mencapai tujuan tersebut adalah pengendalian kualitas (quality control) yang lebih proaktif dan berbasis data. Artikel ilmiah yang ditulis oleh Sidharth Sankhye dan Guiping Hu berjudul Machine Learning Methods for Quality Prediction in Production menghadirkan solusi inovatif melalui pendekatan machine learning (ML) untuk memprediksi kualitas produk secara lebih akurat dan efisien. Penelitian ini diterbitkan di jurnal Logistics (doi: 10.3390/logistics4040035).
Latar Belakang: Dari Inspeksi Manual ke Prediksi Cerdas
Proses pengendalian kualitas tradisional umumnya bersifat reaktif. Produk diperiksa setelah diproduksi, dan ketika ditemukan cacat, baru dilakukan tindakan perbaikan. Model ini tidak hanya boros waktu, tetapi juga menimbulkan biaya tinggi akibat penarikan produk (recall) dan kerugian reputasi. Di sinilah machine learning hadir, menawarkan kemampuan prediktif yang memungkinkan perusahaan mendeteksi potensi cacat produk sejak dini.
Penelitian ini mengambil studi kasus dari lini produksi alat rumah tangga (appliance manufacturing), yang sebelumnya mengalami peningkatan jumlah cacat produk meskipun telah dilengkapi sistem visi dan scanner modern. Keterlambatan dalam mendeteksi masalah mengakibatkan biaya recall yang besar. Dengan memanfaatkan data yang ada, penulis membangun model prediksi kualitas berbasis machine learning, khususnya metode klasifikasi.
Intisari Penelitian: Membangun Model Prediksi Kualitas
Penelitian ini fokus pada penerapan metode supervised learning, yaitu klasifikasi, untuk memprediksi compliance quality produk. Proses prediksi kualitas produk didasarkan pada data yang dikumpulkan secara real-time dari proses produksi multi-tahap.
Beberapa temuan penting dari penelitian ini:
Studi Kasus: Transformasi Lini Produksi Alat Rumah Tangga
Dalam studi kasus yang diangkat, penulis menganalisis data produksi dari sebuah pabrik alat rumah tangga yang memproduksi sekitar 800 unit produk per hari. Data yang digunakan meliputi:
Masalah utama yang dihadapi adalah cacat produk berupa komponen salah pasang atau hilang, terutama setelah proses model changeover di lini produksi. Dengan produksi multi-model tanpa jeda, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses perakitan meningkat.
Langkah-langkah Pengembangan Model
Insight Tambahan: Mengapa Feature Engineering Penting?
Feature engineering dalam studi ini memberikan keunggulan nyata. Salah satu fitur penting yang dikembangkan adalah batch_seq, yang menunjukkan urutan unit produksi setelah terjadi perubahan model. Dengan menambahkan atribut ini, model XGBoost mampu mengklasifikasi unit cacat dengan akurasi 98.34%, jauh lebih tinggi dibanding tanpa fitur tersebut.
Namun, upaya normalisasi fitur, seperti batch_seqperc (persentase posisi dalam batch), justru menunjukkan penurunan kinerja. Ini menunjukkan bahwa dalam konteks produksi, data absolut lebih bermakna daripada representasi relatif. Korelasi ini mencerminkan risiko tinggi cacat produk di awal batch setelah model changeover, terlepas dari ukuran batch.
Kelebihan Penelitian
Kritik dan Catatan untuk Pengembangan Lebih Lanjut
Meskipun hasilnya mengesankan, penelitian ini memiliki keterbatasan:
Dampak Praktis dan Tren Industri
Penelitian ini sangat relevan dengan konsep smart manufacturing dan proses quality assurance berbasis prediksi di era Industri 4.0. Dengan banyaknya Internet of Things (IoT) dan sensor di pabrik modern, data proses produksi semakin melimpah. Penelitian seperti ini menjadi fondasi penerapan Predictive Quality Analytics (PQA) yang meminimalkan biaya produksi dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Dalam konteks global, perusahaan seperti Siemens, GE, dan Bosch telah mulai mengadopsi pendekatan serupa dalam sistem mereka. Contohnya, Bosch menggunakan AI untuk memprediksi cacat pada lini perakitan elektronik, mengurangi scrap rate hingga 25%.
Kesimpulan: Menuju Masa Depan Manufaktur Bebas Cacat
Penelitian Sankhye dan Hu menunjukkan bahwa machine learning dapat diandalkan untuk memprediksi kualitas produk, bahkan dalam kondisi dataset yang tidak seimbang dan kompleks. Implementasi metode ini membawa perusahaan manufaktur lebih dekat ke zero-defect manufacturing, di mana kualitas produk terjamin tanpa harus mengandalkan inspeksi akhir semata.
Dengan peningkatan ketersediaan data produksi dan kemajuan algoritma, solusi berbasis machine learning akan menjadi standar baru dalam pengendalian kualitas industri modern.
Referensi
Sankhye, S., & Hu, G. (2020). Machine learning methods for quality prediction in production. Logistics, 4(4), 35.
Kualitas Produksi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 19 Maret 2025
Dalam dunia manufaktur modern, menjaga kualitas produk adalah harga mati. Terlebih di industri telekomunikasi, di mana komponen sekecil lensa plastik injeksi bisa menjadi pembeda antara perangkat sukses atau gagal di pasar. Paper berjudul "Statistical Process Control (SPC) Applied in Plastic Injection Moulded Lenses" oleh Jafri Mohd Rohani dan Chan Kok Teng (Universiti Teknologi Malaysia) menawarkan gambaran jelas bagaimana pengendalian proses statistik mampu membawa perubahan signifikan dalam mutu produksi.
Mengapa SPC Penting dalam Industri Manufaktur Plastik?
Industri plastik, khususnya yang bergerak di bidang komponen elektronik seperti lensa plastik injeksi, menghadapi tantangan berat:
Di sinilah Statistical Process Control (SPC) menjadi solusi. SPC memungkinkan perusahaan memantau dan mengendalikan proses produksi secara berkelanjutan, mendeteksi tren cacat, dan melakukan perbaikan berbasis data.
Latar Belakang: Mengapa Perusahaan Ini Menerapkan SPC?
Perusahaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah produsen lokal lensa plastik injeksi untuk perangkat telekomunikasi. Sebelum penerapan SPC, mereka mengalami defect rate sebesar 13,49%. Angka tersebut jelas jauh dari standar industri, yang umumnya menetapkan ambang batas cacat maksimal 1% hingga 3%, tergantung spesifikasi klien.
👉 Target Awal:
Menurunkan tingkat cacat dari 13,49% menjadi 10% dalam waktu tiga bulan.
Metode: Bagaimana SPC Diterapkan?
1. Pengumpulan Data
Perusahaan mencatat data produksi harian selama tiga bulan, mencakup:
Data dikumpulkan menggunakan Check Sheet, alat pertama dari Seven Basic Quality Tools.
2. Identifikasi Masalah Utama dengan Pareto Chart
Melalui Pareto Chart, perusahaan menemukan tiga jenis cacat paling dominan:
Ini sejalan dengan prinsip Pareto (80/20), di mana sebagian besar masalah berasal dari segelintir penyebab.
3. Analisis Akar Masalah dengan Fishbone Diagram
Perusahaan melakukan analisis mendalam atas ketiga masalah utama menggunakan Fishbone (Ishikawa) Diagram, mengelompokkan penyebab ke dalam lima kategori:
4. Kontrol Proses dengan Control Chart (P-Chart)
Penerapan P-Chart memungkinkan pemantauan jumlah unit cacat secara konsisten, membantu mengidentifikasi variasi normal dan outlier.
Temuan Utama: Data yang Berbicara
Berikut hasil signifikan setelah tiga bulan implementasi SPC dan action plan yang diusulkan:
👉 Pencapaian Akhir:
Defect rate berhasil ditekan hampir 50% dari kondisi awal, menjadi 7,4%, melebihi target awal 10%.
Studi Kasus: Mengurai Tiga Sumber Cacat Utama
1. Flow Lines/Marks
Penyebab Utama:
Solusi yang Diimplementasikan:
2. Dirty Dots
Penyebab Utama:
Solusi yang Diimplementasikan:
3. Scratches
Penyebab Utama:
Solusi yang Diimplementasikan:
Analisis Tambahan: Pelajaran Berharga untuk Industri
Komitmen Manajemen Adalah Kunci
Penelitian ini menegaskan bahwa keberhasilan SPC tidak hanya ditentukan oleh alat yang digunakan, tetapi juga oleh komitmen manajemen. Tanpa dukungan dari atas, pelatihan operator, dan pengawasan konsisten, penerapan SPC akan mandek.
Data Adalah Senjata
Pengumpulan data yang konsisten memungkinkan analisis yang lebih akurat. Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa variasi antar shift bisa mempengaruhi tingkat cacat. Shift malam (3rd shift) cenderung memiliki tingkat cacat lebih tinggi, yang menunjukkan perlunya rotasi kerja dan pengawasan ketat di luar jam kerja utama.
Perbandingan dengan Industri Lain
Kritik terhadap Penelitian dan Saran Pengembangan
Kelebihan
Kelemahan
Rekomendasi Pengembangan
Dampak Nyata di Dunia Industri
Jika metode SPC sederhana seperti dalam penelitian ini berhasil menekan cacat hingga 50%, bayangkan dampaknya jika perusahaan mengadopsi pendekatan lebih modern.
Fakta Industri
Menurut laporan Deloitte (2023), perusahaan manufaktur yang menerapkan pengendalian kualitas berbasis data mencatatkan pengurangan rata-rata 30% dalam jumlah cacat produk dalam tiga tahun pertama.
Kesimpulan: SPC sebagai Game Changer di Industri Plastik
Penerapan Statistical Process Control (SPC) terbukti mampu meningkatkan kualitas, produktivitas, dan profitabilitas dalam industri manufaktur plastik. Studi kasus ini menunjukkan bahwa bahkan pendekatan sederhana seperti Seven QC Tools, bila diterapkan dengan disiplin tinggi, dapat menghasilkan perbaikan signifikan.
Namun, tantangan selanjutnya adalah membangun budaya kualitas yang berkelanjutan dan memanfaatkan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi. Di era industri 4.0, SPC seharusnya tidak lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan.
📚 Referensi Asli:
Rohani, J.M., & Teng, C.K. (2015). Statistical Process Control (SPC) Applied in Plastic Injection Moulded Lenses. Universiti Teknologi Malaysia.