Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Rumoh Acèh (dalam bahasa Aceh) merupakan rumah adat khas suku Aceh. Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagan utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga.
Bagi suku bangsa Aceh, segala sesuatu yang akan mereka lakukan, selalu berlandaskan kitab adat. Kitab adat tersebut dikenal dengan Meukeuta Alam. Salah satu isi di dalam terdapat tentang pendirian rumah. Di dalam kitab adat menyebutkan: ”Tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau balai-balai atau meunasah pada tiap-tiap tiang di atas itu hendaklah dipakai kain merah dan putih sedikit”. Kain merah putih yang dibuat khusus di saat memulai pekerjaan itu dililitkan di atas tiang utama yang di sebut tamèh raja dan tamèh putroë”. Oleh karenanya terlihat bahwa Suku Aceh bukanlah suatu suku yang melupakan apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Dalam kitab tersebut juga dipaparkan bahwa; dalam Rumoh Aceh, bagian rumah dan pekarangannya menjadi milik anak-anak perempuan atau ibunya. Menurut adat Aceh, rumah dan pekarangannya tidak boleh di pra-é, atau dibelokkan dari hukum waris. Jika seorang suami meninggal dunia, maka Rumoh Aceh itu menjadi milik anak-anak perempuan atau menjadi milik isterinya bila mereka tidak mempunyai anak perempuan.Untuk itu, dalam Rumah Adat Aceh, istilah yang dinamakan peurumoh, atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah orang yang memiliki rumah.
Material
Rumoh Aceh bermaterial kayu pilihan. Kayu tersebut digunakan sebagai tiang-tiang penyangga rumah yang berjumlah 16, 24 atau 32 tiang. 16 tiang untuk rumah bertipe 3 ruangan, 24 tiang untuk rumah bertipe 5 ruangan dan 32 tiang untuk rumah bertipe 7 ruangan. Sedangkan dinding rumah bermaterial papan keras yang dilengkapi ukiran khas Aceh. Begitu juga dengan alas rumah yang terbuat dari papan, papan-papan tersebut hanya disematkan begitu saja tanpa dipaku sehingga mudah dilepas dan memudahkan ketika pemandian jenazah karena air tumpah langsung ke tanah. Adapun atap bermaterial daun rumbia. Daun rumbia bersifat ringan dan memberikan efek sejuk kepada rumah, selain itu struktur anyaman yang ditali dapat dipotong dengan mudah jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran. Dalam memperkuat bangunan rumah aceh tidak menggunakan paku, melainkan memakai pasak atau pengikat dari tali rotan.
Fungsi dan Filosofi
Rumah Aceh tidak hanya berfungsi sebagai hunian. Tetapi juga mencerminkan keyakinan kepada Tuhan. Hal tersebut terlihat dari bangunan rumah yang berbentuk segi empat dan memanjang dari timur ke barat membentuk garis imajiner ke Ka'bah. Bagian sisi rumah yang menghadap barat dan timur pun berfungsi mengantisipasi badai. Hal ini karena angin badai di Aceh jika tidak bertiup dari barat, maka akan bertiup dari Timur.
Fungsi lainnya rumah aceh adalah menunjukan status sosial pemiliknya. Semakin banyak hiasan maka semakin kaya pemiliknya. Sedangkan untuk pemilik yang sederhana hiasannya relatif sedikit bahkan tidak ada sama sekali.
Rumah yang berbentuk panggung menyebabkan terdapat jarak antara permukaan tanah dengan lantai dasar. Biasanya jarak lantai dasar dari permukaan tanah terpisah 9 kaki atau lebih. Desain ini memiliki fungsi keselamatan dari gangguan binatang buas dan bencana banjir. Maksudnya, jika terjadi banjir maka penghuni rumah tidak ikut kebasahan atau pun terbawa arus banjir. Sedangkan bagian pintu dibangun setinggi 120–150 cm, hal tersebut membuat orang yang masuk harus sedikit menunduk ketika memasuki rumah. Filosofi menunduk ini adalah sebuah bentuk penghormatan kepada pemilik rumah tanpa melihat status sosial atau derajat sang tamu. Konsekuensi dari bentuk rumah yang panggung menyebabkan rumah aceh mempunyai tangga, anak-anak tangganya sengaja berjumlah ganjil. Menurut adat Aceh, angka ganjil bersifat unik dan sulit ditebak.
Bagian-bagian rumah
Bagian bawah rumah aceh disebut meuyup rumoh. Bagian meuyup rumoh merupakan bagian kosong diantara lantai rumah dengan permukaan tanah. Ruang kosong ini dimanfaatkan berbagai keperluan, seperti arena bermain anak, tempat kadang hewan peliharaan, tempat membuat ija sungkét (kain songket) khas Aceh dan tempat berjualan. Selain itu ruang kosong ini bisa dijadikan tempat penyimpanan penumbuk padi yang bernama jeungki dan sebuah krong pade (tempat menyimpan padi berbentuk bulat dengan tinggi dan diameter mencapai dua meter)
Bagian tengah rumah aceh merupakan tempat utama penghuni, di mana didalamnya tempat dilakukan segala aktivitas. Bagian ini terbagi menjadi tiga, yakni seuramoe reungeun (serambi depan), sueramoe teungoh (serambi tengah) dan seuramoe likot(serambi belakang)
Pertama serambi depan, ruangan ini tidak bersekat dan pintunya berada di ujung lantai sebelah kanan. Ruangan ini berfungsi untuk menerima tamu, tempat tidur anak laki-laki dan tempat mengaji. Sesekali ruangan ini difungsikan untuk menjamu tamu penting seperti makan bersama dan acara keduri.
Kedua serambi tengah, ruangan ini merupakan bagian inti dari rumah biasa disebut juga sebagai rumoh inong (rumah induk). Ruangan ini terletak lebih tinggi karena dianggap suci dan bersifat pribadi. Di dalam ruangan ini terdapat dua kamar yang menghadap utara atau selatan dengan pintu menghadap ke belakang. Kamar untuk kepala keluarga disebut rumoh inong, sedangkan untuk anak perempuan disebut rumoh anjung. Ketika anak perempuan menikah maka pengantin akan menempati rumoh inong sedangkan kepala keluarga di rumah anjong. Jika anak perempuan kedua menikah, rumoh inong difungsikan untuk pengantin dan kepala keluarga pindah ke rumoh likot sampai sang anak memiliki rumah sendiri. Selain itu rumoh inong difungsikan juga sebagai tempat memandikan mayat ketika ada peristiwa kematian keluarga.
Ketiga, serambi belakang. Serambi ini tingginya sama dengan serambi depan. Ruangannya tidak bersekat dan tidak ada kamar. Ruangan ini difungsikan sebagai ruang keluarga, tempat makan bersama keluarga atau bahkan dapur maupun tempat menenun-menyulam.
Bagian atas rumah berbentuk loteng segitiga yang mengerucut kebagian atas sehingga tampak lancip. Bagian atas ini disebut bubong. Bubong yang menyatukan bubong bagian kiri dengan bagian kanan disebut perabung. Letak bagian atas terletak tepat di atas serambi tengah. Fungsinya sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga keluarga.
Kontruksi dan elemen rumah
Konstruksi rumoh Aceh terbilang kokoh dan mempunya fungsi antisipasi bencana seperti gempa dan banjir. Terbukti, ketika peristiwa tsunami tahun 2004, rumoh aceh tidak bergeser sedikit pun dan tidak mengalami kerusakan berarti. Kekokohan rumoh aceh ini ditopang oleh konstruksi tiang-tiang penyangga. Ukuran tiap tiangnya berkisar 20–35 cm, di mana disetiap ujung bawah tiang dilengkapi batu landasan yang berguna mengantisipasi kayu masuk ke tanah ketika banjir/tanahnya lembab. Di bagian lantai terdapat balok penyangga. Balok-balok tersebut disusun rapat-rapat, sehingga kemungkinan roboh menjadi kecil.
Selain konstruksi, rumoh Aceh pun mempunyai elemen-elemen yang berguna sebagai penyangga dan penguat di setiap elemennya pun terdapat filosofinya. Berikut pemaparannya:
Dalam proses pengukuran, seluruh elemen rumah Aceh pengukurannya menggunakan alat ukur tradisional masyarakat Aceh, yaitu ukuran dengan anggota tubuhuh. Alat ukur tersebut antara lain jaroe (jari), hah (hasta), jingkai (jengkal , deupa (depa), dan lain-lain.
Misalnya, untuk mengukur puting balok dilakukan beberapa jari, sijaroe, dua jaroe, dan seterusnya; untuk mengukur panjang balok bisa dengan hasta seperti sihah, dua hah, dan seterusnya; untuk mengukur sesuatu yang pendek bisa dengan jengkal atau depa. Meengukur panjang balok bisa dengan hasta seperti sihah, dua hah, dan seterusnya; untuk mengukur sesuatu yang pendek bisa dengan jengkal atau depa.
Filosofi warna
Rumoh Aceh tidak sembarang dalam menggunakan warna, dalam setiap warnanya terdapat filosofi tersendiri, yaitu:
Kuning : Warna kuning digunakan di sisi segitiga perabung. Bagi adat aceh kuning bermakna kuat, hangat sekaligus memberikan kesan cerah. Selain itu, warna kuning tidak memantulkan sinar matahari.
Merah : Warna merah dipilih untuk melengkapi garis ukiran rumoh aceh. Warna merah bermaknakan emosi yang berubah-ubah dan naik turun. Sifat tersebut mencerminkan gairah, senang dan semangat. Hal tersebut menunjukan emosi orang Aceh naik turun sekaligus dipenuhi gairah dan semangat mengerjakan sesuatu. Emosi sejenis ini selaras dengan hadih maja/paribahasa Aceh yang berbunyi: "ureueng Aceh h'an jeuet teupèh, meunyo teupèh bu leubèh h'an jipeutaba, meunyo hana teupèh bak marèh jeuet taraba". Artinya orang Aceh tidak boleh tersinggung, jika tersinggung, nasi lebih pun tidak mau ia tawarkan, jika tidak tersinggung, nyawa ia berikan’.
Putih : Warna putih yang digunakan adalah putih netral yang bermaknakan suci dan bersih.
Jingga : Penggunaan orangnye dimaksudkan memberi makna kehangatan, kesehatan pikiran dan kegembiraan.
Hijau : Penggunakan warna hijau bermaknakan kesejukan, kesuburan dan kehangatan. Hal tersebut berkaitan dengan hijau itu tumbuhan dan warna padi sebelum matang.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Rumah adat adalah rumah tradisional yang dibangun dengan gaya arsitektur vernakular Indonesia, yang secara kolektif termasuk dalam arsitektur Austronesia. Rumah adat dan pemukiman dari ratusan suku bangsa di Indonesia sangat bervariasi dan semuanya memiliki sejarahnya masing-masing. Ini adalah varian Indonesia dari seluruh arsitektur Austronesia yang ditemukan di seluruh tempat yang dihuni oleh orang-orang Austronesia dari Pasifik hingga Madagaskar, masing-masing memiliki sejarah, budaya dan gaya mereka sendiri.
Kelompok-kelompok etnis di Indonesia sering dikaitkan dengan bentuk rumah adat mereka yang khas. Rumah-rumah tersebut merupakan pusat dari adat istiadat, hubungan sosial, hukum adat, pantangan, mitos, dan agama yang mengikat penduduk desa bersama-sama. Rumah menjadi fokus utama bagi keluarga dan komunitasnya, dan menjadi titik tolak dari berbagai aktivitas penghuninya. Penduduk desa membangun rumah mereka sendiri, atau komunitas mengumpulkan sumber daya mereka untuk sebuah struktur yang dibangun di bawah arahan seorang tukang atau tukang kayu.
Sebagian besar orang Indonesia tidak lagi tinggal di rumah adat, dan jumlahnya telah menurun dengan cepat karena perubahan ekonomi, teknologi, dan sosial.
Bentuk umum
Dengan beberapa pengecualian, masyarakat di kepulauan Indonesia memiliki nenek moyang yang sama, yaitu Austronesia (berasal dari Taiwan, sekitar 6.000 tahun yang lalu) atau Sundaland, sebuah wilayah yang cekung di Asia Tenggara, dan rumah-rumah adat di Indonesia memiliki beberapa karakteristik yang sama, seperti konstruksi kayu dan struktur atap yang bervariasi dan rumit. Struktur Austronesia yang paling awal adalah rumah panjang komunal di atas panggung, dengan atap miring yang curam dan atap pelana yang berat, seperti yang terlihat pada rumah adat Batak dan Tongkonan Toraja. Variasi dari prinsip rumah panjang komunal ditemukan di antara orang Dayak di Kalimantan, serta orang Mentawai.
Normalnya adalah sistem struktur tiang, balok, dan ambang yang menerima beban langsung ke tanah dengan dinding kayu atau bambu yang tidak menahan beban. Secara tradisional, alih-alih menggunakan paku, digunakan sambungan mortis dan duri serta pasak kayu. Bahan-bahan alami - kayu, bambu, rumbia dan ijuk - membentuk rumah adat. Kayu keras umumnya digunakan untuk tiang pancang dan kombinasi kayu lunak dan keras digunakan untuk dinding bagian atas rumah yang tidak menahan beban, dan sering kali terbuat dari kayu yang lebih ringan atau rumbia. Bahan rumbia dapat berupa daun kelapa dan aren, rumput alang alang dan jerami padi.
Rumah tradisional telah berkembang untuk merespon kondisi lingkungan alam, terutama iklim musim hujan yang panas dan basah di Indonesia. Seperti yang umum terjadi di seluruh Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, sebagian besar rumah adat dibangun di atas panggung, dengan pengecualian di Jawa, Bali, dan rumah-rumah lain di Indonesia Timur. Membangun rumah di atas panggung memiliki beberapa tujuan: memungkinkan angin sepoi-sepoi untuk meredam suhu tropis yang panas; meninggikan tempat tinggal di atas limpasan air hujan dan lumpur; memungkinkan rumah-rumah dibangun di atas sungai dan pinggiran sawah; menjaga orang, barang dan makanan dari kelembaban dan kelembaban; mengangkat tempat tinggal di atas nyamuk pembawa malaria; dan mengurangi risiko busuk kering dan rayap. Atap yang miring tajam memungkinkan hujan tropis yang deras dengan cepat turun, dan atap yang menjorok ke dalam menjaga air keluar dari rumah dan memberikan keteduhan saat panas. Di daerah pesisir pantai yang panas dan lembab, rumah dapat memiliki banyak jendela yang menyediakan ventilasi silang yang baik, sedangkan di daerah pedalaman pegunungan yang lebih sejuk, rumah-rumah sering memiliki atap yang luas dan sedikit jendela.
Contoh
Contoh-contoh rumah adat antara lain:
Menurun
Jumlah rumah adat semakin berkurang di seluruh Indonesia. Tren ini berawal dari masa penjajahan, di mana orang Belanda pada umumnya memandang arsitektur tradisional sebagai arsitektur yang tidak higienis, dengan atap besar yang menjadi sarang tikus. Rumah multi-keluarga dipandang dengan penuh kecurigaan oleh pihak berwenang agama, begitu pula aspek-aspek rumah adat yang terkait dengan kepercayaan tradisional. Di beberapa wilayah di Hindia Belanda, pihak berwenang kolonial memulai program pembongkaran yang gencar, menggantikan rumah adat dengan rumah-rumah yang dibangun dengan teknik konstruksi Barat, seperti batu bata dan atap seng, fasilitas sanitasi yang memadai, dan ventilasi yang lebih baik. Para pengrajin tradisional dilatih kembali dalam teknik bangunan Barat. Sejak kemerdekaan, pemerintah Indonesia terus mempromosikan 'rumah sehat sederhana' ('rumah sehat sederhana') daripada rumah adat.
Keterpaparan terhadap ekonomi pasar membuat pembangunan rumah adat yang padat karya, seperti rumah Batak, menjadi sangat mahal (sebelumnya desa-desa akan bekerja sama untuk membangun rumah baru) untuk dibangun dan dipelihara. Selain itu, penggundulan hutan dan pertumbuhan penduduk berarti bahwa kayu tidak lagi menjadi sumber daya gratis yang dapat diambil sesuai kebutuhan dari hutan-hutan di sekitarnya, melainkan menjadi komoditas yang terlalu mahal. Dikombinasikan dengan selera umum terhadap modernitas, sebagian besar orang Indonesia sekarang tinggal di bangunan modern yang umum daripada di rumah adat tradisional.
Di daerah yang banyak dikunjungi turis, seperti Tanah Toraja, rumah adat dilestarikan sebagai tontonan bagi para turis, mantan penghuninya tinggal di tempat lain, dengan elemen desain yang dilebih-lebihkan sampai-sampai rumah-rumah adat tersebut jauh lebih tidak nyaman daripada desain aslinya. Meskipun di sebagian besar daerah, rumah adat sudah ditinggalkan, di beberapa daerah terpencil rumah-rumah tersebut masih digunakan, dan di daerah lain bangunan bergaya rumah adat tetap dipertahankan untuk tujuan seremonial, sebagai museum atau bangunan resmi.
Adaptasi kontemporer
Selama masa kolonial Hindia Belanda sekitar paruh pertama abad ke-20, gaya khas dan elemen-elemen vernakular rumah adat Indonesia sering digunakan sebagai inspirasi, dibuat ulang dan ditiru dengan sengaja untuk mewakili keanekaragaman budaya koloni, juga dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang meriah dengan arsitektur yang fantastis. Pasar Gambir yang diselenggarakan setiap tahun antara tahun 1906 dan 1942 di Batavia, dikenal memiliki gerbang, panggung, menara dan paviliun yang dibangun dengan gaya rumah adat yang berasal dari seluruh penjuru nusantara. Setiap tahun, paviliun-paviliun rumah adat yang didesain secara unik ini dibuat dan dibangun kembali dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia secara lokal, dan dengan demikian juga menjadi daya tarik pameran ini.
Periode ini juga menunjukkan kebanggaan dan keinginan untuk menunjukkan keanekaragaman budaya koloni dengan menampilkan arsitektur vernakular nusantara. Pada tahun 1931, selama Pameran Kolonial Paris, Belanda menampilkan perpaduan budaya yang indah dari daerah jajahannya - Hindia Belanda. Paviliun kolonial Belanda terletak di lahan pameran seluas 3 hektar dan dibangun berdasarkan perpaduan berbagai elemen budaya Nusantara, kombinasi arsitektur vernakular Indonesia. Bangunan ini memiliki dinding yang terdiri dari 750.000 batang kayu ulin dari Kalimantan. Sebagai pusat perhatian, bagian depan dihiasi dengan menara Meru Bali kembar setinggi 50 meter. Atap paviliun dibuat dengan gaya tumpang atau tajug, ciri khas masjid Jawa, dilengkapi dengan pintu kayu berukir kori agung khas portal menjulang tinggi pura Bali, dipadukan dengan atap melengkung khas rumah gadang Minangkabau. Perpaduan arsitektur vernakular Indonesia ini menghadirkan sebuah paviliun yang megah dan megah seperti istana. Namun, pada tanggal 28 Juni 1931, sebuah kebakaran besar menghanguskan paviliun Belanda ini beserta seluruh benda-benda budaya yang ada di dalamnya.
Bangunan terkadang dibangun dengan teknik konstruksi modern yang menyertakan elemen-elemen gaya dari rumah adat, seperti The House of the Five Senses di Efteling, sebuah bangunan yang dimodelkan pada rumah gadang Minangkabau. Pada masa kolonial, beberapa orang Eropa membangun rumah sesuai dengan desain hibrida Barat dan adat, seperti Bendegom, yang membangun rumah 'peralihan' Barat-Batak Karo.
Di beberapa tempat, elemen atau ornamen rumah adat telah menjadi identitas daerah provinsi atau kabupaten. Oleh karena itu, pembangunan gedung-gedung pemerintahan dan publik didorong untuk memasukkan atau menampilkan elemen-elemen arsitektur asli ini. Meskipun secara teknis bangunan-bangunan baru dibangun dengan teknik kontemporer dengan rangka beton dan dinding bata, bukan dengan pertukangan kayu tradisional. Yang paling sering terjadi adalah penanaman atap tradisional di atas bangunan modern. Kecenderungan ini dapat dilihat di Sumatera Barat dan Tana Toraja, di mana atap khas Minang bagonjong (bertanduk) dan atap tongkonan Toraja ditanamkan di hampir semua bangunan publik; dari bandara hingga hotel, restoran, dan kantor pemerintah.
Telah dicatat bahwa rumah-rumah kayu tradisional umumnya lebih tahan gempa dibandingkan dengan rumah-rumah bata modern, meskipun lebih rentan terhadap kebakaran. Pembangunan rumah adat modern yang berbingkai beton dan berdinding batu bata telah merusak ciri khas rumah kayu tradisional, yaitu fleksibilitasnya dalam menyerap gelombang kejut yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Bangunan rumah adat yang terbuat dari beton ini sering kali tidak mampu menahan gempa dan runtuh, seperti yang terjadi pada gempa Padang tahun 2009. Di beberapa daerah, konsep rumah adat 'semi-modern' telah diadopsi, seperti di antara beberapa orang Ngada, dengan elemen tradisional ditempatkan di dalam cangkang beton.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada sekaligus Anggota Tim Penilai dan Pendaftaran Varietas Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan RI, Prof. Dr. Ir. Aziz Purwantoro, mengatakan industri benih hortikultura di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang dengan banyaknya jenis varietas baru untuk tanaman sayuran dan buah-buahan yang dirilis ke publik. “Selama 13 tahun saya menjadi anggota penilai, lebih dari seratus produsen benih yang tumbuh dan telah merilis 400 hingga 500 varietas baru untuk tanaman hortikultura dan sekitar 60-70 persen lebih banyak sayuran,” karta Aziz Purwantoro kepada wartawan usai mengisi pelatihan Best Practice dalam Pemuliaan Tanaman di ruang pertemuan Pusat Inovasi Agroindustri (PIAT) UGM, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Kamis (21/9).
Menurut Aziz, sebagian besar produsen penghasil benih ini didominasi pelaku usaha UMKM yang umumnya pemiliknya adalah orang yang telah lama berkecimpung di perusahan yang bergerak dalam bidang pertanian. “Mereka mau berkecimpung dalam bidang pertanian, karena industri benih ini tidak membutuhkan modal besar. Mereka umumnya jebolan dari perusahaan, paling tidak tahu soal pemasarannya,” paparnya.
Industri benih hortikultura ini menurut pandangan Aziz merupakan bisnis di bidang pertanian yang saat ini prospek bisnisnya cukup menjanjikan bagi pelaku usahanya. “Di bidang pertanian, industri perbenihan ini yang paling menopang, satu kilo benih saja bisa dijual hingga ratusan ribu rupiah,” jelasnya.
Untuk varietas baru yang dirilis oleh produsen benih ini menurut Aziz didominasi jenis tanaman sayuran seperti cabai, terong, bawang merah dan sebagainya. Sedangkan untuk tanaman buah ada melon dan semangka. “Untuk tanaman buah berbentuk pohon biasanya diakui oleh yang bekerja sama dengan pemilik,” katanya.
Menjawab pertanyaan wartawan, Aziz menjelaskan untuk melepas jenis varietas baru tanaman hortikultura memerlukan waktu pemuliaan tanaman sekitar 3-4 tahun. “Kadang dua tahun saja bisa. Karena sayuran itu sekitar 3-4 bulan sudah panen. Umumnya varietas baru ini memiliki keunggulan dari sisi produksi lebih tinggi atau lebih tahan terhadap hama,” katanya.
Kepala PIAT UGM sekaligus pakar pemuliaan tanaman dari Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Taryono, mengatakan setiap varietas baru yang dirilis ke publik hendaknya memberi nilai tambah bagi produk pertanian dan memiliki keunggulan dari tanaman sejenis di pasaran. “Harus ada sesuatu yang berbeda dari sisi keunggulannya agar kita memiliki kekayaan sumber daya genetik,” katanya.
Salah satu pelaku bisnis industri benih, Mulyono Herlambang, mengatakan sebagian besar benih pertanian di Indonesia masih impor sehingga pemerintah menurutnya perlu mendorong agar industri benih terus tumbuh dan berkembangn. Menurutnya teknologi perbenihan atau breeding bertujuan untuk memperoleh varietas dengan produktivitas tinggi dan kualitas tinggi. “Produktivitas yang tinggi justru akan laku di pasaran,” paparnya.
Seorang breeder, kata Mulyono, harus jeli untuk memperoleh performa varietas tanaman yang unggul dari sisi kualitas dan kuantitas serta tahan terhadap hama penyakit, cuaca ekstrim dan memiliki kandungan zat tertentu seperti vitamin. “Tugas breeder itu mengisi dan mampu menyilang dari sisi keunggulan yang paling dominan dari satu jenis tanaman,” kata eksportir benih asal Karanganyar Jawa Tengah ini.
Sumber: https://ugm.ac.id
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Bagi calon siswa yang ingin mengambil jurusan teknik, jurusan Teknik Metalurgi dapat menjadi pilihan yang menarik. Di antaranya, lima kampus telah menerima akreditasi internasional.
Jurusan Teknik Metalurgi mungkin terdengar asing bagi beberapa orang. Namun, lulusan jurusan ini memiliki banyak kesempatan kerja, terutama di industri ini. Jurusan ini termasuk dalam bidang keteknikan dan mempelajari hal-hal seperti proses pengolahan mineral, ekstraksi, pembuatan paduan, penguatan, degradasi, dan hubungan antara sifat mekanik dan struktur logam. Di Indonesia sendiri, ada banyak perguruan tinggi dengan program Teknik Metalurgi, beberapa di antaranya dianggap sebagai universitas terbaik. Ini adalah salah satunya.
Kampus dengan Jurusan Metalurgi Favorit di Tanah Air
1. Institut Teknologi Bandung (ITB)
Mahasiswa program S-1 Teknik Metalurgi ITB akan belajar tentang prinsip dan bagaimana fisika, matematika, kimia, dan teknik dapat digunakan untuk berbagai hal dan kebutuhan. Secara historis, jurusan ini pertama kali dibuka untuk umum pada Juni 2006.
ITB. Foto/ITB.
Menurut situs resmi ITB, program teknik metalurgi juga telah menerima akreditasi nasional dan internasional. LAMTech memiliki predikat "Unggul" (2022-2025). Alumni Teknik Metalurgi ITB telah banyak bekerja di berbagai industri, termasuk pertambangan (PT Freeport, PT Aneka Tambang, dll.), baja (PT Krakatau Steel, dll.), ekstraksi logam (PT Vale, PT INALUM, dll.), dan sektor lainnya.
2. Universitas Indonesia (UI)
Universitas Indonesia (UI) adalah salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Tanah Air dengan banyak peminat yang mendaftar di berbagai jurusan setiap tahunnya. UI juga memiliki prodi Teknik Metalurgi dan Material karena banyaknya jurusan yang tersedia. Program studi ini menerima akreditasi internasional pada tahun 2022, setelah menerima akreditasi nasional.
UI. Foto/Humas UI.
Menurut laman resmi UI, 9 dari 13 program studi sarjana FTUI telah menerima akreditasi dari Badan Akreditasi Pendidikan Teknik Indonesia (BAPTI). Salah satu namanya adalah Teknik Metalurgi dan Material.
3.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta)
Jurusan Teknik Metalurgi juga ada di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Tujuan program ini adalah untuk menghasilkan lulusan metalurgi yang profesional, berdaya saing, dan mampu mengembangkan diri.
Untirta. Foto/Untirta.
Dalam hal akreditasi, Teknik Metalurgi Untirta telah diberikan akreditasi BAN-PT dengan predikat "A". Sertifikat ini berlaku dari 9 April 2019 hingga 9 April 2024.
4. UPN Veteran Yogyakarta
Selanjutnya, UPN Veteran Yogyakarta. Mereka juga memiliki jurusan Teknik Metalurgi. Visi mereka adalah menjadi lembaga pendidikan tinggi dan riset ilmu pengetahuan dalam bidang teknik metalurgi yang berwawasan kebangsaan pada tahun 2025, didasarkan pada Jiwa Bela Negara.
UPN Veteran Yogyakarta. Foto/Priyo Setyawan.
Akreditasi Teknik Metalurgi UPN Veteran Yogyakarta menerima predikat "Baik" dari BAN-PT dan masih berlaku hingga 25 Agustus 2025.
5. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
ITS juga memiliki prodi Teknik Material dan Metalurgi. Menjadi bagian dari Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS, jurusan ini telah mendapat akreditasi, baik dari lembaga nasional hingga internasional.
ITS. Foto/Humas ITS.
Berikut adalah beberapa universitas di Indonesia yang terkenal dengan program studi Teknik Metalurgi. Semoga daftar ini bermanfaat bagi pembaca SINDOnews yang setia.
Dari Sumber: https://edukasi.sindonews.com/read/1154449/211/5-kampus-dengan-jurusan-metalurgi-favorit-di-indonesia-ada-yang-punya-akreditasi-internasional-1689642463
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Mengenal jurusan Teknik Metalurgi
Teknik metalurgi adalah bidang ilmu teknik yang mempelajari proses pengolahan mineral, ekstraksi, pembuatan paduan, penguatan, dan hubungan sifat mekanik dan struktur logam. Mereka yang ingin masuk ke jurusan ini akan mempelajari lebih dalam tentang sifat-sifat logam untuk membuat logam berguna.
Jurusan Metalurgi fokus mempelajari tentang pengolahan logam dan mineral. (Sumber: ft.uts.ac.id)
Sementara para ahli kimia menggambarkan metalurgi sebagai proses ekstraksi logam dari tambang. Meskipun demikian, jurusan metalurgi tidak hanya terlibat dalam ekstraksi logam, tetapi juga dalam produksi logam dengan tujuan mendapatkan logam yang bermanfaat.
Mata kuliah di jurusan Teknik Metalurgi
Mahasiswa Teknik Metalurgi akan mempelajari banyak hal tentang logam, khususnya cara diekstraksi. Mereka juga akan belajar bagaimana memadukan logam dengan bahan lain, membuat dan memperbaiki struktur, dan bagaimana struktur mikro mempengaruhi sifat logam paduannya.
Selain itu, kunjungan industri akan diberikan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan praktis. Menurut situs web Jurusan Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB), kunjungan ini akan dilakukan dua kali: pada tahun kedua melalui program Kuliah Kerja dan pada tahun ketiga melalui program Kerja Praktek.
Sebelum mendaftar di jurusan Teknik Metalurgi, Anda harus mengetahui beberapa mata kuliah yang akan diajarkan di bawah ini.
Daftar perguruan tinggi dengan jurusan Teknik Metalurgi
Jurusan Teknik Metalurgi tersedia di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan masuk ke Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM). Jika Anda berhasil masuk ke jurusan ini, Anda dapat langsung lanjut ke jenjang S2. karena Institut Teknologi Bandung (ITB) menawarkan kursus S1 dan S2.
Selain itu, perguruan tinggi negeri berikut memiliki jurusan Teknik Metalurgi.
Prospek kerja jurusan Teknik Metalurgi
Setelah lulus dari jurusan Metalurgi, Anda akan menerima gelar Sarjana Teknik. Apakah pertanyaan selanjutnya yang muncul di benak Anda adalah apakah lulusan Teknik Metalurgi memiliki kesempatan kerja yang menjanjikan?
Jarang dilirik, jurusan Metalurgi ternyata punya prospek kerja yang menjanjikan. (Sumber: cekaja.com)
Bisa dibilang, Iya. Jurusan ini memiliki bidang pekerjaan yang cukup luas. Beberapa pekerjaan yang tersedia di jurusan metalurgi adalah sebagai berikut:
Sementara itu, UU No. 4 tahun 2009 melarang perusahaan pertambangan mengekspor biji logam yang belum diolah atau diekstrak, yang meningkatkan kebutuhan akan ahli metalurgi atau lulusan teknik metalurgi di Indonesia. Itu bagus, bukan?
Membicarakan tentang gaji, tentu saja hal ini mengacu pada banyak hal, seperti pengalaman kerja, posisi, jabatan, dan perusahaan tempat Anda bekerja. Meskipun demikian, lulusan Teknik Metalurgi biasanya menerima gaji antara Rp3,5 juta dan Rp7 juta per bulan.
Sumber: ruangguru.com
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 13 Februari 2025
Metalurgi ekstraktif
Setelah pemisahan dan konsentrasi dengan pemrosesan mineral, mineral logam mengalami metalurgi ekstraktif, di mana elemen logamnya diekstraksi dari bentuk senyawa kimia dan dimurnikan dari pengotor.
Senyawa logam sering kali merupakan campuran yang cukup kompleks (yang diolah secara komersial sebagian besar adalah sulfida, oksida, karbonat, arsenida, atau silikat), dan mereka tidak sering kali merupakan jenis yang memungkinkan ekstraksi logam dengan proses yang sederhana dan ekonomis. Akibatnya, sebelum metalurgi ekstraktif dapat mempengaruhi pemisahan elemen logam dari konstituen lain dari suatu senyawa, sering kali harus mengubah senyawa tersebut menjadi jenis yang lebih mudah diolah. Praktik yang umum dilakukan adalah mengubah sulfida logam menjadi oksida, sulfat, atau klorida; oksida menjadi sulfat atau klorida; dan karbonat menjadi oksida.
Proses yang mencapai semua ini dapat dikategorikan sebagai pirometalurgi atau hidrometalurgi. Pirometalurgi melibatkan operasi pemanasan seperti pemanggangan, di mana senyawa diubah pada suhu tepat di bawah titik lelehnya, dan peleburan, di mana semua konstituen bijih atau konsentrat dilebur seluruhnya dan dipisahkan menjadi dua lapisan cair, satu mengandung logam berharga dan yang lainnya adalah batuan buangan. Hidrometalurgi terdiri dari operasi seperti pelindian, di mana senyawa logam dilarutkan secara selektif dari bijih oleh pelarut berair, dan electrowinning, di mana ion logam diendapkan pada elektroda oleh arus listrik yang dilewatkan melalui larutan.
Ekstraksi sering kali diikuti dengan pemurnian, di mana tingkat pengotor diturunkan atau dikontrol dengan cara pirometalurgi, elektrolitik, atau kimiawi. Pemurnian pirometalurgi biasanya terdiri dari oksidasi pengotor dalam penangas cairan bersuhu tinggi. Elektrolisis adalah pelarutan logam dari satu elektroda sel elektrolitik dan pengendapannya dalam bentuk yang lebih murni ke elektroda lainnya. Pemurnian kimia melibatkan kondensasi logam dari uap atau pengendapan logam secara selektif dari larutan air.
Proses yang akan digunakan dalam ekstraksi dan pemurnian dipilih agar sesuai dengan pola keseluruhan, dengan produk dari proses pertama menjadi bahan umpan proses kedua, dan seterusnya. Proses hidrometalurgi, pirometalurgi, dan elektrolitik sangat umum digunakan satu demi satu dalam pengolahan logam tunggal. Pilihannya tergantung pada beberapa kondisi. Salah satunya adalah bahwa jenis senyawa logam tertentu dapat diekstraksi dengan mudah dengan metode tertentu; misalnya, oksida dan sulfat mudah larut dalam larutan pelindian, sedangkan sulfida hanya sedikit larut. Kondisi lainnya adalah tingkat kemurnian, yang dapat bervariasi dari satu jenis ekstraksi ke jenis lainnya.
Produksi seng menggambarkan hal ini, di mana logam seng yang dihasilkan oleh retort pirometalurgi atau operasi tanur tiup adalah 98 persen murni, dengan jejak timbal, besi, dan kadmium. Hal ini cukup memadai untuk menggembleng, tetapi kemurnian yang lebih disukai untuk die-casting (99,99 persen) harus diperoleh secara hidrometalurgi, dari elektrolisis larutan seng sulfat. Yang juga harus dipertimbangkan dalam memilih metode pemrosesan adalah pemulihan pengotor tertentu yang mungkin memiliki nilai sebagai produk sampingan. Salah satu contohnya adalah pemurnian tembaga: pemurnian pirometalurgi dari tembaga lepuh menghilangkan banyak pengotor, tetapi tidak memulihkan atau menghilangkan perak atau emas; namun, logam-logam mulia dipulihkan melalui pemurnian elektrolitik berikutnya.
Pirometalurgi
Dua proses pirometalurgi yang paling umum, baik dalam ekstraksi maupun pemurnian, adalah oksidasi dan reduksi. Dalam oksidasi, logam yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen secara selektif bergabung dengannya untuk membentuk oksida logam; ini dapat diolah lebih lanjut untuk mendapatkan logam murni atau dapat dipisahkan dan dibuang sebagai produk limbah. Reduksi dapat dipandang sebagai kebalikan dari oksidasi. Dalam proses ini, senyawa oksida logam dimasukkan ke dalam tungku bersama dengan zat pereduksi seperti karbon. Logam melepaskan oksigen gabungannya, yang bergabung kembali dengan karbon untuk membentuk oksida karbon baru dan meninggalkan logam dalam bentuk yang tidak tercampur.
Reaksi oksidasi dan reduksi bersifat eksotermis (melepaskan energi) atau endotermis (menyerap energi). Salah satu contoh reaksi eksotermik adalah oksidasi besi sulfida (FeS) untuk membentuk oksida besi (FeO) dan gas sulfur dioksida (SO2):
Proses ini mengeluarkan panas dalam jumlah besar melebihi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi. Salah satu reaksi endotermik adalah reduksi peleburan seng oksida (ZnO) oleh karbon monoksida (CO) untuk menghasilkan logam seng (Zn) dan karbon dioksida (CO2):
Agar reaksi ini dapat berjalan dengan kecepatan yang wajar, panas eksternal harus disuplai untuk mempertahankan suhu pada 1.300 hingga 1.350 ° C (2.375 hingga 2.450 ° F).
Pemanggangan
Seperti yang dinyatakan di atas, untuk kasus-kasus di mana senyawa yang mengandung logam tidak dalam bentuk kimia yang memungkinkan logam tersebut dapat dihilangkan dengan mudah dan ekonomis, pertama-tama perlu untuk mengubahnya menjadi senyawa lain. Perlakuan awal yang biasa digunakan untuk melakukan hal ini adalah pemanggangan.
Proses
Ada beberapa jenis pemanggangan yang berbeda, masing-masing dimaksudkan untuk menghasilkan reaksi tertentu dan menghasilkan produk panggang (atau kalsinasi) yang sesuai untuk operasi pemrosesan tertentu yang akan dilakukan. Prosedur pemanggangan adalah:
1. Pemanggangan oksidasi, yang menghilangkan semua atau sebagian sulfur dari senyawa logam sulfida, menggantikan sulfida dengan oksida. (Sulfur yang dihilangkan keluar sebagai gas sulfur dioksida.) Pemanggangan oksidator bersifat eksotermis.
2. Panggang sulfat, yang mengubah logam tertentu dari sulfida menjadi sulfat. Panggang sulfat bersifat eksotermik.
3. Panggang pereduksi, yang menurunkan status oksida atau bahkan sepenuhnya mereduksi oksida menjadi logam. Panggang pereduksi bersifat eksotermik.
4. Panggang kloridasi, atau klorinasi, yang mengubah oksida logam menjadi klorida dengan memanaskannya dengan sumber klorin seperti gas klorin, gas asam klorida, amonium klorida, atau natrium klorida. Reaksi-reaksi ini bersifat eksotermik.
5. Panggang penguapan, yang menghilangkan oksida yang mudah menguap dengan mengubahnya menjadi gas.
6. Kalsinasi, di mana bahan padat dipanaskan untuk menghilangkan karbon dioksida atau air yang digabungkan secara kimiawi. Kalsinasi adalah reaksi endotermik.
Pemanggang
Setiap proses di atas dapat dilakukan dalam pemanggang khusus. Jenis yang paling umum digunakan adalah fluidized-bed, multiple-hearth, flash, chlorinator, rotary kiln, dan mesin sintering (atau blast roaster).
Pemanggang unggun terfluidisasi (lihat gambar) telah diterima secara luas karena kapasitas dan efisiensinya yang tinggi. Alat ini dapat digunakan untuk mengoksidasi, mensulfatasi, dan menguapkan daging panggang. Pemanggang adalah cangkang baja silinder tegak berlapis tahan api dengan bagian bawah jeruji yang melaluinya udara dihembuskan dalam volume yang cukup untuk menjaga partikel umpan yang halus dan padat tetap berada dalam suspensi dan memberikan kontak padat-gas yang sangat baik. Umpan bijih dapat dimasukkan dalam keadaan kering atau sebagai suspensi air melalui pipa bawah ke dalam zona lapisan turbulen pemanggang. Pembuangan kalsin yang dipanggang dilakukan melalui pipa luapan samping.
Pemanggang dengan banyak perapian juga telah diterima secara luas karena dapat digunakan untuk proses oksidasi, sulfatisasi, kloridasi, penguapan, reduksi, dan kalsinasi. Pemanggang adalah cangkang baja silinder vertikal berlapis tahan api yang di dalamnya ditempatkan sejumlah perapian tahan api yang ditumpangkan. Poros tengah yang berputar perlahan memutar lengan rakyat jelata di setiap perapian untuk mengaduk bahan pemanggang dan mendorongnya ke dalam lubang jatuh yang mengarah ke perapian di bawahnya. Bahan pakan dimasukkan ke perapian atas, dan, karena mengikuti jalur zig-zag melintasi perapian dan ke bawah, bahan tersebut bertemu dengan aliran gas yang naik yang mempengaruhi pemanggangan. Kalsin dibuang dari perapian bawah.
Pemanggang flash hanya digunakan untuk mengoksidasi daging panggang dan, pada dasarnya, merupakan pemanggang dengan banyak perapian dengan perapian tengah dihilangkan. Desain ini muncul dengan kesadaran bahwa sebagian besar oksidasi terjadi karena partikel-partikelnya benar-benar jatuh dari perapian ke perapian.
Diagram skematik dari pemanggang unggun terfluidisasi.
Klorinator digunakan untuk memanggang oksida menjadi klorida. Mereka adalah cangkang baja melingkar tinggi yang dilapisi dengan bata tahan api untuk mencegah serangan klorin pada baja. Bagian atas setiap klorinator memiliki hopper tertutup untuk pengisian umpan secara berkala, dan klorin gas atau cair ditambahkan di bagian bawah unit. Panas disuplai oleh hambatan listrik melalui dinding cangkang dan oleh reaksi eksotermik yang mungkin terjadi. Produk tergantung pada reaksi kloridasi yang terjadi, dengan magnesium diklorida, misalnya, terbentuk sebagai cairan encer dan titanium tetraklorida keluar sebagai gas.
Kalsinasi karbonat menjadi oksida dilakukan dalam tanur putar horisontal, yang merupakan cangkang bundar baja ringan yang dilapisi dengan bahan tahan api dan memiliki panjang 10 hingga 12 kali diameter. Dengan kemiringan sedikit ke bawah dari ujung umpan ke ujung pembuangan, kiln berputar secara perlahan sementara pembakar berbahan bakar yang terletak di dalam kiln menyediakan panas yang dibutuhkan.
Mesin sintering, atau pemanggang ledakan, dapat melakukan pemanggangan oksidasi atau reduksi dan kemudian menggumpalkan kalsinasi yang dipanggang, atau dapat digunakan untuk aglomerasi saja. (Aglomerasi adalah peleburan bahan umpan halus menjadi potongan yang lebih besar yang dapat dimasukkan ke dalam tanur sembur atau retort, sehingga menghilangkan masalah kehilangan umpan halus dalam semburan udara panas). Reaksi oksidasi atau reduksi bersifat eksotermik, tetapi agar aglomerasi saja dapat dilakukan, bahan bakar seperti kokas halus harus dicampur dengan muatan.
Mesin sintering terdiri dari sabuk tak berujung dari palet logam yang bergerak dengan dasar parut di mana muatan umpan halus disebarkan dan dilewatkan di bawah pembakar. Saat muatan menyala, palet melewati kotak angin hisap, sehingga udara yang ditarik melalui lapisan umpan menyebabkan pembakaran (yaitu, oksidasi) sulfur atau karbon berlanjut dari atas ke bawah. Karena suhunya tinggi dan tidak ada agitasi pada umpan, fusi parsial terjadi pada permukaan partikel, membuat mereka saling menempel dalam bentuk klinker berpori dan seluler yang dikenal sebagai sinter.
Peleburan
Peleburan adalah proses yang membebaskan unsur logam dari senyawanya sebagai logam cair yang tidak murni dan memisahkannya dari bagian batuan buangan yang menjadi terak cair. Ada dua jenis peleburan, yaitu peleburan reduksi dan peleburan matte. Dalam peleburan reduksi, muatan logam yang dimasukkan ke dalam smelter dan terak yang terbentuk dari proses tersebut adalah oksida; dalam peleburan matte, terak adalah oksida sedangkan muatan logam adalah kombinasi sulfida logam yang meleleh dan bergabung kembali untuk menghasilkan sulfida logam yang homogen yang disebut matte.
Peleburan reduksi
Banyak jenis tungku yang digunakan untuk peleburan reduksi. Blast furnace secara universal digunakan dalam mereduksi senyawa seperti oksida besi, oksida seng, dan oksida timbal, meskipun ada perbedaan besar antara desain tungku yang digunakan dalam setiap kasus. Besi, yang ditemukan secara alami dalam bijih oksida hematit dan magnetit, dilebur dalam tanur tiup yang tinggi, melingkar, dan tertutup (lihat gambar). Umpan sinter atau pelet yang terdiri dari kokas (untuk bahan bakar), batu kapur (sebagai fluks untuk pembuatan terak), dan oksida besi dimasukkan ke dalam bagian atas tanur melalui lonceng ganda atau saluran yang berputar, dan udara panas dihembuskan melalui nozel, atau tuyeres, yang berada di dekat bagian bawah tanur. Dalam reaksi pembakaran berikutnya, oksigen di udara bergabung dengan karbon dalam kokas, menghasilkan panas yang cukup untuk melelehkan muatan tungku dan membentuk karbon monoksida, yang pada gilirannya mengurangi oksida besi menjadi besi metalik. Tungku disegel untuk mencegah keluarnya gas karbon monoksida, yang kemudian diambil dan dibakar sebagai bahan bakar untuk memanaskan udara tuyere. Di dalam perapian di bagian bawah tungku, terak cair dan besi terkumpul dalam dua lapisan, terak yang lebih ringan di bagian atas. Keduanya secara berkala dibuang, terak dibuang dan besi dimurnikan menjadi baja.
Tanur sembur dan kompor sembur panas
Tanur sembur seng juga merupakan tungku tertutup, dengan muatan oksida seng sinter dan kokas yang dipanaskan terlebih dahulu yang ditambahkan melalui bel pengisian tertutup. Tungku ini berbentuk persegi panjang, dengan poros yang lebih pendek dari tanur tiup besi. Semburan udara panas melalui tuyeres menyediakan oksigen untuk membakar kokas untuk mendapatkan panas dan memasok gas pereduksi karbon monoksida. Seng yang telah tereduksi keluar dari tungku sebagai uap, dan ini dialirkan ke bak penyemprotan timbal cair dan dikondensasikan menjadi logam seng cair. Terak dan timbal yang ada di dalam muatan disadap sebagai cairan dari perapian tungku. (Untuk ilustrasi tanur tiup timbal-seng, lihat gambar).
Tanur sembur
Tanur tiup timbal memiliki ukuran dan bentuk yang serupa dengan tanur tiup seng, namun bukan merupakan tanur tertutup, dan tidak menggunakan udara tuyere yang telah dipanaskan sebelumnya. Muatan sinter oksida timbal, kokas, dan fluks dituangkan ke dalam bagian atas tungku yang terbuka, dan atmosfer pereduksi yang kuat di dalam poros tungku mereduksi oksida menjadi logam. Timbal cair dan terak terkumpul dalam dua lapisan di perapian tungku, dengan timbal di lapisan bawah dan terak di atas.
Dua proses yang lebih baru untuk reduksi langsung konsentrat timbal sulfida yang belum dipanggang adalah QSL (Queneau-Schuhmann-Lurgi) dan KIVCET (singkatan dari bahasa Rusia yang berarti "peleburan kilat-siklon-oksigen-listrik"). Di dalam reaktor QSL, injeksi oksigen terlindung yang terendam mengoksidasi timbal sulfida menjadi logam timbal, sedangkan KIVCET adalah jenis tungku peleburan kilat di mana konsentrat timbal sulfida yang telah dikeringkan digabungkan dengan oksigen di dalam sebuah poros untuk menghasilkan logam timbal.
Peleburan matte
Tujuan utama peleburan matte adalah untuk melebur dan menggabungkan kembali muatan ke dalam matte yang homogen dari logam tembaga, nikel, kobalt, dan sulfida besi serta menghasilkan terak besi dan silikon oksida. Hal ini dilakukan di banyak jenis tungku pada bahan baku sulfida yang dipanggang maupun yang tidak dipanggang.
Tungku gema pada dasarnya adalah kotak bata tahan api persegi panjang yang dilengkapi dengan pembakar dinding ujung untuk menyediakan panas untuk peleburan. Tungku ini relatif tidak berisik, dan tidak mengeluarkan banyak umpan halus (yang ditambahkan melalui lubang atap) dengan gas buang. Matte disadap secara berkala dari lubang tengah, sementara terak mengalir terus menerus di ujung cerobong tungku. Tombak oksigen yang dimasukkan melalui atap, atau oksigen yang ditambahkan melalui pembakar, dapat meningkatkan kapasitas peleburan secara signifikan.
Tungku listrik mirip dengan tungku gema kecuali untuk metode pemanasan - dalam hal ini deretan elektroda yang diproyeksikan melalui atap ke dalam lapisan terak di perapian tungku dan pemanasan dengan resistansi.
Peleburan kilat merupakan perkembangan yang relatif baru yang telah diterima di seluruh dunia. Ini adalah proses autogenous, menggunakan oksidasi sulfida dalam muatan yang tidak dipanggang untuk memasok panas yang dibutuhkan untuk mencapai suhu reaksi dan melelehkan bahan umpan. Tungku yang paling banyak digunakan memiliki poros reaksi vertikal di salah satu ujung perapian yang panjang dan mengendap rendah dan poros penyerapan gas vertikal di ujung lainnya. Umpan yang halus dan belum dipanggang ditiupkan ke dalam poros reaksi bersama dengan udara yang telah dipanaskan sebelumnya; ini bereaksi secara instan, dan tetesan cairan jatuh ke perapian pengendapan, terpisah menjadi lapisan terak dan matte. Gas buangan, yang mengandung sulfur dioksida yang tinggi, sangat ideal untuk proses pemulihan sulfur.
Tahap kedua dari peleburan matte adalah mengubah sulfida menjadi logam. Selama bertahun-tahun bejana standar untuk operasi ini adalah konverter Peirce-Smith. Ini adalah drum baja horisontal yang dapat diputar, berlapis tahan api, dengan bukaan di bagian tengah atas untuk pengisian dan pengosongan, serta sederet tuyere di bagian belakangnya yang melaluinya udara, udara yang diperkaya oksigen, atau oksigen dapat dihembuskan ke dalam penangas cairan. Matte cair dari tungku peleburan dituangkan ke dalam konverter, setelah itu gas dihembuskan melalui tuyere untuk mengoksidasi besi terlebih dahulu dan kemudian belerang. Belerang keluar sebagai gas sulfur dioksida dan besi sebagai terak oksida besi, meninggalkan logam setengah murni. Panas yang cukup besar dihasilkan oleh reaksi eksotermik ini, menjaga cairan rendaman dan mempertahankan suhu reaksi yang diperlukan.
Proses yang lebih baru memanfaatkan evolusi panas eksotermis untuk menyelesaikan peleburan sulfida yang belum dipanggang dan konversi matte dalam satu operasi gabungan. Proses-proses tersebut adalah proses Noranda, TBRC (konverter rotari top-blown), dan Mitsubishi. Reaktor Noranda adalah tungku silinder horisontal dengan cekungan di bagian tengah tempat logam terkumpul dan perapian yang ditinggikan di salah satu ujungnya tempat terak dialirkan. Konsentrat sulfida yang belum dipanggang dalam bentuk pelet dituangkan ke dalam penangas cair di salah satu ujungnya, di mana tuyeres menginjeksikan campuran udara-oksigen. Hal ini menyebabkan terjadinya aksi pencampuran yang intens yang membantu proses peleburan, peleburan, dan oksidasi, yang mengikuti satu sama lain secara berurutan, dengan memanfaatkan panas eksotermik.
TBRC juga berbentuk silinder tetapi miring 17° ke arah horizontal, memiliki mulut terbuka di ujung atas untuk pengisian dan penuangan, dan berputar dengan kecepatan 5 hingga 40 putaran per menit. Tombak yang dimasukkan melalui mulut dapat memberikan kombinasi oksigen, udara, atau gas alam untuk menabrak rendaman cair dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk peleburan dan oksidasi. Kombinasi hembusan permukaan dan rotasi bath meningkatkan kinerja konverter. Proses Mitsubishi adalah operasi konversi peleburan kontinu yang menggunakan tiga tungku stasioner secara seri. Tungku pertama adalah untuk peleburan, dengan tombak oksigen dan pembakar berbahan bakar dimasukkan melalui atap. Terak dan matte mengalir dari sini ke tungku pembersih terak (dipanaskan dengan busur listrik), dan matte bermutu tinggi mengalir dari sini ke tungku pengubah, di mana udara yang diperkaya oksigen dihembuskan ke dalam bak mandi melalui tombak atap. Panas eksotermis yang dihasilkan di sini cukup untuk menjaga agar rendaman tetap berada pada suhu reaksi.
Peleburan elektrolitik
Peleburan juga dilakukan dengan disosiasi elektrolitik, pada suhu tinggi, dari senyawa klorida logam cair (seperti yang dilakukan dengan magnesium) atau bubuk oksida logam yang dilarutkan dalam elektrolit cair (seperti yang dilakukan dengan aluminium). Dalam setiap kasus, arus listrik dialirkan melalui rendaman untuk memisahkan senyawa logam; logam yang dilepaskan terkumpul di katoda, sementara gas dilepaskan di anoda.
Sel peleburan magnesium terdiri dari panci baja yang berfungsi sebagai katoda; dua baris elektroda grafit dimasukkan melalui penutup tahan api sebagai anoda. Elektrolitnya adalah campuran klorida, dengan magnesium klorida sebanyak 20 persen, dan sel dipertahankan pada suhu 700 ° C (1.300 ° F). Aliran arus memecah magnesium klorida menjadi gas klorin dan logam magnesium, yang masing-masing menuju ke anoda dan katoda.
Dalam proses peleburan Hall-Héroult, senyawa aluminium oksida yang hampir murni yang disebut alumina dilarutkan pada suhu 950 °C (1.750 °F) dalam elektrolit cair yang terdiri dari aluminium, natrium, dan fluor; ini dielektrolisis untuk menghasilkan logam aluminium di katoda dan gas oksigen di anoda. Sel peleburan adalah kotak baja berlapis karbon, yang berfungsi sebagai katoda, dan sederet elektroda grafit yang dimasukkan ke dalam rendaman berfungsi sebagai anoda.
Pemurnian
Pemurnian adalah prosedur terakhir untuk menghilangkan (dan sering kali memulihkan sebagai produk sampingan) sejumlah kecil pengotor yang tersisa setelah langkah-langkah ekstraksi utama selesai. Prosedur ini meninggalkan unsur logam utama dalam keadaan murni untuk aplikasi komersial. Prosedur ini dilakukan dengan tiga cara: pemurnian dengan api, elektrolitik, atau dengan metode kimia.
Pemurnian dengan api
Besi, tembaga, dan timbal dimurnikan dengan api melalui oksidasi selektif. Dalam proses ini, oksigen atau udara ditambahkan ke dalam logam cair yang tidak murni; pengotor teroksidasi sebelum logam dan dibuang sebagai terak oksida atau gas oksida yang mudah menguap.
Sebuah toko tungku oksigen dasar.
Tungku oksigen dasar (BOF) adalah bejana yang digunakan untuk mengubah besi kasar, yang terdiri dari sekitar 94 persen besi dan 6 persen pengotor gabungan seperti karbon, mangan, dan silikon, menjadi baja dengan sedikitnya 1 persen pengotor gabungan. BOF adalah unit berbentuk buah pir besar yang dapat dimiringkan untuk mengisi dan menuangkan. Besi cair tanur sembur dan potongan baja dimasukkan ke dalam tungku; kemudian diputar ke posisi tegak dan tombak dimasukkan untuk meniupkan gas oksigen bertonase tinggi ke dalam rendaman. Reaksi oksidasi terjadi dengan cepat, dengan silikon dan mangan teroksidasi terlebih dahulu dan bergabung membentuk terak oksida, kemudian karbon teroksidasi menjadi gas karbon monoksida dan terbakar menjadi karbon dioksida saat meninggalkan mulut tungku. Reaksi ini sangat eksotermis dan menjaga bejana tetap pada suhu reaksinya tanpa ada panas eksternal atau bahan bakar yang ditambahkan.
Tembaga melepuh yang diproduksi konverter dan timah tanur sembur juga diolah dengan pemurnian api, dengan kedua proses tersebut bergantung pada afinitas yang lebih lemah terhadap oksigen dari logam dibandingkan dengan pengotor yang dikandungnya. Tembaga cair dalam tungku tipe reverberatory kecil memiliki udara bertekanan yang dihembuskan ke dalamnya melalui pipa-pipa baja di bawah permukaan. Hal ini mengoksidasi seng, timah, besi, timbal, arsenik, antimon, dan belerang; belerang keluar sebagai gas belerang dioksida, sementara pengotor lainnya membentuk terak oksida yang disaring. Timah dimurnikan dengan cara yang hampir sama, yaitu dengan meniupkan udara bertekanan ke dalam rendaman timah cair dan pengotor utama berupa timah, antimon, dan arsenik teroksidasi sesuai dengan urutannya, naik ke permukaan sebagai skim dan dikikis.
Operasi pemurnian dengan api lainnya menggunakan distilasi fraksional. Dengan metode ini, logam seng dengan kemurnian 98 persen dapat ditingkatkan menjadi 99,995 persen. Pengotor utama dalam seng tanur sembur adalah timbal dan kadmium, dengan titik didih timbal pada suhu 1.744°C (3.171°F), seng pada suhu 907°C (1.665°F), dan kadmium pada suhu 765°C (1.409°F). Pada tahap pertama, seng dan kadmium direbus, menyisakan timbal cair, dan pada tahap kedua, kadmium direbus untuk menyisakan logam seng dengan kemurnian tinggi.
Pemurnian elektrolitik
Metode ini menghasilkan produk logam dengan kemurnian tertinggi serta pemulihan terbaik dari pengotor-pengotor yang berharga. Metode ini digunakan untuk tembaga, nikel, timbal, emas, dan perak. Logam yang akan dimurnikan dilemparkan ke dalam lempengan, yang menjadi anoda sel elektrolitik; lembaran logam lainnya adalah katoda. Kedua elektroda dicelupkan ke dalam elektrolit berair yang mampu menghantarkan arus listrik. Saat arus listrik dialirkan ke sel, ion logam larut dari anoda dan mengendap di katoda. Lumpur tak larut yang tertinggal di dalam sel diolah untuk mendapatkan kembali logam-logam produk sampingan yang berharga.
Pemurnian kimia
Contoh pemurnian kimia adalah proses nikel karbonil, di mana logam nikel yang tidak murni direaksikan secara selektif dengan gas karbon monoksida untuk membentuk gas nikel karbonil. Gas ini kemudian diuraikan untuk menghasilkan logam nikel dengan kemurnian tinggi.
Hidrometalurgi
Hidrometalurgi berkaitan dengan pencucian selektif senyawa logam untuk membentuk larutan yang darinya logam dapat diendapkan dan dipulihkan. Proses pelindian digunakan jika merupakan metode yang paling sederhana atau jika kadar bijih terlalu rendah untuk prosedur ekstraktif yang lebih mahal.
Konversi
Karena tidak semua bijih dan konsentrat ditemukan secara alami dalam bentuk yang memuaskan untuk pelindian, maka bijih dan konsentrat tersebut harus melalui operasi pendahuluan. Sebagai contoh, bijih sulfida, yang relatif tidak larut dalam asam sulfat, dapat dikonversi menjadi bentuk yang cukup larut dengan mengoksidasi atau mensulfatisasi roasting. Di sisi lain, bijih oksida dan konsentrat dapat diberikan pemanggangan reduksi terkendali untuk menghasilkan kalsin yang mengandung logam tereduksi yang akan larut dengan mudah di dalam larutan pelindian. Perlakuan-perlakuan ini dijelaskan secara lebih rinci di atas (lihat Pirometalurgi: Pemanggangan).
Perlakuan kedua yang populer untuk mengubah sulfida adalah oksidasi tekanan, di mana sulfida dioksidasi menjadi struktur berpori yang menyediakan akses yang baik untuk larutan pelindian. Pengolahan ini dikembangkan untuk pemulihan emas dari bijih sulfida, yang tidak cocok untuk pelindian sianida tanpa terlebih dahulu dioksidasi. Bubur konsentrat yang digiling halus dipanaskan terlebih dahulu hingga 175°C (350°F) dan dipompa ke dalam autoklaf empat atau lima kompartemen, dengan masing-masing kompartemen berisi pengaduk. Oksigen gas ditambahkan ke setiap kompartemen, dan waktu retensi dalam autoklaf adalah dua jam untuk mencapai oksidasi yang diinginkan.
Pencucian
Oksida dilindi dengan pelarut asam sulfat atau natrium karbonat, sedangkan sulfat dapat dilindi dengan air atau asam sulfat. Amonium hidroksida digunakan untuk bijih asli, karbonat, dan sulfida, sedangkan natrium hidroksida digunakan untuk oksida. Larutan sianida adalah pelarut untuk logam mulia, sementara larutan natrium klorida melarutkan beberapa klorida. Dalam semua kasus, pelarut pelindian harus murah dan tersedia, kuat, dan lebih disukai selektif untuk nilai-nilai yang ada.
Pelindian dilakukan dengan dua metode utama: pelindian sederhana pada suhu lingkungan dan tekanan atmosfer; dan pelindian bertekanan, di mana tekanan dan suhu dinaikkan untuk mempercepat operasi. Metode yang dipilih tergantung pada kadar bahan baku, dengan bahan baku yang lebih kaya memerlukan pengolahan yang lebih mahal dan lebih ekstensif.
Pelindian di tempat, atau pelindian in situ, dilakukan pada bijih yang terlalu jauh di bawah tanah dan memiliki kadar yang terlalu rendah untuk dilakukan pengolahan di permukaan. Larutan pelindian disirkulasikan ke bawah melalui badan bijih yang retak untuk melarutkan kandungan mineral dan kemudian dipompa ke permukaan, di mana kandungan mineral diendapkan.
Pelindian timbunan dilakukan pada bijih dengan kadar semilow - yaitu cukup tinggi untuk dibawa ke permukaan untuk diolah. Metode ini semakin populer seiring dengan semakin banyaknya tonase bijih kadar rendah yang ditambang. Bijih ditumpuk di atas bantalan dan disemprot dengan larutan pelindian, yang menetes ke bawah melalui tumpukan tersebut sambil melarutkan kandungannya. Larutan yang mengandung mineral-mineral tersebut dialirkan dan dibawa ke tangki pengendapan.
Bijih dengan kadar yang lebih tinggi diolah dengan pencucian tangki, yang dilakukan dengan dua cara. Salah satu metode berskala sangat besar, dengan beberapa ribu ton bijih diolah sekaligus dalam tangki beton besar dengan larutan yang bersirkulasi. Pada metode kedua, sejumlah kecil bijih bermutu tinggi yang ditumbuk halus diaduk di dalam tangki melalui udara atau dengan impeler mekanis. Kedua larutan tersebut dialirkan ke pengendapan setelah pelindian selesai.
Pelindian bertekanan mempersingkat waktu pengolahan dengan meningkatkan kelarutan padatan yang hanya larut dengan sangat lambat pada tekanan atmosfer. Untuk proses ini digunakan autoklaf, baik dalam gaya vertikal maupun horizontal. Setelah pelindian, larutan yang mengandung dipisahkan dari residu yang tidak larut dan dikirim ke pengendapan.
Pemulihan
Larutan hamil dari operasi pelindian diperlakukan dengan berbagai cara untuk mengendapkan nilai logam terlarut dan mendapatkannya kembali dalam bentuk padat. Hal ini meliputi pengendapan elektrolitik, transfer ion logam, pengendapan kimiawi, ekstraksi pelarut yang dikombinasikan dengan metode elektrolitik dan kimiawi, dan adsorpsi karbon yang dikombinasikan dengan pengolahan elektrolitik.
Deposisi elektrolitik, juga disebut electrowinning, menghasilkan produk yang murni dan merupakan metode yang lebih disukai. Namun, metode ini mahal, karena biaya listrik, dan harus memiliki larutan dengan kandungan logam yang tinggi. Anoda yang tidak larut, dan katoda yang terbuat dari bahan inert yang dapat dilucuti atau lembaran tipis logam yang diendapkan, dimasukkan ke dalam tangki yang berisi larutan pelindian. Ketika arus dialirkan, larutan akan terdisosiasi, dan ion-ion logam akan mengendap di katoda. Metode umum ini digunakan untuk tembaga, seng, nikel, dan kobalt.
Ekstraksi pelarut yang dikombinasikan dengan pengendapan elektrolitik mengambil larutan logam encer dan bernilai rendah dan memekatkannya ke dalam volume kecil dan kandungan logam yang tinggi, sehingga memuaskan untuk pengolahan elektrolitik. Bijih tembaga kadar rendah diproses dengan cara ini. Pertama, sejumlah besar larutan pelindian tembaga bernilai rendah (2,5 gram per liter, atau 0,33 ons per galon) dikontakkan dengan sejumlah kecil pelarut organik yang tidak dapat larut dalam air dalam minyak tanah. Nilai logam berpindah dari larutan pelindian ke dalam larutan ekstraksi, dua fase dipisahkan, dan larutan ekstraksi dilanjutkan ke sirkuit pengupasan. Di sini ditambahkan cairan lain yang memiliki afinitas yang lebih besar terhadap nilai logam, mengambilnya dari larutan ekstraksi. Kedua larutan dipisahkan, dengan volume kecil larutan pengupasan yang memiliki kandungan logam yang cukup tinggi (50 gram per liter, atau 6,6 ons per galon) agar sesuai untuk pengendapan elektrolitik.
Sirkuit adsorpsi digunakan untuk melucuti larutan sianida emas yang mengandung emas dengan karbon aktif. Karbon pada gilirannya dilucuti dari logam oleh larutan, yang kemudian masuk ke sel elektrolitik di mana kandungan emas disimpan di katoda.
Pengendapan kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dalam salah satu metode, reaksi perpindahan terjadi di mana logam yang lebih aktif menggantikan logam yang kurang aktif dalam larutan. Sebagai contoh, dalam sementasi tembaga, besi menggantikan ion tembaga dalam larutan, partikel padat tembaga mengendap sementara besi masuk ke dalam larutan. Ini adalah metode murah yang biasa diterapkan pada larutan pelindian yang lemah dan encer. Reaksi perpindahan lainnya menggunakan gas, dengan hidrogen sulfida, misalnya, ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung nikel sulfat dan mengendapkan nikel sulfida. Terakhir, mengubah keasaman larutan merupakan metode pengendapan yang umum dilakukan. Yellow cake, nama umum untuk natrium diuranat, diendapkan dari larutan pelindian uranium pekat dengan menambahkan natrium hidroksida untuk menaikkan pH menjadi 7.
Disadur dari: https://www.britannica.com/