Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategic Sourcing untuk Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Manufaktur: Optimalisasi dengan Multiple Sourcing, Supplier Selection, dan Kolaborasi Efektif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Rantai pasok manufaktur menghadapi tantangan besar akibat disrupsi global, seperti pandemi, krisis ekonomi, dan konflik geopolitik. Untuk menghadapi ini, strategic sourcing menjadi faktor penting dalam membangun resiliensi rantai pasok. Paper ini meneliti pengaruh strategic sourcing terhadap resiliensi rantai pasok di Kenya, dengan fokus pada kolaborasi, seleksi pemasok, dan diversifikasi sumber daya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional survey dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel terdiri dari 62 perusahaan manufaktur di Kenya yang tergabung dalam Kenya Association of Manufacturers (KAM). Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24.

Temuan Utama

1. Kolaborasi dalam Rantai Pasok

  • 77% perusahaan berbagi informasi dengan pemasok untuk meningkatkan ketahanan pasok.
  • 64% melakukan sinkronisasi keputusan dalam perencanaan dan operasi.
  • 84% perusahaan mengadopsi komunikasi kolaboratif dengan pemasok.

Implikasi:
Kolaborasi meningkatkan kecepatan respons terhadap gangguan rantai pasok dan memastikan pemulihan lebih cepat dari krisis.

2. Diversifikasi Basis Pemasok

  • 52% perusahaan lebih memilih basis pemasok kecil agar lebih mudah dikelola.
  • 84% menerapkan multipel sourcing untuk meningkatkan keandalan pengiriman.

Implikasi:
Multipel sourcing mengurangi risiko ketergantungan pada satu pemasok, yang dapat menyebabkan gangguan besar saat terjadi krisis.

3. Kriteria Seleksi Pemasok

  • 98% perusahaan memilih pemasok berdasarkan kualitas produk.
  • 83% mempertimbangkan kinerja masa lalu pemasok.
  • 84% mengevaluasi kapasitas produksi pemasok.
  • 73% memilih pemasok berdasarkan teknologi yang digunakan.

Implikasi:
Seleksi pemasok berbasis kualitas dan kapasitas meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan kinerja yang konsisten.

Analisis Statistik

Analisis regresi menunjukkan bahwa strategic sourcing berkontribusi sebesar 9,9% terhadap peningkatan resiliensi rantai pasok. Model ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 unit dalam strategic sourcing meningkatkan resiliensi rantai pasok sebesar 0,338 unit.

Kesimpulan & Rekomendasi

Strategic sourcing memiliki pengaruh signifikan terhadap resiliensi rantai pasok. Dengan menerapkan kolaborasi, multipel sourcing, dan seleksi pemasok berbasis kualitas, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan rantai pasok.

Rekomendasi untuk Manajer:
✅ Terapkan strategi kolaboratif dengan pemasok untuk meningkatkan transparansi pasok.
✅ Gunakan multipel sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
✅ Seleksi pemasok berdasarkan kapasitas produksi dan kualitas produk.

Sumber Artikel:

Arani, Wycliffe, Mukulu, Elegwa, Waiganjo, Esther, & Wambua, Julius (2016). Strategic Sourcing an Antecedent of Supply Chain Resilience in Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 6, No. 10.

Selengkapnya
Strategic Sourcing untuk Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Manufaktur: Optimalisasi dengan Multiple Sourcing, Supplier Selection, dan Kolaborasi Efektif

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategi Viable Supply Chain (VSC): Integrasi Agility, Resilience, dan Sustainability dalam Menghadapi Disrupsi Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia yang terus berubah, rantai pasok (supply chain/SC) perlu beradaptasi dengan tantangan global seperti pandemi dan disrupsi ekonomi. Paper ini memperkenalkan Viable Supply Chain (VSC), model rantai pasok yang menggabungkan agility, resilience, dan sustainability agar dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Studi ini memberikan wawasan bagaimana bisnis dapat membangun rantai pasok yang lebih tangguh untuk menghadapi masa depan.

Konsep Viable Supply Chain (VSC)

Viability dalam supply chain didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dalam lingkungan yang berubah melalui redesign struktur dan replanning performa jangka panjang. VSC menggabungkan tiga elemen utama:

  1. Agility – Kemampuan rantai pasok untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.
  2. Resilience – Kapasitas untuk menyerap gangguan, pulih, dan tetap beroperasi.
  3. Sustainability – Memastikan kelangsungan rantai pasok dengan dampak minimal terhadap lingkungan dan masyarakat.

Metodologi & Studi Kasus

Paper ini mengacu pada berbagai penelitian terdahulu dan memberikan analisis tentang bagaimana perusahaan di berbagai industri menerapkan strategi VSC. Beberapa contoh kasus yang diangkat:

  • Industri Otomotif
    Studi kasus: Volkswagen Autoeuropa
    • Menerapkan strategi Agile dalam rantai pasoknya, meningkatkan fleksibilitas produksi hingga 30%.
    • Menggunakan teknologi digital twins untuk simulasi dan prediksi risiko rantai pasok.
  • Industri Farmasi
    Studi kasus: Pfizer & AstraZeneca
    • Memanfaatkan AI dan big data untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok selama pandemi.
    • Kecepatan produksi vaksin meningkat 50% berkat optimasi distribusi berbasis data.
  • Industri Makanan
    Studi kasus: Nestlé
    • Implementasi rantai pasok hijau (green supply chain) mengurangi emisi karbon hingga 20% dalam 5 tahun terakhir.
    • Beralih ke supplier lokal untuk meningkatkan ketahanan pasokan bahan baku.

Tantangan dan Solusi Implementasi VSC

  1. Kurangnya integrasi digital – Banyak perusahaan masih mengandalkan sistem manual, sehingga sulit merespons perubahan dengan cepat. Solusi: Penerapan IoT, AI, dan blockchain untuk transparansi dan efisiensi.
  2. Biaya investasi tinggi – Transformasi rantai pasok memerlukan investasi besar. Solusi: Model collaborative supply chain yang memungkinkan berbagi sumber daya antar perusahaan.
  3. Perubahan kebijakan global – Regulasi lingkungan dan perdagangan internasional yang berubah cepat mempersulit prediksi pasar. Solusi: Penerapan predictive analytics untuk strategi adaptasi proaktif.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Paper ini menegaskan bahwa Viable Supply Chain (VSC) adalah masa depan rantai pasok global. Dengan kombinasi agility, resilience, dan sustainability, perusahaan dapat menghadapi disrupsi besar seperti pandemi, perubahan iklim, dan krisis ekonomi. Rekomendasi utama bagi bisnis adalah:

  • Mengadopsi digital supply chain berbasis AI dan big data.
  • Menerapkan strategi kolaborasi dengan mitra rantai pasok.
  • Fokus pada keberlanjutan lingkungan dan efisiensi energi.

Sumber Artikel:
Ivanov, Dmitry (2020). Viable supply chain model: integrating agility, resilience and sustainability perspectives—lessons from and thinking beyond the COVID-19 pandemic. Annals of Operations Research, Vol. 319, Iss. 1, pp. 1411-1431.

Selengkapnya
Strategi Viable Supply Chain (VSC): Integrasi Agility, Resilience, dan Sustainability dalam Menghadapi Disrupsi Global

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Platform Pembelajaran Inovatif untuk Membangun Ketahanan Rantai Pasok di Era Digital

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Angwi Rose Samba, membahas gangguan rantai pasok (SCD), manajemen risiko rantai pasok (SCRM), dan ketahanan rantai pasok (SCRES) dengan studi kasus Polycom Inc.. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan industri selama pandemi COVID-19 dan merancang strategi proaktif untuk mengatasi gangguan di masa depan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran (hybrid research method):

  • Kuesioner – Dijawab oleh staf Polycom Inc.
  • Wawancara mendalam – Dengan dua manajer rantai pasok.
  • Analisis data – Menggunakan tinjauan literatur dan studi empiris.

Studi Kasus: Dampak COVID-19 pada Polycom Inc.

Polycom Inc. mengalami berbagai gangguan akibat pandemi, meliputi:

  • Risiko permintaan – Penurunan pesanan akibat ketidakstabilan pasar.
  • Risiko logistik – Keterlambatan pengiriman hingga 40% karena pembatasan global.
  • Risiko keuangan – Penurunan margin keuntungan hingga 15% akibat kenaikan biaya operasional.

Strategi Meningkatkan Ketahanan Rantai Pasok

1. Peningkatan Visibilitas dan Responsivitas

  • Implementasi teknologi digital untuk meningkatkan pemantauan rantai pasok secara real-time.
  • Optimasi manajemen persediaan menggunakan AI dan big data.

2. Diversifikasi dan Redundansi Rantai Pasok

  • Multi-sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
  • Penggunaan gudang desentralisasi guna meningkatkan fleksibilitas distribusi.

3. Transformasi Digital dalam Rantai Pasok

  • Blockchain untuk meningkatkan transparansi transaksi.
  • Automasi proses logistik guna mengurangi risiko keterlambatan.

Temuan Utama dan Implikasi Manajemen

  • SCRES memiliki dampak signifikan dalam menjaga kontinuitas operasional.
  • Teknologi digital berperan besar dalam meningkatkan efisiensi dan daya tahan rantai pasok.
  • Investasi dalam digitalisasi dan strategi multi-sourcing dapat mempercepat pemulihan dari gangguan.

Kritik dan Evaluasi

Beberapa kelemahan dalam penelitian ini:

  • Fokus utama pada Polycom Inc. – Studi lebih luas diperlukan untuk validasi temuan.
  • Minimnya analisis dampak regulasi pemerintah terhadap strategi ketahanan rantai pasok.
  • Kurangnya pembahasan tentang peran keberlanjutan (sustainability) dalam SCRES.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa kombinasi strategi ketahanan rantai pasok dan transformasi digital sangat penting untuk menghadapi gangguan global. Dengan menerapkan solusi berbasis teknologi, perusahaan dapat meminimalkan risiko, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Sumber Artikel:

  • Samba, A. R. (2022). Supply Chain Disruption, Resilience and Technology – Case: Polycom Inc. Lappeenranta University of Technology.

 

Selengkapnya
Platform Pembelajaran Inovatif untuk Membangun Ketahanan Rantai Pasok di Era Digital

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Tinjauan Sistematis Penerapan Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis dan industri yang semakin kompleks, manajemen rantai pasok (SCM) yang mengadopsi prinsip Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) menjadi sangat penting. Paper ini membahas bagaimana penerapan keempat prinsip tersebut dalam bidang teknik, bisnis, dan manajemen dapat meningkatkan daya saing serta keberlanjutan operasional perusahaan. Studi ini dilakukan melalui tinjauan sistematis terhadap 32 publikasi yang membahas penerapan LARG dalam berbagai industri.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan PRISMA untuk mengumpulkan data dari database Scopus dan Google Scholar dengan kriteria tertentu, seperti rentang waktu 2000-2023, artikel yang ditulis dalam bahasa Inggris, serta fokus pada industri teknik, bisnis, dan manajemen. Dari 65 artikel yang ditemukan, setelah melalui berbagai tahap seleksi, tersisa 32 artikel yang dianalisis secara mendalam.

Temuan Utama

  1. Distribusi Geografis
    Studi menunjukkan bahwa Portugal menjadi negara dengan jumlah publikasi tertinggi (8 artikel), disusul oleh India (7 artikel) dan Iran (6 artikel). Hal ini mencerminkan meningkatnya perhatian akademisi di negara-negara tersebut terhadap implementasi LARG dalam SCM.
  2. Tren Publikasi
    Sebagian besar penelitian mengenai LARG dalam SCM baru berkembang pesat setelah tahun 2018, menunjukkan bahwa topik ini masih dalam tahap awal namun memiliki potensi besar untuk eksplorasi lebih lanjut.
  3. Studi Kasus dan Angka-angka
    a. Industri Otomotif – Studi oleh Cabral et al. (2012) pada rantai pasok Volkswagen Autoeuropa menunjukkan bahwa penerapan prinsip Agile meningkatkan responsivitas pengiriman sebesar 30%. b. Industri Farmasi – Studi oleh Kamali Saraji et al. (2023) menemukan bahwa tantangan terbesar dalam mengadopsi prinsip Green dalam farmasi adalah desain kemasan yang ramah lingkungan. c. Industri Semen – Jamali et al. (2017) menunjukkan bahwa strategi agresif dalam SCM berbasis LARG dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 25%. d. Industri Maritim – Studi oleh Salleh et al. (2020) menemukan bahwa pelabuhan yang menerapkan strategi LARG mengalami peningkatan kinerja operasional sebesar 15% dibandingkan pelabuhan konvensional.
  4. Kendala dan Tantangan
    Beberapa tantangan utama dalam penerapan LARG meliputi kurangnya integrasi teknologi, biaya implementasi yang tinggi, serta kesulitan dalam mengukur dampak dari setiap paradigma secara kuantitatif.
  5. Implikasi bagi Industri
    Implementasi LARG dalam SCM dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan keberlanjutan lingkungan. Studi juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi Industry 4.0 untuk meningkatkan efektivitas strategi LARG.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa LARG merupakan konsep yang masih berkembang tetapi memiliki potensi besar dalam meningkatkan daya saing rantai pasok di berbagai industri. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan model kuantitatif yang lebih presisi dalam mengukur dampak implementasi setiap prinsip LARG. Selain itu, kolaborasi antara akademisi dan praktisi bisnis diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada.

Sumber Artikel:
Khanzadi, F., Radfar, R., & Pilevari, N. (2024). A review of lean, agile, resilient, and green (LARG) supply chain management in engineering, business and management areas. Decision Science Letters, 13, 287–306.

 

Selengkapnya
Tinjauan Sistematis Penerapan Lean, Agile, Resilient, dan Green (LARG) dalam Manajemen Rantai Pasok

Green Supply Chain Management

Perbandingan Green Supply Chain Management dan Sustainable Supply Chain Management: Pendekatan untuk Keberlanjutan dalam Rantai Pasok

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel ini membahas perbandingan antara Green Supply Chain Management (GSCM) dan Sustainable Supply Chain Management (SSCM), mengulas perbedaan utama terkait faktor keberlanjutan dan manajemen rantai pasok. Penelitian ini memanfaatkan 20 definisi dari kedua konsep, menganalisis tiga pilar keberlanjutan (ekonomi, lingkungan, sosial) serta lima faktor manajemen rantai pasok (aliran, koordinasi, pemangku kepentingan, hubungan, dan nilai).

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah:

  1. Mengidentifikasi definisi GSCM dan SSCM dalam literatur.
  2. Menganalisis persamaan dan perbedaan faktor keberlanjutan dan rantai pasok di kedua konsep.
  3. Memberikan panduan bagi perusahaan manufaktur untuk memilih pendekatan yang sesuai guna mencapai tujuan keberlanjutan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan systematic literature review (SLR), dengan empat tahap analisis:

  1. Pencarian kata kunci di basis data seperti Scopus dan WOS.
  2. Penyaringan judul dan abstrak (dari 1013 artikel menjadi 198).
  3. Penyaringan teks penuh (102 artikel).
  4. Seleksi akhir (45 artikel).

Periode penelitian mencakup publikasi antara tahun 2000–2020. Artikel yang dianalisis mencakup berbagai sektor dan negara, seperti Jerman, Maroko, AS, dan Inggris.

Temuan Utama

1. Definisi dan Fokus GSCM

  • Lingkungan sebagai fokus utama: Semua definisi GSCM (100%) mencakup faktor lingkungan, tetapi hanya 10% yang membahas faktor ekonomi dan tidak ada yang mencakup faktor sosial.
  • Faktor aliran dominan: 90% definisi GSCM menyoroti manajemen aliran material, informasi, dan produk.

2. Definisi dan Fokus SSCM

  • Pendekatan holistik: SSCM mencakup ketiga pilar keberlanjutan (lingkungan 100%, ekonomi 80%, sosial 90%).
  • Faktor aliran dan pemangku kepentingan penting: Masing-masing mencakup 80% dan 70% dari definisi SSCM.

3. Perbedaan Utama GSCM vs. SSCM

  • GSCM berfokus pada pengurangan dampak lingkungan melalui pengelolaan aliran dan efisiensi.
  • SSCM mengintegrasikan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara menyeluruh.
  • Persamaan: Kedua pendekatan mengutamakan faktor aliran dan pemangku kepentingan.

Studi Kasus

Industri Otomotif di Korea Selatan

  • Praktik GSCM: Pengurangan emisi karbon melalui teknologi ramah lingkungan.
  • Hasil: Penurunan emisi hingga 20%, peningkatan efisiensi produksi sebesar 15%.

Industri Tekstil di India

  • Praktik SSCM: Peningkatan kondisi kerja dan standar etika di rantai pasok.
  • Hasil: Peningkatan citra merek sebesar 25%, pengurangan limbah produksi sebesar 30%.

Rekomendasi Strategis

  1. Implementasi GSCM: Cocok untuk perusahaan yang fokus pada efisiensi lingkungan dan pengurangan biaya.
  2. Adopsi SSCM: Ideal bagi organisasi yang ingin mencapai keberlanjutan menyeluruh, termasuk tanggung jawab sosial.
  3. Pelatihan dan Edukasi: Perlu untuk meningkatkan kesadaran karyawan dan manajer tentang pentingnya keberlanjutan.
  4. Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan: Kerja sama strategis dengan pemasok dan pelanggan untuk mencapai tujuan keberlanjutan bersama.

Kesimpulan

Perbandingan ini menunjukkan bahwa GSCM lebih cocok untuk tujuan lingkungan, sedangkan SSCM memberikan dampak lebih luas pada tiga pilar keberlanjutan. Perusahaan perlu mempertimbangkan kebutuhan spesifik dan sumber daya yang tersedia sebelum memilih pendekatan. Penggabungan keduanya juga dapat memberikan keuntungan strategis dalam manajemen rantai pasok yang berkelanjutan.

Sumber:
Tronnebati, I., Jawab, F. (2023). Green and Sustainable Supply Chain Management: A Comparative Literature Review. Jordan Journal of Mechanical and Industrial Engineering, 17(1), pp. 115–126.

 

Selengkapnya
Perbandingan Green Supply Chain Management dan Sustainable Supply Chain Management: Pendekatan untuk Keberlanjutan dalam Rantai Pasok

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Transformasi Menuju Indonesia Maju, Menteri PUPR: Pembangunan IKN Usung Konsep Future Smart Forest City

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 21 Februari 2025


Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini Ibu Kota Negara (IKN) akan menjadi kota yang mewakili negara dan menjadi model pembangunan melalui smart city, membangun kota yang lebih modern dan menjaga standar internasional. Kota-kota besar lainnya di Indonesia..

Ia mengatakan dalam konferensi Beranda Nusantara, Rabu (23) lalu, “Relokasi IKN bukanlah relokasi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pembangunan gedung-gedung pemerintahan, melainkan sebuah lompatan transformasi negara menuju negara maju. Indonesia. . . " Februari 2022) di kantor RRI Jakarta..

Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Ketua Komite II DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Dirjen Koordinasi Hukum Tata Negara I dan Dirjen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. . Kementerian Dalam Negeri Benny Irawan, Wakil Menteri Pembangunan Daerah, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Rudy Soeprihadi Prawiradinata, Arsitek Istana Negara IKN Nyoman Nuarta..

Menurut Presiden Jokowi, IKN Nusantara akan memiliki 70% RTH, 80% angkutan umum, dan penurunan suhu sebesar 2 derajat. Jarak tempuh satu tempat ke tempat lain di kompleks IKN sebaiknya hanya 10 menit. Oleh karena itu, IKN akan menjadi kota yang inklusif, terbuka, dan ramah dimana semua lapisan masyarakat dapat hidup bersama..

Menteri Basuki menjelaskan, IKN akan melaksanakan proyek kota hutan masa depan Indonesia, dan membangunnya secara bertahap hingga tahun 2045 dengan selalu memperhatikan aspek lingkungan. Pembangunan yang mulai dikelola Kementerian PUPR pada tahun ini pada tahap pertama 2022-2024 adalah Kelompok Pemerintahan Pusat (KIPP) yang memiliki luas 6.671 hektar..

“KIPP dibagi menjadi tiga kelompok: pemerintah pusat, pemerintah pendidikan, pemerintah kesehatan. Menteri Basuki mengatakan: “Luas yang akan dibangun hanya 24,5% (1.633 ha) dari seluruh KIPP (6.671 ha) dan KIPP. sisanya 75,5% (“5.038 ha) akan dialokasikan untuk ruang hijau,” katanya..

“KIPP dibagi menjadi tiga kelompok: pemerintah pusat, pemerintah pendidikan, pemerintah kesehatan. Menteri Basuki mengatakan: “Luas yang akan dibangun hanya 24,5% (1.633 ha) dari seluruh KIPP (6.671 ha) dan KIPP. sisanya 75,5% (“5.038 ha) akan dialokasikan untuk ruang hijau,” katanya..“Kami sekarang sedang merevitalisasi hutan di kawasan IKN. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR dan Dirjen Kehutanan sedang di lapangan untuk mempercepat nursery (pembibitan pohon),” ucap Menteri Basuki. 

Melalui diundangkannya UU IKN, Menteri Basuki akan memastikan Kementerian PUPR dan pemangku kepentingan lainnya mencapai tiga pilar visi IKN, yakni mencerminkan jati diri bangsa, kesehatan masyarakat, kesehatan ekonomi dan lingkungan, serta mewujudkan global baru dan cerdas. kota .

Turut mendampingi Menteri Basuki, Direktur Cipta Karya Diana Kusumastuti, Direktur Jalan Hedy Rahadian, Ketua Satgas Perencanaan Konstruksi IKN Imam Santoso Ernawi dan Arsitek IKN Sibarani Sofian..


Sumber: pu.go.id

Selengkapnya
Transformasi Menuju Indonesia Maju, Menteri PUPR: Pembangunan IKN Usung Konsep Future Smart Forest City
« First Previous page 827 of 1.344 Next Last »