Ketenagakerjaan

Menelisik Faktor Kritis Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi Jalan Tol: Studi Kasus Binjai–Langsa

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 21 Mei 2025


Pendahuluan: Infrastruktur Hebat Butuh Tenaga Kerja Efisien

Pembangunan infrastruktur menjadi tulang punggung transformasi ekonomi Indonesia. Jalan tol sebagai penghubung logistik antarwilayah tak hanya menciptakan konektivitas, tetapi juga menarik investasi. Namun, satu tantangan utama yang sering terlupakan adalah bagaimana produktifitas tenaga kerja di lapangan bisa menjadi pembeda antara proyek yang berhasil dan yang mangkrak.

Penelitian ini meneliti proyek besar: Pembangunan Jalan Tol Binjai–Langsa Seksi Binjai–Pangkalan Brandan, bagian dari jaringan Tol Trans-Sumatera, yang dinilai krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

Tujuan dan Pentingnya Studi Ini

Penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas pekerja.

  • Menggunakan pendekatan statistik modern untuk memastikan temuan dapat diuji dan direplikasi.

Dengan pendekatan Productivity Rating, regresi linear berganda, serta pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS v26, studi ini berusaha menyaring variabel yang paling dominan dari total 32 variabel teknis, manajerial, dan personal pekerja.

Metodologi: Gabungan Survei Lapangan & Analisis Statistik

Lokasi dan Responden

  • Lokasi: Jalan Tol Binjai–Langsa Seksi Binjai–Pangkalan Brandan

  • Responden: 25 personel proyek (site engineer, quantity surveyor, drafter, QHSSE, logistik, dan lainnya)

  • Durasi pengamatan: 3 hari kerja (sampel produktivitas diukur dari 420 menit per hari)

Tools & Teknik:

  • Productivity Rating: Mengukur efektivitas aktivitas kerja (Effective, Contributory, Ineffective)

  • SPSS v26: Untuk regresi linear, uji t, uji F (ANOVA), dan koefisien determinasi

  • Validitas dan Reliabilitas: Memastikan instrumen kuesioner tepat dan akurat

Temuan Utama: Rata-Rata Produktivitas Cukup Memuaskan

Labor Utilization Rate (LUR)

Hasil pengukuran LUR menunjukkan:

  • Rata-rata LUR: 76,70%

  • Nilai tertinggi: 83,93% (oleh pekerja bernama Kiki pada hari ke-2)

  • Angka ini jauh melampaui standar ideal LUR yang hanya 40%–60% (Oglesby, 1989), menunjukkan kinerja pekerja berada di level cukup memuaskan.

Insight Tambahan: Angka ini mengindikasikan koordinasi manajemen proyek yang cukup baik. Namun, angka ini tetap butuh konfirmasi melalui faktor-faktor penyerta yang memengaruhinya.

Identifikasi Faktor: Apa Saja yang Mempengaruhi Produktivitas?

Total Faktor Diuji: 32 Variabel

Terdiri dari 3 kategori:

  • Teknis: Cuaca, peralatan rusak, pembebasan lahan, dll.
  • Pekerja: Usia, tingkat upah, insentif, pengalaman
  • Manajerial: Pengawasan, briefing, mutu koordinasi

Setelah tiga tahap uji validitas, hanya 21 faktor yang valid. Dari sana, melalui regresi linear, ditemukan 12 variabel signifikan yang mempengaruhi produktivitas secara statistik.

Catatan Kritis:

  • Tingkat upah berpengaruh positif dan signifikan, mendukung teori bahwa kompensasi layak meningkatkan semangat kerja.

  • Insentif justru berdampak negatif, hal yang bertentangan dengan banyak studi sebelumnya (Halida, 2016; Mayasari, 2016). Ini bisa jadi disebabkan insentif yang tidak jelas skemanya atau malah menjadi beban target kerja tambahan.

  • Cuaca tidak menentu berdampak positif, kemungkinan karena pekerja menjadi lebih disiplin dalam mengatur waktu kerja, atau proyek memiliki sistem mitigasi cuaca yang baik.
     

Analisis Tambahan: Fenomena cuaca sebagai faktor positif perlu studi lanjutan, mengingat sebagian besar studi sebelumnya menyatakan hujan dan iklim ekstrem justru memperlambat pekerjaan (Ofusaputra, 2018).

Faktor Lain yang Teruji Signifikan:

  • Pengalaman kerja (+)

  • Usia pekerja (-)

  • Pembagian pekerjaan tidak seimbang (-)

  • Kualitas pengawasan (+)

  • Kurangnya briefing (-)

  • Masalah pembebasan lahan (+)

Penafsiran:

  • Pengalaman selalu menjadi aset: makin lama bekerja, makin cepat menyelesaikan tugas.

  • Usia terlalu tua bisa mengurangi stamina, fleksibilitas, dan kecepatan kerja.

  • Briefing yang minim berujung pada miskomunikasi dan potensi kesalahan.

  • Pembebasan lahan sebagai variabel positif mungkin merefleksikan kelancaran logistik begitu masalah diselesaikan.

Koefisien Determinasi: Model Sangat Kuat

  • R² = 0,989

  • Artinya: 98,9% variasi produktivitas tenaga kerja dapat dijelaskan oleh 21 variabel tersebut.

Ini adalah angka yang sangat tinggi untuk riset sosial, menandakan bahwa faktor-faktor yang dikaji memiliki keterkaitan sangat kuat dengan output produktivitas.

Uji F (ANOVA): Model Statistik Valid

  • Fhitung = 12,296 > Ftabel = 5,790

  • Kesimpulan: Model regresi berpengaruh secara simultan terhadap produktivitas.

Kritik dan Opini: Apa yang Perlu Diperbaiki?

Kejanggalan Temuan Insentif

Studi ini menemukan bahwa insentif berdampak negatif terhadap produktivitas. Ini bisa disebabkan:

  • Skema insentif tidak transparan

  • Insentif bersifat target-based tanpa memperhitungkan kapasitas

  • Pengaruh psikologis: insentif dinilai beban, bukan motivasi
     

Rekomendasi: Perlu evaluasi sistem reward yang lebih adil, berbasis progres bukan hasil akhir semata.

Belum Menyentuh Digitalisasi

Studi belum memasukkan faktor penggunaan teknologi digital seperti aplikasi pelaporan harian, sistem manajemen proyek, atau software monitoring kerja. Ini bisa menjadi peluang penelitian lanjutan.

Rekomendasi Praktis dari Penelitian Ini

  1. Kaji ulang sistem insentif proyek agar benar-benar meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya.

  2. Optimalkan ruang kerja fisik untuk menghindari keterbatasan mobilitas pekerja.

  3. Rekrut pekerja dengan pengalaman lebih tinggi dan berikan pelatihan berkala.

  4. Perbaiki sistem briefing harian, bahkan menggunakan tools digital agar informasi tersampaikan utuh.

  5. Perhatikan jarak tempat tinggal pekerja, idealnya berikan fasilitas mess.

 

Penutup: Jalan Tol Hebat Butuh Tenaga Kerja Hebat

Penelitian ini menjadi pengingat bahwa pembangunan infrastruktur besar tidak bisa dilepaskan dari hal kecil bernama "tenaga kerja". Bahkan, upah, cuaca, hingga briefing bisa menjadi pembeda antara proyek yang selesai tepat waktu dan yang terlambat.

Dengan pendekatan statistik yang cermat dan lokasi proyek nyata, studi ini layak dijadikan rujukan dalam penyusunan kebijakan SDM konstruksi, baik oleh kontraktor swasta maupun pemerintah.

 

Sumber

Penelitian ini dapat diakses melalui:
Yolanda Ayu Damayanti & Mizanuddin Sitompul (2021).
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Binjai–Langsa Seksi Binjai–Pangkalan Brandan
Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil (JRKMS), Vol. 4 No. 2
Universitas Katolik Santo Thomas
Tautan: http://ejournal.ust.ac.id/index.php/JRKMS

Selengkapnya
Menelisik Faktor Kritis Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi Jalan Tol: Studi Kasus Binjai–Langsa

Ketenagakerjaan

Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi: Studi Kasus Tunjungan Plaza 6 & Analisis Work Sampling yang Mengungkap Fakta Lapangan

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 21 Mei 2025


Pendahuluan: Di Balik Efisiensi Proyek Konstruksi

Dalam dunia konstruksi modern, produktivitas tenaga kerja bukan hanya indikator efisiensi, melainkan juga penentu kelangsungan proyek dalam hal biaya, mutu, dan waktu. Ketika semua perhatian tertuju pada material atau teknologi, tenaga kerja acap kali menjadi elemen yang dilupakan—padahal kontribusinya bisa sangat menentukan.

Studi ini, dengan objek proyek Tunjungan Plaza 6 Surabaya, menggunakan metode work sampling untuk menyelidiki produktivitas tenaga kerja khusus pada pekerjaan pembesian (rebar work). Data dikumpulkan selama 6 minggu dan menghasilkan dua temuan utama: nilai produktivitas aktual sebesar 40,35 kg/orang-jam dan Labor Utilization Rate (LUR) sebesar 77,61%.

Temuan ini ternyata sangat berbeda dari standar produktivitas menurut SNI 2008, yang hanya mencatat 28,57 kg/orang-jam. Kenapa bisa berbeda? Mari kita bahas lebih lanjut.

 

Metode Work Sampling: Efisien, Akurat, dan Humanis

Apa Itu Work Sampling?

Work sampling adalah metode kuantitatif untuk mengamati aktivitas pekerja secara acak (random), lalu mengkategorikannya menjadi:

  • Produktif (Effective Work): Aktivitas langsung menghasilkan output proyek.

  • Kontributif (Essential Contributory): Aktivitas pendukung namun wajib dilakukan.

  • Tidak Produktif (Unproductive): Aktivitas seperti merokok, mengobrol, atau menunggu.

Kenapa Metode Ini Unggul?

Berbeda dengan time study yang lebih invasif dan memakan waktu, work sampling memungkinkan observasi banyak pekerja dalam waktu singkat dengan akurasi statistik tinggi. Minimal 384 observasi dibutuhkan untuk hasil yang valid; studi ini mengumpulkan tepat sejumlah itu, dilakukan di dua titik pekerjaan: tower Office dan Podium.

Temuan Utama: Produktivitas yang Tak Terduga

1. Produktivitas Pekerjaan Pembesian

Berdasarkan observasi di lapangan, rata-rata produktivitas pekerjaan pembesian tercatat sebesar 40,35 kg/orang-jam, dengan kisaran antara 35,06 hingga 47,34 kg/orang-jam. Angka ini menunjukkan performa yang cukup konsisten, dengan puncaknya terjadi pada 7 November 2016 (41,75 kg/orang-jam) dan titik terendah pada 25 Oktober 2016 (39,41 kg/orang-jam).

Bandingkan dengan SNI 2008 yang hanya mencatat 28,57 kg/orang-jam, jelas terlihat bahwa kondisi riil proyek bisa jauh lebih efisien tergantung metode kerja dan manajemen yang diterapkan.

Insight Tambahan: Peningkatan produktivitas sebesar hampir 41% ini menunjukkan bahwa standar SNI mungkin perlu diperbarui atau dibuat lebih kontekstual.

2. Labor Utilization Rate (LUR)

Nilai LUR sebesar 77,61% menunjukkan bahwa mayoritas waktu kerja digunakan secara efektif. Rinciannya:

  • Effective Work: 72,9%

  • Essential Contributory: 18,83%

  • Unproductive: 8,26%

Artinya, kurang dari 10% waktu pekerja terbuang sia-sia, yang merupakan angka sangat ideal untuk proyek konstruksi berskala besar.

 

Studi Kasus: Tunjungan Plaza 6 Surabaya

Tunjungan Plaza adalah salah satu proyek mixed-use ikonik di Surabaya. Penelitian dilakukan di tower Office dan Podium karena bagian Condotel sudah selesai.

Praktik Lapangan yang Membuat Perbedaan:

  • Komposisi tenaga kerja yang disesuaikan dengan kemampuan tiap pekerja

  • Penggunaan alat kerja yang lebih modern

  • Supervisi dan pengawasan rutin oleh mandor dan kontraktor

Inilah yang membuat produktivitas aktual bisa melampaui ekspektasi berdasarkan standar nasional.

Analisis Kritis: Mengapa Standar SNI Tidak Selalu Relevan?

Studi ini menantang validitas Handbook SNI Analisis Biaya Konstruksi (2008) yang masih digunakan sebagai acuan nasional. Banyak proyek menggunakan data SNI sebagai patokan penyusunan jadwal dan biaya, padahal kondisi lapangan sering kali berbeda:

  • SNI belum tentu memperhitungkan pengaruh teknologi baru

  • Komposisi tenaga kerja lebih fleksibel di lapangan

  • Budaya kerja dan motivasi pekerja juga berperan besar

Implikasi Praktis: Apa yang Bisa Dipetik Industri Konstruksi?

Bagi Kontraktor dan Manajer Proyek:

  • Gunakan metode work sampling untuk pemantauan produktivitas berkala.

  • Jangan hanya mengandalkan acuan SNI; buatlah basis data produktivitas internal.

Bagi Pemerintah & Regulator:

  • Evaluasi ulang standar produktivitas kerja nasional.

  • Dorong kolaborasi antara kampus, kontraktor, dan asosiasi konstruksi untuk penyusunan indeks baru.

Bagi Akademisi:

  • Lakukan penelitian lanjutan untuk pekerjaan lain seperti pengecoran, finishing, dan arsitektural.

  • Terapkan metode statistik lanjutan seperti regresi atau simulasi Monte Carlo untuk proyeksi produktivitas.

Penutup: Mengukur yang Tak Terlihat

Produktivitas seringkali dianggap angka belaka. Namun lewat pendekatan kuantitatif yang manusiawi seperti work sampling, kita bisa melihat kinerja sesungguhnya dari tenaga kerja konstruksi. Studi ini bukan hanya memberikan data, tapi juga menunjukkan bagaimana manajemen proyek yang adaptif bisa melampaui standar dan menciptakan efisiensi nyata.

Produktivitas bukan sekadar target, tapi cermin dari manajemen dan budaya kerja.

Sumber

Penelitian ini dapat diakses di Journal Universitas Kristen Petra.
Judul: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja dengan Metode Work Sampling: Studi Kasus Proyek Tunjungan Plaza 6
Penulis: Derian Asher Prasetyo, Anthony, Herry Pintardi Chandra, dan Soehendro Ratnawidjaja.
Link: https://petra.ac.id (gunakan DOI atau link langsung bila tersedia)

Selengkapnya
Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi: Studi Kasus Tunjungan Plaza 6 & Analisis Work Sampling yang Mengungkap Fakta Lapangan

Ketenagakerjaan

Mengukur Produktivitas Tenaga Kerja di Lapangan Konstruksi: Studi Kasus Aceh Timur dan Implikasinya untuk Industri

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 20 Mei 2025


Pendahuluan: Mengapa Produktivitas di Proyek Konstruksi Itu Kunci

Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator utama dalam keberhasilan proyek konstruksi. Dalam dunia konstruksi yang kompetitif, ketepatan waktu dan efisiensi biaya menjadi prioritas utama. Namun, sering kali terdapat perbedaan mencolok antara data produktivitas yang ditetapkan secara normatif dalam standar nasional (seperti SNI dan Permen PUPR) dengan realita di lapangan.

Studi yang dilakukan oleh Arif Fadillah, Firdasari, dan Lely Masthura dari Universitas Samudra menyoroti hal ini dengan tajam melalui pengamatan langsung terhadap proyek pembangunan Gedung Staf Kodim 0104 di Aceh Timur. Penelitian ini tidak hanya mengukur produktivitas aktual dalam pekerjaan pasangan bata dan plasteran dinding, tetapi juga membandingkannya dengan parameter dari Permen PUPR No. 1 Tahun 2022. Hasilnya memberikan wawasan yang menarik dan sangat relevan untuk para pelaku industri konstruksi.

Metode Work Study: Pendekatan Observasional yang Akurat

Penelitian ini menggunakan metode work study, yaitu pendekatan observasional yang memungkinkan pengukuran langsung terhadap kinerja pekerja di lapangan. Observasi dilakukan selama tujuh hari kerja pada jam kerja normal (08.00–17.00) dengan satuan produktivitas dalam m²/hari.

Data Primer & Sekunder

  • Primer: Observasi langsung dan wawancara dengan tenaga kerja (tukang, pekerja, mandor).

  • Sekunder: Gambar kerja proyek, harga satuan upah daerah Langsa 2023, dan Permen PUPR No. 1 Tahun 2022.

Mengapa Ini Penting?

Pendekatan langsung ini sangat efektif dalam menangkap dinamika sebenarnya di lapangan, termasuk pengaruh pengalaman kerja, ketersediaan material, manajemen proyek, dan koordinasi antar pekerja—faktor yang sering tidak tercermin dalam dokumen regulatif.

Hasil Utama: Produktivitas Nyata vs Standar Pemerintah

Pekerjaan Pasangan Bata

  • Rata-rata produktivitas di lapangan: 9,94 m²/hari

  • Standar Permen PUPR: 8,33 m²/hari

  • Selisih: +1,61 m²/hari

  • Rasio perbandingan produktivitas: 1,19 : 1

Pekerjaan Plasteran Dinding

  • Rata-rata produktivitas di lapangan: 13,54 m²/hari

  • Standar Permen PUPR: 6,67 m²/hari

  • Selisih: +6,87 m²/hari

  • Rasio perbandingan produktivitas: 2,03 : 1

Interpretasi:

Produktivitas di lapangan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan standar nasional. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lokal seperti keterampilan pekerja, efektivitas manajemen material, dan sistem kerja overlapping (bertumpukan) mampu mendorong efisiensi lebih besar dari yang diperkirakan.

Biaya Upah: Apakah Produktivitas Tinggi Selalu Lebih Mahal?

Salah satu temuan menarik dari studi ini adalah bahwa peningkatan produktivitas tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan biaya.

Biaya Upah Pasangan Bata

  • Lapangan: Rp 39.979/m²

  • Permen PUPR: Rp 46.015/m²

  • Efisiensi biaya: 13% lebih murah

Biaya Upah Plasteran Dinding

  • Lapangan: Rp 29.350/m²

  • Permen PUPR: Rp 53.160/m²

  • Efisiensi biaya: 44% lebih murah

Penilaian Kritis:

Temuan ini menantang asumsi konvensional bahwa efisiensi kerja selalu memerlukan biaya lebih tinggi. Faktanya, dengan perencanaan kerja yang matang dan pengawasan ketat, hasil kerja dapat lebih optimal dengan biaya yang relatif lebih rendah.

Studi Kasus Aceh Timur: Kombinasi Efisien Tenaga Kerja

Kombinasi optimal dalam studi ini adalah 1 tukang, 1 pekerja, 1 mandor, dan 1 kepala tukang. Kombinasi ini menunjukkan produktivitas yang tinggi dengan biaya yang tetap rasional.

Faktor Penentu Keberhasilan Kombinasi Ini:

  • Pengalaman kerja yang tinggi dari tenaga kerja lokal

  • Penempatan material yang efisien

  • Koordinasi kerja yang baik di lapangan

  • Pengawasan langsung dan berkelanjutan
     

Perbandingan dengan Studi Sebelumnya

Beberapa studi sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Handayani et al. (2021) di Jambi, menunjukkan bahwa tenaga kerja lokal cenderung lebih produktif daripada pekerja luar daerah karena lebih terbiasa dengan kondisi setempat. Hasil ini konsisten dengan temuan dari Aceh Timur, yang memperkuat argumen bahwa pendekatan berbasis konteks lokal sangat penting dalam konstruksi.

Implikasi Praktis bagi Dunia Konstruksi

1. Revisi Kebijakan Nasional

Standar nasional seperti Permen PUPR sebaiknya lebih fleksibel terhadap dinamika lokal. Evaluasi berbasis daerah dapat menghasilkan indeks produktivitas yang lebih realistis.

2. Perencanaan Tenaga Kerja yang Lebih Adaptif

Penggunaan tenaga kerja dengan pengalaman lokal serta penerapan sistem kerja bertumpukan dapat secara nyata meningkatkan produktivitas tanpa menambah biaya signifikan.

3. Optimalisasi Manajemen Material

Penempatan dan distribusi material yang tepat menjadi kunci utama efisiensi pekerjaan. Manajemen material yang buruk sering kali menjadi penyebab keterlambatan dan pemborosan biaya.

Kritik & Saran Pengembangan Penelitian

Kritik:

  • Studi terbatas pada dua jenis pekerjaan (bata dan plaster).

  • Tidak melibatkan variasi jenis proyek (residensial, komersial, dll.).

  • Tidak membahas kualitas hasil pekerjaan sebagai penyeimbang produktivitas.

Saran:

  • Penelitian lanjutan dapat mencakup pekerjaan struktural dan finishing lain seperti pengecatan atau pemasangan plafon.

  • Perlu dilakukan kajian lintas daerah untuk membandingkan produktivitas antar provinsi.

  • Kombinasikan dengan pendekatan BIM (Building Information Modeling) untuk analisis digital produktivitas.

Sumber Resmi:

Fadillah, A., Firdasari, & Masthura, L. (2024). Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Proyek Konstruksi Gedung: Studi Kasus Pembangunan Gedung Staf Kodim 0104, Aceh Timur. Jurnal Ilmiah TELSINAS, Volume 7, No. 1.
DOI: https://doi.org/10.38043/telsinas.v6i2.5110

Selengkapnya
Mengukur Produktivitas Tenaga Kerja di Lapangan Konstruksi: Studi Kasus Aceh Timur dan Implikasinya untuk Industri

Ketenagakerjaan

Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi pada Pemasangan Bata Ringan: Analisis Mendalam dan Implikasi Lapangan

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 30 April 2025


Pendahuluan: Mengapa Produktivitas Tenaga Kerja Itu Krusial?

Dalam industri konstruksi yang kompetitif dan padat modal, produktivitas tenaga kerja menjadi indikator vital keberhasilan proyek. Produktivitas yang tinggi bukan hanya mempercepat waktu penyelesaian proyek, tetapi juga menghemat biaya dan mengurangi pemborosan sumber daya. Salah satu pekerjaan yang sering luput dari perhatian analisis produktivitas adalah pemasangan dinding bata ringan, padahal material ini semakin populer di tengah tren pembangunan vertikal dan efisiensi struktur.

Penelitian oleh Fiqra Afrian, Fitriah Mas’ud, dan La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad menjawab kebutuhan tersebut dengan menganalisis produktivitas tukang dalam pekerjaan pemasangan bata ringan menggunakan acuan Peraturan Menteri PUPR No. 1 Tahun 2022 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP).

Metodologi: Studi Empiris dengan Pendekatan Kuantitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei lapangan langsung pada proyek pembangunan rusun ASN IAIN Kendari. Peneliti mencatat data aktivitas tukang selama 6 hari kerja, mengamati durasi waktu kerja produktif dan non-produktif, serta mengukur volume pekerjaan yang dihasilkan.

Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan dua kategori:

  1. Tukang Pasang Bata Ringan

  2. Pekerja Pembantu Tukang (Kenek)

Data ini kemudian dibandingkan dengan standar AHSP PUPR No. 1 Tahun 2022 untuk mengetahui kesenjangan antara realita di lapangan dan teori pemerintah.

Hasil dan Temuan Utama

1. Produktivitas Tukang

  • Hasil Lapangan: Rata-rata 0,66 m²/jam.

  • Standar PUPR: 0,57 m²/jam.

Produktivitas tukang di proyek ini melampaui standar sebesar 15,8%.

2. Produktivitas Pekerja (Kenek)

  • Hasil Lapangan: 0,82 m²/jam.

  • Standar PUPR: 0,72 m²/jam.

 Produktivitas pekerja juga lebih tinggi, dengan selisih 13,9%.

3. Durasi Jam Kerja

  • Waktu kerja efektif per hari: ± 6,65 jam dari total 8 jam.

  • Aktivitas non-produktif (menunggu bahan, istirahat tidak terjadwal) memakan waktu hingga ± 1,35 jam/hari.

Fakta ini menunjukkan potensi peningkatan efisiensi waktu kerja sebesar 16,9% jika waktu non-produktif bisa ditekan.

Analisis dan Interpretasi Tambahan

Mengapa Produktivitas Lebih Tinggi dari Standar?

Beberapa faktor yang kemungkinan besar mempengaruhi:

  • Spesialisasi Tenaga Kerja: Pekerja sudah terbiasa dengan metode kerja bata ringan.

  • Manajemen Proyek yang Efisien: Koordinasi antar divisi dan penyediaan bahan yang tepat waktu meminimalkan waktu tunggu.

  • Motivasi dan Insentif: Sistem upah harian atau borongan dapat memicu semangat kerja lebih tinggi.

Studi Kasus Tambahan: Proyek Gedung Tinggi di Jakarta

Pada proyek pembangunan apartemen di Jakarta tahun 2023 yang menggunakan bata ringan precast, ditemukan bahwa produktivitas tukang bisa mencapai 0,70–0,75 m²/jam—lebih tinggi dari standar namun sejalan dengan temuan Afrian dkk. Ini menunjukkan bahwa standar pemerintah perlu dievaluasi ulang secara berkala untuk menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan kebiasaan lapangan.

Tantangan Umum di Lapangan

Berikut beberapa hambatan umum dalam pekerjaan bata ringan yang dapat menurunkan produktivitas:

  • Keterlambatan pengadaan bahan bangunan.

  • Kurangnya pelatihan khusus pemasangan bata ringan.

  • Penjadwalan kerja yang tidak optimal (misalnya overlap dengan pekerjaan MEP).

Dengan perencanaan yang lebih presisi dan manajemen waktu yang disiplin, hambatan ini bisa ditekan.

Nilai Tambah Penelitian: Relevansi dengan Industri Konstruksi Terkini

1. Validasi Lapangan terhadap Regulasi

Penelitian ini memberikan feedback nyata terhadap AHSP yang digunakan sebagai rujukan seluruh Indonesia. Ketika data aktual di lapangan melebihi standar, ini menandakan potensi efisiensi biaya dan waktu yang belum dimanfaatkan secara optimal dalam perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya).

2. Rekomendasi untuk Kontraktor dan Konsultan

Kontraktor dapat menggunakan data ini untuk memetakan estimasi kerja lebih realistis, serta menerapkan sistem insentif berbasis produktivitas aktual.

3. Relevansi terhadap Pembangunan Rendah Emisi

Penggunaan bata ringan yang lebih cepat dan efisien berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dari kegiatan konstruksi, karena waktu proyek yang lebih singkat = konsumsi energi lebih rendah.

Kesimpulan dan Implikasi Praktis

Penelitian ini menyimpulkan bahwa produktivitas tukang dan pekerja dalam pekerjaan pemasangan bata ringan di proyek studi lebih tinggi dibandingkan standar nasional. Temuan ini memberi insight berharga bahwa standar AHSP PUPR No. 1 Tahun 2022 bisa saja perlu direvisi atau disesuaikan menurut kondisi regional dan kemajuan metode kerja.

Implikasi Praktis:

  • Bagi Kontraktor: Dapat mengoptimalkan jadwal proyek dan penghitungan tenaga kerja.

  • Bagi Pemerintah: Perlunya penyusunan AHSP yang lebih dinamis dan berbasis data lapangan terkini.

  • Bagi Akademisi: Membuka peluang riset lanjutan di bidang benchmarking produktivitas pekerja konstruksi.

Sumber Artikel

Fiqra Afrian, Fitriah Mas’ud, dan La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad. “Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerjaan Dinding Bata Ringan Berdasarkan PUPR No. 1 Tahun 2022.” Dapat diakses melalui Journal of Advanced Civil Engineering

Selengkapnya
Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi pada Pemasangan Bata Ringan: Analisis Mendalam dan Implikasi Lapangan

Ketenagakerjaan

Transformasi Status BLK Makassar menjadi BBPVP Makassar Dinilai Layak

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025


Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Anwar Sanusi menilai transformasi status dari Balai Latihan Kerja (BLK) Makassar menjadi Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Makassar sangat layak.

Menurut Sekjen Anwar, kelayakan transformasi tersebut di antaranya karena melihat kebutuhan peningkatan SDM kompeten untuk wilayah Indonesia Timur.

"Kami melihat dari banyak hal pun Makassar ini sudah cukup untuk mengemban mandat yang lebih besar yang ada pada kondisi saat ini," ucap Sekjen Anwar pada kunjungannya ke Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Makassar, Selasa, 22 Februari 2022.

Hingga kini terdapat enam BBPVP di seluruh Indonesia, yaitu berada di Medan, Serang, Bekasi, Bandung, Semarang, dan Makassar. 

"Walaupun Makassar ini bungsu, jangan berkecil hati. Bungsu hanya kebetulan saja lahirnya terakhir. Meskipun bungsu, tidak berarti kalah dari aspek kualitas. Nah, Anda harus membuktikan kualitasnya bahwa dalam banyak hal tidak ketinggalan dengan yang lain. Harus seperti itu," ucap Sekjen Anwar.

Diharapkan BBPVP Makassar cepat berbenah agar mampu mengejar ketertinggalan dari balai besar di daerah-daerah lain. 

"Saya sangat berharap, mudah-mudahan BLK Makasar yang sudah menjadi Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Makassar ini akan semakin maju, berkembang, dan jaya," kata Sekjen Anwar.


Sumber Artikel: msn.com

Selengkapnya
Transformasi Status BLK Makassar menjadi BBPVP Makassar Dinilai Layak

Ketenagakerjaan

Presidensi G20, Kemnaker Tawarkan Kebijakan Pendidikan Pelatihan Vokasi Berbasis Komunitas

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 19 Februari 2025


Suara.com - Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi, mengatakan salah satu konsep atau rekomendasi yang akan ditawarkan dalam Presidensi G20 nanti, yakni kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis komunitas (BLK Komunitas). Melalui kebijakan tersebut diyakini akan memperkuat akses dan kualitas pelatihan, terutama bagi masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat pedesaan (rural areas).  

"Ini konsep (pelatihan berbasis komunitas-red) yang kita tawarkan ke negara-negara Anggota G20 dan saya yakin beberapa negara juga memiliki setting sosial budaya yang sama dengan kita," ucap Anwar Sanusi saat menjadi pembicara Kick Off G20 on Education and Culture, Gelar Wicara I bertajuk Solidaritas dan Kemitraan Serta Masa Depan Dunia Kerja Pasca COVID-19 secara virtual, Rabu (9/2/2022).

Menurutnya, salah satu upaya meningkatkan produktivitas, yaitu melalui pelatihan vokasi, yang harus diselenggarakan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Upaya ini sejalan dengan salah satu tema atau isu prioritas yang diusung pengembangan kapasitas SDM untuk pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan.  

Selaku Chair Employment Working Group (EWG), Anwar mengingatkan pengembangan kapasitas SDM, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan perusahaan, tetapi juga tanggung jawab bersama semua pihak, termasuk individu, serikat pekerja/serikat buruh, dan masyarakat. "Dalam konteks ke Indonesia-an, membangun SDM unggul, membangun SDM berbudaya dan berkarakter, itu tanggung jawab kita semua," ujarnya.

Dalam forum G20, Anwar bertekad akan menjadikan sidang Presidensi G20 Tahun 2022 sebagai forum tukar pikiran negara-negara Anggota G20 sekaligus menemukan formula yang tepat untuk bangkit bersama dan kuat bersama pasca pandemi COVID-19. 

 "Harapan kita, sesuai arahan Pak Presiden, kita bukan hanya memimpin sidang tapi betul-betul akan menjadi role model pimpinan, yang akan menjadi referensi bagi setiap isu yang akan dimunculkan dalam G20," terangnya.

Anwar menjelaskan, pada Presidensi G20 Tahun 2022, Kemnaker akan mengusung empat isu/tema prioritas. Keempat isu tersebut yakni pertama, penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan dalam menghadapi perubahan dunia kerja (sustainable job creation towards changing world of work).  Kedua, pasar kerja yang inklusif dan afirmasi pekerjaan yang layak untuk penyandang disabilitas (inclusive labour market and affirmative decent jobs for person with disabilities).  

Ketiga, pengembangan kapasitas SDM untuk pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan (human capacity development for sustainable growth of productivity). Keempat, pelindungan tenaga kerja yang adaptif dan inklusif dalam merespon dunia kerja yang terus berubah (adaptive and inclusive labour protection in the changing world of work).

Sumber: www.suara.com
 

Selengkapnya
Presidensi G20, Kemnaker Tawarkan Kebijakan Pendidikan Pelatihan Vokasi Berbasis Komunitas
« First Previous page 2 of 6 Next Last »