Urban Beautification sebagai Proyek Cerdas: Tinjauan Kritis terhadap Marine Drive Walkway NMT di Kochi

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko

17 November 2025, 03.06

Sumber: pexels.com

Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada kebutuhan untuk menciptakan ruang publik hijau yang berkualitas di dalam kota padat sebagai bagian dari misi Smart City. Proyek Marine Drive Walkway di Kochi diposisikan sebagai inisiatif beautifikasi perkotaan yang bertujuan mempromosikan Transportasi Non-Motor (Non-Motorized Transport - NMT) dan meningkatkan kualitas hidup warga.   

Kerangka teoretis awal dari proyek ini sangat ambisius. Visi konseptualnya adalah menciptakan "koridor ruang terbuka" (open space corridor) yang mulus, yang berfungsi sebagai infrastruktur hijau yang menghubungkan dua ruang terbuka utama: DH Ground dan Mangalavanam (dari A ke B). Namun, latar belakang masalah yang diangkat oleh studi SAAR ini adalah bahwa visi awal tersebut menghadapi kendala implementasi yang signifikan. Tujuan dari studi ini adalah untuk "memahami peran ruang publik hijau dan terbuka di kota Kochi dan dampaknya terhadap kehidupan warga" melalui evaluasi proyek walkway yang telah diimplementasikan.   

Metodologi dan Kebaruan

Penelitian ini mengadopsi metodologi studi kasus kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mengevaluasi proyek yang sudah selesai sebagai bagian dari program Smart cities and Academia towards Action and Research (SAAR). Proses metodologisnya mencakup:   

  1. Dokumentasi: Memahami dan mendokumentasikan komponen kunci serta layanan yang diimplementasikan di koridor Marine Drive Walkway.   

  2. Evaluasi Dampak: Mengidentifikasi dampak positif dan negatif dari proyek terhadap berbagai pemangku kepentingan, yang dikumpulkan melalui studi di lokasi dan survei.   

  3. Identifikasi Potensi: Menilai potensi yang belum tergali dari proyek tersebut.   

Kebaruan dari studi ini terletak pada evaluasinya yang jujur terhadap sebuah proyek beautifikasi, yang menyoroti kesenjangan kritis antara janji desain konseptual dan hasil fungsional akhir.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Analisis studi kasus oleh tim SAAR mengungkap adanya manfaat yang nyata sekaligus kegagalan fungsional yang signifikan.

  1. Kegagalan Visi Konseptual: Temuan paling kritis dari studi ini adalah bahwa proyek tersebut gagal memenuhi janji utamanya. Karena "kendala... dan kekurangan anggaran,"  proyek ini hanya "diimplementasikan sebagai koridor ruang terbuka yang menghubungkan dua ruang terbuka di area ABD" alih-alih koridor utuh yang direncanakan. Akibatnya, "bahkan setelah selesainya proyek... konektivitas yang mulus (seamless connectivity) dengan ruang terbuka di DH Ground dan Mangalavanam tidak tercapai."   

  2. Manfaat Sosial dan Ekonomi (Meskipun Terfragmentasi): Terlepas dari kegagalan konektivitasnya, bagian walkway yang berhasil dibangun terbukti memberikan manfaat besar. Studi ini menegaskan bahwa koridor hijau berfungsi sebagai "ruang berkumpul sosial utama, mempromosikan kesejahteraan komunitas" dan mendorong peningkatan aktivitas fisik seperti berjalan kaki dan bersepeda. Secara ekonomi, ada manfaat yang diharapkan, di mana properti residensial dan komersial yang menghadap koridor hijau "dinilai sekitar 5-7 persen lebih tinggi" daripada properti sejenis di tempat lain.   

  3. Manfaat Lingkungan: Proyek ini berkontribusi pada layanan ekologis, termasuk menyediakan habitat bagi satwa liar perkotaan, mengurangi polusi udara, dan menekan efek pulau panas perkotaan (urban heat island effect) melalui kanopi pohon.   

    1. Tantangan Implementasi: Studi ini mengidentifikasi tantangan-tantangan utama yang menyebabkan kegagalan visi awal. Ini termasuk: "Kendala anggaran dan eskalasi biaya" karena durasi proyek yang panjang, dan "kesulitan dalam mengintervensi koridor perkotaan yang aktif" karena Marine Drive sudah menjadi kawasan pejalan kaki yang sibuk.    

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Keterbatasan utama yang disorot oleh studi SAAR ini adalah bahwa proyek tersebut hanya mencapai "pemenuhan sebagian" (partial fulfilment) dari tujuannya karena "tidak adanya kerangka kerja yang komprehensif" yang mengikatnya pada tatanan kota yang ada.   

Secara kritis, temuan bahwa konektivitas yang mulus "tidak tercapai"  menunjukkan kegagalan dalam fase perencanaan dan penganggaran. Fakta bahwa para pemangku kepentingan "masih mencari solusi untuk memastikan konektivitas"  pasca-proyek menunjukkan adanya proses perencanaan yang terfragmentasi.   

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Secara praktis, studi ini berfungsi sebagai pelajaran penting bagi proyek-proyek Smart City di masa depan. Ia menegaskan bahwa intervensi NMT dan ruang hijau harus didukung oleh anggaran yang memadai dan kerangka kerja yang komprehensif untuk memastikan bahwa tujuan utamanya—seperti konektivitas—tidak hilang selama implementasi. Penelitian di masa depan harus berfokus pada bagaimana mengatasi tantangan intervensi di koridor perkotaan yang aktif dan bagaimana memastikan pendanaan yang realistis untuk visi desain jangka panjang.   

Sumber

Studi Kasus C3: Marine drive Walkway - NMT Project (Urban beautification), Smart City Kochi. (2023). Dalam SAAR: Smart cities and Academia towards Action and Research (Part C: Urban Infrastructure) (hlm. 28-29). National Institute of Urban Affairs (NIUA).