Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?
Mutual Recognition Agreement (MRA) antara lembaga keinsinyuran di Inggris dan negara lain membuka jalan bagi pengakuan lintas batas terhadap kualifikasi profesional insinyur. Bagi Indonesia, MRA menjadi sinyal penting bahwa daya saing SDM teknik tidak hanya ditentukan oleh kemampuan teknis, tetapi juga sejauh mana sertifikasi insinyur diakui secara global.
Hal ini berimplikasi langsung pada kebijakan publik: pemerintah perlu memastikan bahwa standar sertifikasi insinyur Indonesia kompatibel dengan standar internasional agar mobilitas tenaga kerja teknik semakin terbuka dan proyek infrastruktur lintas negara dapat berjalan efektif. Relevan juga dengan artikel Analisis Kesesuaian Sertifikasi Insinyur Indonesia dengan Best Practices Global yang menunjukkan bahwa banyak elemen dalam sistem sertifikasi kita masih belum selaras dengan standar internasional.
Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang
Dampak Positif:
-
Insinyur Indonesia yang tersertifikasi sesuai standar internasional dapat bekerja di proyek global tanpa hambatan administratif besar.
-
Transfer teknologi dan pengetahuan lebih mudah karena adanya kesetaraan standar keprofesian.
-
Peningkatan kredibilitas Indonesia dalam forum internasional dan kerja sama teknik regional.
Hambatan:
-
Masih ada kesenjangan antara kurikulum pendidikan teknik di Indonesia dengan standar internasional.
-
Biaya sertifikasi internasional cukup tinggi dan belum terjangkau oleh semua insinyur muda.
-
Sosialisasi MRA masih terbatas, sehingga banyak insinyur belum memahami peluangnya.
Peluang Strategis:
-
Integrasi standar internasional ke dalam kurikulum teknik nasional.
-
Kerja sama antara pemerintah, asosiasi profesi, dan perguruan tinggi dalam menyediakan jalur sertifikasi yang lebih terjangkau.
-
Penguatan posisi Indonesia dalam negosiasi MRA ASEAN maupun bilateral.
-
Dukungan kebijakan dalam bentuk regulasi sertifikasi insinyur profesional yang lebih kuat, seperti yang dijabarkan dalam Peningkatan Kualitas Insinyur melalui Sertifikasi Insinyur Profesional — terutama bagian yang menyebut perlunya standar ujian sertifikasi diasosiasikan dengan sistem Professional Engineer di negara lain.
5 Rekomendasi Kebijakan Publik Praktis
-
Integrasi Standar Internasional ke Regulasi Nasional
Pemerintah perlu menyesuaikan peraturan sertifikasi insinyur dengan standar global agar lebih kompatibel dengan MRA. -
Subsidi Sertifikasi Internasional
Berikan insentif atau subsidi untuk insinyur muda agar dapat mengikuti sertifikasi yang diakui global. -
Kurikulum Teknik Berbasis Global Competency
Perguruan tinggi perlu menyisipkan modul tentang standar internasional, etika global, dan praktik lintas budaya. -
Kolaborasi Multipihak
Asosiasi profesi, pemerintah, dan industri harus bekerja sama memperluas akses sertifikasi dan pelatihan internasional. -
Monitoring dan Evaluasi
Bangun sistem pemantauan keberhasilan insinyur Indonesia dalam memanfaatkan MRA sebagai tolok ukur daya saing SDM teknik.
Kritik: Risiko Jika Tanpa Kebijakan Serius
Tanpa kebijakan yang mendukung, Indonesia bisa tertinggal dalam persaingan global. Insinyur lokal sulit menembus pasar kerja internasional, proyek infrastruktur lintas negara dikuasai pihak asing, dan kesenjangan kualitas SDM semakin lebar.
Penutup: Relevansi Strategis untuk Indonesia
UK MRA menunjukkan arah globalisasi profesi teknik yang menuntut standar kompetensi, etika, dan mobilitas. Dengan kebijakan publik yang tepat, Indonesia dapat memperluas pengakuan internasional bagi insinyurnya, memperkuat daya saing SDM teknik, sekaligus memastikan kontribusi strategis dalam pembangunan global.
Sumber
-
UK Engineering Council. Mutual Recognition Agreement (MRA) Information Packet, April 2024.