Ilmu Pendidikan

Memahami Arti Habituasi: Baik atau Buruk?

Dipublikasikan oleh Anisa pada 17 Februari 2025


Reaksi yang tidak diperkuat terhadap suatu rangsangan berkurang seiring dengan paparan stimulus yang berulang atau berkepanjangan, suatu proses yang dikenal sebagai pembiasaan, yang merupakan jenis pembelajaran non-asosiatif. Misalnya, ketika makhluk hidup menyadari bahwa suara keras yang tidak terduga tidak menimbulkan dampak apa pun, mereka mungkin akan terbiasa dengan suara tersebut. Respons yang melibatkan seluruh tubuh atau hanya sistem komponen biologisnya merupakan contoh respons kebiasaan. Dari perspektif fungsional, pembiasaan diyakini mengalokasikan sumber daya kognitif ke rangsangan lain yang terkait dengan peristiwa penting secara fisiologis dengan mengurangi reaksi terhadap sinyal kecil. Dalam teknik pembiasaan, kemunduran perilaku yang terus-menerus mungkin juga disebabkan oleh efek nonspesifik seperti kelelahan, yang perlu disingkirkan jika fokusnya adalah pada pembiasaan. Karena banyak gangguan neuropsikiatri, termasuk autisme, skizofrenia, migrain, dan sindrom Tourette, menunjukkan gangguan pembiasaan terhadap berbagai jenis stimulus, baik yang sederhana maupun kompleks, pembiasaan penting dalam psikiatri dan psikopatologi.

Kata “pembiasaan” mempunyai arti lebih luas yang mencakup ketergantungan psikologis terhadap obat-obatan; makna ini dimasukkan dalam sejumlah kamus online. Istilah "pembiasaan narkoba" diciptakan oleh sekelompok ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia yang berkumpul pada tahun 1957 untuk membahas masalah kecanduan narkoba dan membedakan beberapa perilaku penggunaan narkoba dari kecanduan narkoba. Pembiasaan digambarkan sebagai "menjadi terbiasa dengan perilaku atau kondisi apa pun, termasuk penggunaan zat psikoaktif" dalam kamus terminologi WHO terkait obat-obatan dan alkohol.

Pembiasaan sebagai semacam pembelajaran non-asosiatif dapat dibedakan dari perubahan perilaku lainnya (seperti adaptasi sensorik/saraf dan kelelahan) dengan mempertimbangkan ciri-ciri pembiasaan yang telah ditemukan selama penelitian bertahun-tahun. Pada tahun 2008 dan 2009, Thompson dan Spencer memperluas daftar kualitas mereka dengan mencakup hal-hal berikut:

Respons terhadap suatu stimulus akan berkurang jika stimulus tersebut ditampilkan berulang kali. Disebutkan juga bahwa pembiasaan merupakan salah satu jenis pembelajaran implisit yang sering terjadi ketika rangsangan dihadirkan berulang kali. Meskipun sifat ini sejalan dengan gagasan pembiasaan sebagai suatu metode, sifat-sifat lain perlu ditunjukkan untuk memvalidasi pembiasaan sebagai suatu proses. Pemulihan spontan juga terlihat. Dengan kata lain, respons yang terbiasa terhadap suatu stimulus akan pulih—yakni, bertambah besar—ketika ada selang waktu yang cukup lama—jam, hari, atau minggu—di antara pemberian stimulus.

Fenomena yang dikenal sebagai "potensiasi pembiasaan" muncul dari seringnya pemberian tes pemulihan spontan. Dengan setiap percobaan pemulihan spontan terhadap fenomena ini, penurunan respons yang terjadi setelahnya semakin cepat. Juga diamati bahwa tingkat pembiasaan akan meningkat seiring dengan peningkatan frekuensi pemberian stimulus, atau interval interstimulus yang lebih pendek. Selain itu, paparan stimulus yang berkepanjangan mungkin mempunyai konsekuensi lebih lanjut pada tes perilaku di kemudian hari, seperti menunda pemulihan spontan, setelah respons yang terbiasa tidak berubah (yaitu, tidak menunjukkan penurunan lebih lanjut).

Kita akan mengamati gagasan generalisasi stimulus dan diskriminasi stimulus. Bila suatu stimulus dibiasakan satu kali maka akan terjadi pula stimulus tambahan yang identik dengannya (stimulus generalisasi). Derajat pembiasaan yang diperhatikan meningkat seiring dengan derajat kemiripan antara rangsangan baru dan rangsangan asli. Diskriminasi stimulus ditunjukkan ketika seseorang menjadi terbiasa terhadap stimulus baru yang identik dengan stimulus aslinya tetapi tidak terhadap stimulus yang berbeda. Ketika seseorang dihadapkan pada rasa jeruk nipis, misalnya, tingkat responsnya meningkat drastis jika terbiasa dengan rasa lemon. Dengan menggunakan diskriminasi stimulus, seseorang dapat mengecualikan adaptasi sensorik dan kelelahan sebagai teori potensial lainnya untuk proses pembiasaan.

Salah satu penemuan yang dibuat adalah bahwa respons pembiasaan dapat meningkat ketika, di akhir fase pembiasaan, satu kali pengenalan stimulus baru terjadi setelah reaksi terhadap stimulus yang menimbulkan menurun. "Dishabituasi" mengacu pada peningkatan respons sementara yang selalu terjadi sebagai respons terhadap stimulus pertama yang memunculkan respons tersebut (bukan terhadap stimulus baru). Bukti dishabituasi adalah alat lain yang digunakan oleh peneliti untuk mengesampingkan adaptasi sensorik dan kelelahan sebagai penjelasan potensial untuk proses pembiasaan. Dishabituasi mungkin sudah mendarah daging dalam diri seseorang. Setelah stimulus yang “mendishabituasi” diperlihatkan berulang kali, jumlah dishabituasi yang diakibatkan oleh diperkenalkannya stimulus baru mungkin berkurang.

Beberapa teknik pembiasaan tampaknya menghasilkan proses pembiasaan yang memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu. Kami menyebutnya sebagai pembiasaan jangka panjang. Penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan tidak menunjukkan pemulihan spontan. Pembiasaan jangka pendek dan jangka panjang dapat dibedakan dengan menggunakan sembilan atribut yang disebutkan di atas.

Sumber:

https://en.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Memahami Arti Habituasi: Baik atau Buruk?

Sistem dan Permodelan Ekonomi

Pengertian Masyarakat serta Unsur dan Ciri-cirinya

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025


Masyarakat adalah sekelompok makhluk hidup yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan. Masyarakat terbagi menjadi dua golongan utama, yakni penguasa atau pengeksploitasi dan yang dikuasai atau yang dieksploitasi.Kepribadian masyarakat terbentuk melalui penggabungan individu-individu dan aksi-reaksi budaya mereka.

Pengertian

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu karena individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut.

Menurut antropolog Elman Service, untuk memudahkan mempelajari keanekaragaman masyarakat, masyarakat dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan peningkatan ukuran populasi, sentralisasi politik, serta stratifikasi sosial, yaitu: kawanan (band), suku (tribe), kedatuan (chiefdom), dan negara (state). Jenis masyarakat paling kecil atau kawanan biasanya hanya terdiri atas beberapa kelompok, banyak diantaranya merupakan kumpulan dari satu atau beberapa keluarga besar.

Kriteria

Masyarakat merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak dapat hidup sendiri dalam sebuah masyarakat. Kriteria interaksi antarmanusia dijabarkan sebagai berikut:

  1. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu.
  2. Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
  3. Ada dimensi waktu (lampau, kini, mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
  4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pengamat.

Masyarakat terjelma bukan karena keberadaannya di satu saat dalam perjalanan waktu. Tetapi ia hanya ada dalam waktu, ia adalah jelmaan waktu. Masyarakat ada setiap saat dari masa lalu ke masa mendatang. Kehadirannya justru melalui fase antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Dalam masyarakat kini terkandung pengaruh, bekas, dan jiplakan masa lalu serta bibit dan potensi untuk masa depan.

Fungsi

Hakikat masyarakat sesuai dengan skenario penciptaan manusia sebagai khalifah dimuka bumi, yakni tegaknya keadilan Ilahi yang berlaku untuk alam dan manusia.

Masyarakat merupakan manusia yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok. Kehidupan masyarakat yang selalu berubah (dinamis) merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.Masyarakat warga atau political society dibentuk dengan tujuan yang spesifik: menjamin hak milik pribadi dan melakukan penertiban sosial dengan menjatuhkan sanksi bagi para pelanggar peraturan.

Unsur dan Ciri-ciri

Menurut Marion Levy bahwa ada empat kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah kelompok dapat disebut sebagai masyarakat, yaitu:

  1. Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggotanya.
  2. Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
  3. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
  4. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto unsur-unsur pembentuk masyarakat adalah sebagai berikut:

  1. Beranggotakan dua orang atau lebih.
  2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
  3. Berhubungan dengan jangka waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang berkomunikasi, dan membuat aturan-aturan yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat.
  4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan antar anggota masyarkat.

Menurut Soerjono Soekanto, ciri-ciri masyarakat yaitu:

  1. Hidup secara berkelompok.
  2. Melahirkan kebudayaan.
  3. Mengalami perubahan.
  4. Adanya interaksi
  5. Adanya seorang pemimpin.
  6. Memiliki stratifikasi sosial.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu negara modern mempunyai suatu jaringan komunikasi berupa jaringan jalan raya, jaringan jalan kereta api, jaringan perhubungan udara, jaringan telekomunikasi, sistem radio dan TV, berbagai macam surat kabar di tingkat nasional, suatu sistem upacara pada hari-hari raya nasional dan sebagainya. Negara dengan wilayah geografis yang lebih kecil berpotensi untuk berinteraksi secara intensif daripada negara dengan wilayah geografis yang sangat luas. Tambahan pula bila negara tersebut berupa kepulauan, seperti halnya negara kita.

Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari suatu kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi. Suatu suku bangsa, misalnya saja suku bangsa Bali, mempunyai potensi untuk berinteraksi, yaitu bahasa Bali. Namun, adanya potensi itu saja tidak akan menyebabkan bahwa semua orang Bali tanpa alasan mengembangkan aktivitas yang menyebabkan suatu interaksi secara intensif di antara semua orang Bali tadi.

Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang mengerumuni seorang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat disebut sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan lain kecuali ikatan berupa perhatian terhadap penjual jamu tadi. Demikian juga sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan sebenarnya semua kumpulan manusia penonton apapun juga, tidak disebut masyarakat. Sebaliknya, untuk sekumpulan manusia itu kita pakai istilah kerumunan. Dalam bahasa Inggris telah dipakai istilah crowd.

Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Lagipula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinu, dengan perkataan lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Dengan demikian, suatu asrama pelajar, suatu akademi kedinasan, atau suatu sekolah, tidak dapat kita sebut masyarakat, karena meskipun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah dan lain-lain, tetapi sitem normanya hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas saja. Sedangkan sebagai kesatuan manusia, suatu asrama atau sekolah itu hanya bersifat sementara, artinya tidak ada kontinuitasnya.

Selain ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya. Ciri ini memang dimiliki oleh penghuni suatu asrama atau anggota suatu sekolah. Akan tetapi, tidak adanya sistem norma yang menyeluruh dan tidak adanya kontinuitas, menyebabkan penghuni suatu asrama atau murid suatu sekolah tidak bisa disebut masyarakat. Sebaliknya suatu negara, suatu kota, atau desa, misalnya, merupakan suatu kesatuan manusia yang memiliki keempat ciri terurai di atas, yaitu (1) interaksi antar warga-warganya, (2) adat istiadat, norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga negara kota atau desa; (3) kontinuitass waktu; (4) dan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga. Itulah sebabnya suatu negara atau desa dapat kita sebut masyarakat dan kita memang sering berbicara tentang masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat Medan, masyarakat Sala, masyarakat Balige, masyarakat Ciamis, atau masyarakat desa Trunyan.

Setelah uraian tadi, sekarang tiba waktunya untuk merumuskan suatu definisi mengenai konsep masyarakat untuk keperluan analisis antropologi. Dengan memperhatikan ketiga ciri terurai sebelumnya, definisi mengenai masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut: Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Definisi itu mempunyai suatu definisi yang diajukan oleh J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam buku mereka Cultur Sociology (1954: hlm.139), yang merumuskan bahwa masyarakat tau society adalah “……. the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative”. Unsur grouping dalam definisi kita, unsur common customs dan traditions adalah unsur “adat istiadat” dan “kontinuitas” dalam definisi kita, serta unsur common attitudes and feelings of unity sama dengan unsur “identitas bersama”. Suatu tambahan dalam definisi Gillin adalah unsur (the largest) “terbesar” yang memang tidak dimuat dalam definisi kita. Walaupun demikian, konsep itu dapat diterapkan pada konsep masyarakat suatu bangsa atau negara, miisalnya konsep masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat Belanda, masyarakat Amerika, dalam contoh kita sebelumnya.

Meskipun kita sering berbicara tentang konsep masyarakat dalam arti luas, seperti konsep masyarakat negara Indonesia, tetapi kenyataannya, dalam pikiran kita tidak terbayang seluruh manusia yang berjumlah +‑ 230 juta jiwa Indonesia itu. Biasanya yang terbayang dalam pikiran kita ialah lingkaran manusia Indonesia sekitar diri kita sendiri, manusia Indonesia di suatu lokasi tertentu, atau dalam ikatan suatu kelompok tertentu. Dalam bukunya, Azas-azas Sosiologi guru besar ilmu sosiologi Universitas Gadjah Mada, M.M. Djojodigoeno, membedakan antara konsep “masyarakat dalam arti yang luas dann sempit”.

Berdasarkan konsep Djojodigoeno ini dapat dikatakan masyarakat Indonesia sebagai contoh suatu “masyarakat dalam arti luas”. Sebaliknya, masyarakat yang terdiri dari warga suatu kelompok kekerabatan seperti dadia, marga, dan suku, kita anggap sebagai contoh dari suatu “masyarakat dalam arti sempit”.

Kesatuan wilayah, keatuan adat-istiadat, rasa identitas komunitas dan rasa royalitas terhadap komunitas sendiri, merupakan ciri-ciri suatu komunitas, dan pangkal dari perasaan seperti patriotism, nasionalisme dan sebagainya, yang biasanya bersangkutan dengan negara. Memang, suatu negara merupakan wujud dari suatu komunitas yang paling besar. Selain negara, keatuan-kesatuan seperti kota, desa, suatu RW atau RT, juga sesuai dengan definisi kita mengenai komunitas, yaitu: suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.

Uraian sebelumnya, kesatuan hidup manusia di suatu negara, desa atau kota, juga kita sebut “masyarakat”. Apakah dengan demikian konsep masyarakat sama dengan konsep komunitas? Kedua istilah itu memang bertumpang-tindih, tetapi istilah masyarakat adalah istilah umum bagi suatu keatuan hidup manusia, dan karena itulah bersifat luas daripada istilah komunitas. Masyarakat adlah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat mantap dan terikat oleh satuan adat-istiadat dan rasa identitas bersama, tetapi komunitas bersifat khusus karena ciri tambahan ikatan lokasi dan kesadaran wilayah tadi.

Kategori Sosial

Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang sangat umum sifatnya, mengandung kesatuan-kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi belum tentu mempunyai syarat pengukat yang sama dengan suatu masyarakat. Kesatuan sosial yang tidak mempunyai syarat pengikat itu serupa dengan “kerumunan” atau crowd yang telah kita pelajari pada sebelumnya, tidak mempunyai sifat-sifat masyarakat. Kesatuan sosial itu adalah kategori sosial (social category).

Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu. Misalnya, dalam masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori warga di atas umur 18 tahun, dan kategori warga di bawah 18 tahun, dengan maksud untuk membedakan antara warga negara yang mempunyai hak pilih dan warga negara yang tidak mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum. Contoh lain adalah bahwa dalam masyarakat itu juga ada suatu kategori orang yang memiliki mobil, dan suatu kategori orang yang tidak memilikinya, dengan maksud untuk menentukan warga negara yang harus membayar sumbangan wajib dan yang bebas dari sumbangan wajibit. Serupa dengan itu, dalam suatu masyarakat dapat diadakan bermacam-macam penggolongan berdasarkan ciri-ciri objektif untuk berbagai maksud, seperti kategori pegawau negeri untuk menghitung hadiah lebaran, kategori anak di bawah umur 17 tahun untuk larangan menonton film orang dewasa, kategori pejar untuk memperkirakan pendapatan negara dari SPP dan sebagainya. Dengan demikian, tidak hanya pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu kota saja yang dapat mengadakan berbagai macam penggolongan seperti itu terhadap warga masyarakat, tetapi seorang peneliti untuk keperluan analisisnya dapat juga misalnya mengadakan berbagai macam penggolongan terhadap penduduk dari masyarakat yang menjadi objek penelitiannya tanpa disadari oleh mereka yang bersangkutan.

Kecuali persamaan ciri objektif tadi yang dikenakan kepada mereka oleh pihak luar, biasanya tidak ada unsur lain yang mengikat suatu kategori sosial. Orang-orang dalam suatu kategori soaial, misalnya semua anak di bawah 17 tahun, biasanya tidak ada suatu orientasi sosial yang mengikat mereka. Mereka juga tidak memiliki potensi yang dapat mengembangkan suatu interaksi di antara mereka sebagai keseluruhan. Mereka juga tidak mempunyai identitas (merupakan hal yang logis karena penggolongan ke dalam suatu kategori sosial itu dilakukan oleh pihak luar terhadap diri mereka, dengan ciri-ciri kriteria yang biasanya tidak mereka sadari). Suatu kategori sosial biasanya juga tidak terikat oleh kesatuan adat, sistem nilai, atau norma tertentu. Suatu kategori sosial tidak mempunyai lokasi, tidak mempunyai organisasi, tidak mempunyai pimpinan. 

Golongan

Masyarakat warga yang pertama adalah keluarga, lalu menjadi komunitas warga, meningkat menjadi masyarakat politik dan berujung pada terbentuknya institusi formal negara. Masyarakat warga ditandai dengan adanya tiga unsur: komunitas politik, pemerintahan dan hukum. Isi dari masyarakat warga adalah ketaatan pada hukum, persetujuan hidup bersama, kesetaraan dan penyelenggaraan pemerintahan. Masyarakat warga seperti roda putar hamster (hamster wheel) di mana individu terlibat dalam sirkuit tak berujung mengejar kekayaan dan penghargaan yang lebih tinggidan lebih tinggi lagi.

Sedangkan masyarakat barbar merujuk pada kehidupan yang selalu disandarkan pada hukum rimba, pada naluri-naluri alami manusia yang saling beradu satu sama lain.

Masyarakat terbagi menjadi dua golongan utama, yakni penguasa atau pengeksploitasi dan yang dikuasai atau yang dieksploitasi. Golongan penguasa dilukiskan oleh al-Qur’an sebagai golongan “mustakbirin” (orang-orang yang sombong). Sedangkan golongan yang dikuasai dilukiskan al-Qur’an sebagai golongan :mustadh’afin (yang tertindas).

Kepribadian

Kepribadian masyarakat tidak sama dengan kepribadian individu. Kepribadian ini terbentuk melalui penggabungan individu-individu dan aksi-reaksi budaya mereka. Masyarakat mempunyai sifat alami, ciri-ciri dan peraturannya sendiri, tindakan-tindakan serta reaksi-reaksinya dapat diterangkan dengan serangkaian hukum umum dan universal. Masyarakat mempunyai kepribadian independennya sendiri, karena itu hanya dapat mengatakan bahwa sejarah mempunyai suatu falsafah dan dibentuk oleh hukum dan norma.

Masyarakat warga terbentuk secara alamiah (natural inclination) yang mendorong manusia untuk membentuk kehidupan sosial dan ikatan persahabatan. Masyarakat warga terbentuk melalui logika negatif, dengan mekanisme leisure of evil: hukum dan aturan diciptakan justru untuk membatasi dan memblokir insting-insting gelap manusia. Masyarakat warga dikenal sebagai masyarakat borjuis di mana partikularitas dan individualitas jauh lebih menonjol daripada nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas. Dalam masyarakat warga, setiap orang menjadikan dirinya sebagai tujuan.

Dinamika atau perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:

  1. Penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran)
  2. Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun modal finansial
  3. Teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
  4. Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap proses perubahan sosial
  5. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya
  6. Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk dalam modal sumber daya manusia, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih baik.

Masyarakat Madani

Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.

Masyarakat madani dapat melihat sesuatu secara terstruktur dan systematis untuk mencapai masyarakat yang transparant, demokratis serta dapat melihat sesuatu menjadi dari perspektif yang lebih positif bahkan disaat resesi ekonomi. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pandemi memberikan suatu tantangan bagi masyarakat Indonesia dan mendorong kondisi masyarakat ke dalam masa resesi ekonomi. Sudah seyogyanya masyarakat dapat berpikir positif, progresif dan solutif atas segala tantangan yang datang seiring berjalannya waktu. 

Sumber:

wikipedia.org

Selengkapnya
Pengertian Masyarakat serta Unsur dan Ciri-cirinya

Arsitektur

Pemukiman Kumuh dan Akibatnya pada Lingkungan Masyarakat

Dipublikasikan oleh Anisa pada 17 Februari 2025


Permukiman kumuh adalah sebuah wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di sebuah kota yang sebagian besar dihuni oleh penduduk miskin. Menurut Pasal 1 Ayat 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Kawasan kumuh ada di banyak kota besar di seluruh dunia. Kawasan kumuh biasanya dikaitkan dengan kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh juga dapat menjadi sumber masalah sosial seperti kriminalitas, narkotika, dan minuman keras. Karena kondisi sanitasi yang buruk, wilayah kumuh menjadi pusat masalah kesehatan di negara-negara miskin. Kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran sangat sulit dilewati di berbagai kawasan kumuh, terutama di negara-negara miskin. Selain itu, sampah bertumpuk-tumpuk karena kurangnya layanan pembuangan sampah.

Kawasan kumuh meningkat seiring dengan populasi, terutama di negara-negara berkembang. Pemerintah di seluruh dunia saat ini mencoba mengatasi masalah kawasan kumuh ini dengan membangun perumahan modern dengan sanitasi yang baik, biasanya rumah bertingkat. Tingkat kepadatan penduduk, kepemilikan lahan, dan kualitas sarana dan prasarana pada suatu daerah adalah beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan apakah daerah tersebut tergolong kumuh atau tidak.

Pengentasan kawasan kumuh

Kota-kota di negara berkembang mengalami tingkat kemiskinan dan urbanisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun 1960an. Dampaknya adalah meluasnya kelompok permukiman kumuh yang tidak terkendali. Komunitas-komunitas yang terbelakang dan tidak terencana ini seringkali dihuni oleh penghuni liar yang tidak memiliki status dan hak hukum. Karena kurangnya akses terhadap layanan dasar perkotaan termasuk infrastruktur, pengumpulan sampah, pasokan udara, dan sanitasi, masyarakat yang tinggal di daerah kumuh lebih rentan terhadap penyakit, kejahatan, dan bencana alam.

Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, kurangnya kemauan politik, kepemimpinan yang tidak kompeten, peraturan yang tidak tepat, pasar tanah yang tidak berfungsi, dan pembatasan yang tidak tepat adalah alasan utama mengapa proyek perkotaan mereka sering gagal. Memindahkan masyarakat ke kawasan pemukiman baru, umumnya di luar kota, merupakan salah satu cara untuk menghentikan kemiskinan di wilayah metropolitan menjadi lebih buruk. Namun kelompok kumuh memang muncul di wilayah metropolitan karena lebih mudah menangkap dan mempekerjakan masyarakat miskin di sana. Oleh karena itu, tidak efektif untuk merelokasi penduduk atau mengubah fasilitas fisik mereka. Selain mengalokasikan dana untuk penghapusan permukiman kumuh dan relokasi warganya, pemerintah secara umum juga harus menyediakan dana transportasi yang akan memberikan akses prospek kerja di pusat kota.

Strategi kedua, yang disebut sebagai teknik regenerasi di Indonesia, melibatkan pembangunan kembali setelah penggusuran. Di Taman Sari Kota Bandung misalnya. Dengan strategi ini, penghuni kawasan kumuh akan direlokasi sementara, lahan akan dibersihkan, dan rumah baru akan dibangun untuk mereka di tempat yang sama. Untuk menampung lebih banyak orang, bangunan bertingkat tinggi sering kali direncanakan. Namun, pengalaman menunjukkan bahwa kepadatan hunian di gedung-gedung tinggi yang baru dibangun tidak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan hunian yang sudah ada di pusat kota. Selain itu, pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi membuat rumah tangga bertingkat rendah memiliki lebih sedikit ruang di tingkat bawah untuk menjalankan pekerjaan sampingan yang menghasilkan uang ekstra.

Selain merelokasi penduduk atau mengubah tempat tinggal mereka, pilihan lain adalah meningkatkan permukiman kumuh, yang kadang-kadang disebut sebagai Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh di Indonesia. Untuk melakukan perbaikan, pertama-tama kita harus menjadikan infrastruktur yang ada—seperti retikulasi udara, drainase, sanitasi, dan listrik—sebaik-baiknya. Perbaikan biasanya tidak memerlukan pembangunan rumah karena orang dapat melakukannya sendiri; sebaliknya, pinjaman opsional diberikan untuk perbaikan rumah. Langkah-langkah lainnya termasuk menghilangkan risiko lingkungan, menawarkan imbalan atas pemeliharaan dan pengelolaan masyarakat, dan membangun sekolah dan klinik. Pengalihan hak kepemilikan rumah yang terjangkau kepada masyarakat merupakan aspek penting dari perubahan tersebut. Kepastian yang timbul dari pengalihan hak kepemilikan telah terbukti mendorong masyarakat setempat untuk berkontribusi dua hingga empat kali lebih besar dari kontribusi pemerintah terhadap perbaikan infrastruktur kawasan kumuh.

Perbaikan lahan memberikan beberapa manfaat, termasuk berkurangnya gangguan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dan merupakan pilihan yang lebih hemat biaya dibandingkan penghancuran dan relokasi, yang mungkin memerlukan biaya hingga sepuluh kali lipat biaya perbaikan. Dampak restorasi langsung terasa, sangat terlihat, dan secara signifikan meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin perkotaan.

Strategi lain yang kini didukung adalah konsolidasi tanah, baik secara vertikal maupun horizontal. Tujuan konsolidasi tanah adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses penataan kembali kepemilikan, penggunaan, dan pengelolaan tanah sesuai dengan rencana tata ruang dan upaya mengalokasikan properti untuk kepentingan umum. Secara umum, tujuan konsolidasi lahan adalah untuk merestrukturisasi tata kelola lahan masyarakat guna memaksimalkan penggunaan lahan dengan meningkatkan tingkat produksi dan efisiensi. Untuk mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang lebih baik, konsolidasi tanah dapat dilakukan dalam bentuk penambahan atau penataan prasarana jalan umum, penataan kawasan hijau, atau penataan bidang tanah ulayat. Sebagian dari harta milik masing-masing pemilik tanah akan disumbangkan untuk kepentingan fasilitas umum, seperti menata ulang atau memperbesar jalan raya, menciptakan ruang hijau, dan lain-lain. Keuntungan atau keuntungan yang lebih baik akan diperoleh bagi pemilik tanah, yang akan mendapatkan kembali kontribusi tanahnya dalam bentuk kenaikan harga jual tanah. Dalam konsolidasi tanah ini, bidang-bidang tanah dapat disusun sebagai berikut:

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pemukiman Kumuh dan Akibatnya pada Lingkungan Masyarakat

Operation Research and Analysis

Optimasi Stokastik: Pengertian, Metode Fungsi Skokastik, dan Metode Pencarian Acak

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025


Optimasi Stokastik

Metode optimasi stokastik (SO) merupakan metode optimasi yang menghasilkan dan menggunakan variabel acak. Dalam permasalahan stokastik, variabel acak muncul dalam rumusan masalah optimasi itu sendiri dan mencakup fungsi tujuan acak atau batasan acak. Metode optimasi stokastik juga mencakup metode dengan iterasi acak. Beberapa metode optimasi stokastik menggunakan iterasi acak untuk memecahkan masalah stokastik, menggabungkan kedua makna optimasi stokastik. metode optimasi stokastik menggeneralisasi metode deterministik ke masalah deterministik.

Metode fungsi stokastik

Dalam konteks analisis data, terdapat situasi di mana sebagian data masukan bersifat acak, seperti pada bidang estimasi dan kontrol waktu nyata. Selain itu, optimasi berbasis simulasi juga sering melibatkan penggunaan simulasi Monte Carlo sebagai perkiraan sistem sebenarnya. Masalah lain yang dihadapi adalah ketika terdapat kesalahan eksperimental atau kebisingan acak dalam pengukuran kriteria. Dalam kasus-kasus seperti itu, pemahaman bahwa nilai-nilai fungsi dapat terkontaminasi oleh kebisingan acak mendorong pengembangan algoritma yang menggunakan alat inferensi statistik untuk memperkirakan nilai-nilai "sebenarnya" dari fungsi dan/atau membuat keputusan optimal secara statistik terkait langkah-langkah selanjutnya.

Metode yang termasuk dalam kategori ini mencakup berbagai pendekatan seperti pendekatan stokastik (SA) oleh Robbins dan Monro (1951), penurunan gradien stokastik, SA perbedaan hingga oleh Kiefer dan Wolfowitz (1952), gangguan simultan SA oleh Spall (1992), dan optimasi skenario. Keseluruhan, metode-metode ini menyediakan kerangka kerja yang efektif untuk menangani data masukan yang bersifat acak dan kesalahan eksperimental, dengan menggunakan prinsip-prinsip inferensi statistik untuk membuat keputusan yang lebih akurat dan optimal.

Metode pencarian acak

Metode pencarian acak, sering disebut sebagai metaheuristik, memperkenalkan keacakan ke dalam proses pencarian untuk mempercepat kemajuan, terutama ketika kumpulan data terdiri dari pengukuran yang tepat. Keacakan yang diperkenalkan dapat membuat metode ini lebih toleran terhadap kesalahan pemodelan dan menghasilkan keuntungan lain, seperti memperkirakan interval fitur minimum menggunakan statistik nilai ekstrem. Selain itu, keacakan dalam proses pencarian memungkinkan kita untuk keluar dari optimal lokal dan mendekati optimal global, menjadikan prinsip pengacakan ini sebagai cara yang sederhana dan efektif untuk mengembangkan algoritma yang kinerjanya hampir pasti dan konsisten di berbagai kumpulan data dan masalah.

Beberapa metode optimasi stokastik yang menerapkan prinsip pencarian acak antara lain simulasi anil oleh S. Kirkpatrick, CD Gelatt dan MP Vecchi (1983), probabilitas kolektif oleh DH Wolpert, SR Bieniawski dan DG Rajnarayan (2011), dan algoritma genetika oleh Holland (2011). Ada pula metode lain seperti metode cross-entropy dari Rubinstein dan Kroese (2004), random search dari Anatoly Zhigljavsky (1991), dan stochastic tunneling.

Meskipun metode pencarian acak dianggap efektif, beberapa penulis berpendapat bahwa pengacakan hanya dapat meningkatkan algoritma deterministik jika algoritma deterministik dirancang dengan buruk. Ada juga argumen bahwa ketergantungan pada elemen acak dapat menghambat pengembangan komponen deterministik yang lebih cerdas dan unggul. Lebih jauh lagi, menyajikan hasil algoritma optimasi stokastik, misalnya dengan hanya mencantumkan rata-rata atau N run terbaik tanpa menyebutkan distribusi, dapat menghasilkan bias positif terhadap keacakan.

Beberapa permasalahan kompleksitas terbuka berkaitan dengan pertanyaan apakah keacakan dapat memungkinkan penyelesaian permasalahan dalam waktu yang lebih singkat, seperti pada permasalahan P = BPP.Konvergensi algoritma pencarian lokal stokastik menuju solusi optimal terkadang dapat terjadi sebagai akibat dari kemungkinan perpindahan dari satu solusi ke solusi lainnya dalam ruang pencarian pada setiap iterasi. Namun, sifat semantik penting dari algoritma pencarian lokal stokastik, termasuk kemampuannya untuk menemukan solusi optimal atau solusi dalam jarak tertentu dari nilai optimal, seringkali tidak dapat ditentukan secara umum. Hal ini disebabkan kemampuan algoritma ini untuk mensimulasikan programapa pun, terutama jika bahan dasarnya dimaksudkan sederhana.

Disadur dari : en.wikipedia.org

Selengkapnya
Optimasi Stokastik: Pengertian, Metode Fungsi Skokastik, dan Metode Pencarian Acak

Arsitektur

Kapan Ilmu Arsitektur Pertama Kali Diterapkan?

Dipublikasikan oleh Anisa pada 17 Februari 2025


Melalui beragam adat, kawasan geografi, tren gaya umum, dan periode sejarah, sejarah arsitektur menggambarkan evolusi desain arsitektur. Semua tradisi ini bermula ketika manusia memenuhi kebutuhan dasar mereka akan keselamatan dan tempat tinggal. Meskipun istilah "arsitektur" biasanya merujuk pada bangunan, definisi yang sebenarnya jauh lebih luas dan meliputi profesi seperti perencanaan perkotaan, teknik sipil, arsitektur lanskap, serta militer dan angkatan laut.

Selain itu, inovasi teknologi memainkan peran penting dalam membentuk tren arsitektur, terutama selama abad ke-19, ke-20, dan ke-21. Sebagai contoh, peningkatan dan/atau penerapan baja, besi cor, ubin, beton bertulang, dan kaca berkontribusi pada munculnya Art Nouveau dan meningkatkan kemegahan Beaux Arts.

Sejarah

Kemajuan arsitektur merupakan bagian penting dari periode Neolitikum (10.000-2000 SM), di mana beberapa inovasi besar dalam sejarah manusia terjadi. Domestikasi tumbuhan dan hewan, misalnya, menghasilkan perekonomian baru dan hubungan baru antara manusia dan dunia, peningkatan ukuran dan kelanggengan komunitas, perkembangan besar-besaran budaya material serta solusi sosial dan ritual baru yang memungkinkan manusia untuk hidup. bersama dalam komunitas-komunitas ini. Gaya baru dari struktur individu dan kombinasinya menjadi pemukiman menyediakan bangunan yang dibutuhkan untuk gaya hidup dan ekonomi baru, dan juga merupakan elemen penting dari perubahan.

Salah satu gaya arsitektur paling signifikan dalam sejarah dipengaruhi oleh Roma kuno. Struktur Romawi masih digunakan dalam arsitektur Klasik Baru dan Postmodern hingga saat ini, yang menunjukkan pengaruh Roma sepanjang era abad pertengahan dan awal modern. Secara khusus, gaya Etruria dan Yunani mempunyai pengaruh. Selama era republik (509–27 SM), berbagai desain candi diciptakan, diadaptasi dari model Etruria dan Yunani.

Tentara Romawi memperluas kerajaan mereka dan meningkatkan keterampilan mereka di bidang arsitektur dan teknik dengan mendirikan kota-kota di mana pun mereka menaklukkan. Meskipun Italia adalah rumah bagi spesimen arsitektur Romawi terbesar, provinsi-provinsi barat dan timur juga menghasilkan karya-karya inovatif; contoh terbaik yang masih ada dapat ditemukan di Afrika Utara, Turki, Suriah, dan Yordania. Konstruksi megah bermunculan, seperti Gapura Septimius Severus tahun 216 M di Leptis Magna (sekarang Libya), yang pedimennya retak di setiap sisinya, atau Gapura Caracalla tahun 214 M di Thebeste (sekarang Aljazair), yang berpasangan kolom di setiap sisi yang memproyeksikan entablatur dan medali yang menampilkan patung dewa. Beberapa bangunan merupakan hasil perpaduan adat setempat dengan gaya Romawi, karena kekaisaran didirikan dari berbagai kebangsaan dan peradaban. Salah satu contohnya adalah Gapura Palmyra, yang dibangun di tempat yang sekarang disebut Suriah antara tahun 212 dan 220 Masehi. Beberapa lengkungannya dihiasi dengan pola pita berulang yang terinspirasi dari Timur Tengah yang terdiri dari empat oval di sekeliling roset.

Arsitektur neoklasik dicirikan oleh keagungan skala, dinding putih bersih, dan hiasan yang mengingatkan pada Yunani Kuno dan Roma. Meski masih penuh hiasan, eksterior Neoklasik cenderung lebih minimalis, dengan garis lurus dan bersudut, dibandingkan pendahulunya dalam gaya Barok dan Rococo. Garis yang bersih, keseimbangan, dan proporsi adalah komponen kunci dari gaya ini, yang berhasil tidak hanya pada bangunan besar seperti Panthéon di Paris, tetapi juga pada bangunan kecil seperti Petit Trianon.

Kembalinya akal sehat dan ketertiban dipicu oleh penggalian pada abad ke-18 di Pompeii dan Herculaneum, yang keduanya tertutup abu vulkanik setelah ledakan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Hal ini terutama disebabkan oleh karya Johann Joachim Winckelmann. Zaman kuno sekali lagi dijadikan tolok ukur arsitektur pada pertengahan abad kedelapan belas. Neoklasikisme adalah pemeriksaan kritis terhadap prinsip-prinsip dasar yang mendasari bentuk dan makna arsitektur. Hubungan antara filsafat arsitektur dan penyelidikan arkeologi dimulai pada tahun 1750-an dan berlangsung hingga abad ke-19. Pada tahun 1753, Marc-Antoine Laugier menyatakan, 'Arsitektur berutang segala sesuatu yang luar biasa kepada orang Yunani'.

Jenis bangunan baru bermunculan sebagai akibat dari Revolusi Industri dan teknologi baru yang dibawanya. Pada tahun 1850, besi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari di semua skala, mulai dari gudang kereta api hingga fitur arsitektur hias yang diproduksi secara massal dan barang-barang yang ditemukan di bangunan perumahan dan komersial. Crystal Palace di Hyde Park, London, adalah contoh terkenal dari struktur kaca dan besi abad ke-19. Dibangun pada tahun 1851 untuk menampung Pameran Besar, bangunan ini menyerupai rumah kaca. Besarnya sangat mengintimidasi.

Pasar memperkenalkan aplikasi baru untuk besi dan kaca, menghasilkan arsitektur konsumsi dan pameran yang mengubah pameran dunia yang bersifat sementara menjadi aspek kehidupan kota kontemporer yang abadi. Aristide Boucicaut mendirikan Le Bon Marché, yang dijuluki department store pertama oleh sejarawan konsumerisme massal, di Paris kurang lebih setahun setelah Crystal Palace dibongkar. Seiring berkembangnya bisnis, eksteriornya yang penuh ornamen—termasuk motif Kebangkitan Renaisans Prancis—berubah menjadi monumen publik. Pintu masuk bergerak perlahan ke depan ke trotoar dalam upaya untuk menarik calon klien. Bekerja sama dengan bisnis teknik Gustave Eiffel yang masih baru, Louis-Charles Boileau merombak interiornya antara tahun 1872 dan 1874. Struktur yang dibangun kembali dipusatkan pada tiga atrium jendela atap, bukan halaman terbuka yang diperlukan untuk membiarkan lebih banyak cahaya alami masuk ke interior.

Di seluruh dunia pada awal abad ke-20, arsitektur Modernis muncul, menolak ornamen dan menganut kesederhanaan dan material kontemporer. Hal ini dimungkinkan oleh Art Nouveau, yang mempopulerkan gagasan gaya non-historis. Ini dimulai di Eropa, dengan penekanan pada fungsionalisme dan menghindari ornamen. Bauhaus dan Gaya Internasional, yang keduanya ditandai dengan asimetri, atap datar, jendela pita besar, logam, kaca, rendering putih, dan interior terbuka, membantu modernisme mencapai puncaknya pada tahun 1930an dan 1940an.

Arsitektur kontemporer adalah arsitektur abad ke-21. Tidak ada satu gaya pun yang dominan. Arsitek kontemporer bekerja dalam beberapa gaya berbeda, mulai dari postmodernisme, arsitektur berteknologi tinggi, serta referensi dan interpretasi baru terhadap arsitektur tradisional hingga bentuk dan desain yang sangat konseptual, menyerupai patung dalam skala besar. Beberapa dari gaya dan pendekatan ini memanfaatkan teknologi yang sangat maju dan bahan bangunan modern, seperti struktur tabung yang memungkinkan konstruksi bangunan yang lebih tinggi, lebih ringan dan lebih kuat dibandingkan pada abad ke-20, sementara yang lain memprioritaskan penggunaan bahan-bahan alami dan ekologis. seperti batu, kayu dan kapur. Salah satu teknologi yang umum pada semua bentuk arsitektur kontemporer adalah penggunaan teknik baru desain berbantuan komputer, yang memungkinkan bangunan dirancang dan dimodelkan pada komputer dalam tiga dimensi, dan dibangun dengan lebih presisi dan cepat.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Kapan Ilmu Arsitektur Pertama Kali Diterapkan?

Operation Research and Analysis

Metode Trial and Error: Pengertian, Metodologi, Aplikasi dan Contoh Penerapan

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025


Trial and error 

Trial and error, metode dasar pemecahan masalah, melibatkan upaya berulang dan bervariasi yang berlanjut hingga kesuksesan tercapai atau praktisi berhenti mencoba. C. Lloyd Morgan menciptakan istilah ini setelah bereksperimen dengan ungkapan serupa seperti “percobaan dan kegagalan” dan “percobaan dan praktik.” Dalam kanon, perilaku hewan dijelaskan secara sederhana dan, dengan asumsi melibatkan proses mental yang lebih tinggi, dapat dijelaskan sebagai pembelajaran melalui coba-coba. Misalnya, Edward Lee Thorndike menggunakan kucing dalam eksperimen laboratorium untuk mendemonstrasikan hukum pengaruh terhadap pembelajaran dan menemukan bahwa hasil positif mendorong pembelajaran.

B. F. Skinner kemudian memperluas konsep ini dengan pengkondisian operan. Trial and error juga digunakan dalam ilmu komputer sebagai metode "build and test" dan dalam matematika, misalnya dalam menyelesaikan persamaan dengan menebak dan memeriksa. Meskipun trial and error adalah salah satu pendekatan dasar pemecahan masalah, ada juga metode perantara seperti empirisme terbimbing, yang memandu proses pemecahan masalah dengan menggunakan teori.Pendekatan yang mencerminkan rasionalisme kritis Karl Popper ini merupakan bagian dari kerangka pemikiran yang dapat digunakan dalam konteks berbeda.

Metodologi

Pendekatan coba-coba (trial-and-error) paling berhasil digunakan pada permasalahan dan permainan sederhana dan sering kali menjadi pilihan terakhir ketika aturan yang jelas tidak dapat diterapkan. Hal ini tidak berarti bahwa pendekatan ini pada dasarnya ceroboh, karena seseorang bisa saja bersifat metodis dalam memanipulasi variabel untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat membawa kesuksesan. Namun cara ini sering digunakan oleh orang-orang yang memiliki sedikit pengetahuan di bidangsoal. Pendekatan coba-coba diperiksa dari perspektif komputasi alami.

Aplikasi paling sederhana

Ashby (1960) menyajikan tiga strategi sederhana untuk memecahkan masalah pelatihan dasar yang sama dengan efisiensi yang sangat berbeda. Misalnya, jika kita mengatur 1000 tombol hidup/mati dalam kombinasi tertentu dengan percobaan acak, setiap percobaan berlangsung selama satu detik, maka strateginya adalah sebagai berikut:

Metode perfeksionis, di mana segala sesuatu harus berjalan baik atau tidak sama sekali tanpa upaya mempertahankan keberhasilan parsial, diperkirakan akan memakan waktu lebih dari 10^301 detik. Kemudian, rangkaian pengujian sakelar, di mana beberapa berhasil, memiliki durasi rata-rata 500 detik. Terakhir, pengujian paralel namun individual terhadap semua sakelar pada waktu yang sama hanya memerlukan waktu satu detik.

Perlu diketahui bahwa yang mendasari anggapan tersebut adalah anggapan bahwa kecerdasan atau persepsi tidak digunakan untuk menyelesaikan masalah. Namun, kehadiran beberapa strategi memberikan peluang untuk mempertimbangkan domain pemrosesan terpisah atau “tingkat lebih tinggi”, yang dikenal sebagai “tingkat meta,” di atas mekanisme manajemen saklar. Pada tingkat ini, strategi yang berbeda dapat dipilih secara acak, sehingga menciptakan pendekatan coba-coba dengan karakteristik berbeda.

Hirarki

Buku Ashby mengembangkan konsep "meta-level" menjadi urutan level rekursif yang disusun satu di atas yang lain dalam hierarki yang sistematis. Dalam kerangka ini, Ashby berpendapat bahwa kecerdasan manusia muncul dari organisasi seperti itu, yang sangat bergantung pada pendekatan “trial and error” pada setiap tahap baru, namun pada akhir proses tersebut berkembang menjadi apa yang kita sebut “kecerdasan” tahu. Oleh karena itu, tingkat teratas hierarki pada setiap tahap mungkin masih bergantung pada trial and error sederhana.

Traill (1978-2006) mencatat bahwa hierarki yang diusulkan oleh Ashby mungkin tumpang tindih dengan teori tahapan perkembangan Piaget yang terkenal. Menurut Piaget, anak-anak pertama-tama belajar melalui aktivitas yang kurang lebih acak dan kemudian harus belajar dari konsekuensinya, mirip dengan pendekatan “trial and error” acak yang dijelaskan oleh Ashby dalam konteks hierarki tersebut.Hal ini menciptakan kesejajaran antara konsep Ashby dan teori Piaget tentang pembelajaran manusia dan perkembangan kognitif.

Aplikasi

Traill (2008, khususnya Tabel “S” di halaman 31) mengikuti pendekatan Jerne dan Popper dan berasumsi bahwa strategi coba-coba dapat menjadi dasar bagi semua sistem penangkapan pengetahuan, terutama pada tahap awal pengembangannya. . Dalam studinya, Traill mengidentifikasi empat sistem utama yang terlibat dalam penerapan strategi coba-coba: seleksi alam, yang "mendidik" DNA spesies, otak individu (yang baru saja kita bahas), "otak" sosial seperti cabang ilmu pengetahuan masyarakat dan sistem imun adaptif. Konsep ini mendukung pandangan bahwa trial and error tidak hanya sekedar metode pemecahan masalah, tetapi juga dapat menjadi dasar berbagai sistem untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan.

Fitur

Trial and error memiliki beberapa karakteristik yang dapat dikenali. Pertama, metode ini berorientasi pada solusi, artinya metode ini tidak berusaha memahami mengapa suatu solusi berhasil melalui trial and error, namun hanya berfokus pada fakta bahwa solusi tersebut dapat ditemukan. Kedua, pendekatan ini bersifat spesifik terhadap permasalahan yang dihadapi dan tidak cenderung menggeneralisasi solusi terhadap permasalahan lainnya. Selain itu, trial and error dianggap suboptimal karena tujuannya biasanya untuk menemukan solusi, bukan keseluruhan spektrum solusi, dan solusi terbaik tidak selalu ditemukan. Terakhir, metode coba-coba dapat dilakukan dengan sedikit atau tanpa pengetahuan tentang subjek yang ada, menjadikannya pendekatan yang layak dan tidak memerlukan pemahaman mendalam.

Metode trial and error dapat digunakan untuk mencari semua solusi atau solusi terbaik dalam situasi dimana terdapat beberapa kemungkinan solusi. Untuk menemukan semua solusi, orang dapat menuliskan setiap solusi yang mereka temukan dan terus mencobanya hingga semua opsi telah dicoba. Untuk mencari solusi terbaik, setelah semua solusi ditemukan, individu dapat membandingkannya berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Adanya kriteria tersebut merupakan prasyarat untuk menemukansolusi terbaik. Ketika hanya ada satu solusi yang mungkin, seperti ketika menyusun sebuah puzzle, solusi yang ditemukan adalah satu-satunya dan dianggap yang terbaik.

Contoh

Secara tradisional, metode utama yang digunakan dalam penemuan obat baru seperti antibiotik adalah trial and error, di mana ahli kimia menguji bahan kimia yang dipilih secara acak untuk menemukan bahan kimia yang mempunyai efek yang diinginkan. Dalam pendekatan yang lebih canggih, mereka memilih sejumlah kecil bahan kimia dan menggunakan hubungan struktur-aktivitas. Metode ini juga digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, misalnya pada bidang teknik polimer. Dalam konteks video game, pemain menggunakan trial and error untuk mengatasirintangan atau mengalahkan bos dengan mencoba berbagai strategi. Tim olahraga menggunakan pendekatan ini untuk lolos dan maju ke babak playoff dengan mencoba berbagai taktik dan formasi.

Dalam metode ilmiah, terjadi trial and error dalam merumuskan dan menguji hipotesis. Evolusi biologis dapat dipandang sebagai bentuk coba-coba melalui mutasi acak dan variasi genetik seksual. Contoh lain termasuk algoritma genetika, simulasi anil dan pembelajaran penguatan. Meskipun Bogosort tidak efisien, ini dapat dipandang sebagai metode penyortiran trial-and-error. Laba-laba pelompat dari genus Portia menggunakan trial and error untuk menemukan dan menghafal taktik baru melawan mangsa yang tidak diketahui.Penelitian menunjukkan bahwa bahkan di lingkungan buatan, laba-laba ini dapat menggunakan trial and error untuk mencapai tujuan tertentu.

Disadur dari : https://en.wikipedia.org/wiki/Trial_and_error

Selengkapnya
Metode Trial and Error: Pengertian, Metodologi, Aplikasi dan  Contoh Penerapan
« First Previous page 863 of 1.175 Next Last »