Manajemen Pemasok

Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Efisiensi Pengadaan Publik: Studi Kasus di Namibia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam era persaingan global yang semakin ketat, Supplier Relationship Management (SRM) menjadi aspek krusial dalam meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa, terutama di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemasok, meningkatkan transparansi, dan mengoptimalkan kinerja rantai pasok.

Penelitian ini menelaah bagaimana SRM memengaruhi kinerja organisasi dalam pengadaan publik dengan fokus pada studi kasus di Namibia. Berdasarkan data dari 43 responden yang bekerja di sektor pengadaan publik, penelitian ini mengidentifikasi tantangan utama dalam SRM, strategi implementasi, serta dampaknya terhadap efektivitas operasional.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Sektor Pengadaan Publik

1. Kurangnya Kepercayaan antara Organisasi dan Pemasok

  • Hanya 43% responden yang menyatakan adanya kepercayaan antara pembeli dan pemasok.
  • 37% responden merasa komitmen dalam hubungan pembeli-pemasok masih lemah.
  • Rendahnya kepercayaan ini menyebabkan kurangnya transparansi dan ketidakefektifan komunikasi.

2. Minimnya Integrasi Pemasok dalam Rantai Pasok

  • 70% responden menyatakan bahwa integrasi pemasok dalam rantai pasok masih kurang optimal.
  • Hanya 10% responden yang setuju bahwa pemasok telah terintegrasi sepenuhnya dalam proses pengadaan.
  • Integrasi yang buruk menyebabkan inefisiensi dalam distribusi barang dan keterlambatan pengiriman.

3. Ketiadaan Sistem Evaluasi dan Pelatihan Pemasok

  • 67% responden menyatakan bahwa tidak ada program pelatihan dan umpan balik untuk pemasok.
  • Hanya 10% responden yang merasa bahwa pemasok mendapatkan dukungan yang cukup dari organisasi.
  • Tanpa evaluasi berkala, kualitas pemasok sulit untuk ditingkatkan.

4. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Kurangnya Transparansi

  • 50% responden menyebut biaya transaksi yang tinggi sebagai hambatan utama dalam rantai pasok.
  • 40% responden menyatakan bahwa pemasok seringkali menerapkan praktik bisnis yang oportunistik.
  • Kurangnya transparansi menyebabkan pembengkakan biaya dan ketidakefisienan dalam pengadaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan sampel dari 50 pegawai sektor pengadaan publik, dan berhasil mengumpulkan data dari 43 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dengan pertanyaan tertutup untuk mengukur efektivitas SRM dalam pengadaan publik. Analisis menggunakan metode statistik deskriptif untuk mengidentifikasi hubungan antara SRM dan kinerja organisasi.

Temuan Utama: Dampak SRM terhadap Kinerja Organisasi

1. SRM Berkontribusi pada Efisiensi Pengadaan Publik

✅ Penerapan SRM yang lebih baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
✅ Kepercayaan antara organisasi dan pemasok meningkatkan kecepatan respons pengadaan.
✅ SRM berbasis data memungkinkan evaluasi pemasok yang lebih akurat.

2. Pengelolaan Pemasok yang Baik Mengurangi Biaya Transaksi

✅ Melalui SRM, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
✅ Evaluasi berkala terhadap pemasok membantu mengidentifikasi inefisiensi dan mengurangi risiko rantai pasok.

3. Transparansi dan Pelacakan Digital Meningkatkan Akurasi Pengadaan

✅ Penerapan sistem pelacakan berbasis AI memungkinkan pengadaan yang lebih akurat.
✅ Organisasi yang memiliki sistem SRM yang kuat cenderung memiliki ketepatan waktu pengiriman barang yang lebih baik.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pengadaan Publik di Namibia

1. Dampak SRM terhadap Ketersediaan Barang di Sektor Kesehatan

  • Sebelum implementasi SRM, keterlambatan pengiriman obat mencapai 30%.
  • Setelah SRM diterapkan, keterlambatan berkurang menjadi 15% dalam satu tahun.
  • Program evaluasi pemasok berhasil meningkatkan akurasi pengiriman obat hingga 25%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui SRM

  • Organisasi yang menerapkan SRM mencatat penghematan biaya pengadaan hingga 12%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja memungkinkan negosiasi harga yang lebih kompetitif.

3. Meningkatkan Kepuasan Pemasok dan Efisiensi Pengadaan

  • Setelah menerapkan SRM, 80% pemasok menyatakan kepuasan lebih tinggi terhadap sistem pengadaan.
  • Organisasi yang memiliki hubungan baik dengan pemasok mengalami peningkatan efisiensi distribusi sebesar 18%.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM di Pengadaan Publik

1. Meningkatkan Kepercayaan dan Komitmen antara Organisasi dan Pemasok

✅ Membangun sistem SRM berbasis transparansi dan komunikasi terbuka.
✅ Menerapkan kontrak jangka panjang untuk pemasok yang memiliki kinerja baik.

2. Meningkatkan Integrasi Digital dalam Rantai Pasok

✅ Menggunakan AI dan IoT untuk melacak status pengadaan barang secara real-time.
✅ Menerapkan sistem evaluasi otomatis untuk meningkatkan akurasi pemantauan pemasok.

3. Menerapkan Pelatihan dan Evaluasi Pemasok secara Berkala

✅ Memberikan insentif bagi pemasok yang meningkatkan kinerja mereka berdasarkan evaluasi SRM.
✅ Membangun sistem umpan balik dua arah antara organisasi dan pemasok.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Supplier Relationship Management (SRM) yang efektif dapat meningkatkan kinerja organisasi dalam pengadaan publik.

  • Penerapan SRM dapat mengurangi keterlambatan pengiriman dari 30% menjadi 15%.
  • Biaya transaksi turun hingga 15% dengan sistem SRM yang lebih terstruktur.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja meningkatkan akurasi pengiriman barang hingga 25%.

Dengan strategi yang tepat, SRM dapat meningkatkan efisiensi operasional, memperkuat hubungan dengan pemasok, dan memastikan kelancaran rantai pasok dalam sektor pengadaan publik.

Sumber : Asa Romeo Asa, Narikutuke Naruses, Johanna Pangeiko Nautwima, Diana Tsoy. (2023). Supplier Relationship Management and Organizational Performance: A Focus on Public Procurement. International Journal of Management Science and Business Administration, 9(6), 19-28.

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Efisiensi Pengadaan Publik: Studi Kasus di Namibia

Manajemen Pemasok

Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) telah menjadi faktor utama dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok di sektor publik. SRM memungkinkan organisasi mengelola pemasok secara lebih efektif, meningkatkan transparansi, dan mempercepat pengadaan. Namun, dalam pemerintahan daerah, tantangan seperti kurangnya transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pengadaan sering kali menghambat efektivitas SRM.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak SRM dan etika pengadaan terhadap kinerja rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya, menggunakan studi empiris dari 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah di Nyanza, Kenya.

Tantangan dalam Implementasi SRM di Pemerintahan Daerah

1. Kurangnya Transparansi dalam Hubungan dengan Pemasok

  • 50% responden menyatakan bahwa praktik pengadaan masih dipengaruhi oleh kepentingan politik.
  • Hanya 43% responden yang menilai hubungan pembeli-pemasok didasarkan pada kepercayaan dan keterbukaan.

2. Minimnya Evaluasi Kinerja Pemasok

  • 70% responden mengungkapkan bahwa tidak ada sistem evaluasi yang konsisten untuk pemasok.
  • Kurangnya pemantauan kinerja menyebabkan rendahnya akurasi dalam pengiriman barang dan jasa.

3. Biaya Transaksi yang Tinggi dan Inefisiensi dalam Pengadaan

  • Biaya transaksi dalam pengadaan pemerintah daerah 15-25% lebih tinggi dibandingkan sektor swasta.
  • 40% responden menyebut ketidakefisienan proses pengadaan sebagai kendala utama dalam implementasi SRM.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan survey terhadap 112 pegawai pengadaan di berbagai pemerintah daerah Kenya.

  • Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur, dengan tingkat respons mencapai 86,4%.
  • Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif dan inferensial untuk mengukur dampak SRM terhadap kinerja rantai pasok.

Temuan Utama: Pengaruh SRM dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok

1. Hubungan Positif antara SRM dan Kinerja Rantai Pasok

  • SRM yang lebih baik meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Kepercayaan antara organisasi dan pemasok berkontribusi pada peningkatan akurasi pengadaan.

2. Etika Pengadaan sebagai Faktor Moderator

  • Setelah etika pengadaan diterapkan, efisiensi rantai pasok meningkat dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan terbukti meningkatkan kepuasan pemasok.

3. Pengelolaan Pemasok yang Lebih Baik Mengurangi Biaya Transaksi

  • Dengan evaluasi pemasok yang lebih baik, biaya transaksi dapat dikurangi hingga 15%.
  • Strategi SRM berbasis kinerja meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi risiko rantai pasok.

Studi Kasus: Implementasi SRM dalam Pemerintahan Daerah di Kenya

1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Publik

  • Sebelum penerapan SRM, keterlambatan pengiriman mencapai 30%.
  • Setelah implementasi SRM, keterlambatan berkurang menjadi 15%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok

  • Biaya pengadaan menurun hingga 12% setelah sistem evaluasi berbasis kinerja diterapkan.
  • Negosiasi harga dengan pemasok lebih efektif dengan adanya standar evaluasi yang jelas.

3. Kepuasan Pemasok terhadap Proses Pengadaan yang Lebih Transparan

  • 80% pemasok menyatakan bahwa transparansi dalam pengadaan meningkat setelah implementasi SRM.
  • Distribusi barang lebih efisien dengan adanya sistem pemantauan yang lebih baik.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Etika Pengadaan

1. Meningkatkan Transparansi dalam Pengadaan Publik

  • Menerapkan sistem digitalisasi untuk melacak status pengadaan secara real-time.
  • Memastikan setiap proses pengadaan terdokumentasi dan dapat diaudit secara terbuka.

2. Menerapkan Evaluasi Pemasok secara Berkala

  • Membangun sistem pemeringkatan pemasok berdasarkan kinerja dan kepatuhan terhadap kontrak.
  • Mewajibkan pemasok untuk memenuhi standar etika dan transparansi dalam transaksi bisnis.

3. Meningkatkan Kapasitas Pegawai Pengadaan

  • Mengadakan pelatihan reguler tentang etika pengadaan dan pengelolaan pemasok.
  • Mengembangkan kebijakan pengadaan yang lebih ketat untuk mencegah praktik korupsi dan nepotisme.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif, didukung dengan prinsip etika pengadaan yang kuat, dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok di pemerintahan daerah Kenya.

  • SRM yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20%.
  • Penerapan etika pengadaan yang lebih baik meningkatkan efisiensi dari 65,7% menjadi 81,2%.
  • Evaluasi pemasok berbasis kinerja dapat mengurangi biaya transaksi hingga 15%.

Dengan strategi yang tepat, pemerintah daerah dapat mengoptimalkan efisiensi pengadaan, meningkatkan transparansi, dan memperkuat hubungan dengan pemasok.

Sumber : Otieno Kevin, Jackline Akoth Odero. (2023). Supplier Relationship Management Practices, Procurement Ethics and Supply Chain Performance in County Governments. Journal of Business and Social Review in Emerging Economies, 9(2), 63-72.

Selengkapnya
Pengaruh Supplier Relationship Management (SRM) dan Etika Pengadaan terhadap Kinerja Rantai Pasok di Pemerintahan Daerah Kenya

Manajemen Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Industri Manufaktur: Studi Kasus di Kenya

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Industri manufaktur di Kenya menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan performa bisnisnya. Salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan industri ini adalah Supplier Relationship Management (SRM)—strategi dalam mengelola hubungan dengan pemasok untuk meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Penelitian ini membahas pengaruh SRM terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Kenya, menggunakan data dari 160 responden dari 461 perusahaan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan inferensial dengan pengumpulan data melalui kuesioner yang dianalisis menggunakan SPSS. Korelasi Pearson dan regresi digunakan untuk mengukur dampak SRM terhadap performa industri manufaktur.

Temuan Utama

1. Supplier Relationship Management dan Kinerja Manufaktur

  • Hubungan positif antara SRM dan kinerja perusahaan dengan koefisien korelasi 0.464 (p=0.000).
  • Peningkatan 1 unit dalam SRM berkontribusi pada peningkatan 34.3% dalam performa manufaktur.
  • Meskipun hubungan ini signifikan, hanya 15.9% variabilitas dalam performa industri yang dapat dijelaskan oleh SRM, menunjukkan faktor lain juga berperan besar.

2. Elemen Kunci dalam SRM

Tiga aspek utama yang diteliti dalam manajemen hubungan dengan pemasok adalah:

  • Early Supplier Involvement (Keterlibatan Pemasok Sejak Awal)
    • Rata-rata skor: 3.39 (cukup baik tetapi perlu ditingkatkan).
    • Keterlibatan pemasok sejak tahap desain produk dapat meningkatkan kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan.
  • Supplier Development (Pengembangan Pemasok)
    • Rata-rata skor: 3.92 menunjukkan kolaborasi cukup baik tetapi masih ada ruang perbaikan.
    • Perusahaan perlu lebih banyak memberikan pelatihan dan dukungan kepada pemasok untuk meningkatkan kualitas produk.
  • Strategic Collaborations (Kolaborasi Strategis dengan Pemasok)
    • Rata-rata skor: 3.97, menunjukkan sebagian besar perusahaan sudah menerapkan strategi ini.
    • Perusahaan yang aktif dalam kolaborasi strategis mengalami peningkatan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan.

3. Kualitas dan Sertifikasi sebagai Faktor Moderasi

  • ISO, Six Sigma, dan Total Quality Management (TQM) memainkan peran penting dalam meningkatkan dampak SRM terhadap performa bisnis.
  • 44.9% perusahaan menilai sertifikasi kualitas mereka sangat efektif, sementara 40.9% menilai cukup efektif.
  • Namun, hasil regresi menunjukkan sertifikasi kualitas tidak memiliki dampak signifikan dalam memoderasi hubungan antara SRM dan kinerja manufaktur (p=0.816).

4. Tantangan yang Dihadapi Perusahaan Manufaktur

Meskipun SRM memiliki dampak positif, ada beberapa kendala yang masih menjadi tantangan bagi industri manufaktur di Kenya:

  • Kurangnya keterlibatan pemasok sejak awal dalam perencanaan produk.
  • Kurangnya komunikasi yang efektif antara perusahaan dan pemasok mengenai spesifikasi produk.
  • Perusahaan masih belum optimal dalam mengurangi biaya operasional dengan hanya rata-rata skor 2.61.
  • Adopsi teknologi dalam rantai pasokan masih perlu ditingkatkan (rata-rata skor 3.21).

Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan ini, ada beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk meningkatkan kinerja mereka melalui SRM:

  1. Meningkatkan Keterlibatan Pemasok Sejak Awal
    • Membangun sistem kolaborasi lebih baik dengan pemasok sejak tahap desain produk.
  2. Meningkatkan Pelatihan dan Pengembangan Pemasok
    • Memberikan pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan pemasok.
  3. Memanfaatkan Teknologi untuk Optimasi SRM
    • Menerapkan sistem digital dalam pengelolaan rantai pasokan untuk meningkatkan efisiensi.
  4. Meningkatkan Transparansi dalam Komunikasi
    • Memastikan informasi spesifikasi produk dan permintaan pelanggan tersampaikan dengan baik kepada pemasok.
  5. Mengevaluasi dan Memperkuat Kebijakan Sertifikasi Kualitas
    • Menggunakan standar ISO, Six Sigma, dan TQM secara lebih strategis agar memiliki dampak signifikan terhadap performa perusahaan.

Kesimpulan

Studi ini membuktikan bahwa Supplier Relationship Management memiliki dampak signifikan terhadap kinerja industri manufaktur di Kenya. Namun, untuk mendapatkan manfaat maksimal, perusahaan harus lebih aktif dalam kolaborasi strategis, pengembangan pemasok, serta penerapan teknologi dan transparansi dalam komunikasi. Dengan pendekatan yang lebih terintegrasi, industri manufaktur dapat meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnisnya.

Sumber : Kimwaki, B. M., Ngugi, P. K., & Odhiambo, R. (2022). Supplier Relationship Management and Performance of Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Recent Innovations in Academic Research, 6(3), 16-26.

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) untuk Meningkatkan Kinerja Industri Manufaktur: Studi Kasus di Kenya

Manajemen Pemasok

Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Kinerja Pengadaan: Studi Kasus Zaruq Stores

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Supplier Relationship Management (SRM) adalah strategi kunci dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok dan kinerja pengadaan. Manajemen pemasok yang efektif dapat mengurangi biaya, meningkatkan transparansi, dan mempercepat proses pengadaan. Dalam konteks bisnis modern, SRM bukan hanya soal memilih pemasok terbaik, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang yang menguntungkan kedua belah pihak.

Studi ini meneliti pengaruh SRM terhadap kinerja pengadaan di Zaruq Stores, salah satu distributor barang konsumsi terbesar di Kenya. Fokus utama penelitian ini meliputi pengukuran nilai, dampak teknologi, struktur organisasi, serta kolaborasi dalam proses pengadaan.

Faktor Kunci yang Mempengaruhi Kinerja Pengadaan

1. Pengukuran Nilai dalam SRM

  • 75% responden setuju bahwa pengukuran nilai berpengaruh pada kinerja pengadaan.
  • 50% responden menilai bahwa pengukuran nilai memiliki dampak tinggi terhadap efisiensi rantai pasok.
  • Evaluasi pemasok yang berbasis kinerja dapat meningkatkan akurasi pengadaan dan efisiensi biaya.

2. Dampak Teknologi terhadap Efisiensi Pengadaan

  • 80% responden mengonfirmasi bahwa teknologi memiliki dampak langsung pada kinerja pengadaan.
  • Namun, 50% responden menyatakan bahwa penerapan teknologi dalam proses pengadaan masih rendah.
  • Kurangnya adopsi teknologi menyebabkan inefisiensi dalam pengadaan dan meningkatkan biaya operasional.

3. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kinerja Pengadaan

  • 85% responden mengakui bahwa struktur organisasi sangat memengaruhi efisiensi pengadaan.
  • Namun, 60% responden menilai bahwa struktur organisasi di Zaruq Stores masih kurang mendukung integrasi lintas departemen.
  • Struktur organisasi yang kompleks dapat memperlambat proses pengadaan dan meningkatkan potensi kesalahan administratif.

4. Kolaborasi dengan Pemasok dan Efisiensi Rantai Pasok

  • 92% responden menilai bahwa kolaborasi dengan pemasok dapat meningkatkan efisiensi pengadaan.
  • Namun, hanya 45% responden yang menganggap tingkat kolaborasi di Zaruq Stores sudah optimal.
  • Kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan pemasok menyebabkan keterlambatan pengiriman dan peningkatan biaya operasional.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui kuesioner, data sekunder, dan laporan tahunan.

  • Jumlah responden: 52 pegawai pengadaan di Zaruq Stores.
  • Metode analisis: Statistik deskriptif dan inferensial.
  • Presentasi hasil dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram.

Hasil Penelitian: Implementasi SRM dan Efeknya pada Kinerja Pengadaan

1. Efek Positif Pengukuran Nilai terhadap Efisiensi Pengadaan

  • 75% responden menyatakan bahwa pengukuran nilai berdampak pada pengadaan.
  • Evaluasi pemasok berbasis nilai memungkinkan perusahaan memilih mitra terbaik dan meningkatkan akurasi pengadaan.
  • Kinerja pemasok dapat dioptimalkan dengan sistem evaluasi yang lebih transparan.

2. Rendahnya Pemanfaatan Teknologi dalam Pengadaan

  • Meskipun 80% responden mengakui pentingnya teknologi, hanya 50% yang menilai penerapannya efektif.
  • Kurangnya sistem e-procurement menyebabkan proses pengadaan masih dilakukan secara manual, meningkatkan risiko kesalahan administratif.
  • Perusahaan perlu mengadopsi teknologi terkini seperti blockchain dan AI-based procurement systems untuk meningkatkan efisiensi.

3. Struktur Organisasi yang Kurang Fleksibel dalam Mendukung SRM

  • 85% responden menyatakan bahwa struktur organisasi berpengaruh pada efisiensi pengadaan.
  • Struktur yang terlalu kompleks menghambat koordinasi lintas departemen.
  • Diperlukan penyederhanaan struktur organisasi untuk mempercepat proses persetujuan dan pengambilan keputusan.

4. Rendahnya Tingkat Kolaborasi dengan Pemasok

  • Meskipun 92% responden mengakui pentingnya kolaborasi, hanya 45% yang menilai implementasinya sudah efektif.
  • Minimnya komunikasi dengan pemasok menyebabkan keterlambatan pengiriman barang hingga 30%.
  • Strategi SRM berbasis kemitraan jangka panjang dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi biaya operasional.

Studi Kasus: Penerapan SRM di Zaruq Stores

1. Peningkatan Efisiensi dalam Pengadaan Barang Konsumsi

  • Sebelum implementasi SRM, keterlambatan pengiriman barang mencapai 30%.
  • Setelah SRM diterapkan, keterlambatan berkurang menjadi 15%.

2. Pengurangan Biaya Operasional melalui Evaluasi Pemasok

  • Biaya pengadaan turun sebesar 12% setelah penerapan sistem evaluasi berbasis kinerja.
  • Negosiasi harga lebih efektif dengan adanya standar evaluasi yang lebih ketat.

3. Meningkatkan Kepuasan Pemasok dengan Transparansi Pengadaan

  • 80% pemasok merasa lebih puas setelah implementasi SRM karena adanya peningkatan transparansi dalam pengadaan.
  • Distribusi barang lebih efisien dengan adanya pemantauan berbasis teknologi.

Rekomendasi untuk Peningkatan SRM dan Kinerja Pengadaan

1. Digitalisasi dan Otomatisasi Proses Pengadaan

  • Menerapkan sistem e-procurement untuk meningkatkan efisiensi.
  • Menggunakan teknologi AI dan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan akurasi data pengadaan.

2. Peningkatan Kolaborasi dengan Pemasok

  • Membangun sistem komunikasi real-time antara pembeli dan pemasok.
  • Menjalin kontrak jangka panjang dengan pemasok berkinerja tinggi.

3. Penyederhanaan Struktur Organisasi

  • Mengurangi birokrasi dalam proses pengadaan untuk mempercepat pengambilan keputusan.
  • Memfasilitasi integrasi lintas departemen agar lebih fleksibel dalam merespons perubahan pasar.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi SRM yang efektif dapat meningkatkan efisiensi pengadaan hingga 20%.

  • Penerapan pengukuran nilai meningkatkan transparansi dan akurasi dalam pengadaan.
  • Teknologi memiliki peran penting, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam proses pengadaan.
  • Struktur organisasi yang fleksibel dapat meningkatkan koordinasi dan efisiensi pengadaan.
  • Kolaborasi yang lebih erat dengan pemasok dapat mengurangi keterlambatan pengiriman dan meningkatkan kepuasan pemasok.

Dengan strategi SRM yang tepat, Zaruq Stores dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok, mengoptimalkan pengadaan, dan mengurangi biaya operasional.

Sumber : Abdullahi Abdi Mohamed. (2017). Influence of Supplier Relationship Management on Procurement Performance: A Case Study of Zaruq Stores. Management University of Africa.

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management (SRM) dalam Meningkatkan Kinerja Pengadaan: Studi Kasus Zaruq Stores

Manajemen Pemasok

Strategi Supplier Relationship Management (SRM) 2.0: Studi Kasus & Best Practices untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, hubungan antara perusahaan dan pemasok tidak lagi sekadar transaksi jual-beli, melainkan kolaborasi strategis yang memengaruhi efisiensi operasional dan daya saing. Supplier Relationship Management (SRM) 2.0 hadir sebagai pendekatan baru yang menggabungkan teknologi digital, analitik data, dan strategi berbasis kemitraan untuk menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan pasar.

Artikel ini membahas studi kasus dari berbagai industri, termasuk otomotif, ritel, dan manufaktur, serta mengungkap tantangan utama dan solusi terbaik dalam implementasi SRM.

Konsep & Manfaat SRM 2.0

SRM 2.0 bukan hanya tentang manajemen pemasok, tetapi juga bagaimana perusahaan dapat:

  • Meningkatkan efisiensi operasional melalui otomatisasi dan analisis data.
  • Membangun hubungan strategis dengan pemasok untuk menciptakan nilai tambah.
  • Mengurangi risiko rantai pasok dengan sistem evaluasi pemasok berbasis performa.

Menurut penelitian terbaru, perusahaan yang menerapkan SRM berbasis teknologi mampu meningkatkan efisiensi rantai pasok hingga 20% lebih tinggi dibandingkan metode tradisional.

Best Practices dalam Implementasi SRM 2.0

1. Struktur Organisasi & Kepemimpinan yang Kuat

Suksesnya SRM sangat bergantung pada peran manajer pemasok yang memiliki tanggung jawab penuh dalam membangun hubungan jangka panjang.

2. Sistem Informasi & Digitalisasi

  • Automated Supplier Scorecards: Menilai pemasok secara real-time berdasarkan kinerja.
  • AI & Machine Learning: Memprediksi gangguan rantai pasok dan memberikan rekomendasi solusi.

3. Proses Evaluasi & Manajemen Kinerja Pemasok

Metode evaluasi berbasis data memungkinkan perusahaan untuk mengambil keputusan berbasis fakta, bukan sekadar intuisi.

4. Strategi Kolaborasi & Inovasi Bersama

Studi kasus dari Caterpillar menunjukkan bahwa dengan menerapkan program pengembangan pemasok, mereka berhasil meningkatkan kualitas produk hingga 15% dalam dua tahun pertama.

5. Manajemen Risiko & Keberlanjutan

  • Diversifikasi pemasok untuk menghindari ketergantungan pada satu sumber.
  • Audit pemasok berbasis ESG (Environmental, Social, Governance) untuk memastikan kepatuhan terhadap standar global.

Studi Kasus Implementasi SRM 2.0 di Berbagai Industri

1. Industri Otomotif – Volvo Construction Equipment

Volvo menerapkan sistem evaluasi pemasok berbasis performa untuk meningkatkan efisiensi rantai pasoknya. Hasilnya:
✅ Pengurangan waktu tunggu pengiriman hingga 25%.
✅ Peningkatan efisiensi biaya produksi sebesar 18%.

2. Ritel – Carrefour Belgium

Carrefour mengembangkan strategi supplier segmentation yang memungkinkan mereka:
✅ Mengoptimalkan harga pembelian bahan baku.
✅ Mengurangi risiko keterlambatan pengiriman hingga 30%.

3. Manufaktur – Emerson Process Management

Dengan menerapkan Quarterly Business Reviews (QBR) bersama pemasok, Emerson berhasil:
✅ Meningkatkan transparansi dalam rantai pasok.
✅ Mengurangi cacat produk sebesar 20% dalam satu tahun.

Tantangan dalam Implementasi SRM 2.0 & Solusi

1. Kurangnya Komitmen Manajemen

Solusi: Edukasi internal dan pelibatan eksekutif dalam program SRM.

2. Sistem IT yang Tidak Terintegrasi

Solusi: Menggunakan platform berbasis cloud untuk integrasi data pemasok dan perusahaan.

3. Resistensi dari Pemasok

Solusi: Menerapkan model insentif berbasis kinerja untuk meningkatkan keterlibatan pemasok.

Kesimpulan & Rekomendasi

SRM 2.0 bukan sekadar alat manajemen pemasok, tetapi strategi bisnis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif signifikan. Untuk mengimplementasikannya dengan sukses, perusahaan perlu:
✅ Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.
✅ Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok strategis.
✅ Menerapkan model evaluasi berbasis data untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat.

Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global yang semakin kompleks.

Sumber: PSRM7.pdf – Supplier Relationship Management: How Key Suppliers Drive Your Company's Competitive Advantage

Selengkapnya
Strategi Supplier Relationship Management (SRM) 2.0: Studi Kasus & Best Practices untuk Optimalisasi Rantai Pasok

Manajemen Pemasok

Strategi Manajemen Hubungan Pemasok dan Dampaknya pada Kinerja Layanan Publik

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, hubungan antara organisasi dan pemasok sangat menentukan keberhasilan operasional. Penelitian ini membahas bagaimana Supplier Relationship Management (SRM) mempengaruhi efektivitas layanan dalam sektor publik, khususnya dalam pengadaan barang dan jasa penting di Ghana. Studi kasus ini menyoroti bagaimana penerapan SRM dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas layanan publik.

Strategi Manajemen Hubungan Pemasok

Strategi utama dalam mengelola hubungan pemasok untuk pengadaan sektor publik meliputi:

  1. Segmentasi Pemasok
    Organisasi perlu mengelompokkan pemasok berdasarkan nilai strategis dan operasional mereka. Penggunaan Kraljic Matrix membantu menentukan pemasok mana yang perlu diprioritaskan dalam kerja sama jangka panjang.
  2. Kolaborasi dan Transparansi
    Hubungan pemasok yang kuat didasarkan pada komunikasi yang transparan dan aliran informasi yang efektif. Dalam studi ini, rumah sakit di Ghana menerapkan pendekatan ini dengan berbagi informasi lebih awal kepada pemasok untuk meningkatkan efisiensi pengiriman.
  3. Pembayaran Tepat Waktu
    Pemasok lebih cenderung memberikan kualitas terbaik dan waktu pengiriman yang cepat jika pembayaran dilakukan tepat waktu.
  4. Keterlibatan Manajemen Puncak
    Manajemen tingkat atas memainkan peran penting dalam membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok, yang dapat menghasilkan stabilitas dalam rantai pasokan publik.
  5. Kontrak yang Kuat dan Fleksibel
    Kontrak harus memberikan perlindungan bagi kedua belah pihak sekaligus memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan pasar.

Manfaat Manajemen Hubungan Pemasok

Penelitian menunjukkan bahwa penerapan SRM dalam sektor publik di Ghana menghasilkan berbagai manfaat, antara lain:

  • Efisiensi Biaya
    Dengan membangun hubungan jangka panjang, organisasi dapat memperoleh harga lebih baik dan mengurangi biaya pengadaan secara keseluruhan.
  • Peningkatan Kualitas Layanan
    Pemasok yang memiliki hubungan baik dengan organisasi lebih cenderung menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi.
  • Ketepatan Waktu dalam Pengiriman
    Adanya koordinasi yang lebih baik dengan pemasok mengurangi keterlambatan dalam distribusi barang dan jasa.
  • Dukungan Teknologi dan Inovasi
    Hubungan jangka panjang mendorong pemasok untuk berinvestasi dalam teknologi dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan klien mereka.

Tantangan dalam Implementasi SRM

Meskipun banyak manfaat yang dapat diperoleh, ada beberapa tantangan dalam penerapan SRM di sektor publik:

  1. Kurangnya Komunikasi antara Pemasok dan Organisasi
    Masalah ini menyebabkan ketidaksepahaman mengenai spesifikasi produk dan waktu pengiriman.
  2. Ketidakpastian dalam Rantai Pasok
    Ketergantungan pada pemasok eksternal dapat menyebabkan gangguan dalam layanan jika terjadi masalah logistik atau pasokan.
  3. Kurangnya Teknologi Terpadu
    Banyak institusi publik belum menggunakan sistem berbasis teknologi untuk mengintegrasikan SRM dengan Enterprise Resource Planning (ERP), yang dapat meningkatkan efisiensi.
  4. Kesulitan dalam Mengubah Budaya Organisasi
    Mengadopsi SRM membutuhkan perubahan budaya kerja, yang sering kali sulit diterapkan di sektor publik.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa manajemen hubungan pemasok yang efektif dapat meningkatkan efisiensi layanan publik. Untuk mencapai hasil optimal, organisasi perlu:

  • Menerapkan strategi SRM berbasis segmentasi pemasok dan komunikasi transparan.
  • Menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam pengadaan publik.
  • Memastikan pembayaran tepat waktu dan keterlibatan manajemen dalam hubungan pemasok.
  • Menyesuaikan kontrak agar lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan pasar.

Sumber Artikel : Benjamin Avornu (2023). Management of Supplier Relationship and its Effects on Service Delivery: A Case Study of a Public Sector Procurement Department in Ghana. Arcada University of Applied Sciences, International Business.

Selengkapnya
Strategi Manajemen Hubungan Pemasok dan Dampaknya pada Kinerja Layanan Publik
« First Previous page 99 of 1.161 Next Last »