Ilmu dan Teknologi Hayati

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA di Indonesia

Dipublikasikan oleh Anisa pada 12 Februari 2025


Istilah "ilmu pengetahuan alam" (IPA) merujuk pada bidang ilmu di mana objeknya adalah benda-benda alam yang memiliki hukum yang jelas dan umum yang berlaku kapan pun dan di mana pun. Sains berasal dari kata latin scientia yang secara harafiah berarti pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains adalah ringkasan pengetahuan dan proses. Sementara itu Kuslan Batu mengatakan bahwa ilmu adalah suatu ringkasan ilmu pengetahuan dan cara-cara untuk memperoleh dan menggunakan ilmu itu. Ilmu pengetahuan merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Ilmu Pengetahuan Nyata merupakan suatu produk dan proses, yang tidak dapat dipisahkan” (Agus. S. 2003: 11) Sains sebagai suatu proses merupakan langkah-langkah yang dilakukan ilmuwan untuk melakukan penyelidikan guna menemukan penjelasan atas fenomena alam.

Tahapan tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini terlihat bahwa ciri mendasar ilmu pengetahuan adalah kuantifikasi, artinya fenomena alam dapat berbentuk besaran. Ilmu pengetahuan alam mempelajari aspek fisik & non-manusia di bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam menjadi landasan bagi ilmu-ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, namun digunakan sebagai penyedia alat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu alam. Istilah ilmu pengetahuan alam juga digunakan untuk mengakui "sains" sebagai suatu disiplin ilmu yang menggunakan metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu pengetahuan alam umumnya dipelajari pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Tingkat kepastian dalam ilmu pengetahuan alam relatif tinggi mengingat objek-objeknya yang konkrit, oleh karena itu ilmu alam ini biasa juga disebut ilmu eksakta. Terlepas dari penggunaan tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang-kadang digunakan lebih dekat dengan arti yang lebih tepat dalam istilah umum. Dari sudut pandang ini, "ilmu alam" dapat memiliki arti alternatif selain biologi, terlibat dalam proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisika (berkaitan dengan hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).

Berikut merupakan cabang-cabang utama dari ilmu alam:

Ilmu pendidikan alam dan Edukasinya di Indonesia

Ilmu pengetahuan berkembang pesat, pada dasarnya ilmu pengetahuan bermula dari dua cabang besar yaitu filsafat alam yang kemudian membentuk kelompok ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial (social sciences). Ilmu pengetahuan alam dipisahkan menjadi dua bidang, yaitu ilmu alam (ilmu fisika) dan ilmu hayat (ilmu biologi) (Jujun. S. 2003). Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang menyelidiki komponen-komponen penyusun alam semesta, sedangkan ilmu kehidupan mempelajari organisme hidup yang ada di dalamnya. Ilmu pengetahuan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi materi), astronomi (mempelajari benda-benda langit, dan ilmu kebumian (earth science) yang mengkaji dunia kita.

IPA di Indonesia meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, sitologi, embriologi, dan mikrobiologi; ilmu fisika meliputi astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika. Sains (sains) bertujuan untuk menggugah rasa ingin tahu masyarakat agar mau belajar lebih jauh dan memahami lebih dalam tentang alam yang penuh misteri. Seiring dengan terungkapnya misteri alam secara bertahap, dan sebagai hasil dari pengetahuan yang dihasilkan, penerapan ilmu pengetahuan, atau teknologi, semakin meluas. Namun seiring berjalannya waktu, kesenjangan ini semakin mengecil, artinya pepatah “Ilmu pengetahuan saat ini adalah teknologi masa depan” telah beberapa kali divalidasi oleh sejarah. Bahkan saat ini, sains dan teknologi bekerja sama membentuk budaya yang saling memperkuat, bagaikan sebuah mata uang, yang satu sisi mewakili esensi sains dan sisi lainnya mewakili pentingnya teknologi. Sains berbicara tentang fenomena alam yang terorganisir secara metodis yang berasal dari pengamatan manusia dan hasil eksperimen. Hal ini sejalan dengan pernyataan Powler (dalam Wina-putra, 1992: 122) yang menyatakan bahwa sains adalah studi tentang kejadian-kejadian alam dan objek-objek sistematis yang disusun menjadi suatu kumpulan temuan yang terorganisir dan dapat diterapkan secara luas melalui observasi dan eksperimen.

Sains adalah pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan teknik ilmiah, oleh karena itu harus diajarkan di sekolah dasar. Alasan pengajaran sains di sekolah dasar harus jelas bagi semua guru. Jika diajarkan dengan benar, sains dapat menjadi topik yang menumbuhkan pemikiran kritis. Misalnya, sains dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan “temukan sendiri”. Anak muda tersebut kemudian dihadapkan pada sebuah masalah; contoh masalahnya adalah, "Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak-anak didesak untuk menemukan dan menyelidiki hal ini.

Ketika anak-anak melakukan eksperimennya sendiri untuk mengajarkan sains. Dengan demikian, ilmu pengetahuan lebih dari sekedar hafalan. Topik ini mempunyai kemampuan membentuk kepribadian anak seutuhnya karena mengandung nilai-nilai pendidikan. Standar Kompetensi Sains (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SD/MI merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi siswa pada tingkat nasional. Mereka juga berperan sebagai pedoman bagi pengembang kurikulum dalam merancang kurikulum masing-masing satuan pendidikan. Landasan pencapaian SK dan KD adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan, karya ilmiah, dan pengetahuannya sendiri, dengan pendampingan guru. Baik UN maupun UASBN menggunakan topik ini.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA di Indonesia

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Sejarah Munculnya Usaha Cerutu

Dipublikasikan oleh Anisa pada 12 Februari 2025


Cerutu, serutu, atau sigar (dari bahasa Tamil suruṭṭu, yang berarti "gulungan") adalah gulungan daun tembakau yang belum dikeringkan dan difermentasikan yang dibakar pada satu ujung dan dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Tembakau untuk cerutu diproduksi secara luas di negara-negara seperti Brasil, Kamerun, Kuba, Republik Dominika, Honduras, Indonesia, Meksiko, Nikaragua, dan Amerika Serikat dengan cerutu dari Kuba dianggap merupakan ikon untuk cerutu.

Sejarah

Sebagian besar orang percaya bahwa penjelajah Christopher Columbus adalah orang pertama yang memperkenalkan tembakau ke Eropa. Dilaporkan bahwa Rodrigo de Jerez dan Luis de Torres, dua awak Christopher yang melakukan perjalanan pada tahun 1492, menemukan tembakau untuk pertama kalinya di pulau San Salvador di Bahama, ketika orang-orang lokal memberi mereka daun kering dengan aroma yang aneh. Tembakau telah tersebar luas di semua pulau Karibia, jadi lagi-lagi ditemukan di Kuba, tempat Christopher Columbus dan anak buahnya menetap.

Sekitar tahun 1592, Galleon San Clemente dari Spanyol membawa 50 kg benih tembakau ke Filipina melalui rute perdagangan Acapulco Manila. Benih itu kemudian dibagikan ke komunitas Katolik Roma. Para ulama menemukan bahwa iklim dan tanah Filipina sangat cocok untuk tanaman tembakau berkualitas tinggi.

Pada tahun 1800-an, merokok cerutu adalah hal yang umum, sementara rokok sigaret masih sangat langka. Puisi terkenal "The Betrothed" ditulis oleh Rudyard Kipling pada awal abad ke-20. Banyak orang dipekerjakan di pabrik cerutu sebelum pembuatan cerutu secara mekanik menjadi nyata, karena industri ini sangat penting.

Di New York City, rol bekerja membuat cerutu. Hal ini menyatakan bahwa hingga tahun 1883, 127 apartemen rumah di Kota memproduksi cerutu, yang mempekerjakan 1.962 keluarga dan 7.924 orang. Sebuah undang-undang negara yang melarang praktik itu diberlakukan akhir tahun itu atas desakan serikat buruh atas dasar bahwa praktik upah ditekan. Kurang dari empat bulan kemudian, undang-undang itu dianggap inkonstitusional. Industri kemudian kembali ke Kota setelah pindah ke Brooklyn dan beberapa wilayah Long Island sementara peraturan berlaku. Ada 80.000 perusahaan yang membuat cerutu di Amerika Serikat pada tahun 1905, sebagian besar kecil dan dioperasikan oleh keluarga-toko, di mana cerutu digulung dan dijual.

Cerutu digunakan dengan cara yang mirip dengan rokok, yaitu dibakar di salah satu ujungnya. Dalam proses pembakaran ini, berbagai kumpulan senyawa berbahaya dapat dihasilkan, salah satunya adalah TAR. TAR terdiri dari berbagai kumpulan senyawa hidrokarbon yang lengket dan menempel pada silia, atau rambut halus paru-paru. Rambut halus ini membersihkan bakteri dan kuman dan mencegah racun masuk ke dalam sistem pernapasan. Rambut paru-paru yang terkena TAR tidak dapat berfungsi. Bahaya TAR pada tubuh sangat kompleks dan bahkan dapat dilihat langsung dengan mata telanjang, seperti gigi yang lebih kuning dari perokok. Ini karena partikel TAR yang menempel kuat pada gigi. TAR juga mengandung karsinogen, zat pemicu kanker, yang dapat merusak sel dan menyebabkan mutasi genetik pada sel di banyak organ tubuh, termasuk kanker paru-paru.

Untuk mengurangi kadar gula dan air tanpa membusuk daun yang lebih besar, daun tembakau dipanen dan dituakan menggunakan teknik pengawetan yang menggunakan panas dan keteduhan. Proses ini memakan waktu antara 25 dan 45 hari, tergantung pada jenis gudang yang digunakan untuk menyimpan tembakau yang telah dipanen.

Selama siklus penuaan, kertas terus digulung, diperiksa, dibongkar, dan diperiksa lagi. Produk ini disusun berdasarkan kualitas dan penampilan setelah matang sesuai dengan spesifikasi pabrik dan digunakan sebagai pengisi atau pembungkus yang sesuai. Selama proses ini, daun tetap dibasahi untuk menghindari kerusakan.

Sampai hari ini, cerutu berkualitas tinggi masih dibuat dengan tangan. Setiap hari, seorang penggulung cerutu yang berpengalaman dapat membuat ratusan cerutu yang hampir identik dan berkualitas tinggi. Rol menggunakan pisau berbentuk bulan sabit yang dirancang khusus yang disebut chavettes untuk membentuk daun pengisi dan pembungkus dengan cepat dan akurat untuk mempertahankan kelembapan tembakau, terutama pembungkusnya.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Cerutu

Selengkapnya
Sejarah Munculnya Usaha Cerutu

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Bendungan: Dampak Tersembunyi pada Lingkungan dan Masyarakat

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah terus mengupayakan pembangunan infrastruktur sumber daya air (SDA) di seluruh wilayah Indonesia.

Pembangunan infrastruktur SDA ini mencakup waduk, bendung dan bendungan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono kerap mengemukakan alasan lain dibangunnya bendungan, seperti mendukung ketahanan pangan, pembangkit listrik tenaga air, mereduksi banjir hingga desitinasi wisata yang mampu meningkatkan perekonomian warga.

Akan tetapi, selain manfaat yang dihadirkan melalui pengadaan bendungan, terdapat berbagai dampak negatif yang jarang disebutkan dan diketahui oleh masyarakat.

Dilansir dari American Rivers, Jumat (11/2/2022), sebuah studi oleh para peneliti di Eropa mengatakan, sebanyak 3.700 bendungan baru yang sedang dibangun di seluruh dunia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di negara-negara berkembang seperti tujuan awal.

Sebaliknya, bendungan diperkirakan menghasilkan emisi gas metana yang jauh lebih tinggi dari perolehan energi.

Alih-alih berkontribusi untuk menyelesaikan krisis iklim, tetapi bendungan malah memberikan dampak negatif yang besar bagi lingkungan.

Selain itu, pembangunan bendungan bisa menimbulkan masalah ekologi baru dengan pengurangan jumlah sungai yang mampu mengalir bebas di seluruh dunia sebesar 21 persen.

Pembangunan bendungan juga kerap membutuhkan sebagian lahan warga sekitar yang tidak jarang menimbulkan konflik dalam proses pembebasannya.

Misalnya adalah konflik antara warga dan kepolisian di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, belum lama ini.

Beberapa warga tidak menyetujui lahan mereka akan dibebaskan dan digunakan sebagai area pertambangan batu andesit yang disebut merupakan salah satu material pembangunan Bendungan Bener.

Sementara itu, dilansir dari Arcadia, kehadiran bendungan juga menimbulkan risiko penumpukan sedimen ketika air mengalir melalui turbin internal.

Hal tersebut dapat menciptakan penumpukan sedimen dan mencemari serta mengganggu ekologi air.

Lebih lanjut, ketika air sungai dialihkan karena bendungan, ini dapat sangat mengganggu ekosistem alam yang rapuh serta menyebabkan kematian flora dan fauna yang tidak mampu bertahan.

Sebagai contoh, setelah Bendungan Aswan di Mesir dibangun, para ilmuwan melihat adanya penurunan tajam dalam produksi ikan di area sekitar karena jumlah nutrisi dan makanan yang berkurang.

Tangga ikan yang dibangun di bendungan untuk membantu ikan bermigrasi juga tidak dapat digunakan dengan baik oleh ikan, terlebih ketika air bendungan bergerak sangat cepat.

Tidak hanya itu, erosi akibat pengurangan sedimen pasca pembangunan Bendungan Aswan turut mempersempit lahan warga untuk bertani dan bekerja.

Hal yang sama juga terjadi pada wilayah sekitar Bendungan Tiga Ngarai di China yang mengalami pengikisan tanah pada garis pantai terdekatnya.

Terkait masalah ini, Pengamat Bendungan Didiek Djarwadi mengatakan bahwa lokasi suatu penelitian bendungan dan fungsi bendungan dapat memberikan hasil yang berbeda.

“Misalkan di Eropa yang fungsi bendungan biasanya hanya untuk energi listrik, akan beda dengan daerah lain seperti Asia yang bendungannya multifungsi, untuk irigasi, pembangkit listrik, pengendalian banjir, air baku suatu kota atau daerah dan tempat wisata,” ujar Didiek saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/2/2022).

Sedangkan jika melihat kondisi Indonesia dengan dua musim, yakni musim hujan dan kemarau, mengumpulkan air sungai dalam suatu tampungan yang terukur volumenya untuk pemanfaatan secara berkelanjutan menjadi lebih baik dibandingkan dengan tanpa bendungan.

"Apabila air ditampung di suatu bendungan maka air yang terkumpul dalam siklus tahunan dapat memberikan manfaat, seperti air irigasi yang konstan dan pembangkit listrik yang konstan yang tentunya akan didasarkan pada kapasitas air yang handal dalam kurun waktu satu tahun,” pungkas Didiek.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Bendungan: Dampak Tersembunyi pada Lingkungan dan Masyarakat

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Menentukan Lokasi Bendungan: Kriteria Penting untuk Keberhasilan Pembangunan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com – Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, batu dan beton yang dibangun untuk menahan dan menampung air.

Selain itu, bendungan juga dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang atau menampung lumpur, sehingga terbentuk sebuah waduk.

Pengamat Bendungan Didiek Djarwadi mengatakan, bendungan bermanfaat untuk memenuhi ketersediaan air untuk kehidupan sehari.

“Apabila air tidak dibendung, pemanfaatannya kurang optimal. Di Indonesia dengan dua musim, apabila air ditampung di suatu bendungan maka air yang terkumpul dalam siklus tahunan dapat memberikan manfaat,” jelas Didiek saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/2/2022).

Adapun untuk membangun sebuah bendungan, penentuan lokasi harus dipertimbangkan secara matang agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan bisa memberikan manfaat berkelanjutan.

Terkait hal ini, Didiek menyebutkan terdapat beberapa kriteria lokasi dalam membangun bendungan.

Pertama, bendungan harus terletak pada sungai yang mempunyai tebing di bagian kiri dan kanan untuk sandaran bendungan.

Kedua, lokasi bendungan memiliki daerah tampungan di hulu yang cukup besar atau sesuai dengan rencana tampungan andalan.

Ketiga, lokasi bendungan mempunyai kondisi geologi yang baik dan tidak terletak pada sesar aktif sebagai sumber gempa yang membahayakan konstruksi.

Keempat, lokasi bendungan disarankan dekat dengan sumber bahan bendungan, berupa tanah, pasir dan batuan dengan volume yang mencukupi untuk membuat bendungan.

Lalu, apa dampak jika bendungan tidak dibangun pada lokasi yang sesuai dengan kriteria?

Didiek kembali menjelaskan, ada banyak dampak besar yang ditimbulkan jika bendungan tidak dibangun sesuai dengan kriteria lokasi yang tepat.

Misalnya, bendungan yang dibangun pada kondisi geologi dengan batuan yang rapuh, akan berpotensi mengalami kebocoran pada pondasi. Ini akan memakan biaya yang lebih mahal perihal perbaikan.

Selain itu, lokasi bendungan yang tidak tepat terlebih terletak pada sesar aktif sebagai sumber gempa akan mampu merusak bendungan.

Hal ini seperti yang terjadi pada Bendungan Shih-Kang di Taiwan yang rusak akibat gempa Chicihi tahun 1999 dan tidak lagi dapat digunakan.

Kendati demikian, terdapat perhitungan biaya pembuatan dan pemeliharaan dengan besar manfaat yang bisa diperoleh sebagai acuan suatu bendungan dapat dibangun atau tidak.

“Kalau hitung-hitungannya, selama umur layan bendungan masih memberikan keuntungan, maka meskipun bendungan terletak di lokasi yang kurang ideal, tetap bisa dilaksanakan,” pungkas Didiek.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Menentukan Lokasi Bendungan: Kriteria Penting untuk Keberhasilan Pembangunan

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Mengungkap Progres Bendungan Meninting Lombok Barat: Investasi Rp 1,3 Triliun untuk Kesejahteraan dan Wisata

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), Bendungan Meninting habiskan anggaran senilai Rp 1,3 triliun.

Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I Kementerian PUPR Hendra Ahyadi mengatakan, bendungan ini berkapasitas daya tampung 12 juta meter kubik.

Adapun pengerjaan dilakukan dalam 2 paket. Paket pertama menghabiskan dana sebesar Rp 875,25 miliar dan paket kedua senilai Rp 481,33 miliar.

Paket pertama dimulai dengan pembangunan jalan masuk, bendungan utama dan pekerjaan pendukung lain yang digarap oleh kontraktor PT Hutama Karya-PT Bahagia Bangunnusa, KSO.

Sedangkan paket kedua yang meliputi pekerjaan jalan relokasi, bangunan pengelak, bangunan pelimpah dan bangunan fasilitas dikerjakan oleh PT Nindya Karya-PT Sac Nusantara, KSO.

Proyek bendungan yang telah dimulai sejak tahun 2019 tersebut dilaporkan telah mencapai 23,14 persen penyelesaian per November 2021.

“Berdasarkan data hingga November 2021, progres keseluruhan pembangunan Bendungan Meninting sebesar 23,14 persen dengan target rampung tahun 2023," jelas Hendra.

Terkait hal ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa kunci pembangunan di wilayah NTB adalah mengenai ketersediaan air.

Menurut Basuki, jika ketersediaan air dapat berlangsung terus menerus melalui pengadaan bendungan, petani bisa bercocok tanam menjadi 2-3 kali tanam dalam setahun.

Adapun manfaat lainnya adalah Bendungan Meninting berpotensi mengairi daerah irigasi seluas 1.559,29 hektar serta memenuhi kebutuhan air baku Kabupaten Lombok Barat khususnya di daerah Senggigi dan sebagian Lombok Utara sebesar 150 liter per detik.

Selain itu, bendungan ini dikatakan mampu memberikan energi listrik sebesar 2 x 0,4 MW dan menjadi destinasi wisata baru yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Fasilitas ini juga disebut mampu mendukung suplesi air ke daerah lain, terutama ke daerah Lombok Selatan yang memiliki potensi lahan untuk areal pertanian lebih besar.

Tambahan tampungan air bendungan nantinya akan turut membantu Pemerintah Daerah dalam melakukan mitigasi kekeringan di Pulau Lombok.

Untuk diketahui, Bendungan Meninting adalah salah satu dari enam bendungan yang akan hadir di NTB.

Tiga bendungan yang sudah selesai pengerjaannya adalah Bendungan Tanju, Bendungan Mila dan Bendungan Bintang Bano.

Sedangkan Bendungan Sila, Bendungan Tiu Suntuk adalah dua bendungan lain yang masih dalam tahap pembangunan.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Mengungkap Progres Bendungan Meninting Lombok Barat: Investasi Rp 1,3 Triliun untuk Kesejahteraan dan Wisata

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Drama Kelam Wadas: Protes Warga dan Kenangan Pahit dari Waduk Kedung Ombo

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 12 Februari 2025


Warga Desa Wadasi di Kecamatan Beneri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah menolak menambang batu andesit untuk pembangunan Bendungan Beneri. Mereka mengalami kekerasan dari aparat keamanan yang datang mengamankan tambang. Warga merasa pemerintah tidak menghargai hak mereka sebagai pemilik tanah.

Kasus ini mengingatkan kita pada proyek Waduk Kedugi Ombo yang menimbulkan konflik antara masyarakat dan negara antara tahun 1984 hingga 1991. Dibangun untuk pengendalian banjir, irigasi, dan pembangkit listrik, waduk tersebut menenggelamkan 37 desa di tiga kabupaten, yakni Boyolali, Grobogan, dan Sragen. . Ribuan warga kehilangan rumah dan tanahnya tanpa kompensasi yang adil.

Warga Purworejo berharap pemerintah tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menghentikan penambangan batu andesit untuk Bendungan Beneri. Mereka juga meminta aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan terhadap warga penentang penambangan.

Warga terdampak proyek Waduk Kedugi Ombo merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah dalam hal ganti rugi lahan. Mereka mengaku hanya mendapat Rs 700-400 per meter persegi pekarangan, sawah, dan ladang padahal harga pasarnya jauh lebih tinggi. Bahkan, Menteri Dalam Negeri saat itu Soeparjo Rustam menyebut ganti rugi yang harus dibayarkan sebesar Rp3.000 per meter persegi.

Warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani menolak menyerahkan tanahnya kepada negara. Mereka memandang tanahnya sebagai sumber penghidupan dan warisan leluhur yang tidak bisa digantikan oleh uang. Mereka juga menuntut pemerintah menghormati hak-hak mereka sebagai warga negara.

Warga di wilayah proyek Waduk Kedung Ombo mengalami tekanan dan intimidasi dari pemerintah dan aparat keamanan. Mereka dituding sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mantan tahanan politik, padahal mereka hanya menuntut haknya sebagai pemilik tanah. Beberapa warga bahkan lari ke hutan karena takut ditangkap atau dibunuh.

Warga yang mengadu ke Dana Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengaku terus menerus dipanggil dan dimintai keterangan oleh aparat kecamatan dan Koramil. Mereka merasa tidak punya pilihan selain menyerah dan pindah dari negaranya. Mereka meminta pemerintah menghentikan kekerasan dan menghormati hak asasi manusia.


Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Drama Kelam Wadas: Protes Warga dan Kenangan Pahit dari Waduk Kedung Ombo
« First Previous page 835 of 1.119 Next Last »