Arsitektur
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 17 Februari 2025
Praktik arsitektur dan teknik telah lama saling terkait. Baik berpraktik sebagai arsitek atau insinyur, ada baiknya untuk memeriksa peran masing-masing dalam industri konstruksi saat ini. selama sebagian besar sejarah manusia, peran arsitek dan insinyur dianggap sebagai satu kesatuan, dengan ahli bangunan yang terlibat dalam semua aspek desain dan konstruksi. selama masa Renaisans, ketika Brunelleschi merancang kubah besar untuk Katedral Florence, ia memecahkan tantangan arsitektur dan teknik, dan ketenaran serta kekagumannya terhadap proyek ini dan proyek-proyek lainnya disebabkan oleh keahliannya di kedua bidang tersebut.
Secara umum, baru pada akhir 1700-an dan awal 1800-an, perbedaan yang signifikan dibuat antara disiplin ilmu arsitektur dan teknik. Hal ini muncul melalui konsepsi teknik sebagai ilmu terapan, yang menggabungkan kemajuan di bidang fisika dan matematika. Perkembangan historis industrialisasi dan meningkatnya kebutuhan akan spesialisasi pengetahuan juga berkontribusi pada pemisahan disiplin ilmu.
Dengan dibentuknya perkumpulan profesional pada tahun 1800-an, yang bertujuan untuk menjamin standar profesional dan memastikan tingkat keahlian yang memadai bagi para praktisi, perbedaan tersebut semakin diperkuat. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas proyek bangunan selama abad ke-20 dan ke-21, kebutuhan akan tenaga profesional dengan pengetahuan khusus di bidang desain dan konstruksi menjadi sangat penting untuk merealisasikan proyek-proyek ini.
Pertama dan terutama, dalam mengkaji persamaan dan perbedaan antara insinyur dan arsitek, peran yang mereka mainkan dalam kaitannya dengan klien dan tim desain secara keseluruhan harus dipertimbangkan. Membatasi diri kita pada proyek-proyek bangunan (sebagai lawan dari jenis proyek infrastruktur tertentu), biasanya arsiteklah yang memiliki hubungan kontrak langsung dengan klien. Para insinyur yang terlibat dalam proyek ini akan menjadi subkonsultan bagi arsitek.
Ada pengecualian untuk hal ini, seperti insinyur geoteknik yang berkontrak langsung dengan klien, tetapi ini adalah pengaturan kontrak yang paling umum. Hubungan kontrak ini berdampak pada tanggung jawab dan peran masing-masing pihak dalam tim desain. Arsitek mengambil posisi sebagai pemimpin tim, dengan tanggung jawab memimpin upaya koordinasi disiplin, menjadi kontak utama tim dengan klien, mengatur pertemuan tim, dan mengelola upaya tim desain secara keseluruhan untuk memenuhi tujuan klien dan memberikan hasil proyek sesuai anggaran dan jadwal.
Dalam konteks ini, para insinyur berkontribusi pada pekerjaan desain dengan memanfaatkan disiplin ilmu masing-masing untuk memenuhi kebutuhan proyek, dengan arsitek atau klien memberi mereka informasi yang berkaitan dengan tujuan dan batasan desain secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam diskusi awal antara klien dan arsitek, dapat ditentukan bahwa klien menginginkan bangunan dengan luas maksimum di lahan tertentu.
Arsitek kemudian harus menentukan apa yang layak dalam hal ukuran bangunan, ketinggian dan cerita berdasarkan kode dan persyaratan zonasi. Ketika parameter dasar proyek ditentukan, insinyur struktur pada proyek tersebut kemudian dapat menentukan jenis pendekatan struktural apa yang paling sesuai untuk proyek tersebut dan, seiring dengan kemajuan desain, ukuran masing-masing anggota struktur dan menentukan detail struktural yang diperlukan untuk proyek tersebut.
Hal ini menunjukkan poin umum lainnya dalam perbedaan antara pekerjaan arsitek dan insinyur. Secara umum, arsitek bertugas untuk bekerja sama dengan klien dalam menyelesaikan program bangunan dan menentukan tata letak ruang yang sesuai dalam sebuah bangunan. Pekerjaan ini sering kali merupakan proses berulang dalam bekerja dengan klien untuk menentukan opsi denah lantai apa yang paling diinginkan untuk proyek klien.
Setelah denah lantai awal ditentukan, dan fungsi dari berbagai ruang di dalam bangunan ditentukan, para insinyur pada proyek dapat mulai merancang sistem bangunan. Sebagai contoh, tata letak kolom struktural harus sedemikian rupa sehingga tidak diposisikan di tengah ruangan. Demikian juga, seorang insinyur mesin dapat mulai menentukan sistem apa yang paling tepat untuk jenis fungsi dan ukuran ruangan tertentu di dalam bangunan.
Pekerjaan insinyur dalam beberapa hal lebih terspesialisasi, dengan insinyur listrik, insinyur pipa, insinyur mesin, dan insinyur struktur memiliki masukan pada proyek yang terbatas pada pekerjaan di bidang spesialisasi mereka. Namun, sering kali seorang insinyur dapat memberikan wawasan tentang proyek bangunan yang dapat memengaruhi tata letak arsitektur atau bahkan bentuk bangunan. Berdiskusi dengan seluruh tim proyek di awal proyek desain, pada kenyataannya, dapat sangat bermanfaat untuk produk akhir dari proses desain, terutama ketika sangat penting untuk memenuhi tujuan desain untuk keberlanjutan dan efisiensi energi.
Baik insinyur maupun arsitek terlibat dalam pemecahan masalah. Jenis masalah yang mereka selesaikan berbeda, dengan para insinyur yang sering terlibat dalam pemilihan dan ukuran sistem dan arsitek yang terlibat dengan beragam jenis masalah potensial yang lebih luas, mulai dari penataan ruang yang logis hingga pemilihan sentuhan akhir hingga tampilan estetika fasad. Jenis-jenis masalah yang dihadapi para profesional mungkin membuat orang percaya bahwa pekerjaan insinyur murni teknis, sering kali melibatkan perhitungan, sementara pekerjaan arsitek bersifat kreatif dan non-teknis.
Namun, hal ini tidak sepenuhnya akurat, karena para insinyur dapat bekerja secara kreatif untuk mengembangkan solusi yang elegan untuk masalah desain, terutama ketika mereka dapat berkolaborasi secara produktif dengan para profesional desain lainnya di awal proses desain. Demikian pula, meskipun arsitek sering kali harus kreatif dan memiliki fokus pada estetika dan pengalaman pengguna, mereka juga harus memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang aspek teknis konstruksi.
Hal ini terutama terjadi dalam pengembangan detail untuk rakitan selubung bangunan, yang biasanya menjadi tanggung jawab arsitek. Aspek yang sama bagi arsitek dan insinyur adalah kebutuhan untuk memahami bahan dan produk bangunan dan bagaimana cara menggunakannya dengan baik dalam proyek bangunan.
Baik arsitek maupun insinyur juga harus memahami persyaratan kode dan memastikan bahwa desain mereka melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat. Meskipun kode yang mengatur aspek-aspek tertentu dari pekerjaan masing-masing mungkin berbeda, pengetahuan umum tentang persyaratan kode untuk disiplin ilmu lain akan bermanfaat bagi setiap profesional, karena hal ini memungkinkan tingkat kolaborasi yang lebih besar.
Setiap disiplin ilmu bertanggung jawab untuk menjaga integritas pekerjaan mereka dalam proyek, memiliki tanggung jawab etis kepada pengguna bangunan dan masyarakat secara umum. Dalam hal ini, standar profesional yang tinggi yang mereka pegang adalah hal yang umum untuk kedua profesi, seperti halnya penghargaan umum yang dimiliki oleh profesi tersebut di mata publik.
Keberhasilan sebuah proyek bangunan, serta keberhasilan firma arsitektur dan teknik yang menghasilkan desain mereka, bergantung pada kemampuan tim desain secara keseluruhan, yang meliputi arsitek dan insinyur, untuk bekerja sama dengan baik. Memahami persamaan dan perbedaan antara profesi arsitek dan insinyur, serta ruang lingkup pekerjaan masing-masing, dapat membantu keberhasilan sebuah proyek dan pada kenyataannya sangat penting untuk kolaborasi yang produktif. hal ini semakin nyata ketika proyek bangunan menjadi semakin kompleks (harus memenuhi berbagai macam tujuan dan batasan proyek).
Dengan kemajuan teknologi, profesional desain saat ini diharapkan oleh klien untuk menjadi lebih produktif dalam pekerjaan mereka, tetapi pada saat yang sama, kemajuan ini (baik dalam perangkat lunak desain dan kemajuan produk material) mengharuskan pengetahuan profesional untuk selalu diperbarui. Untuk memenuhi tuntutan ini, para insinyur dan arsitek harus terus belajar bagaimana bekerja sama dengan baik dalam lingkungan yang terus berubah ini, dan pemahaman yang menyeluruh tentang peran masing-masing dalam tim desain dan potensi setiap anggota tim desain merupakan langkah penting.
Tentang Penulis: Adam Castelli
Adam Castelli adalah seorang arsitek dan insinyur berlisensi yang saat ini berpraktik di daerah Pittsburgh. Ia memiliki gelar master di bidang arsitektur dari University of Massachusetts Amherst dan gelar sarjana di bidang teknik sipil dari Villanova University.
Disadur dari: schoolofpe.com
Teori Belajar
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Dalam ilmu sosial, pembingkaian (atau dikenal dalam bahasa Inggris: framing) terdiri atas serangkaian sudut pandang konsep dan teoretis tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi masyarakat melihat dan menyampaikan kenyataan.
Pembingkaian dapat terwujud dalam komunikasi atau pikiran antarpribadi. Frame-frame dalam pikiran terdiri atas penggambaran, interpretasi, dan penyederhanaan kenyataan. Frame-frame dalam komunikasi terdiri atas penyampaian frame di antara para pelaku yang berbeda. Framing adalah komponen kunci sosiologi, kajian tentang interaksi sosial di antara para manusia. Framing adalah bagian utuh dari pemrosesan dan penyampaian data dalam keseharian. Teknik-teknik sukses framing dapat digunakan untuk mengurangi ambiguitas topik-topik yang tidak dapat dipahami dengan menghubungkan informasi sedemikian rupa sehingga para penerimanya dapat terhubung dengan apa yang sudah mereka ketahui.
Dalam teori sosial, framing adalah skema interpretasi, sekumpulan anekdot dan stereotipe yang diandalkan oleh para individu untuk memahami dan merespons sebuah peristiwa. Dengan kata lain, orang-orang membangun "filter-filter" serangkaian kejiwaan melalui pengaruh kebudayaan dan biologis. Kemudian, mereka menggunakan filter-filter ini untuk memahami dunia. Pilihan-pilihan yang kemudian mereka buat dipengaruhi oleh penciptaan frame mereka.
Framing melibatkan konstruksi sosial dari fenomena sosial – oleh sumber-sumber media massa, pergerakan-pergerakan sosial atau politik, para pemimpin politik, atau organisasi dan para pelaku lainnya. Keterlibatan dalam komunitas bahasa tentunya memengaruhi persepsi individu mengenai makna yang dikaitkan dengan kata atau frasa. Secara politik, komunitas-komunitas bahasa periklanan, agama, dan media massa banyak diperebutkan, sedangkan framing dalam komunitas bahasa yang kurang dipertahankan mungkin berkembang tanpa terasa dan secara alami melalui kerangka-kerangka waktu kultural, dengan lebih sedikit bentuk-bentuk perdebatan terbuka.
Seseorang dapat memandang framing dalam komunikasi sebagai hal positif atau negatif tergantung pada hadirin dan jenis informasi yang disajikan. Framing dapat berada dalam bentuk emphasis frames, di mana dua atau lebih alternatif ekuivalen secara logis digambarkan dalam cara-cara (lihat framing effect) atau emphasis frames berbeda yang menyederhanakan kenyataan dengan berfokus pada himpunan bagian aspek-aspek relevan dari suatu situasi atau permasalahan. Dalam kasus equivalence frames, informasi yang dihadirkan berdasarkan fakta-fakta yang sama, tetapi kerangka yang tempat ia disajikan berubah sehingga menciptakan persepsi yang bergantung pada referensi.
Dampak framing dapat terlihat dalam jurnalisme: "frame" yang mengelilingi permasalahan dapat mengubah persepsi pembaca tanpa perlu mengubah fakta sebenarnya karena informasi yang sama digunakan sebagai dasarnya. Ini dilakukan melalui pilihan gambar-gambar dan kata-kata tertentu media untuk menutupi sebuah cerita (misalnya penggunaan kata fetus vs. kata bayi). Dalam konteks politik atau komunikasi media-massa, frame menjelaskan pengemasan elemen retorik sedemikian rupa seperti untuk mendorong tafsiran tertentu dan untuk mengecilkan hati orang lain. Untuk tujuan politik, framing sering menyajikan fakta-fakta sedemikian rupa yang mengimplikasikan masalah yang memerlukan solusi. Para anggota partai politik berupaya untuk membingkai permasalahan sedemikian rupa sehingga membuat solusi untuk mendukung kecenderungan politik mereka sebagai tindakan yang paling tepat untuk situasi yang dihadapi.
Sebagai contoh: Saat kita ingin menjelaskan suatu peristiwa, pemahaman kita sering berdasarkan pada tafsiran (frame). Jika seseorang membuka dan menutup mata dengan cepat, kita menanggapi secara berbeda tergantung pada apakah kita menafsirkannya sebagai "physical frame" (mereka mengerjapkan mata) atau "social frame" (mereka berkedip). Mereka mengerjapkan mata mungkin karena butiran debu (menghasilkan ketidaksengajaan dan bukan reaksi berarti lainnya). Mereka berkedip mungkin dapat berarti tindakan sengaja dan penuh arti (misalnya untuk menyampaikan humor hingga persekongkolan).
Para pengamat akan membaca peristiwa-peristiwa yang dilihat sebagai murni fisik atau dalam bingkai "alam" berbeda dari yang dilihat terjadi dengan frame-frame sosial. Namun, kita tidak melihat sebuah peristiwa dan menerapkan frame kepada peristiwa tersebut. Sebaliknya, para individu terus-menerus memproyeksikan frame interpretatif ke dunia sekitar mereka yang memungkinkan mereka untuk memahaminya; kita hanya menggeser frame-frame (atau menyadari kalau kita telah menerapkan frame secara kebiasaan) saat keganjilan membutuhkan pergeseran frame. Dengan kata lain, kita hanya menyadari frame-frame yang telah kita gunakan saat sesuatu memaksa kita untuk mengganti suatu frame dengan frame lainnya.
Meskipun beberapa menganggap framing sama dengan agenda setting, para ilmuwan lain menyatakan adanya perbedaan. Menurut artikel yang ditulis Donald H. Weaver, framing menyeleksi aspek-aspek tertentu dari permasalahan dan membuatnya lebih menonjol untuk memperoleh interpretasi tertentu dan penilaian-penilaian masalah, sedangkan agenda setting mengenalkan topik masalah untuk meningkatkan arti penting dan keterkaitannya.
Dalam penelitian komunikasi
Dalam komunikasi, framing menggambarkan bagaimana media berita membentuk opini publik.
Tulisan Richard E. Vatz tentang penciptaan makna retoris secara langsung mengarah kepada framing, walaupun beliau hanya merujuknya sedikit. Intinya, pengaruh-pengaruh framing mengacu pada strategi-strategi sikap atau perilaku dan/untuk hasil yang ada tergantung bagaimana potongan informasi yang diberikan dibingkai dalam wacana publik. Dewasa ini, banyak volume jurnal-jurnal komunikasi ternama berisi naskah-naskah tentang frame media dan pengaruh-pengaruh framing. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam naskah-naskah tersebut secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: kajian framing sebagai variabel bebas dan kajian framing sebagai variabel terikat. Awalnya biasanya berurusan dengan frame building (yaitu bagaimana frame-frame menciptakan wacana masyarakat mengenai sebuah masalah dan bagaimana frame-frame yang berbeda diangkat oleh para jurnalis) dan kemudian mengulas frame setting (yaitu bagaimana media framing memengaruhi pemirsa).
Frame building
Penelitian frame-building biasanya mengenali setidaknya tiga rangkaian utama pengaruh yang dapat memengaruhi cara jurnalis membingkai suatu masalah:
Erving Goffman menekankan peran konteks budaya sebagai pembentuk frame-frame saat beliau mengemukakan bahwa maksud frame mengandung akar-akar budaya. Ketergantungan konteks frame-frame media ini telah digambarkan sebagai 'resonansi budaya' atau 'kesetiaan naratif'. Sebagai contoh, kebanyakan orang mungkin tidak menyadari frame dalam kisah-kisah tentang pemisahan gereja dan negara karena umumnya media tidak membingkai kisah-kisah tersebut dari sudut pandang agama.
Frame setting
Saat masyarakat dihadapkan pada bingkai berita baru, mereka akan menerima konstruksi yang dibuat berlaku untuk sebuah masalah, tetapi secara signifikan mereka lebih mungkin untuk melakukannya saat mereka memiliki skema yang ada untuk konstruksi tersebut. Inilah yang disebut efek penerapan. Artinya, ketika frame-frame baru mengundang orang untuk menerapkan skema yang ada pada masalah, implikasi dari penerapan itu sebagian bergantung pada apa yang ada di dalam skema tersebut. Oleh karena itu, secara umum, lebih banyak pendengar mengetahui tentang permasalahan, lebih efektif frame-frame tersebut.
Terdapat sejumlah level dan tipe pengaruh framing yang telah diteliti. Contohnya, para ilmuwan berfokus pada perubahan sikap dan tindakan, derajat kepentingan masalah yang dirasakan, keputusan pemungutan suara, dan pembentukan opini. Para ilmuwan lain tertarik pada proses-proses psikologis daripada penerapan. Misalnya, Iyengar mengungkapkan bahwa berita tentang permasalahan sosial dapat memengaruhi tanggung jawab atribusi kausal dan pengobatan, pengaruh yang diamati dalam penilaian-penilaian dan respons kognitif pemimpin politik, atau ilmuwan lain melihat kepada efek framing terhadap gaya pemrosesan penilaian dan kompleksitas pikiran anggota pendengar mengenai permasalahan. Kajian-kajian frame setting juga membahas bagaimana frame-frame dapat memengaruhi bagaimana seseorang berpikir tentang masalah (kognitif) atau merasakan masalah (afektif).
Dalam penelitian komunikasi massa
Media berita membingkai semua butir berita dengan menekankan nilai-nilai tertentu, fakta-fakta, dan pertimbangan lainnya dan memberikan mereka dengan penerapan nyata yang lebih besar untuk membuat keputusan-keputusan terkait. Media berita mendukung definisi, tafsiran, evaluasi, dan rekomendasi khusus.
Landasan dalam penelitian komunikasi
Anthropologis Gregory Bateson pertama kali mendefinisikan framing sebagai "ikatan spasial dan temporal dari serangkaian pesan-pesan interaktif" (dalam A Theory of Play and Fantasy, 1954, diproduksi kembali dalam buku Steps to an Ecology of Mind pada tahun 1972).
Sumber sosiologis penelitian media framing
Penelitian media framing mempunyai akar psikologis dan sosiologis. Framing sosiologis berfokus pada "kata-kata, gambar-gambar, frasa-frasa, dan gaya presentasi" yang digunakan para komunikator saat menyampaikan informasi kepada penerima. Penelitian frame-frame dalam penelitian media yang digerakkan secara sosiologis umumnya meneliti pengaruh "norma-norma dan nilai-nilai sosial, kendala-kendala dan tekanan-tekanan organisatoris, tekanan kelompok-kelompok kepentingan, rutinitas jurnalistik, dan orientasi-orientasi ideologis atau politis jurnalis" dalam frame-frame yang berada dalam konten media.
Todd Gitlin, dalam analisisnya tentang cara media berita meremehkan gerakan New Left siswa pada tahun 1960-an termasuk yang pertama meneliti frame-frame dari sudut pandang sosiologis. Gitlin menulis, frame-frame adalah "pola-pola tetap kognisi, tafsiran-tafsiran, dan presentasi pilihan [dan] menekankan ... [bahwa] sebagian besar tidak diucapkan dan diakui ... [dan] mengatur dunia bagi para jurnalis [serta] kami yang membaca pemberitaan mereka".
Sumber psikologis penelitian media framing
Penelitian tentang frame-frame dalam media penelitian berbasis psikologi umumnya menguji pengaruh-pengaruh frame-frame media terhadap mereka yang menerimanya. Sebagai contoh, Iyengar menjelajahi pengaruh episodik dan tematik frame-frame berita terhadap atribusi tanggung jawab untuk permasalahan politik termasuk kejahatan, terorisme, kemiskinan, pengangguran, dan ketidaksetaraan ras.[21] Menurut Iyengar, frame berita episodik "mengambil bentuk studi kasus atau pemberitaan berorientasi acara dan menggambarkan permasalahan publik dalam ketentuan contoh-contoh konkret", dengan kata lain berfokus pada tempat spesifik dalam waktu khusus. Frame berita tematik "menempatkan permasalahan publik dalam beberapa konteks umum abstrak ... mengarah kepada hasil atau kondisi umum, contohnya menjelajahi kesamaan yang terjadi di sejumlah waktu dan tempat. Iyengar menemukan bahwa kebanyakan laporan berita, contohnya kemiskinan, adalah laporan berita episodik. Kenyataannya, pada analisis konten enam tahun berita televisi, Iyengar menemukan bahwa penonton berita biasa akan dua kali lebih mungkin menjumpai laporan berita episodik daripada laporan berita televisi tematik tentang kemiskinan.
Selanjutnya, hasil-hasil percobaan menunjukkan para pemirsa yang lebih dari dua kali menonton liputan berita episodik kemiskinan lebih mungkin mengaitkan tanggung jawab kemiskinan kepada masyarakat miskin itu sendiri alih-alih masyarakat umum daripada pemirsa yang menonton liputan berita tematik kemiskinan. Berkaitan dengan keunggulan framing episodik tentang kemiskinan, Iyengar memperdebatkan bahwa berita televisi mengalihkan tanggung jawab kemiskinan dari pemerintah dan masyarakat ke orang miskin itu sendiri. Setelah meneliti analisis konten dan data percobaan terhadap permasalahan politik dan kemiskinan, Iyengar menyimpulkan bahwa frame-frame berita episodik mengalihkan atribusi tanggung jawab politik warga negara dari masyarakat dan para elit politik, memungkinkan mereka lebih sedikit mendukung upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah itu dan mengaburkan hubungan-hubungan di antara permasalahan tersebut dan tindakan-tindakan resmi terpilih mereka atau kekurangannya.
Visual Framing
Visual framing mengacu pada proses penggunaan gambar-gambar untuk menggambarkan bagian-bagian tertentu dari kenyataan.
Visual dapat digunakan untuk mewujudkan makna di samping framing tekstual. Bentuk teks dan bentuk visual berfungsi paling baik secara bersamaan. Kemajuan dalam teknologi berbasis layar dan cetak telah menghasilkan penggabungan dua bentuk tersebut dalam penyebaran informasi. Karena tiap-tiap bentuk punya batasannya, mereka paling bagus digunakan bersama dan saling dikaitkan dalam membentuk makna.
Gambar-gambar lebih disukai daripada teks karena membutuhkan lebih sedikit muatan kognitif dan lebih sedikit membosankan daripada kata-kata. Dari sudut pandang psikologis, gambar-gambar mengaktifkan sel-sel saraf pada mata untuk mengirim informasi ke otak. Gambar-gambar juga memiliki nilai atraksi tinggi dan dapat membangkitkan daya tarik emosional yang lebih kuat. Dalam konteks framing, gambar-gambar dapat mengaburkan fakta-fakta dan permasalahan dalam usaha untuk membingkai informasi. Visual-visual terdiri dari alat-alat retoris seperti metafora, penggambaran, dan simbol-simbol untuk menggambarkan adegan atau konteks peristiwa secara grafis dalam upaya untuk membantu kita memahami lebih baik dunia di sekitar kita. Gambar-gambar dapat memiliki keterkaitan satu per satu antara apa yang ditangkap kamera dan representasinya di dunia nyata.
Bersamaan dengan meningkatkan pemahaman, visual juga dapat meningkatkan tingkat penyimpanan dan membuat informasi lebih mudah untuk diingat. Karena sifat gambar yang seimbang, aturan-aturan tata bahasa tidak berlaku.
Menurut para peneliti, framing tercermin dalam empat model tingkatan yang mengidentifikasi dan menganalisis frame-frame visual sebagai berikut: visual-visual sebagai sistem denotatif, visual-visual sebagai sistem semiotika-stilistika, visual-visual sebagai sistem konotatif, dan visual sebagai perwakilan ideologis.
Para peneliti berhati-hati agar tidak hanya mengandalkan gambar-gambar untuk memahami informasi. Karena gambar-gambar lebih banyak memegang kekuatan dan lebih terkait pada kenyataan, kita dapat mengabaikan potensi manipulasi dan pembabakan dan salah menganggap ini sebagai bukti.
Gambar-gambar dapat menjadi perwakilan ideologi dengan memastikan prinsip-prinsip dasar yang membentuk atribut-atribut dasar kita dengan mengombinasikan simbol dan fitur gaya gambar ke dalam proses penafsiran koheren.
Suatu penelitian menunjukkan visual framing menonjol dalam liputan berita, terutama dalam kaitannya terhadap politik. Gambar-gambar yang bermuatan emosi dipandang sebagai alat menonjol untuk membingkai pesan-pesan politik. Visual framing bisa menjadi efektif dengan menaruh penekanan dalam aspek spesifik sebuah masalah, taktik yang biasa digunakan dalam penggambaran berita konflik dan perang dikenal sebagai empathy framing. Visual framing yang memiliki daya tarik emosional bisa dibilang lebih menonjol.
Tipe framing ini dapat diterapkan ke konteks lain, termasuk atletik-atletik dalam kaitannya dengan disabilitas atletik. Visual framing dalam konteks ini dapat menafsirkan kembali sudut pandang tentang ketidakmampuan atletik dan fisik, suatu stereotipe media yang sudah ada sebelumnya.
Mengklarifikasi dan membedakan "paradigma retak"
Kemungkinan karena penggunaannya dalam lintas ilmu-ilmu sosial, frame telah ditetapkan dan digunakan dalam banyak cara yang terpisah. Entman menyebut framing "konseptualisasi yang menyebar" dan "paradigma retak" yang "sering ditetapkan secara begitu saja dengan banyak diserahkan kepada pemahaman diam-diam yang diasumsikan pembaca". Dalam upaya menyediakan lebih banyak kejelasan konseptual, Entman menunjukkan bahwa frame-frame "memilih beberapa aspek kenyataan yang dirasakan dan membuatnya lebih menonjol dalam teks berkomunikasi sedemikian rupa sehingga mendorong definisi masalah tertentu, penafsiran kausal, evaluasi moral, dan/atau rekomendasi perawatan untuk barang yang digambarkan". Konseptualisasi framing Entman[16]yang menyebutkan frame-frame bekerja dengan mengangkat potongan-potongan tertentu dalam arti penting, berada sejalur dengan penelitian awal tentang dasar-dasar psikologis framing effect (lihat juga Iyengar yang memperdebatkan jika aksesbilitas adalah penjelasan utama psikologis untuk keberadaan pengaruh-pengaruh framing). Wyer dan Srull menjelaskan susunan aksesibilitas sebagai berikut.
Argumen yang mendukung aksesibilitas sebagai proses psikologis yang mendasari dapat diringkas sebagai berikut: Karena masyarakat sangat mengandalkan media berita untuk informasi peristiwa-peristiwa publik, informasi yang paling mudah diakses tentang peristiwa-peristiwa publik sering hadir dari peristiwa-peristiwa publik yang mereka konsumsi. Argumen ini juga disebut sebagai dukungan dalam debat mengenai apakah framing harus dimasukkan oleh teori agenda-setting sebagai bagian level kedua dari agenda setting. McCombs dan para peneliti agenda-setting lainnya secara umum setuju jika framing harus digabungkan bersama priming, di bawah ruang lingkup agenda setting sebagai model kompleks efek-efek media yang menghubungkan produksi media, konten, dan efek-efek pemirsa. Tentu saja, McCombs, Llamas, Lopez-Escobar, dan Rey membenarkan percobaan mereka untuk menggabungkan penelitian framing dan agenda-setting dengan asumsi penghematan.
Namun, Scheufele membantah bahwa tak seperti agenda setting dan priming, framing tidak bersandar sepenuhnya terhadap aksesibilitas sehingga tidak tepat untuk menggabungkan framing dengan agenda seeting dan priming untuk kepentingan penghematan. Bukti-bukti empiris kelihatannya mempertahankan klaim Scheufele. Sebagai contohnya, Nelson, Clawson, dan Oxley secara empiris menunjukkan bahwa penerapan adalah kuncinya, alih-alih ciri khas. Mengukur aksesibilitas dalam ketentuan-ketentuan latensi jawaban-jawaban responden yang hasil-hasil informasinya lebih mudah diakses dalam waktu-waktu respons yang lebih cepat, Nelson, Clawson, dan Oxley menunjukkan bahwa aksesibilitas diperhitungkan hanya untuk proporsi kecil terhadap perubahan dalam efek-efek framing, sementara penerapan diperhitungkan untuk perubahan proporsi besar. Akan tetapi, menurut Nelson dan rekan-rekan, "frame-frame memengaruhi pendapat dengan menekan nilai-nilai spesifik, fakta-fakta, dan pertimbangan-pertimbangan lain, memberikannya dengan relevansi nyata yang lebih besar terhadap masalah daripada yang tampaknya mereka miliki di bawah frame alternatif."
Dengan kata lain, ketika penelitian awal mengesankan bahwa dengan menyoroti aspek-aspek tertentu permasalahan, frame membuat pertimbangan tertentu lebih mudah diakses dan lebih mungkin digunakan dalam proses penilaian, penelitian terkini mengesankan bahwa frame bekerja dengan membuat pertimbangan tertentu lebih mudah diterapkan dan lebih relevan pada proses penilaian.
Equivalency lawan emphasis: dua tipe frame dalam penelitian media
Chong dan Druckman mengacu penelitian framing memiliki fokus utama pada dua tipe frame: equivalency frames dan emphasis frames. Equivalency frames mengesankan "frasa-frasa berbeda, tetapi ekuivalen secara logis", yang menyebabkan para individu mengubah pilihan mereka. Equivalency frames sering diucapkan dalam istilah-istilah "keuntungan" versus "kekalahan". Contohnya, Kahneman dan Tversky meminta para pemirsa memilih di antara dua tanggapan kebijakan "gain-framed" terhadap hipotesis wabah penyakit yang diperkirakan membunuh 600 orang. Respons A akan menyelamatkan 200 orang, Respons B memiliki sepertiga kemungkinan menyelamatkan semua orang, tetapi dua pertiga kemungkinan tidak menyelamatkan siapa-siapa. Para partisipan A sangat memilih Respons A yang dirasa lebih sedikit opsi berisikonya. Kahneman dan Tversky meminta para partisipan lain untuk memilih di antara dua respons kebijakan "loss-framed" ekuivalen terhadap wabah penyakit yang sama. Pada kondisi ini, Respons A akan membunuh 400 orang, Respons B memiliki sepertiga kemungkinan tidak membunuh siapa pun, tetapi dua pertiga kemungkinan membunuh semua orang. Walaupun pilihan-pilihan ini identik secara matematis dengan opsi yang diberikan dalam kondisi "gain-framed", para partisipan sangat memilih Respons B, opsi yang berisiko. Kemudian, Kahneman dan Tversky membuktikan bahwa saat diutarakan dalam istilah-istilah potential gains, masyarakat cenderung memilih opsi yang mereka rasa lebih sedikit risikonya (yaitu sure gain). Kebalikannya, saat dihadapkan dengan kerugian potensial, masyarakat cenderung memilih opsi yang berisiko.
Tak seperti equivalency frames, emphasis frames mengesankan "pertimbangan yang berbeda secara kualitatif, tetapi relevan secara potensial" yang digunakan para individu untuk membuat penilaian. Perlu dicatat jika framing berbeda dengan agenda-setting. Emphasis framing mewakili perubahan dalam struktur komunikasi untuk membangkitkan skema kognitif tertentu. Agenda setting bergantung pada frekuensi atau keunggulan pesan-pesan permasalahan untuk memberi tahu masyarakat apa yang harus dipikirkan. Emphasis framing mengacu pada pengaruh struktur pesan dan agenda setting mengacu pada pengaruh kepentingan konten. Contohnya, Nelson, Clawson, dan Oxley menampakkan pada para partisipan berita yang menampilkan rencana Ku Klux Klan untuk menjalankan rapat. Para partisipan dalam suatu keadaan membaca berita yang membingkai isu tersebut dalam istilah masalah keamanan publik, sedangkan para partisipan dalam keadaan lain membaca berita yang membingkai isu tersebut dalam istilah pertimbangan kebebasan berbicara. Para peserta yang tertuju pada kondisi keamanan publik memandang penerapn keamanan publik untuk menentukan apakah Klan harus diperbolehkan untuk mengadakan rapat dan seperti yang diperkirakan, menunjukkan toleransi lebih rendah terhadap hak-hak Klan untuk mengadakan rapat. Namun, para partisipan yang tertuju pada kondisi kebebasan berbicara memandang penerapan kebebasan berbicara untuk memutuskan apakah Klan perlu diizinkan untuk mengadakan rapat, seperti yang diperkirakan, menunjukkan toleransi lebih besar terhadap hak-hak Klan untuk mengadakan rapat.
Framing Dalam Keuangan
Pembalikan preferensi dan fenomena terkait lainnya memiliki relevansi yang lebih luas dalam ekonomi perilaku karena bertentangan dengan prediksi pilihan rasional, dasar ekonomi tradisional. Bias-bias framing memengaruhi keputusan investasi, peminjaman, membuat salah satu tema behavioral finance.
Framing dalam psikologi dan ekonomi
Daniel Kahneman
Artikel utama: Framing effect (psychology)
Amos Tversky dan Daniel Kahneman telah menunjukkan jika framing dapat sangat memengaruhi hasil akhir dari choice problems (yakni pilihan yang dibuat seseorang) sehingga sejumlah aksioma klasik dari pilihan rasional tidaklah benar. Hal ini mengarah kepada perkembangan teori prospek.
Konteks atau framing of problems diangkat oleh hasil-hasil pembuat keputusan dalam bagian dari manipulasi ekstrinsik yang ditawarkan pilihan-pilihan keputusan, sekaligus dari paksaan-paksaan intrinsik pada para pembuat keputusan, misalnya norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, dan perangai unik mereka.
Desmonstrasi eksperimental
Tversky dan Kahneman (1981) mendemonstrasikan secara sistematik saat masalah yang sama disajikan dalam cara-cara berbeda, misalnya pada masalah penyakit Asia. Para partisipan diminta untuk "membayangkan jika AS bersiap untuk wabah penyakit Asia tak biasa yang diperkirakan membunuh 600 orang. Dua program alternatif untuk melawan wabah penyakit telah diajukan. Simpulkan perkiraan ilmiah yang tepat dari konsekuensi program sebagai berikut."
Kelompok partisipan pertama disajikan dengan pilihan di antara program-program: Dalam kelompok 600 orang,
72 persen partisipan lebih memilih program A (28% sisanya memilih program B).
Grup partisipan kedua disajikan dengan pilihan sebagai berikut, yakni dalam kelompok 600 orang,
Dalam frame keputusan ini, 78% lebih memilih program D, dengan 22% sisanya memilih program C.
Program A dan C identik, begitu pula program B dan D. Perubahan dalam frame penentuan di antara dua kelompok partisipan menghasilkan pembalikan preferensi: saat program-program disajikan dengan istilah penyelamatan nyawa, para partisipan lebih memilih program yang aman, A (= C). Saat program disajikan dalam istilah kematian yang diperkirakan, partisipan memilih risiko D (= B).
Pengaruh mutlak dan relatif
Pengaruh-pengaruh framing timbul karena seseorang dapat sering membingkai keputusan menggunakan banyak skenario mana yang mungkin mengungkapkan manfaat baik sebagai pengurangan risiko relatif (RRR), atau sebagai pengurangan risiko mutlak (ARR). Kendai ekstrinsik terhadap perbedaan-perbedaan kognitif (antara toleransi risiko dan antisipasi penghargaan) yang diangkat para pembuat keputusan dapat terjadi lewat mengubah presentasi risiko relatif dan keuntungan-keuntungan absolut.
Umumnya, masyarakat lebih memilih keputusan mutlak yang melekat pada efek positif framing yang menawarkan jaminan perolehan. Saat opsi-opsi keputusan muncul dibingkai sebagai likely gain, pilihan-pilihan yang menolak risiko menonjol.
Pergeseran terhadap tingkah laku pencari risiko terjadi saat pembuat keputusan membingkai keputusan dalam ketentuan-ketentuan negatif, atau mengangkat pengaruh negatif framing.
Dalam pembuatan keputusan medis, framing bias paling baik dihindari dengan menggunakan ukuran mutlak kemanjuran.[35]
Penelitian frame-manipulation
Para peneliti menemukan bahwa masalah-masalah keputusan framing dalam sorotan positif umumnya menghasilkan pilihan yang lebih sedikit risikonya; dengan framing negatif permasalahan, cenderung lebih berisiko pilihannya.
Pada sebuah penelitian oleh para peneliti Dartmouth Medical School, 57% subjek memilih pengobatan saat disajikan dengan keuntungan-keuntungan dalam istilah-istilah relatif, sedangkan 14.7% memilih pengobatan yang keuntungannya disajikan dalam istilah-istilah mutlak. Lebih lanjut, pertanyaan pasien menunjukkan bahwa, karena subjek mengabaikan risiko pokok penyakit, mereka memandang manfaat menjadi lebih besar saat ditunjukkan dalam ketentuan-ketentuan relatif .
Model-model teoretis
Para peneliti telah mengajukan bermacam-macam model menjelaskan pengaruh framing.
Neuroimaging
Para ahli saraf kognitif telah mengaitkan efek framing pada aktivitas saraf di amygdala dan mengidentifikasi bagian otak lain, korteks prefrontal (OMPFC) orbital dan medial yang muncul untuk memoderasi peran emosi terhadap keputusan. Menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk mengamati aktivitas otak selama tugas pembuatan keputusan, mereka mengamati aktivitas yang lebih besar di OMPFC dari subjek penelitian yang kurang rentan terhadap efek framing.
Dalam sosiologi
Teori framing dan analisis frame memberikan pendekatan teoretis luas yang telah digunakan analis dalam kajian-kajian komunikasi, berita (Johnson-Cartee, 1995), politik, dan pergerakan sosial (di antara penerapan).
Menurut Bert Klandermans, "konstruksi sosial frame-frame tindakan kolektif" melibatkan "wacana publik, yaitu antarmuka wacana media dan interaksi antarpersonal; komunikasi persuasif saat kampanye-kampanye oleh organisasi-organisasi pergerakan, para lawan dan organisasi kontra-gerakan mereka; dan peningkatan kesadaran selama episode tindakan kolektif".
Sejarah
Word-selection telah menjadi komponen retorik.
Kebanyakan juru ulas menyematkan konsep framing terhadap kerja Erving Goffman mengenai analisis frame dan mengarahkan pada buku tahun 1974, Frame analysis: An essay on the organization of experience. Goffman menggunakan ide frame untuk melabeli "skemata interpretasi" yang membolehkan para individu atau kelompok "untuk meletakkan,melihat, mengidentifikasi, dan melabeli" peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian, sehingga memberikan makna, mengatur pengalaman, dan membimbing tindakan.Konsep framing Goffman berkembang dari karyanya pada tahun 1959, The Presentation of Self in Everyday Life, sebuah ulasan dari manajemen impresi. Karya-karya ini bisa dibilang bergantung pada konsep imej karya Kenneth Boulding.
Gerakan-gerakan sosial
Para sosiologis telah memanfaatkan framing untuk menjelaskan proses pergerakan sosial.Pergerakan bertindak sebagai pembawa kepercayaan dan ideologi (bandingkan meme), terlebih lagi, mereka berjalan sebagai bagian proses membangun makna untuk para partisipan dan penentang (Snow & Benford, 1988). Para sosiologis menganggap mobilisasi pergerakan massa "sukses" saat frame-frame yang diproyeksikan sejajar dengan frame partisipan untuk menghasilkan resonansi antara kedua pihak. Para peneliti framing membicarakan proses ini sebagai frame re-alignment.
Frame-alignment
Snow dan Benford (1988) menganggap deretan frame (frame-alignment) sebagai elemen penting dalam pergerakan atau perpindahan sosial. Mereka memperdebatkan bahwa saat frame-frame individu terhubung dalam keselarasan dan saling melengkapi, "frame alignment" terjadi,memproduksi "frame resonance", katalis dalam proses grup yang melakukan transisi dari sebuah frame ke frame lain (meskipun tidak semua upaya-upaya framing membuktikan kesuksesan). Persyaratan yang mempengaruhi atau memaksa upaya-upaya framing termasuk berikut ini.
Snow dan Benford (1988) mengusulkan bahwa begitu seseorang telah membangun frame-frame tepat seperti yang dijabarkan di atas, perubahan skala besar dalam masyarakat seperti kepentingan untuk pegerakan sosial itu dapat dicapai melalui frame-alignment.
Tipe-tipe
Frame-alignment muncul dalam empat bentuk: frame bridging, frame amplification, frame extension dan frame transformation.
Saat ini terjadi, pengamanan peserta dan dukungan membutuhkan nilai-nilai baru, makna-makna baru, dan pemahaman. Goffman (1974, hal. 43–44) menyebut hal ini "kunci", saat "para aktivis, peristiwa, dan biografi yang telah bermakna dari sudut beberapa framework utama, dalam ketentuan-ketentuan framework lain" (Snow dkk., 1986, hal. 474) sedemikian rupa sehingga mereka terlihat berbeda. Dua tipe transformasi frame berwujud
Sebagai kritik retorik
Walaupun pemikiran language-framing telah dijelajah sebelumnya oleh Kenneth Burke (saringan-saringan terministik), peneliti komunikasi politik Jim A. Kuypers pertama kali menerbitkan karya analisis frame (framing analysis) terdahulu sebagai sudut pandang retorik dalam 1997. Pendekatannya dimulai secara induktif dengan mencari tema-tema yang bertahan sepanjang waktu dalam sebuah teks (bagi Kuypers, utamanya narasi berita terhadap masalah atau peristiwa) dan kemudian menentukan bagaimana tema-tema tersebut dibingkai. Penelitian Kuypers diawali dengan asumsi bahwa frame adalah entitas retorik kuat yang "menyebabkan kita menyaring persepsi kita terhadap dunia dalam cara yang khusus, pada dasarnya membuat beberapa aspek kenyataan multi-dimensional kita lebih terlihat daripada aspek lainnya. Frame berjalan dengan membuat beberapa informasi lebih menonjol daripada informasi lainnya...."
Pada esainya tahun 2009 "Framing Analysis" dalam Rhetorical Criticism: Perspectives in Action dan esainya tahun 2010 "Framing Analysis as a Rhetorical Process", Kuypers memberikan konsep detail untuk melakukan analisis framing dari sudut pandang retorika. Menurut Kuypers, "Framing adalah proses saat para komunikator secara sadar ataupun tidak, bertindak untuk membangun sudut pandang yang mendorong fakta-fakta situasi tertentu untuk ditafsirkan oleh orang lain dengan cara tertentu. Frame-frame bekerja dalam empat cara kunci: mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, membuat pertimbangan moral, dan menyarankan pengobatan. Frame-frame sering ditemukan dalam akun narasi sebuah isu atau peristiwa dan umumnya pusat ide pengorganisasian." Penelitian Kuypers berdasarkan pada premis bahwa framing adalah proses retoris dan karenanya paling bagus diteliti dari sudut pandang retoris. Menyembuhkan masalah bukanlah retoris dan paling baik diserahkan kepada pengamat.
Dalam wacana lingkungan
Sejarah aktivisme iklim
Aktivisme iklim secara teratur terbentuk dan terbentuk kembali oleh dialog pada tingkat lokal, nasional, dan internasional berkaitan dengan perubahan iklim sekaligus oleh nilai-nilai dan norma-norma masyarakat.
Diawali dengan pergerakan transendental pada abad 19 ketika Henry David Thoreau menulis novel On Walden Pond merinci pengalamannya dengan lingkungan alam dan ditambah oleh karya transendental lainnya seperti Ralph Waldo Emerson, aktivisme iklim telah mengambil banyak bentuk. John Muir, yang juga dari akhir abad 19, menyarankan pelestarian Bumi untuk kepentingannya sendiri, membangun Sierra Club. Kumpulan esai Aldo Leopold tahun 1949, A Sand County Almanac, membentuk “etika tanah” dan telah mengatur tahap untuk etika lingkungan modern, menyerukan konservasi dan pelestarian alam dan hutan belantara. Silent Spring karya Rachel Carson yang diterbitkan pada 1962, mengungkapkan bahaya pestisida bagi kesehatan manusia dan lingkungan dan dengan berhasil menganjurkan enghentian penggunaan DDT.
Konsep perubahan iklim dan kemudian ruang aktivisme berkaitan dengan iklim mulai berkembang pada tahun 1970-an. Hari Bumi pertama berlangsung pada 22 April, 1970. Dekade-dekade berikutnya menjadi saksi berdirinya Greenpeace, Earth First!, Program Lingkungan PBB (UNEP), dan Konvensi Kerangka Kerja PBB terhadap Perubahan Iklim (UNFCCC).
Dokumen-dokumen iklim penting dalam 30 tahun terakhir di antaranya termasuk "Rio Declaration", "Kyoto Protocol", "Paris Climate Agreement", dan "Global Youth Climate Action Declaration".
Yang terbaru, Peoples’ Climate March dan Global Climate Strike telah berkembang menjadi peristiwa-peristiwa yang dihadiri oleh berjuta-juta warga sipil dan aktivis seluruh dunia setiap tahun. Aktivitas iklim telah dihidupkan kembali oleh pemberontakan kaum muda di garis depan dialog dan advokasi. Greta Thunber, seorang wanita muda asal Swedia menginisiasi Fridays for Future yang kini memiliki cabang aktif di sejumlah negara di seluruh dunia. Grup iklim aktif lainnya yang dipimpin oleh pemuda termasuk di antaranya Extinction Rebellion, Sunrise Movement, SustainUS, Global Youth Climate Action Declaration (GYCAD), ZeroHour, bekerja di tingkat lokal dan lintasnegara.
Motivasi dan dukungan individu
Motivasi individu untuk mengatasi perubahan iklim adalah landasan mengenai dibangunnya tindakan kolektif. Proses-proses pembuatan keputusan diinformasikan oleh segudang faktor termasuk nilai-nilai, kepercayaan, dan tingkah laku normatif. Di Amerika Serikat, para individu paling efektif dimotivasi untuk mendukung kebijakan perubahan iklim ketika frame kesehatan publik digunakan. Frame ini mengurangi rasa ambiguitas dan disosiasi sering ditimbulkan oleh pembicaraan tentang pencairan lapisan es dan emisi karbon dengan menempatkan masalah iklim dalam konteks lokal untuk individu, baik di negara, negara bagian, atau kota mereka.
Perubahan iklim, sebagai masalah yang belum ditetapkan sebagai keyakinan normatif sering menjadi subjek perbedaan pendapat dalam menghadapi aktivisme dan advokasi.Para aktivis yang terlibat dalam advokasi akar rumput untuk memperoleh perilaku yang lebih pro-lingkungan dalam grup sosial mereka, bahkan mereka yang terlibat dalam konfrontasi halus adalah subjek terhadap reaksi negatif dan konsekuensi sosial di hadapan oposisi. Selain itu, perubahan iklim memiliki kapasitas untuk ditetapkan sebagai isu moral karena efek antropogenik terhadap planet dan kehidupan manusia lainnya, tetapi ada hambatan psikologis terhadap dukungan perubahan iklim dan motivasi selanjutnya untuk bertindak dalam menanggapi keperluan akan intervensi.Sebuah artikel dalam jurnal Nature Climate Change oleh Ezra Markowitz dan Azim Shariff menekankan enam tantangan psikologis, tercantum di bawah ini, yang ditimbulkan oleh perubahan iklim pada sistem penilaian moral manusia.
Dire Messaging
Aktivisme iklim menyatakan dirinya melalui berbagai ekspresi. Suatu aspek framing perubahan iklim yang umumnya dikenali adalah dire messaging yang telah dikritik sebagai penggelisah dan pesimistik, mengakibatkan penolakan pesan berbasis bukti.
Teori just-world yang mendukung gagasan bahwa beberapa individu harus bergantung pada pengandaian mengenai dunia yang adil untuk mendukung keyakinan. “Penelitian mengenai teori dunia yang adil telah menunjukkan bahwa saat kebutuhan para individu mempercayai dunia adil terancam, mereka biasanya menggunakan tanggapan defensif, seperti penolakan atau rasionalisasi informasi yang mengancam keyakinan dunia adil mereka”. Dalam kasus perubahan iklim, gagasan dire messaging sangat penting untuk memahami apa yang memotivasi aktivisme. Contohnya, memiliki rasa takut perubahan iklim “dikaitkan pada ketidakmampuan diri untuk mencegahnya dapat mengakibatkan penarikan diri, sedangkan mempertimbangkan orang lain bertanggung jawab dapat mengakibatkan kemarahan".
Pada penelitian tahun 2017, ditemukan bahwa aktivis yang diwawancarai dari Global North merangkul rasa takut sebagai motivasi, tetapi “menekankan harapan, menolak rasa bersalahh, dan memperlakukan kemarahan dengan hati-hati". Para aktivis yang diwawancarai dari Global South mengindikasikan bahwa mereka “alih-alih lebih ketakutan, kurang harapan, dan lebih marah, menganggap rasa bersalah – tanggung jawab – ke negara-negara bagian utara. Perbedaan-perbedaan ini mungkin mengindikasikan pendekatan aktivis yang relatif terdepolitisasi terhaadap perubahan iklim di utara, sebagai lawan dari pendekatan yang lebih terpolitisasi di selatan”.
Penelitian tahun 2017 menunjukkan bahwa rasa takut memotivasi aksi lewat meningkatkan kesadaran ancaman bencana iklim. Potensi rasa takut yang melumpuhkan dimediasi oleh harapan: harapan mendorong aksi, sementara aksi kolektif menghasilkan harapan sembari mengelola rasa takut. Kapasitas waspada bahaya rasa takut dirangkul "secara internal", tetapi ditolak sebagai emosi efektif dalam memotivasi khalayak untuk berpindah.
Peneliti telah menunjukkan bahwa dire messaging mengurangi kemanjuran inisiatif advokasi melalui demotivasi individu, tingkat kepedulian yang lebih rendah, dan penurunan keterlibatan.
Positive framing
Peneliti berpendapat bahwa prognostic framing—yang menawarkan solusi, strategi, target, dan taktik yang nyata—yang bergandengan dengan motivational framing paling mujarab dalam menggerakkan khalayak untuk bertindak. Khususnya saat berkaitan dengan perubahan iklim, kekuatan psikologi positif menjadi jelas saat diterapkan oleh para aktivis dan orang lain yang menghasilkan intervensi-intervensi.
Empat prinsip utama motivasi seperti yang dijelaskan oleh Positive Psychology adalah agency, compassion, resilience, dan purpose. Saat diterapkan pada aksi iklim, buku teks edisi keempat Psychology for Sustainability, lebih lanjut memperluas prinsip-prinsip ini karena berkaitan terhadap keberlanjutan dan sebagai katalis aksi:
Harapan menambah rasa purpose dan agency, sekaligus meningkatkan ketahanan. Bagi para aktivis iklim, tidak mungkin memisahkan harapan dari ketakutan. Namun, saat mendekonstruksi harapan bahwa orang lain akan mengambil tindakan yang perlu, harapan dihasilkan melalui keyakinan pada kapasitasnya sendiri, menunjukkan bahwa “kepercayaan pada tindakan kolektif 'sendiri’ tampaknya menjadi inti dari harapan yang dibicarakan para aktivis”. Selain itu, membuat hubungan antara tindakan iklim dan emosi-emosi positif seperti rasa syukur dan kebanggaan, peningkatan kesejahteraan subjektif, dn potensi untuk mempengaruhi memungkinkan para individu untuk melihat tindakan mereka sendiri untuk memperbaiki iklim sebagai cara yang bermanfaat dan berkelanjutan daripada menurunkan motivasi.
Pendekatan lain yang dibuktikan manjur adalah proyeksi masyarakat utopis dalam isu-isu mendesak yang telah diselesaikan, menawarkan narasi kreatif yang menuntun para individu dari masalah-masalah saat ini ke solusi masa depan dan mengizinkan mereka untuk memilih jadi jembatan antara keduanya. Pendekatan positif antargenerasi ini membangkitkan rasa semangat tentang tindakan iklim pada para individu dan menawarkan solusi kreatif yang dapat mereka pilih untuk ambil bagian di dalamnya. Sebagai contoh, pengumuman layanan masyarakat yang berkaitan dengan perubahan iklim dapat dibingkai sebagai berikut.
“Ini 2050, kendaraan elektrik Anda diparkir dan siap untuk pergi di sebelah rumah nol emisi Anda, tetapi Anda memilih untuk mengambil sistem transit yang sangat cepat, efisien, hijau, dan bersih yang dapat diakses dari kebanyakan tempat di Amerika Serikat dan disubsidi untuk warga negara berpenghasilan rendah. Mungkin Anda tinggal di Pegunungan Appalachia di Virginia Barat, di mana industri batu bara digantikan oleh pusat-pusat besar untuk inovasi dan pekerjaan energi hijau. Anda dapat berpindah dengan mudan ke DC atau New York. Makanan Anda tumbuh secara lokal dan disalurkan lewat Koperasi Pertanian Perkotaan yang mendidik anak-anak mengenai cara menumbuhkan makanan, pentingnya pelokalan, dan cara menjadi lebih berkelanjutan.”
Ideologi politik
Para peneliti komunikasi politik mengangkat taktik framing sejak beredarnya retorika politik. Akan tetapi, kemajuan dalam teknologi telah menggeserkan saluran komunikasi yang mereka gunakan. Dari komunikasi oral, material tertulis, radio, televisi, dan yang paling terkini, media sosial telah memainkan peran menonjol dalam bagaimana politik dibingkai. Media sosial, secara khusus, mengizinkan para politik untuk mengomunikasikan ideologi mereka dengan pesan singkat dan tepat. Menggunakan kata-kata yang memicu emosional, berfokus terhadap menimbulkan rasa takut atau amarah, untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang kebijakan yang difasilitasi dengan rentang perhatian pendek yang dibuat oleh media sosial .
Dalam dekade-dekade terakhir, perubahan iklim telah begitu dipolitisasi dan sering menginisiatif untuk mengatasi atau mengonseptualisasi perubahan iklim cocok untuk satu kemungkinan, sementara sangat diperdebatkan oleh yang lain. Oleh karena itu, penting membingkai aktivitsme iklim dengan cara yang nyata untuk penonton, menemukan makna komunikasi sembari meminimalkan provokasi. Dalam konteks Amerika Serikat, kecenderungan kiri “liberal” berbagi nilai-nilai inti kepedulian, keterbukaan, kesederajatan, kebaikan kolektif, pemagaran toleransi untuk ketidakpastian atau ambiguitas, dan penerimaan perubahan', sedangkan kecenderungan kanan “konservatif” berbagi nilai-nilai inti keamanan, kemurnian, kestabilan, tradisi, hierarki sosial, perintah, dan individualisme.
Sebuah kajian memeriksa berbagai prediktor persetujuan publik untuk penggunaan energi terbarukan di bagian barat Amerika Serikat menggunakan tujuh macam frame dengan tujuan untuk menilai kemanjuran framing energi terbarukan. Frameworks neoliberal digemakan oleh para konservatif, seperti dukungan untuk ekonomi pasar bebas, diajukan terhadap intervensi aksi iklim yang secara inheren menempatkan kendala terhadap ekonomi bebas melalui dukungan energi terbarukan melalui subsidi atau pajak tambahan terhadap sumber-sumber energi tak terbarukan. Dengan demikian, saat para aktivis iklim bercakap-cakap dengan para individu cenderung konservatif, akan menguntungkan untuk fokus terhadap framing yang tidak memicu ketakutan akan kendala ekonomi pasar bebas atau perubahan-perubahan gaya hidup yang luas. Hasil kajian yang sama mendukung gagasan bahwa "frame-frame berlandaskan non-iklim untuk energi terbarukan paling mungkin mengumpulkan dukungan khalayak yang lebih luas" bertalian dengan konteks politik dan menunjukkan respons bertentangan terhadap pembingkaian berdasarkan iklim yang menunjukkan polarisasi politik yang dalam terhadap perubahan iklim.
Ide political framing berasal dari keengganan kehilangan. Para politikus ingin membuat ide mereka kurang berisiko bagi para pemilih potensial karena “Masyarakat lebih memperhatikan kerugian daripada keuntungan, sama seperti mereka cenderung terlibat dalam perilaku tertentu dalam menghadapi kerugian. Secara rinci, masyarakat mengambil risiko saat mereka percaya itu membantu mereka mencegah kerugian, tetapi saat mereka menghadapi lagi, mereka memilih strategi yang menghindari risiko yang mempertahankan status quo”. Mereka akan mengomunikasikannya dengan cara yang dapat meyakinkan bahwa masyarakat tidak rugi dengan menyetujui ideologi para politikus tersebut.
Political framing juga mempengaruhi kebijakan-kebijakan lain selain perubahan iklim. Kesejahteraan, misalnya, telah dikenakan kepada political framing untuk menggeser opini publik terhadap penerapan kebijakan. Aliran terjal frame-frame yang berbeda kondusif mengubah opini publik selama bertahun-tahun. Hal tersebut mempengaruhi cara masyarakat memandang “kelayakan” saat bertemu dengan kebijakan. Salah satu ujungnya dapat dilihat sebagai kredit politik, menyatakan bahwa para warga negara yang membutuhkan memiliki hak untuk mengklaim kesejahteraan sebagai kebutuhan. Hal tersebut dibingkai sebagai tugas dari pemerintah ke warga negara. Dalam frame ini, tak ada yang rugi karena pemerintah melakukan tugasnya untuk memaksimalkan kualitas kehidupan untuk seluruh masyarakat. Sisi lain memandang persingkatan kebijakan sebagai keperluan dengan menggunakan taktik framing untuk menggeser tanggung jawab dan mencelakan dari pemerintah ke warga negara.Pemikiran untuk meyakinkan masyarakat bahwa kesejahteraan herus didorong untuk keuntungan mereka. Retorika kontemporer, diperjuangkan oleh mantan Presiden AS Ronald Reagan, telah membuat ide frame “kerja keras” mereka untuk mengatakan kesejahteraan tidak diperlukan jika masyarakat “bekerja lebih keras.” Dengan frame yang berlawanan ini, warga yang lebih kaya sekarang rugi karena mereka mengeluarkan uang untuk membantu dana keuntungan kesejahteraan pada mereka yang "kurang bekerja" dibandingkan mereka. Frame berbeda ini membuat kesejahteraan seperti permainan satu-kosong.
Norma-norma gender
Framing perubahan iklim bervariasi tergantung pada pemirsa yang dituju dan respons yang dirasakan mereka terhadap berbagai pendekatan mengenai aktivisme. Di Sweden, peneliti menilai keberlanjutan dalam sektor transportasi yang didominasi pria menyebutkan bahwa norma-norma yang diberikan oleh feminitas lebih mungkin untuk memajukan upaya keberlanjutan, sekaligus merendahkan keseluruhan emisi CO2 dari sektor tersebut. Hal ini terbukti selama penelitian yang selanjutnya menunjukkan bahwa “sikap, perilaku, dan pola mobilitas perempuan menunjukkan norma-norma yang lebih kondusif untuk lebih banyak kebijakan transportasi berkelanjutan yang tidak mengandung karbon”.Ini mengesankan bahwa maskulinitas sering digambarkan sebagai norma dalam banyak sektor dan memperkuat hubungan antara perempuan dan etika keberlanjutan yang secara krisis hilang dari banyak sektor dan industri yang didominasi pria.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa para konsumen yang menunjukkan kecenderungan untuk sadar lingkungan, tingkah laku “hijau” dirasakan lintas spektrum gender sebagai lebih feminin, melaksanakan stereotipe “Green Feminine”. Aktivis iklim dipandang sebagai tindakan bersifat perempuan, merusak ciri-ciri maskulinitas dan menekankan celah gender dalam urusan berlandaskan kepedulian terhadap iklim. Sebagai tambahan, sebagai hasil teori berkenaan dengan pemeliharaan identitas gender, “pilihan lingkungan pria dapat dipengaruhi oleh isyarat gender, hasil menunjukkan bahwa mengikuti gertakan identitas gender (lawan usia), pria kemungkinan paling sedikit untuk memilih produk-produk hijau”. Atribut yang terkait dengan feminitas dan mendukung hubungan kognitif di antara wanita dan green behavior termasuk empati dan kapasitas untuk transendensi diri.
Hukum
Edward Zelinsky telah menunjukkan bahwa pengaruh-pengaruh framing dapat menjelaskan beberapa perilaku yang diamati dari para legislator.
Dalam media
Peran permainan framing dalam efek-efek presentasi media telah didiskusikan secara luas, dengan gagasan utama bahwa persepsi terkait dari informasi faktual dapat bervariasi berdasarkan pada penyajian informasi tersebut.
Contoh-contoh media berita
Dalam Bush's War: Media Bias and Justifications for War in a Terrorist Age, Jim A. Kuypers meneliti perbedaan dalam framing War on Terror antara badan administrasi Bush dan media berita arus utama Amerika Serikat di antara tahun 2001 dan 2005. Kuypers mencari tema-tema umum antara pidato-pidato presidensial dan pemberitaan pers tentang pidato-pidato itu, kemudian menentukan bagaimana presiden dan pers membingkai tema-tema tersebut. Dengan menggunakan versi retoris analisis framing, Kuypers menentukan bahwa frame lanjutan media berita AS bertentangan dengan yang digunakan oleh pemerintahan Bush.
Pres secara aktif menentang pembingkaian War on Terror sedini delapan minggu setelah 11 September. Penemuan ini terpisah dari kumpulan literatur komunikasi yang menunjukkan bahwa pers mendukung presiden atau kurang kritis terhadap upaya presiden setelah 11 September. Sebaliknya, saat mempertimbangkan bagaimana tema dibingkai, [Kuypers] menemukan bahwa media berita membingkai responsnya sedemikian rupa sehingga dapat dipandang sebagai mendukung pemikiran beberapa tindakan melawan terorisme, sembari menentang inisiatif presiden. Medie berita mungkin menyampaikan apa yang presiden katakan, tetapi tidak selalu berarti bahwa itu dibingkai dengan cara yang sama. Kajian ini menunjukkan, seperti yang terlihat pada tabel satu [di bawah], bahwa tak lama setelah 11 September, media berita secara aktif mulai melawan pemerintah Bush dan mulai meninggalkan informasi penting untuk memahami konsep War on Terror milik pemerintah Bush. Singkatnya, delapan minggu setelah 11 September, media berita bergerak melampaui pelaporan oposisi politik terhadap presiden—fungsi pers yang sangat penting dan tak bernilai—dan malah secara aktif memilih tema dan membingkai tema-tema tersebut sedemikian rupa sehingga fokus presiden ditentang, disalahartikan, atau diabaikan.
Tabel satu: Perbandingan Tema dan Frame Antara Presiden dan Media Berita Media setelah 11 September
TemaFrame PresidenFrame PersKebaikan melawan KejahatanPerjuangan kebaikan dan kejahatantak disebutkanPeradaban melawan barbarismeperjuangan peradaban melawan barbarismetak disebutkannature of enemyjahat, keras kepala, pembunuhmematikan, tidak pandang bulu
Pemerintahan Bush
nature of wardomestik/global/tahan lama
Perang
Domestik/global/berlangsung lama
Perang atau tindakan polisi
Similarity to Prior Warsperbedaan jenis perangPerang Dunia II atau Vietnam?Patiencetidak disebutkanbeberapa, tetapi kehabisanInternational Effortdinyatakandilaporkan minimal
Pada tahun 1991, Robert M. Entman menerbitkan temuan seputar perbedaan liputan media antara Korean Air Lines Flight 007 dan Iran Air Flight 655. Setelah mengevaluasi berbagai tingkat liputan berita berdasarkan jumlah tayang dan halaman yang ditujukan pada peristiwa serupa, Entman menyimpulkan bahwa frame-frame peristiwa yang ditampilkan oleh media berbeda secara drastis:
Dengan tidak menekankan perusahaan dan para korban dengan pilihan grafik dan kaata sifat, kisah-kisah berita tentang jatuhnya pesawat Iran oleh AS disebut masalah teknis, sementara penjatuhan jet Korea oleh Soviet digambarkan sebagai kemarahan moral… Kerangka berita berlawanan yang digunakan oleh beberapa media penting AS dalam meliput dua penyalahgunaan kekuatan militer yang tragis ini. Pertama, kerangka berita menekankan kejatuhan moral dan rasa bersalah negara pelaku. Kedua, kerangka berita mengurangi rasa bersalah dan fokus pada kerumitan masalah pengoperasian teknologi tinggi militer.
Perbedaan dalam liputan di berbagai media:
Jumlah liputan media yang didedikasikan untuk setiap peristiwaKorean AirIran AirTime Magazine and Newsweek51 halaman20 halamanCBS303 menit204 menitNew York Times286 cerita102 cerita
Pada tahun 1988, Irwin Levin dan Gary Gaeth melakukan penelitian mengenai efek-efek informasi atribut terhadap para konsumen sebelum dan setelah mengonsumsi sebuah produk (1988). Dalam penelitian ini, mereka menemukan bahwa dalam penelitian mengenai daging sapi, orang-orang yang memakan daging sapi yang dilabeli 75% tidak berlemak menilainya lebih baik daripada orang-orang yang daging sapinya dilabeli 25% lemak.
Dalam politik
Peneliti retorik dan linguis George Lakoff mendebatkan bahwa untuk meyakinkan hadirin politik dari satu sisi argumen atau yang lain, kenyataan harus dihadirkan melalui frame retoris. is mendebatkan bahwa tanpa frame, fakta-fakta argumen tersasar pada hadirin, membuat argumen kurang efektif. Retorika politik menggunakan framing untuk menghadapkan fakta-fakta di sekeliling masalah dalam cara yang membuat tampilan masalah memerlukan solusi. Para politikus menggunakan framing untuk membuat solusi mereka sendiri untuk urgensi yang tampaknya paling tepat dibandingkan dengan oposisi. Argumen kontra menjadi kurang efektif dalam membujuk hadirin setelah suatu pihak membingkai argumen, karena dipertanyakan bahwa oposisi kemudian memiliki beban tambahan untuk memperdebatkan kerangka masalah di samping masalah itu sendiri.
Membingkai masalah politik, partai politik atau lawan politik adalah tujuan strategi dalam politik, terutama di Amerika Serikat. Baik partai politik Demokrat dan Republik berkompetisi untuk memanfaatkan kekuatan persuasi dengan sukses. Menurut The New York Times:
Bahkan, sebelum pemilu, sebuah kata baru politik sudah mulai menggenggam partai, berawal dari West Coast dan menyebar seperti virus sepanjang bagian dalam kantor-kantor Capitol. Kata itu 'framing.' Tepatnya yang bermaksud 'frame' isu-isu kelihatannya tergantung pada Demokrat mana yang Anda ajak bicara, tetapi setiap orang setuju bahwa itu harus dilakukan dengan memilih bagasa untuk menjelaskan debat dan lebih penting dengan menyesuaikan isu-isu individu ke dalam konteks garis cerita yang lebih luas.
—
Karena framing dapat mengubah persepsi masyarakat, para politikus tidak menyetujui cara permasalahan dibingkai. Oleh karena itu, cara permasalahan dibingkai di media merefleksikan siapa yang memenangkan pertempuran. Misalnya, menurut Robert Entman, profesor Komunikasi di George Washington University, menjelang Perang Teluk, para konservatif berhasil memperdebatkan apakah akan menyerang cepat atau lambat, tanpa menyebutkan kemungkinan untuk tidak menyerang.
Suatu contoh khusus penelitian Lakoff yang mencapai beberapa tingkat ketenaran adalah sarannya untuk menamai ulang trial lawyers (tidak populer di Amerika Serikat) sebagai "pengacara perlindungan masyarakat". Walaupun warga Amerika secara umum belum mengangkat saran ini, Asosiasi Pengacara Pengadilan Amerika menamai ulang diri mereka sebagai "Asosiasi Keadilan Amerika", yang disebut Chamber of Commerce sebagai upaya untuk menyembunyikan identitas mereka.
The New York Times menggambarkan intensitas yang mirip di antara Partai Republik.
Dalam memo baru-baru ini yang berjudul "The 14 Words Never to Use," [Frank] Luntz mendesak kaum konservatif untuk membatasi diri mereka pada fase-fase yang dia sebut... 'New American Lexicon.' Jadi, seorang anggota Republik yang cerdas, dalam pandangan Luntz, tak pernah menganjurkan 'drilling for oil'; ia lebih suka "menjelajahi energi." Seharusnya ia tidak pernah mengkritik pemerintah yang membersihkan jalanan kita dan membayar pemadam kebakaran kita; ia harus menyerang 'Washington," dengan rasa haus yang tak henti-hentinya akan pajak dan peraturan. "Seharusnya kita tak pernah menggunakan kata outsourcing," Luntz menulis, "karena kita akan diminta untuk mempertahankan atau mengakhiri praktik mengizinkan para perusahaan untuk mengirimkan pekerjaan Amerika ke luar negeri".
—
Dari perspektif politik, framing telah memperluas konsekuensi. Misalnya, konsep framing yang berhubungan dengan agenda-setting: dengan konsisten menggunakan kerangka tertentu, partai framing secara efektif dapat mengendalikan diskusi dan persepsi masalah. Sheldon Rampton dan John Stauber dalam Trust Us, We're Experts menggambarkan bagaimana firma-firma hubungan masyarakat (Humas) sering menggunakan bahasa untuk membantu membingkai suatu masalah, menyusun pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul. Sebagai contohnya, salah satu firma menyarankan para klien untuk menggunakan "bahasa penghubung" yang menggunakan strategi menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan istilah-istilah atau ide-ide spesifik untuk menggeser wacana dari topik yang tidak nyaman ke topik yang lebih nyaman. Para penggiat strategi ini mungkin mencoba untuk menarik perhatian dari suatu frame untuk fokus ke frame lainnya. Seperti yang dicatat Lakoff, "Hari pada saat George W. Bush menjabat, kata "pengurangan pajak" mulai keluar dari Gedung Putih."Dengan memusatkan kembali struktur dari suatu frame ("beban pajak" atau "tanggung jawab pajak"), para individu dapat mengatur jadwal pertanyaan yang diajukan di masa depan.
Para ahli bahasa kognitif menunjukkan contoh framing dalam frasa "keringanan pajak". Pada frame ini, penggunaan konsep "keringanan" mengandung konsep (tanpa menyebutkan keuntungan yang dihasilkan) pajak yang membebani warga negara.
Aturan pajak sekarang ini penuh dengan ketidakadilan. Banyak ibu tunggal menghadapi tarif pajak marjinal yang lebih tinggi daripada orang kaya. Pasangan sering menghadapi beban pajak yang lebih tinggi setelah menikah. Mayoritas warga Amerika tak dapat mengurangi sumbangan amal mereka. Bisnis dan peternakan keluarga dijual untuk membayar pajak kematian. Dan pemilik bisnis kecil yang paling sukses membagi hampir separuh dari pendapatan mereka dengan pemerintah. Potongan pajak Presiden Bush akan sangat mengurangi ketidakadilan ini. Ini adalah rencana adil yang dirancang untuk memberikan keringanan pajak pada seriap orang yang membayar pajak penghasilan.
—
Frame-frame alternatif dapat menekankan konsep pajak sebagai sumber dukungan infrastruktur untuk bisnis.
Kenyataan bahwa orang kaya menerima lebih banyak dari Amerika daripada kebanyakan warga Amerika lainnya—tidak hanya kekayaan, tetapi juga infrastruktur yang mengizinkan mereka untuk mengumpulkan kekayaan mereka: bank-bank, bank sentral Amerika Serikat, pasar saham, Komisi Keamanan dan Bursa Amerika Serikat, sistem hukum, penelitian yang disponsori federal, paten, dukungan-dukungan pajak, proteksi militer terhadap investasi asing, dan masih banyak lagi. Warga Amerika pembayar pajak mendukung infrastruktur akumulasi kekayaan. Adalah hal yang adil jika yang paling diuntungkan harus membayar bagian mereka yang wajar.
—
Frame-frame dapat membatasi debat dengan mengatur kosakata dan metafora lewat cara yang para partisipan dapat pahami dan mendiskusikan masalah. Mereka tidak hanya membangun wacana politik, tetapi kognisi. Selain menghasilkan frame-frame baru, penelitian framing yang berorientasi politik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hubungan framing dan pemikiran.
Contoh-contoh
Keefektifan
Menurut Susan T. Fiske dan Shelley E. Taylor, manusia secara alamiah "kikir kognitif", artinya mereka lebih suka melakukan berpikir sesedikit mungkin.Frame-frame memberikan cara yang cepat dan mudah pada khalayak untuk memproses informasi. Oleh karena itu, masyarakat akan menggunakan saringan-saringan mental yang sebelumnya disebutkan (rangkaian yang disebut skema) untuk memahami pesan-pesan yang masuk. Ini memberikan kekuatan besar pada pengirim dan pembingkai informasi untuk menggunakan skema-skema ini untuk mempengaruhi bagaimana para penerima akan menafsirkan pesan.Teori yang diterbitkan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kegunaan yang dinilai (yaitu sejauh mana pertimbangan yang ditampilkan dalam pesan dianggap dapat digunakan untuk penilaian berikutnya yang diberikan) mungkin menjadi mediator penting dari efek media kognitif seperti framing, agenda setting, dan priming. Menekankan kegunaan yang dinilai mengarah pada pengungkapan bahwa liputan medua mungkin tidak hanya meningkatkan pertimbangan tertentu, tetapi mungkin juga menekan suatu pertimbangan secara aktif, menjadikannya kurang bermanfaat untuk penilaian berikutnya. Proses framing berita menggambarkan bahwa di antara aspek-aspek berbeda sebuah persoalan, aspek tertentu dipilih di atas aspek-aspek lainnya untuk mengkarakteristikkan persoalan atau peristiwa. Misalnya, isu pengangguran digambarkan dalam istilah tenaga kerja murah yang disediakan oleh para imigran. Paparan berita mengaktifkan pemikiran yang sesuai dengan imigran daripada pemikiran yang berkaitan dengan aspek lain persoalan (misalnya, undang-undang, edukasi, dan impor murah dari negara lain) dan, pada saat yang sama, membuat pemikiran sebelumnya menonjol dengan mempromosikan kepentingan dan relevansi mereka untuk memahami persoalan yang dihadapi. Artinya, persepsi isu dipengaruhi oleh pertimbangan yang ditampilkan dalam cerita berita. Pemikiran yang berkaitan pada pertimbangan yang diabaikan menjadi terdegredasi ke tingkat pemikiran mengenai pertimbangan unggulan yang diperbesar.
Sumber: Wikipedia
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Sekretaris Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti, dan Presiden Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Gregorius Budi Yulianto memberikan arahan kepada toko-toko lokal di Ibu Kota Negara. Gedung (IKN). dan Lomba Proyek Bangunan pada Senin (18 Juli 2022) di Auditorium Kementerian PUPR, Nusantara..
“Saya tahu yang penting bagi para pemenang bukanlah uang semuanya, tapi kontribusi mereka dalam membangun IKN Nusantara, kebanggaan dan nilai mereka,” kata Menteri Basuki. , ini kesempatan bagi anak-anak di seluruh tanah air untuk ikut serta dalam pembangunan ibu kota. Buka pintunya, jelasnya..
Menteri Basuki mengatakan, tidak mudah untuk menentukan pemenang kompetisi regional arsitektur IKN tersebut. “Para juri memutuskan tiga finalis untuk masing-masing kategori, lalu meminta mereka untuk memilih satu. Tidak mudah karena banyak sekali yang mendapat hasil bagus, tapi kami evaluasi sebanyak empat kali. Pertama saya jelaskan secara individu dan Direktur Cipta Karya. dan kelompok.Kedua, keesokan harinya saya sendirian Ketiga, kami menyambut kedatangan Ketua Pokja Perencanaan Infrastruktur IKN. Keempat, kita akan bertemu dengan Ketua DPR dan Ketua DPR untuk menentukan pemenangnya,” kata Menteri Basuki..
Untuk mencapai hasil terbaik, Menteri Basuki meminta agar karya para penerima penghargaan berkolaborasi untuk menciptakan sebuah karya arsitektur yang menyelaraskan struktur, estetika, dan fungsi. “Hak cipta adalah milik Dinas PUPR, namun nantinya kami mengajak para seniman untuk mengoptimalkan desain ini agar sesuai dan dapat diterima oleh semua pihak,” kata Menteri Basuki..
Pemenang kompetisi tersebut adalah Adil Ka'Talino pada Juara I, Paramarta pada Juara II, dan Cakra Nusantara pada Juara III untuk Dewan Kehakiman..
Pada kesempatan ini, untuk Istana Wakil Presiden diputuskan tidak ada pemenang pertama, namun karya yang terpilih menjadi juara kedua adalah 'Humabetangumai' dan 'Te Whare Taonga o te Iwi', yang diraih juara ketiga. oleh 'Museum. '. Sebuah karya berjudul Dwi Arya Wibawa..
Sementara itu, dipilih tiga proyek untuk gereja, antara lain Humanity Beyond Religion, Cahaya Batang Haring Nusantara, dan AkuRukun yang terpilih sebagai runner-up..
Diputuskan tidak ada juara pertama Departemen Kehakiman, namun ada dua lakon yang meraih juara kedua, Sasana Swara Nusantara dan Rajut Swara Indonesia. Juara ketiga diraih oleh kegiatan yang disebut Lingkaran Demokrasi..
Pemenang akan mendapatkan hadiah uang tunai dan informasi uang muka sebesar Rp. 500 juta, hadiah kedua Rp. 250 juta won dan juara ketiga Rp. 150 juta.
Presiden IAI Gregorius Budi Yulianto mengucapkan terima kasih atas kompetisi yang diselenggarakan Kementerian PUPR. “Kami sangat mengapresiasi kompetisi yang diselenggarakan oleh Dinas PUPR ini,” kata Budi..
Eduardus Ary Witjaksono, orang nomor 1 di bidang peradilan, menyambut baik kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengembangan IKN. “Suatu kehormatan bisa terlibat dalam perancangan gedung IKN,” ujarnya.
Sumber: pu.go.id/berita
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025
Jayapura - Hal itu diungkapkan Direktur Perjanjian Jasa Konstruksi sekaligus Kepala Pusat Pengembangan Pembangunan Abdul Muis saat melakukan kunjungan kerja Panitia V RI DPR RI ke Jayapura, Provinsi Papua, Selasa (12 Juli 2022). Hari ini, Komite V DPR RI yang dipimpin Robert Rouw dan rekan-rekannya melakukan kunjungan kerja singkat dan pertemuan dengan Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kawasan Kumuh, BMKG dan Kementerian. dari PDT. , Pemprov Papua, Kapolda Papua, Pangdam Cendrawasih dan GAPENSI..
Seiring dengan terus mendukung Kementerian PUPR dalam membangun infrastruktur di Papua, Komite V DPR RI perlu mendengarkan pandangan Kementerian PUPR terhadap tantangan pembangunan di wilayah tersebut. Dari definisi yang dibagikan Pusat Kementerian PUPR dalam Amsal. Papua mengatakan pemerintah menghadapi banyak tantangan, termasuk pengadaan barang dan jasa, pembebasan lahan dan langkah-langkah keamanan..
Direktur Pelayanan Prasarana dan Direktur Pembangunan Infrastruktur yang mendampingi kunjungan kerja ini mengungkapkan dalam TA. Pada tahun 2022, diharapkan terkirim sebanyak 209 parsel, 143 parsel telah dikontrak, dan 63 parsel masih dijual. Oleh karena itu, Kementerian PUPR melalui Kementerian Konstruksi berupaya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan dari peristiwa dan kegiatan di provinsi Papua. “Khusus Papua, melalui Perpres Nomor 17 Tahun 2019 sudah ada peraturan pemerintah tentang Pemberi Kerja Warga Negara Papua (OAP) dan ini coba kita laksanakan, kontrak kecil dan besaran perlu OAP, OAP dan KSO. OAP diperbolehkan,” kata Muis..
Dari total 173 portofolio yang diperingkat, 64 portofolio pemenang merupakan perusahaan OAP dan dana IDR. 445,01 juta dolar. Sedangkan satu perusahaan di Papua mendapat 112 pinjaman di wilayah Rp. 1,1 miliar won. Kementerian PUPR menyampaikan informasi dan saran kepada LKPP yang saat ini sedang mempersiapkan perubahan Perpres Nomor 4. Muis meminta dukungan Komisi V DPR RI terhadap LKPP 16/2018 untuk memastikan reformasi tersebut dapat berjalan dengan baik. dikoreksi oleh presiden. Keputusan tersebut sesuai dengan kondisi negara..
Sementara itu, di bidang pembangunan infrastruktur, Direktur Pengelolaan dan Strategi Bangunan Kementerian Dalam Negeri Edward Abdurrahman mengatakan kepada Subkomite II Komisi V bahwa Komisi V RI dapat membantu Pemprov Papua untuk membeli. Tanah ini untuk pembangunan gedung. “Kalau lahannya sudah siap dan ada pembiayaan, masih bisa dibangun,” kata Edwards..
Sementara itu, Edward juga mengatakan Komisi V DPR RI bisa membantu pemerintah daerah ketika anggaran pertahanan diperketat. Menteri PUPR memerintahkan agar bangunan di seluruh kawasan tetap dirawat dengan baik selama pembangunan tahun 2015 hingga 2021, kata Edward..
Sementara itu, Robert Rouw mengatakan, kunjungan kerja Komite V DPR RI ini dilakukan dalam rangka menjalankan misi pengawasan infrastruktur di wilayah provinsi Papua dan menjaring aspirasi masyarakat Papua. “Kami di Komisi V DPR RI ini fokus pada pembangunan infrastruktur di Papua,” jelas Roberth..
Perwakilan kontraktor yang tergabung dalam GAPENSI kali ini menjelaskan bahwa mereka berharap kedepannya penjualan barang dan jasa di Papua akan lebih baik dan keuntungan bagi kontraktor di Papua juga akan lebih baik..
Sumber: sumber pu.go.id/berita
Asosiasi Profesi
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 17 Februari 2025
Apa yang dimaksud dengan PE?
Bagi klien, ini berarti anda memiliki kredensial untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Bagi pemberi kerja, ini menandakan kemampuan anda untuk mengambil tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi. Di antara kolega anda, itu menuntut rasa hormat. Bagi diri anda sendiri, ini adalah simbol kebanggaan dan ukuran pencapaian yang telah anda raih dengan susah payah.
Untuk mendapatkan lisensi, para insinyur harus menyelesaikan pendidikan sarjana selama empat tahun, bekerja di bawah seorang insinyur profesional selama setidaknya empat tahun, lulus dua ujian kompetensi intensif dan mendapatkan lisensi dari dewan lisensi negara bagian mereka. Kemudian, untuk mempertahankan lisensi mereka, para PE harus terus mempertahankan dan meningkatkan keterampilan mereka sepanjang karier mereka.
Namun, hasilnya sepadan dengan usaha yang dilakukan. Dengan menggabungkan keahlian khusus mereka dengan standar etika dan jaminan kualitas yang tinggi, para PE membantu membuat kita lebih sehat, membuat kita lebih aman, dan memungkinkan kita semua untuk menjalani kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Seabad yang lalu, siapa pun dapat bekerja sebagai insinyur tanpa bukti kompetensi. Untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat, undang-undang lisensi insinyur pertama kali diberlakukan pada tahun 1907 di Wyoming. Kini setiap negara bagian mengatur praktik keinsinyuran untuk memastikan keselamatan publik dengan memberikan kewenangan kepada Insinyur Profesional (Professional Engineers/PE) untuk menandatangani dan menyegel rencana keinsinyuran serta menawarkan jasanya kepada publik.
Untuk menggunakan segel PE, para insinyur harus menyelesaikan beberapa langkah untuk memastikan kompetensi mereka.
Apa yang membedakan seorang PE dengan seorang insinyur?
PE juga harus terus menunjukkan kompetensi mereka dan mempertahankan serta meningkatkan persyaratan pendidikan berkelanjutan tergantung pada negara bagian tempat mereka berlisensi.
Disadur dari: nspe.org
Arsitektur
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 17 Februari 2025
Baik arsitek maupun insinyur memainkan peran penting dalam desain dan konstruksi bangunan. Meskipun kedua jenis profesional ini memiliki kewajiban yang tumpang tindih, mereka juga memiliki tujuan yang berbeda. Jika anda terampil dalam matematika, kreativitas, dan pemecahan masalah, Anda mungkin akan menikmati posisi di bidang arsitektur atau teknik, Dalam artikel ini, kami membahas perbedaan utama antara arsitek dan insinyur dan memberikan daftar lima pekerjaan di bidang ini:
Pertanyaan:
Apa yang dimaksud dengan arsitek?
Arsitek adalah seorang profesional yang menciptakan konsep untuk bangunan. Mereka yang bekerja di bidang ini menerapkan prinsip-prinsip artistik untuk mendesain struktur fisik yang menyampaikan pesan tertentu. Mereka juga mengandalkan standar ilmiah untuk membuat cetak biru terperinci untuk arsitektur yang fungsional dan aman.
Berikut adalah beberapa tugas umum arsitek:
Terkait: Persyaratan Pendidikan Arsitek: Gelar dan Spesialisasi
Apa yang dimaksud dengan insinyur?
Insinyur adalah seorang profesional yang merancang dan mengembangkan struktur, mesin, dan sistem kompleks lainnya. Mereka yang bekerja di bidang ini menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan matematika untuk memecahkan masalah, dan bertanggung jawab untuk mematuhi peraturan keselamatan, kebutuhan anggaran, dan spesifikasi lainnya dalam pekerjaan mereka. Ada banyak jenis insinyur di berbagai industri, tetapi mereka yang merencanakan dan membangun gedung, jalan, terowongan, dan proyek infrastruktur lainnya dikenal sebagai insinyur konstruksi atau sipil Insinyur konstruksi biasanya memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
Terkait: Insinyur Mekanik vs Insinyur Otomotif (Dengan Gaji)
Arsitek vs insinyur
Meskipun para profesional ini memiliki tugas yang serupa, insinyur konstruksi dan arsitek memiliki persyaratan kerja, lingkungan kerja, dan gaji yang berbeda. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara kedua jalur karier ini:
Gaji rata-rata
Arsitek mendapatkan rata-rata $86,897 per tahun. Sebaliknya, insinyur sipil mendapatkan rata-rata $85,617 per tahun. Faktor-faktor seperti lokasi geografis, tingkat pengalaman, dan area fokus memengaruhi potensi penghasilan kedua profesional ini:
Pekerjaan Konstruksi dengan Gaji Tertinggi
Pendidikan
Arsitek biasanya mengejar setidaknya gelar sarjana untuk bekerja di lapangan. Sarjana Arsitektur biasanya membutuhkan waktu lima tahun untuk menyelesaikannya. Beberapa arsitek juga memilih untuk mendapatkan gelar Master Arsitektur, yang dapat memakan waktu lima tahun tambahan untuk mendapatkannya, sebagian besar program ini mencakup kursus tentang topik-topik mendasar seperti sejarah arsitektur dan teori arsitektur dan mata pelajaran yang lebih maju seperti desain struktural dan CAD.
Untuk memasuki bidang teknik konstruksi, para kandidat biasanya mendapatkan gelar sarjana dari program yang diakreditasi oleh Accreditation Board of Engineering and Technology (ABET). Meskipun beberapa insinyur hanya memiliki gelar sarjana, banyak profesional yang ambisius memutuskan untuk mendapatkan gelar master juga, sehingga mereka dapat mengejar posisi tingkat tinggi, dan mereka dapat memperoleh gelar di bidang teknik sipil, arsitektur, desain atau bidang terkait:
Apa yang dimaksud dengan Gelar Teknologi Rekayasa? (Ditambah 15 Jenis)
Pelatihan dan pengalaman
Sebagian besar arsitek menyelesaikan program magang sebagai bagian dari persyaratan lisensi profesional mereka. Magang ini biasanya berlangsung selama tiga tahun, menawarkan pengalaman berbayar dan berlangsung segera setelah kelulusan dari program gelar sarjana, arsitek tingkat pemula sering kali menemukan posisi magang ini melalui Program Pengalaman Arsitektur (AXP) dari Dewan Nasional Dewan Registrasi Arsitektur (National Council of Architectural Registration Boards). Organisasi ini menghubungkan para profesional baru dengan perusahaan yang menawarkan pengalaman dalam hal bantuan desain, persiapan gambar, pembuatan model, penelitian kode bangunan, dan spesifikasi bahan bangunan, sedangkan para insinyur biasanya menyelesaikan program magang atau program kerja sama sambil mengejar gelar sarjana. Bahkan, sebagian besar program gelar sarjana teknik mengharuskan kandidat untuk berpartisipasi dalam salah satu pengalaman ini untuk mendapatkan pengalaman praktis di lapangan. Program profesional ini sering kali berlangsung selama beberapa bulan dan berlangsung di kantor perusahaan teknik lokal:
Pelatihan Teknik Sipil: Gelar, Lisensi dan Sertifikasi
Keterampilan
Arsitek menggunakan kreativitas untuk menghasilkan desain yang inovatif dan fungsional. Mereka bergantung pada kemampuan analisis yang kuat untuk memahami bagaimana setiap aspek dari sebuah struktur mempengaruhi desain secara keseluruhan. Mereka juga memiliki keterampilan teknis yang sangat baik untuk menggunakan program CAD secara efisien Untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik, para insinyur menggunakan keterampilan komputer, desain, dan komunikasi. Mereka cenderung sangat terorganisir, terutama jika mereka mengerjakan beberapa proyek secara bersamaan. Mereka juga menerapkan keterampilan pemecahan masalah yang kuat untuk merancang resolusi cepat untuk masalah teknik yang muncul selama proyek:
Keterampilan Konstruksi: Definisi dan Contoh
Sertifikasi dan lisensi
Setiap negara bagian mewajibkan arsitek memiliki lisensi. Kandidat memperbarui kredensial ini secara berkala dengan menyelesaikan kredit pendidikan berkelanjutan, meskipun peraturan negara bagian dapat sedikit berbeda, sebagian besar mengharuskan arsitek untuk melakukan hal berikut:
Tidak seperti arsitek, beberapa insinyur mungkin tidak memiliki lisensi. Meskipun lisensi tidak selalu menjadi persyaratan bagi insinyur tingkat pemula, negara bagian biasanya mewajibkan para profesional tingkat lanjut untuk memiliki lisensi insinyur profesional (PE). Penunjukan ini memungkinkan mereka untuk menawarkan layanan kepada publik dan menandatangani proyek, untuk mendapatkan PE, Anda dapat melakukan hal berikut:
Lingkungan kerja yang khas
Arsitek melakukan sebagian besar pekerjaan mereka di kantor di mana mereka menggunakan komputer untuk merancang struktur, bertemu dengan klien secara langsung dan melalui telepon, dan berkolaborasi dengan desainer dan insinyur. Sebagian besar arsitek juga melakukan perjalanan ke lokasi kerja di mana mereka mengawasi proyek-proyek konstruksi. Para profesional ini umumnya bekerja penuh waktu dan mungkin bekerja lembur saat menyelesaikan proyek-proyek besar, sedangkan insinyur umumnya mengembangkan desain, meneliti proyek, dan melakukan tugas administratif saat bekerja di kantor. Insinyur konstruksi cenderung sering bepergian, sering mengunjungi lokasi kerja di mana mereka memantau kemajuan proyek dan membantu pemecahan masalah. Ketika proyek-proyek besar membutuhkan pekerjaan di luar lokasi secara terus-menerus, insinyur konstruksi dapat pindah selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Tingkatkan resume Anda
Tunjukkan keahlian Anda dengan bantuan dari ahli resume
Peluang kerja populer untuk arsitek dan insinyur
Ketika mereka memilih spesialisasi dan memajukan karier mereka, arsitek dan insinyur dapat mempertimbangkan berbagai peluang kerja. Temukan lima peran paling populer untuk insinyur dan arsitek di bawah ini.
1. Teknisi teknik
Gaji rata-rata nasional: $52.549 pertahunTugas utama: Teknisi teknik membantu insinyur konstruksi dalam perencanaan, desain, dan pembangunan. Mereka biasanya meninjau gambar proyek dan mendiskusikan rencana konstruksi dengan para insinyur untuk mengkonfirmasi spesifikasi dan mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi. teknisi ini mengevaluasi dan mempelajari kondisi lapangan, tanah, dan lingkungan sebelum konstruksi untuk menilai potensi masalah. Mereka juga memastikan bahwa proyek memenuhi spesifikasi material dan kode bangunan. Banyak teknisi teknik yang mendukung insinyur konstruksi dengan mendokumentasikan proyek dan mengawasi file.
2. Konseptor
Gaji rata-rata nasional: $64.124 pertahunTugas utama: Drafter mengubah desain arsitek dan rencana insinyur menjadi gambar teknis berskala. Meskipun banyak drafter yang mampu membuat gambar secara manual, sebagian besar menggunakan program CAD untuk mengembangkan gambar digital. Mereka memulai dengan sketsa sederhana dan menghasilkan gambar yang terperinci, sering kali menggabungkan elemen arsitektur dan teknik, termasuk skala gambar dan dimensi struktur yang diusulkan, dan mereka juga dapat menyebutkan bahan dan spesifikasi lainnya. Beberapa konseptor mengkhususkan diri pada jenis struktur tertentu, seperti bangunan perumahan, perusahaan, atau industri.
3. Arsitek lanskap
Gaji rata-rata nasional: $68.737 pertahunTugas utama: Arsitek lanskap berspesialisasi dalam mendesain ruang luar ruangan, seperti taman pribadi, area umum untuk bisnis, dan ruang hijau rekreasi untuk penggunaan umum. Mereka biasanya memulai proyek dengan mengembangkan rencana lokasi, menentukan spesifikasi, dan menyiapkan perkiraan biaya, menggunakan program CAD untuk menghasilkan representasi digital dari desain mereka, dan menganalisis kondisi lingkungan dan tanah. Arsitek lanskap memilih bahan dan perlengkapan untuk desain mereka, dan mereka juga sering mengawasi pembangunannya:
Pelajari Tentang Menjadi Seorang Arsitek Lanskap
4. Surveyor
Gaji rata-rata nasional: $72,468 pertahunTugas utama: Surveyor menggunakan alat dan perlengkapan untuk menentukan batas-batas properti pribadi dan saluran publik, seringkali untuk mencegah masalah hukum. Mereka bertanggung jawab untuk mengukur jarak pada, di atas dan di bawah permukaan surveyor dapat meneliti catatan dan peta yang ada, atau mereka dapat melakukan perjalanan ke lokasi untuk melakukan pengukuran manual. Mereka kemudian mencatat temuan mereka dan menyajikan informasi tersebut kepada klien, agensi, dan publik. untuk melakukan pekerjaan mereka dengan tepat, surveyor menggunakan Sistem Pemosisian Global dan Sistem Informasi Geografis.
Pelajari Tentang Menjadi Seorang Surveyor
5. Manajer teknik
Gaji rata-rata nasional: $113.045 pertahunTugas utama: Manajer teknik bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas, proyek, dan departemen di dalam perusahaan. Mereka biasanya bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana proyek yang komprehensif, mengusulkan dan membuat anggaran, dan memimpin proyek penelitian. Para manajer ini mempekerjakan anggota staf, menugaskan proyek kepada anggota tim, mengawasi karyawan, dan menilai kebutuhan pelatihan dan pengembangan departemen. Mereka juga menyetujui pekerjaan anggota staf dan berkolaborasi dengan karyawan tingkat tinggi lainnya untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan secara efisien dan sesuai anggaran.
Disadur dari: indeed.com