Pendahuluan: Mengapa Produktivitas di Proyek Konstruksi Itu Kunci
Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu indikator utama dalam keberhasilan proyek konstruksi. Dalam dunia konstruksi yang kompetitif, ketepatan waktu dan efisiensi biaya menjadi prioritas utama. Namun, sering kali terdapat perbedaan mencolok antara data produktivitas yang ditetapkan secara normatif dalam standar nasional (seperti SNI dan Permen PUPR) dengan realita di lapangan.
Studi yang dilakukan oleh Arif Fadillah, Firdasari, dan Lely Masthura dari Universitas Samudra menyoroti hal ini dengan tajam melalui pengamatan langsung terhadap proyek pembangunan Gedung Staf Kodim 0104 di Aceh Timur. Penelitian ini tidak hanya mengukur produktivitas aktual dalam pekerjaan pasangan bata dan plasteran dinding, tetapi juga membandingkannya dengan parameter dari Permen PUPR No. 1 Tahun 2022. Hasilnya memberikan wawasan yang menarik dan sangat relevan untuk para pelaku industri konstruksi.
Metode Work Study: Pendekatan Observasional yang Akurat
Penelitian ini menggunakan metode work study, yaitu pendekatan observasional yang memungkinkan pengukuran langsung terhadap kinerja pekerja di lapangan. Observasi dilakukan selama tujuh hari kerja pada jam kerja normal (08.00–17.00) dengan satuan produktivitas dalam m²/hari.
Data Primer & Sekunder
-
Primer: Observasi langsung dan wawancara dengan tenaga kerja (tukang, pekerja, mandor).
-
Sekunder: Gambar kerja proyek, harga satuan upah daerah Langsa 2023, dan Permen PUPR No. 1 Tahun 2022.
Mengapa Ini Penting?
Pendekatan langsung ini sangat efektif dalam menangkap dinamika sebenarnya di lapangan, termasuk pengaruh pengalaman kerja, ketersediaan material, manajemen proyek, dan koordinasi antar pekerja—faktor yang sering tidak tercermin dalam dokumen regulatif.
Hasil Utama: Produktivitas Nyata vs Standar Pemerintah
Pekerjaan Pasangan Bata
-
Rata-rata produktivitas di lapangan: 9,94 m²/hari
-
Standar Permen PUPR: 8,33 m²/hari
-
Selisih: +1,61 m²/hari
-
Rasio perbandingan produktivitas: 1,19 : 1
Pekerjaan Plasteran Dinding
-
Rata-rata produktivitas di lapangan: 13,54 m²/hari
-
Standar Permen PUPR: 6,67 m²/hari
-
Selisih: +6,87 m²/hari
-
Rasio perbandingan produktivitas: 2,03 : 1
Interpretasi:
Produktivitas di lapangan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan standar nasional. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lokal seperti keterampilan pekerja, efektivitas manajemen material, dan sistem kerja overlapping (bertumpukan) mampu mendorong efisiensi lebih besar dari yang diperkirakan.
Biaya Upah: Apakah Produktivitas Tinggi Selalu Lebih Mahal?
Salah satu temuan menarik dari studi ini adalah bahwa peningkatan produktivitas tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan biaya.
Biaya Upah Pasangan Bata
-
Lapangan: Rp 39.979/m²
-
Permen PUPR: Rp 46.015/m²
-
Efisiensi biaya: 13% lebih murah
Biaya Upah Plasteran Dinding
-
Lapangan: Rp 29.350/m²
-
Permen PUPR: Rp 53.160/m²
-
Efisiensi biaya: 44% lebih murah
Penilaian Kritis:
Temuan ini menantang asumsi konvensional bahwa efisiensi kerja selalu memerlukan biaya lebih tinggi. Faktanya, dengan perencanaan kerja yang matang dan pengawasan ketat, hasil kerja dapat lebih optimal dengan biaya yang relatif lebih rendah.
Studi Kasus Aceh Timur: Kombinasi Efisien Tenaga Kerja
Kombinasi optimal dalam studi ini adalah 1 tukang, 1 pekerja, 1 mandor, dan 1 kepala tukang. Kombinasi ini menunjukkan produktivitas yang tinggi dengan biaya yang tetap rasional.
Faktor Penentu Keberhasilan Kombinasi Ini:
-
Pengalaman kerja yang tinggi dari tenaga kerja lokal
-
Penempatan material yang efisien
-
Koordinasi kerja yang baik di lapangan
-
Pengawasan langsung dan berkelanjutan
Perbandingan dengan Studi Sebelumnya
Beberapa studi sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Handayani et al. (2021) di Jambi, menunjukkan bahwa tenaga kerja lokal cenderung lebih produktif daripada pekerja luar daerah karena lebih terbiasa dengan kondisi setempat. Hasil ini konsisten dengan temuan dari Aceh Timur, yang memperkuat argumen bahwa pendekatan berbasis konteks lokal sangat penting dalam konstruksi.
Implikasi Praktis bagi Dunia Konstruksi
1. Revisi Kebijakan Nasional
Standar nasional seperti Permen PUPR sebaiknya lebih fleksibel terhadap dinamika lokal. Evaluasi berbasis daerah dapat menghasilkan indeks produktivitas yang lebih realistis.
2. Perencanaan Tenaga Kerja yang Lebih Adaptif
Penggunaan tenaga kerja dengan pengalaman lokal serta penerapan sistem kerja bertumpukan dapat secara nyata meningkatkan produktivitas tanpa menambah biaya signifikan.
3. Optimalisasi Manajemen Material
Penempatan dan distribusi material yang tepat menjadi kunci utama efisiensi pekerjaan. Manajemen material yang buruk sering kali menjadi penyebab keterlambatan dan pemborosan biaya.
Kritik & Saran Pengembangan Penelitian
Kritik:
-
Studi terbatas pada dua jenis pekerjaan (bata dan plaster).
-
Tidak melibatkan variasi jenis proyek (residensial, komersial, dll.).
-
Tidak membahas kualitas hasil pekerjaan sebagai penyeimbang produktivitas.
Saran:
-
Penelitian lanjutan dapat mencakup pekerjaan struktural dan finishing lain seperti pengecatan atau pemasangan plafon.
-
Perlu dilakukan kajian lintas daerah untuk membandingkan produktivitas antar provinsi.
-
Kombinasikan dengan pendekatan BIM (Building Information Modeling) untuk analisis digital produktivitas.
Sumber Resmi:
Fadillah, A., Firdasari, & Masthura, L. (2024). Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Proyek Konstruksi Gedung: Studi Kasus Pembangunan Gedung Staf Kodim 0104, Aceh Timur. Jurnal Ilmiah TELSINAS, Volume 7, No. 1.
DOI: https://doi.org/10.38043/telsinas.v6i2.5110