Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 01 Desember 2025
Latar Belakang Teoretis
Pengembangan kembali Ring Road di Tumakuru berdiri di atas persoalan mendasar mobilitas perkotaan: peningkatan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi kapasitas infrastruktur jalan. Tumakuru, sebagai kota industri tingkat II, mengalami perkembangan ekonomi yang cepat, diikuti pertumbuhan kendaraan pribadi dan transportasi logistik. Arteri utama yang melintasi kota semakin padat, menciptakan kemacetan kronis yang melambatkan pergerakan barang dan orang.
Secara teoretis, Ring Road berfungsi sebagai peripheral mobility corridor, yaitu jalur pinggir yang mengalihkan lalu lintas berat dari pusat kota. Tanpa jalur tersebut, beban kendaraan akan terus menumpuk di koridor dalam kota. Namun sebelum intervensi, Ring Road Tumakuru sendiri mengalami degradasi fisik: badan jalan rusak, drainase tidak berfungsi, dan lebar efektif mengerucut akibat pemanfaatan ruang yang tidak teratur.
Kerangka teori yang digunakan pembangunan kembali Ring Road berpijak pada konsep urban mobility optimization, traffic decongestion, serta pendekatan material sustainability melalui pemanfaatan sampah kota sebagai bahan konstruksi. Gagasan terakhir menunjukkan pergeseran paradigma dari pembangunan yang sekadar menambah kapasitas menjadi pembangunan yang memperkuat siklus keberlanjutan kota melalui reuse material.
Proyek ini juga berada dalam konteks Smart City Mission, yang menekankan penguatan mobilitas, konektivitas antarperumahan, dan pengembangan infrastruktur jalan sebagai prasyarat integrasi ekonomi kota. Ring Road diperlakukan bukan sekadar sebagai fasilitas transportasi melainkan sebagai infrastruktur urban yang mempengaruhi kualitas hidup warga, efisiensi logistik, dan keterhubungan kawasan industri.
Metodologi dan Kebaruan
Proyek redevelopment menerapkan metodologi teknis berbasis survei lapangan, pemetaan struktur jalan, analisis kondisi perkerasan, dan audit sampah kota sebagai sumber material. Secara garis besar, metodologi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap:
1. Survei Teknis Kondisi Jalan
Survei menilai tingkat kerusakan jalan, kondisi bahu jalan, lapisan perkerasan, kualitas drainase, serta hambatan fisik non-teknis seperti penumpukan material dan pertumbuhan vegetasi liar.
2. Analisis Pola Lalu Lintas
Tim mempelajari arus kendaraan harian, titik simpul yang menyebabkan perlambatan, dan persimpangan yang memerlukan pelebaran. Temuan ini menjadi dasar penentuan segmen prioritas pada Ring Road.
3. Audit Sampah Kota sebagai Material Konstruksi
Langkah ini unik: sampah kota diklasifikasikan berdasarkan jenis material yang masih dapat digunakan untuk pembangunan kembali, terutama debris konstruksi dan sampah inert. Material tersebut kemudian diproses untuk digunakan kembali sebagai lapisan dasar (sub-base) perkerasan.
4. Integrasi Rekayasa Jalan dengan Pemanfaatan Material Alternatif
Kebaruan proyek tampak dalam implementasi metode konstruksi hemat biaya dan ramah lingkungan, di mana pemanfaatan sampah kota mengurangi tekanan terhadap landfill, menekan biaya logistik material baru, dan mempercepat pelaksanaan pekerjaan.
Pendekatan ini memperlihatkan integrasi manajemen sampah dengan rekayasa transportasi—a kombinasi yang masih jarang diadopsi kota-kota India tingkat II.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Proyek redevelopment Ring Road memproduksi sejumlah temuan penting terkait peningkatan mobilitas, kualitas konstruksi, dan efisiensi biaya.
1. Peningkatan Kapasitas Jalan dan Kelancaran Arus Kendaraan
Setelah perbaikan, segmen-segmen yang sebelumnya mengalami penyempitan kini diperluas sehingga kendaraan berat dapat melintas tanpa hambatan. Drainase yang direhabilitasi mengurangi genangan, sehingga kendaraan tidak lagi melambat pada musim hujan.
Implikasinya signifikan: kendaraan berat yang dahulu melewati pusat kota kini dapat langsung dialihkan ke Ring Road, mengurangi beban koridor utama. Dampaknya terlihat dalam berkurangnya waktu tempuh dan meningkatnya efisiensi transportasi logistik.
2. Efektivitas Penggunaan Sampah Kota sebagai Material Konstruksi
Penggunaan material hasil pemulihan dari sampah inert dan debris konstruksi menghasilkan dua manfaat utama:
mengurangi volume sampah kota yang harus dikirim ke TPA;
menurunkan biaya pembangunan karena pengurangan penggunaan material baru.
Bagi kota industri seperti Tumakuru, hasil ini menjadi preseden penting dalam mengelola limbah padat secara produktif dan ekonomis. Pendekatan ini menunjukkan bahwa kota tidak hanya mengurangi beban ekologis tetapi juga menciptakan efisiensi fiskal bagi anggaran publik.
3. Perbaikan Keselamatan dan Kualitas Ruang Jalan
Kondisi jalan yang sebelumnya rusak parah menimbulkan risiko kecelakaan tinggi, terutama bagi pengendara sepeda motor. Setelah pembangunan kembali, permukaan jalan menjadi lebih stabil, marka jalan diperjelas, dan bahu jalan diperkuat. Semua ini berkontribusi pada peningkatan keselamatan pengguna jalan.
Selain itu, pemulihan drainase menjaga kondisi jalan tetap kering sehingga risiko slip berkurang drastis.
4. Integrasi Fungsi Mobilitas Antar Kawasan
Ring Road yang sebelumnya tidak berfungsi optimal kini berperan sebagai tulang punggung konektivitas kota, menghubungkan:
kawasan industri,
permukiman pinggiran,
kawasan komersial, dan
akses menuju kota-kota tetangga.
Dengan demikian, proyek ini berkontribusi pada dinamika ekonomi makro—suatu hal yang esensial bagi kota dalam tahap ekspansi industri.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Meskipun proyek ini menunjukkan peningkatan signifikan, sejumlah catatan kritis perlu diajukan.
1. Minimnya Data Kuantitatif Terkait Dampak Lalu Lintas
Dokumen tidak memuat statistik kuantitatif seperti pengurangan waktu tempuh rata-rata atau penurunan kemacetan. Padahal, indikator semacam ini penting untuk menilai efektivitas jangka panjang.
2. Ketergantungan pada Kualitas Material Limbah
Meski inovatif, penggunaan sampah kota sebagai material konstruksi menimbulkan potensi inkonsistensi kualitas. Material harus melalui proses penyaringan dan stabilisasi, dan dokumen tidak menjelaskan mekanisme kontrol kualitas secara rinci.
3. Potensi Degradasi Cepat Tanpa Pemeliharaan
Perkerasan yang dibangun dengan kombinasi material baru dan daur ulang membutuhkan pemeliharaan rutin. Jika hal ini tidak dijamin, kualitas jalan dapat menurun lebih cepat dibanding perkerasan standar.
4. Kurangnya Integrasi dengan Mobilitas Berbasis NMT
Walaupun menjadi arteri kendaraan bermotor, Ring Road dapat diperkuat dengan jalur sepeda atau pejalan kaki terpisah. Ketidakhadiran fasilitas NMT membatasi keberlanjutan transportasi.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Proyek ini memberikan sejumlah kontribusi penting bagi wacana pembangunan kota berkelanjutan:
Pemanfaatan sampah kota sebagai material konstruksi dapat direplikasi oleh kota-kota industri lain, mengurangi tekanan terhadap TPA dan menciptakan model ekonomi sirkular dalam rekayasa jalan.
Pengurangan kemacetan melalui jalur lingkar terbukti efektif sebagai strategi mobilitas primer.
Perluasan model rekayasa material membuka peluang riset tentang ketahanan material daur ulang dalam iklim India Selatan.
Integrasi smart mobility dapat diperkuat lewat pengumpulan data lalu lintas real-time agar evaluasi dampak dapat dilakukan secara ilmiah.
Peningkatan keselamatan transportasi memiliki nilai sosial besar, terutama di kota dengan pertumbuhan kendaraan tinggi.
Refleksi Penutup
Redevelopment Ring Road di Tumakuru menunjukkan bagaimana intervensi fisik yang tepat sasaran dapat mengubah wajah mobilitas kota. Dengan memanfaatkan sampah kota sebagai material konstruksi, proyek ini tidak hanya mengatasi persoalan kemacetan tetapi juga menyelesaikan masalah lingkungan melalui pendekatan ekonomi sirkular.
Intervensi ini memberi pelajaran penting bagi kota-kota berkembang: keberhasilan proyek tidak diukur dari skala fisik semata tetapi dari kemampuannya mengintegrasikan desain, keberlanjutan material, dan manfaat sosial-ekonomi. Dalam konteks urbanisasi India yang semakin cepat, pendekatan seperti ini menjadi acuan strategis dalam merancang infrastruktur mobilitas masa depan yang lebih cerdas, bersih, dan adaptif.
Sumber
Studi Kasus C24: Use of Municipal Waste for Redevelopment of Ring Road, Tumakuru. (2019). Dalam SAAR: Smart Cities and Academia Towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada masalah lingkungan yang mendesak: India menghasilkan sekitar 35 lakh ton limbah plastik selama 2019-2020, yang sering kali menyumbat saluran air atau dibakar secara terbuka, melepaskan gas beracun. Di sisi lain, konstruksi jalan konvensional membutuhkan bitumen dalam jumlah besar yang mahal dan rentan terhadap kerusakan air.
Kerangka teoretis proyek ini adalah pemanfaatan limbah untuk kekayaan (waste-to-wealth). Konsep penggunaan limbah plastik dalam konstruksi jalan (diperkenalkan di India sejak 2001) diadopsi oleh New Town Kolkata Development Authority (NKDA) untuk merenovasi jalan layanan sepanjang 400 meter di dekat lapangan Mela, Action Area-1. Tujuannya adalah untuk menguji tingkat kinerja material hibrida ini sebagai solusi berkelanjutan untuk jaringan jalan kota di masa depan.
Metodologi dan Implementasi
Studi SAAR ini mengadopsi pendekatan studi kasus teknis dan evaluatif. Tim peneliti dari IIEST Shibpur menganalisis proses perencanaan, pelaksanaan, dan persepsi pengguna pasca-implementasi.
Proses Teknis: Proyek ini menggunakan "Proses Kering" (Dry Process) sesuai standar IRC: SP 98-2013. Limbah plastik kering (kantong PET, botol) dikumpulkan dari rumah tangga, dipilah, dan dicacah hingga ukuran 2,36 mm - 600 mikron. Plastik cacah ini kemudian dicampur dengan agregat panas sebelum ditambahkan bitumen.
Spesifikasi: Plastik digunakan untuk menggantikan 6% dari total konten bitumen. Jalan ini dilapisi dengan pre-mix carpet dan seal coat.
Lingkup Tambahan: Selain jalan, proyek ini juga membangun dua ramp aksesibilitas menggunakan paving block plastik untuk penyandang disabilitas, serta mengintegrasikan fasilitas cerdas seperti bangku bertenaga surya dan layar LED.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus menyoroti manfaat kinerja dan keberlanjutan yang signifikan:
Peningkatan Durabilitas dan Efisiensi Biaya: Temuan teknis utama adalah bahwa jalan plastik memiliki umur kinerja yang lebih panjang dibandingkan perkerasan bitumen atau beton biasa karena resistensi yang lebih baik terhadap air. Secara finansial, NKDA melaporkan bahwa biaya proyek (Rs. 57,07 Lakh) "relatif lebih rendah" dibandingkan proses perkuatan konvensional. Hingga saat laporan dibuat, jalan tersebut belum memerlukan perawatan yang berarti.
Manajemen Limbah Terintegrasi: Proyek ini berhasil mendemonstrasikan rantai pasok sirkular. Limbah dikumpulkan dari rumah tangga di New Town dan diproses di tempat pemilahan Pathuriyaghata, mengubah sampah lokal menjadi aset infrastruktur lokal.
Integrasi Fasilitas Cerdas: Berbeda dengan proyek jalan biasa, inisiatif ini menggabungkan elemen Smart City. Jalan ini dilengkapi dengan "bangku pintar yang dilengkapi panel surya dan layar LED" serta titik pengisian daya kendaraan listrik (E-vehicle), menjadikannya koridor modern yang multifungsi.
Persepsi Pengguna: Survei menunjukkan penerimaan yang tinggi, dengan 67% pengguna lebih memilih berjalan kaki di jalan ini. Pengguna merasa puas dengan kualitas berkendara (riding quality) yang dihasilkan.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Tinjauan ini mencatat satu keterbatasan data teknis: data uji Marshall Flow tidak disediakan, yang membatasi penilaian independen terhadap kualitas campuran aspal secara mendalam.
Secara kritis, studi ini menyoroti kontras kualitas. Meskipun bagian jalan plastik baru sangat baik, jalan eksisting di sekitarnya yang hanya ditambal (patchwork) menunjukkan kualitas yang buruk, menciptakan ketidakkonsistenan bagi pengguna. Selain itu, fasilitas cerdas yang dipasang dilaporkan mengalami "layanan yang buruk" (poor services) karena kurangnya perawatan pada fitur-fitur tambahan tersebut, menunjukkan bahwa fokus pada infrastruktur fisik jalan tidak diimbangi dengan pemeliharaan amenitas pendukungnya.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, proyek ini membuktikan bahwa jalan plastik adalah solusi skalabel dan layak secara ekonomi untuk kota-kota di India. Penggantian 6% bitumen dengan plastik menawarkan penghematan biaya langsung dan solusi pembuangan limbah yang efektif.
Rekomendasi utamanya adalah untuk mereplikasi model ini pada jaringan jalan yang lebih luas di area perencanaan. Namun, perhatian khusus harus diberikan pada pemeliharaan fasilitas cerdas (bangku, layar) agar tidak menjadi aset yang terbengkalai. Penelitian masa depan disarankan untuk melakukan uji siklus hidup (Life Cycle Cost Analysis) jangka panjang untuk memvalidasi penghematan biaya pemeliharaan selama 5-10 tahun ke depan.
Sumber
Studi Kasus C10: Strengthening and renovation of the existing street by using Shredded waste plastic. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 92-97). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 19 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada konteks unik Gangtok, sebuah kota kecil (19,2 km persegi) dengan kontur pegunungan yang ekstrem. Karena jarak yang pendek, berjalan kaki adalah moda transportasi yang sangat efektif bagi penduduk dan wisatawan. Namun, infrastruktur pejalan kaki yang ada (dibangun bertahap sejak 2007) telah rusak, tidak standar, dan terputus-putus, memaksa pejalan kaki—termasuk kelompok rentan seperti wanita, anak-anak, dan lansia—untuk berbagi jalan sempit dengan kendaraan bermotor.
Kerangka teoretis proyek ini, yang dilaksanakan di bawah Smart City Mission dengan biaya Rs 25,94 crore, berfokus pada pencapaian SDG 3 (Kesehatan), SDG 11 (Kota Berkelanjutan), dan SDG 13 (Aksi Iklim). Tujuannya adalah untuk menciptakan jaringan pejalan kaki yang aman, inklusif, dan terus menerus di sepanjang arteri utama kota (NH-10), yang mencakup 96% wilayah kota.
Metodologi dan Kebaruan
Studi SAAR ini mengadopsi metodologi metode campuran (mixed-methods). Ini mencakup tinjauan literatur tentang standar desain, observasi lapangan dan dokumentasi foto untuk audit teknis, serta wawancara mendalam dengan pejabat Gangtok Smart City Development Ltd (GSCDL) dan konsultan proyek. Selain itu, survei persepsi warga dilakukan terhadap penduduk, pemilik toko, dan pejalan kaki untuk mengukur dampak kualitatif.
Kebaruan dari proyek ini terletak pada solusi rekayasa strukturalnya untuk mengatasi kendala lahan di daerah berbukit. Alih-alih memotong tebing yang tidak stabil, proyek ini menggunakan "trotoar gantung" (overhanging footpaths) yang didukung oleh dinding penahan beton (plumb concrete retaining walls) dan penyangga (props). Teknik ini memungkinkan pelebaran ruang pejalan kaki tanpa mengganggu stabilitas lereng atau mengurangi lebar jalan kendaraan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus menyoroti keberhasilan teknis dan fungsional, namun juga mengungkap kekurangan dalam detail pelaksanaan.
Inovasi Struktural dan Utilitas: Wawancara dengan insinyur proyek mengungkapkan bahwa tantangan utama adalah menjaga kontinuitas jalur di medan yang sulit. Solusi struktur kantilever (gantung) terbukti efektif. Selain itu, proyek ini mengintegrasikan utilitas dengan menanam pipa HDPE di bawah trotoar untuk kabel masa depan, mengurangi kebutuhan penggalian jalan yang berulang.
Peningkatan Keselamatan dan Kenyamanan: Survei persepsi menunjukkan dampak positif yang kuat. Penggunaan paver block (30mm) menggantikan permukaan lama yang rusak, meningkatkan kenyamanan berjalan. Pagar pengaman (railings) baru memberikan rasa aman fisik yang krusial bagi pejalan kaki yang berjalan di tepi lereng curam.
Kebijakan "Bebas Pedagang Kaki Lima": Sebuah temuan kebijakan yang menarik adalah keputusan tegas bahwa "tidak ada pedagang kaki lima (vending) yang diizinkan di jalan." Pemerintah kota menyediakan ruang khusus di lantai dasar bangunan publik untuk pedagang, menjaga trotoar tetap bersih untuk pergerakan pejalan kaki sepenuhnya.
Kesenjangan Implementasi Standar (Temuan Kritis): Meskipun berhasil secara makro, audit detail mengungkap kegagalan mikro.
Aksesibilitas Tunanetra: Meskipun Ubin Pemandu Taktil (Tactile Ground Surface Indicators - TGSI) dipasang, "tata letak dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan standar" (IRC: SP-117:2018), yang berpotensi membingungkan atau membahayakan pengguna tunanetra.
Hambatan Fisik: Ditemukan kasus di mana tiang listrik menghalangi trotoar karena kurangnya koordinasi dengan Departemen Tenaga Listrik untuk pemindahan utilitas.
Kendala Topografi: Di peregangan curam dekat Ranipool, kemiringan terlalu tinggi untuk ramp kursi roda, sehingga tangga terpaksa digunakan, yang memutus aksesibilitas universal.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Keterbatasan utama proyek ini, sebagaimana disorot oleh studi, adalah tantangan topografi yang tak terelakkan. Keharusan menggunakan tangga di beberapa bagian menunjukkan bahwa aksesibilitas universal 100% mungkin merupakan tujuan yang tidak realistis di medan pegunungan ekstrem tanpa solusi mekanis (seperti lift/eskalator luar ruang). Selain itu, studi mencatat bahwa durasi proyek melampaui target awal (tertunda 6-8 bulan) akibat pandemi dan tantangan teknis.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, proyek ini menetapkan tolok ukur (benchmark) rekayasa bagi kota-kota bukit lainnya di India dan Asia Tenggara yang menghadapi kendala serupa. Penggunaan struktur kantilever adalah solusi yang dapat direplikasi.
Namun, rekomendasi studi ini menekankan perlunya kepatuhan yang lebih ketat terhadap standar aksesibilitas (seperti TGSI yang benar) dan koordinasi antar-lembaga yang lebih baik (misalnya dengan departemen listrik) sebelum konstruksi dimulai untuk menghindari obstruksi fisik. Penelitian masa depan harus mengeksplorasi solusi material yang lebih ramah lingkungan dan berdaya cengkeram tinggi untuk daerah curam dan basah seperti Gangtok.
Sumber
Studi Kasus C6: Pedestrianisation, Gangtok. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 20, 49-50, 53, 57-58). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 17 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada kebutuhan untuk menciptakan ruang publik hijau yang berkualitas di dalam kota padat sebagai bagian dari misi Smart City. Proyek Marine Drive Walkway di Kochi diposisikan sebagai inisiatif beautifikasi perkotaan yang bertujuan mempromosikan Transportasi Non-Motor (Non-Motorized Transport - NMT) dan meningkatkan kualitas hidup warga.
Kerangka teoretis awal dari proyek ini sangat ambisius. Visi konseptualnya adalah menciptakan "koridor ruang terbuka" (open space corridor) yang mulus, yang berfungsi sebagai infrastruktur hijau yang menghubungkan dua ruang terbuka utama: DH Ground dan Mangalavanam (dari A ke B). Namun, latar belakang masalah yang diangkat oleh studi SAAR ini adalah bahwa visi awal tersebut menghadapi kendala implementasi yang signifikan. Tujuan dari studi ini adalah untuk "memahami peran ruang publik hijau dan terbuka di kota Kochi dan dampaknya terhadap kehidupan warga" melalui evaluasi proyek walkway yang telah diimplementasikan.
Metodologi dan Kebaruan
Penelitian ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mengevaluasi proyek yang sudah selesai sebagai bagian dari program Smart cities and Academia towards Action and Research (SAAR). Proses metodologisnya mencakup:
Dokumentasi: Memahami dan mendokumentasikan komponen kunci serta layanan yang diimplementasikan di koridor Marine Drive Walkway.
Evaluasi Dampak: Mengidentifikasi dampak positif dan negatif dari proyek terhadap berbagai pemangku kepentingan, yang dikumpulkan melalui studi di lokasi dan survei.
Identifikasi Potensi: Menilai potensi yang belum tergali dari proyek tersebut.
Kebaruan dari studi ini terletak pada evaluasinya yang jujur terhadap sebuah proyek beautifikasi, yang menyoroti kesenjangan kritis antara janji desain konseptual dan hasil fungsional akhir.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis studi kasus oleh tim SAAR mengungkap adanya manfaat yang nyata sekaligus kegagalan fungsional yang signifikan.
Kegagalan Visi Konseptual: Temuan paling kritis dari studi ini adalah bahwa proyek tersebut gagal memenuhi janji utamanya. Karena "kendala... dan kekurangan anggaran," proyek ini hanya "diimplementasikan sebagai koridor ruang terbuka yang menghubungkan dua ruang terbuka di area ABD" alih-alih koridor utuh yang direncanakan. Akibatnya, "bahkan setelah selesainya proyek... konektivitas yang mulus (seamless connectivity) dengan ruang terbuka di DH Ground dan Mangalavanam tidak tercapai."
Manfaat Sosial dan Ekonomi (Meskipun Terfragmentasi): Terlepas dari kegagalan konektivitasnya, bagian walkway yang berhasil dibangun terbukti memberikan manfaat besar. Studi ini menegaskan bahwa koridor hijau berfungsi sebagai "ruang berkumpul sosial utama, mempromosikan kesejahteraan komunitas" dan mendorong peningkatan aktivitas fisik seperti berjalan kaki dan bersepeda. Secara ekonomi, ada manfaat yang diharapkan, di mana properti residensial dan komersial yang menghadap koridor hijau "dinilai sekitar 5-7 persen lebih tinggi" daripada properti sejenis di tempat lain.
Manfaat Lingkungan: Proyek ini berkontribusi pada layanan ekologis, termasuk menyediakan habitat bagi satwa liar perkotaan, mengurangi polusi udara, dan menekan efek pulau panas perkotaan (urban heat island effect) melalui kanopi pohon.
Tantangan Implementasi: Studi ini mengidentifikasi tantangan-tantangan utama yang menyebabkan kegagalan visi awal. Ini termasuk: "Kendala anggaran dan eskalasi biaya" karena durasi proyek yang panjang, dan "kesulitan dalam mengintervensi koridor perkotaan yang aktif" karena Marine Drive sudah menjadi kawasan pejalan kaki yang sibuk.
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Keterbatasan utama yang disorot oleh studi SAAR ini adalah bahwa proyek tersebut hanya mencapai "pemenuhan sebagian" (partial fulfilment) dari tujuannya karena "tidak adanya kerangka kerja yang komprehensif" yang mengikatnya pada tatanan kota yang ada.
Secara kritis, temuan bahwa konektivitas yang mulus "tidak tercapai" menunjukkan kegagalan dalam fase perencanaan dan penganggaran. Fakta bahwa para pemangku kepentingan "masih mencari solusi untuk memastikan konektivitas" pasca-proyek menunjukkan adanya proses perencanaan yang terfragmentasi.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, studi ini berfungsi sebagai pelajaran penting bagi proyek-proyek Smart City di masa depan. Ia menegaskan bahwa intervensi NMT dan ruang hijau harus didukung oleh anggaran yang memadai dan kerangka kerja yang komprehensif untuk memastikan bahwa tujuan utamanya—seperti konektivitas—tidak hilang selama implementasi. Penelitian di masa depan harus berfokus pada bagaimana mengatasi tantangan intervensi di koridor perkotaan yang aktif dan bagaimana memastikan pendanaan yang realistis untuk visi desain jangka panjang.
Sumber
Studi Kasus C3: Marine drive Walkway - NMT Project (Urban beautification), Smart City Kochi. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 28-29). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 17 November 2025
Latar Belakang Teoretis
Penelitian ini berakar pada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan walkability (kemampuan berjalan kaki) di tengah urbanisasi yang cepat di India. Peningkatan walkability secara teoretis dikaitkan dengan hasil kesehatan yang lebih baik (SDG 3), pengurangan jejak karbon (SDG 13), peningkatan interaksi sosial, dan manfaat ekonomi (SDG 11).
Proyek "Smart Streets" di Pune, yang merupakan bagian dari Smart Cities Mission, diposisikan sebagai upaya percontohan untuk mempromosikan NMT melalui desain ulang jalan. Kerangka teoretis studi SAAR ini adalah untuk mengevaluasi proyek tersebut secara kualitatif. Tujuan utamanya adalah untuk "menilai dampak Smart Streets terhadap warga dan kota," "mempelajari tingkat kepuasan warga," dan "menilai dampak positif dan negatif" dari inisiatif tersebut.
Metodologi dan Kebaruan
Studi ini mengadopsi metodologi penilaian kualitatif terhadap proyek percontohan SCM di Area Based Development di Pune. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei di lokasi dan kuesioner warga (seperti terlihat di apendiks ) untuk mengukur persepsi dan tingkat kepuasan.
Studi ini secara spesifik menganalisis koridor jalan yang telah didesain ulang, termasuk DP Road (sebagai proyek demonstratif ideal) dan ITI Road, untuk mengekstrak pro dan kontra dari implementasinya. Kebaruan dari karya ini terletak pada evaluasinya yang jujur dan berbasis lapangan terhadap sebuah proyek percontohan SCM, yang berfungsi sebagai umpan balik kritis untuk desain ulang jalan di masa depan.
Temuan Utama dengan Kontekstualisasi
Analisis kualitatif terhadap jalan-jalan yang didesain ulang menghasilkan temuan yang menyoroti keberhasilan desain sekaligus konflik yang ditimbulkannya.
Implementasi Desain NMT Komprehensif: Proyek ini berhasil mengimplementasikan fitur-fitur desain NMT yang ideal. Contohnya di ITI Road (lebar 24m), intervensi mencakup "trotoar terpisah, jalur sepeda khusus, parkir di jalan,... perlintasan sebidang (at-grade crossings), dan pemberhentian transportasi umum."
Integrasi Placemaking: Desain ini melampaui sekadar transportasi, dengan mengintegrasikan fasilitas publik di sepanjang trotoar. Ini termasuk "gym terbuka, situs placemaking, area duduk, patung," dan area bermain anak-anak, yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial.
Pengukuran Walkability: Studi ini mengukur "Walkability Index" berdasarkan peringkat fasilitas pejalan kaki oleh pemangku kepentingan, di mana DP Road (proyek percontohan ideal) menerima skor 4.2.
Dampak Negatif dan Konflik (Temuan Kritis): Evaluasi kualitatif juga mengungkap kelemahan signifikan. Survei primer di DP Road (ditampilkan dalam Gambar 2) mengidentifikasi keluhan utama dari pengguna: "Trotoar yang besar menyebabkan kemacetan lalu lintas" dan "Fasilitas parkir tidak cukup."
Keterbatasan dan Refleksi Kritis
Temuan-temuan ini menyoroti sebuah konflik fundamental dalam desain perkotaan di Pune. Meskipun proyek ini berhasil dalam tujuannya memprioritaskan pejalan kaki dan NMT , intervensi ini secara langsung menimbulkan dampak negatif pada lalu lintas kendaraan bermotor dan permintaan parkir yang ada. Keterbatasan dari studi ini adalah bahwa ia merupakan penilaian kualitatif dari sebuah "upaya percontohan" (pilot attempt) , sehingga dampaknya diukur dalam skala terbatas.
Implikasi Ilmiah di Masa Depan
Secara praktis, studi ini menegaskan bahwa infrastruktur Smart Street yang berfokus pada walkability adalah "langkah positif" menuju kota yang berkelanjutan, adil, dan inklusif. Proyek ini memberi kesempatan untuk "mengkalibrasi ulang cara kita berkomuter" dan memperjuangkan hak atas kota bagi semua orang.
Namun, temuan kritis mengenai kemacetan dan parkir menyiratkan bahwa penelitian dan perencanaan di masa depan harus secara eksplisit mengelola trade-off antara mempromosikan NMT dan mengakomodasi permintaan transportasi dan parkir kendaraan pribadi yang ada. Rekomendasi dari studi ini akan sangat penting untuk memandu inisiatif pemerintah di masa depan.
Sumber
Studi Kasus C2: Smart Streets Design. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 16-24). National Institute of Urban Affairs (NIUA).
Infrastruktur Jalan
Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana pada 07 November 2025
Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?
Pembangunan infrastruktur jalan di Desa Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, menunjukkan pengaruh besar terhadap peningkatan aktivitas ekonomi lokal. Hasil studi dari Universitas Mataram menegaskan bahwa perbaikan akses jalan secara signifikan meningkatkan pendapatan pedagang kecil seperti penjual bakso, sate, dan jajanan tradisional. Temuan ini penting bagi pembuat kebijakan karena menunjukkan bahwa infrastruktur tidak hanya mendukung konektivitas regional, tetapi juga memberdayakan ekonomi mikro yang menjadi tulang punggung masyarakat desa. Namun, dampak positif ini hanya dapat bertahan jika kebijakan pendukung seperti kompensasi, pelatihan, dan penataan usaha kecil diterapkan dengan baik.
Dalam konteks ini, program penguatan kapasitas seperti Kursus Business with Social Impact sangat relevan untuk aparatur daerah dan BUMDes agar dapat merancang intervensi yang mendukung keberlanjutan usaha kecil setelah pembangunan fisik selesai.
Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang
Dampak:
Pembangunan jalan di Tanjung memicu peningkatan arus mobilitas warga dan kelancaran distribusi barang. Para pelaku usaha melaporkan kenaikan omzet karena akses pembeli menjadi lebih mudah. Infrastruktur juga memperkuat konektivitas menuju kawasan wisata Lombok Utara, membuka peluang sektor pariwisata dan perdagangan lokal.
Hambatan:
Tidak semua warga merasakan manfaat secara langsung. Beberapa pedagang terpaksa direlokasi selama proses pembangunan tanpa kompensasi yang memadai. Selain itu, komunikasi pemerintah kepada masyarakat masih minim, menyebabkan ketidakpastian bagi usaha kecil.
Peluang:
Dengan adanya jalur dua arah dan empat lajur di sekitar pusat pemerintahan, peluang investasi dan pengembangan ekonomi lokal meningkat pesat. Pemerintah daerah berencana membangun zona khusus pedagang kaki lima (PKL) serta area istirahat yang dapat menjadi sentra ekonomi baru.
5 Rekomendasi Kebijakan Praktis
Pemberian kompensasi dan lokasi alternatif strategis bagi pedagang terdampak sebelum proyek dimulai.
Program pelatihan adaptasi ekonomi bagi pelaku usaha kecil untuk memanfaatkan potensi jalan baru.
Peningkatan komunikasi publik antara pemerintah dan warga agar proses pembangunan lebih transparan dan inklusif.
Penyediaan akses permodalan mikro melalui kerja sama dengan bank daerah atau BUMDes untuk memperkuat kapasitas usaha masyarakat.
Monitoring dan evaluasi berkala untuk memastikan manfaat infrastruktur benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan
Meskipun proyek ini terbukti meningkatkan ekonomi lokal, potensi kegagalan muncul ketika aspek sosial diabaikan. Minimnya koordinasi antara instansi PUPR dan pemerintah desa dapat menyebabkan ketimpangan manfaat—di mana kelompok kecil yang sudah kuat menjadi semakin dominan, sementara pedagang kecil tetap terpinggirkan. Jika kebijakan tidak diiringi dengan pendekatan sosial-ekonomi yang partisipatif, maka pembangunan jalan hanya akan menghasilkan pertumbuhan semu tanpa pemerataan kesejahteraan.
Penutup
Pembangunan jalan di Desa Tanjung merupakan contoh konkret bahwa infrastruktur dapat menjadi katalis pembangunan ekonomi rakyat. Namun, keberhasilan kebijakan tersebut sangat bergantung pada keberlanjutan dukungan terhadap masyarakat terdampak. Infrastruktur fisik harus dibarengi dengan pembangunan sosial agar manfaatnya menyentuh seluruh lapisan ekonomi. Pemerintah daerah diharapkan menjadikan proyek ini sebagai model bagi pembangunan inklusif yang berkeadilan.
Sumber
Zauqi, R. A., Suprianto, & Agustiani, E. (2024). Analysis of the Impact of Road Infrastructure Development on Community Economic Business Development in Tanjung Village, North Lombok Regency. ISRG Journal of Arts, Humanities, and Social Science, Vol. II, Issue IV. DOI: 10.5281/zenodo.13091427.