Teknologi Industri & Pemeliharaan
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Agustus 2025
Transformasi Industri 4.0 dan Peran Digital Twin
Dalam era Industry 4.0, konsep digital twin atau kembar digital menjadi salah satu pilar utama transformasi industri. Digital twin adalah representasi virtual dari sistem fisik yang mampu mereplikasi perilaku, kondisi, dan status real-time. Dengan menghubungkan sistem fisik ke dunia digital melalui sensor dan algoritma, digital twin memungkinkan pemantauan kondisi (condition monitoring), simulasi perilaku, hingga prediksi kegagalan (predictive maintenance).
Paper berjudul “Design of a Digital Twin for an Industrial Vacuum Process: A Predictive Maintenance Approach” karya Mohammad F. Yakhni, Houssem Hosni, Sebastien Cauet, Anas Sakout, Erik Etien, Laurent Rambault, Hassan Assoum, dan Mohamed El-Gohary, dipublikasikan di jurnal Machines tahun 2022, menghadirkan implementasi nyata digital twin dalam sistem ventilasi industri.
Kontribusi penelitian ini ada pada pengembangan model digital twin untuk sistem motor–kipas industri dengan pendekatan Motor Current Signature Analysis (MCSA). Model ini dikombinasikan dengan simulasi Matlab/Simulink dan protokol diagnostik berbasis statistik untuk mendeteksi kerusakan komponen secara dini. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ini efektif, murah, dan aplikatif untuk kondisi industri nyata.
Latar Belakang: Mengapa Sistem Ventilasi Butuh Predictive Maintenance?
Sistem ventilasi di industri memiliki peran vital untuk menjaga kualitas udara, keselamatan pekerja, dan kelancaran proses produksi. Kerusakan mendadak pada motor, kipas, atau sabuk transmisi bisa menyebabkan:
Kebanyakan metode pemantauan kondisi (condition monitoring) saat ini menggunakan analisis getaran atau sensor akustik. Meski akurat, metode tersebut mahal karena membutuhkan sensor tambahan khusus. Di sinilah MCSA menjadi solusi: cukup memanfaatkan sensor arus dan tegangan yang sudah ada, sehingga lebih hemat dan praktis.
Studi Kasus: Instalasi Ventilasi di MTC Poitiers
Penelitian dilakukan pada sistem ventilasi di Municipal Technical Center (MTC) Poitiers, Prancis. Instalasi ini terdiri dari 11 mesin, dengan 4 mesin beroperasi bersamaan. Ventilasi menggunakan kipas besar yang digerakkan oleh motor induksi (Induction Motor/IM) melalui puli, sabuk transmisi, dan poros.
Spesifikasi motor induksi yang digunakan:
Sistem ini rentan terhadap berbagai kerusakan, di antaranya:
Kerusakan ini menimbulkan pola sinyal arus yang khas, yang bisa dianalisis dengan MCSA.
Tahap Desain Digital Twin
1. Model Matematis Sistem
Sistem mekanis dibagi menjadi tiga massa utama:
Menggunakan hukum Newton II dan free-body diagram, diperoleh tiga persamaan diferensial yang menggambarkan dinamika rotasi tiap massa. Parameter penting meliputi momen inersia, torsi elektromagnetik motor (Te), torsi beban (Ta), kekakuan sabuk (Kb), kekakuan poros (Ks), dan koefisien gesekan bantalan (Br).
2. Definisi Gangguan Sistem
Gangguan dimodelkan sebagai torsi tambahan sinusoidal (Td) dengan frekuensi spesifik sesuai jenis kerusakan. Contoh:
Dengan cara ini, model bisa “meniru” perilaku kerusakan nyata.
3. Simulasi Matlab/Simulink
Model matematis kemudian direalisasikan di Matlab/Simulink R2021b. Simulasi menghasilkan digital twin yang menerima input arus/tegangan aktual lalu membandingkannya dengan model. Frekuensi gangguan diintegrasikan agar hasil simulasi mendekati data nyata.
Analisis Elektrik: Motor Current Signature Analysis (MCSA)
Apa Itu MCSA?
Motor Current Signature Analysis adalah metode diagnosis kondisi motor dengan menganalisis sinyal arus stator. Cacat mekanis maupun listrik menghasilkan modulasi amplitudo (AM) atau modulasi fase (PM) pada arus. Dengan memeriksa spektrum arus, cacat dapat diidentifikasi.
Concordia Transform
Transformasi ini menggabungkan tiga arus fase menjadi dua komponen ortogonal (iα dan iβ). Hasilnya kemudian dianalisis menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) untuk mendeteksi frekuensi cacat.
Relevansi Praktis
Keunggulan MCSA:
Contoh aplikasinya:
Protokol Diagnostik: Pendekatan Statistik
Untuk membedakan sinyal cacat dari noise, peneliti mengusulkan pendekatan statistik:
Kelebihan: sederhana, robust terhadap noise, dan cocok untuk kecepatan tetap. Kekurangan: kurang fleksibel untuk sistem dengan kecepatan variabel.
Hasil dan Diskusi
Validasi Simulasi vs Data Nyata
Efektivitas Digital Twin
Analisis Kritis dan Opini
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Opini Aplikatif
Jika penelitian ini dikembangkan dengan AI, maka sistem bisa:
Relevansi Dunia Nyata
Teknologi digital twin seperti ini bisa diterapkan di berbagai industri:
Keuntungan praktisnya:
Kesimpulan
Paper ini menunjukkan bagaimana digital twin dapat dimanfaatkan untuk predictive maintenance pada sistem ventilasi industri. Dengan menggabungkan model matematis, simulasi Simulink, analisis arus motor (MCSA), serta protokol statistik, peneliti berhasil membangun sistem diagnosis yang murah, praktis, dan efektif.
Namun, tantangan masih ada: adaptasi untuk kecepatan variabel, integrasi kecerdasan buatan, serta validasi lintas industri. Meski begitu, penelitian ini menjadi fondasi kuat untuk mendorong industri mengadopsi digital twin sebagai bagian dari strategi pemeliharaan modern.
Digital twin bukan lagi sekadar konsep futuristik, melainkan kebutuhan nyata di era Industry 4.0 untuk menjaga efisiensi, keandalan, dan keberlanjutan operasi industri.
Sumber
Yakhni, M.F.; Hosni, H.; Cauet, S.; Sakout, A.; Etien, E.; Rambault, L.; Assoum, H.; El-Gohary, M. (2022). Design of a Digital Twin for an Industrial Vacuum Process: A Predictive Maintenance Approach. Machines, 10(8), 686. https://doi.org/10.3390/machines10080686
Teknologi Industri & Pemeliharaan
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Agustus 2025
Transformasi Industri Lewat Digital Twin
Dalam dekade terakhir, istilah digital twin makin sering muncul di diskusi tentang Industry 4.0. Digital twin adalah kembaran digital dari sistem fisik yang terhubung lewat data sensor dan model matematis, sehingga bisa mereplikasi perilaku, kondisi, bahkan potensi kerusakan dari sistem nyata. Paper karya Yakhni et al. (2022) berjudul “Design of a Digital Twin for an Industrial Vacuum Process: A Predictive Maintenance Approach” (doi.org/10.3390/machines10080686) ngebahas penerapan digital twin buat predictive maintenance alias pemeliharaan prediktif di sistem ventilasi industri.
Kenapa ini penting? Karena di industri, terutama manufaktur, downtime akibat kerusakan mesin bisa bikin kerugian gede. Bayangin kalau kipas atau motor di pabrik kayu mati mendadak, bukan cuma debu berhamburan, tapi seluruh lini produksi bisa terganggu. Di sinilah digital twin masuk: bikin simulasi digital yang bisa mendeteksi tanda awal kerusakan, kasih alarm sebelum mesin bener-bener rusak, dan pada akhirnya menghemat biaya serta waktu.
Kontribusi Penelitian
Paper ini menyumbang hal-hal penting yang langsung relevan ke dunia industri:
Buat industri, kontribusi ini berarti mereka bisa punya alat monitoring kesehatan mesin yang akurat tanpa perlu pasang sensor mahal kayak accelerometer getaran. Cukup manfaatin sinyal arus listrik yang udah ada.
Deskripsi Sistem Fisik
Sistem yang dipelajari dalam penelitian ini adalah fan/motor system, yaitu gabungan antara motor induksi (induction motor, IM) dan fan industri.
Detailnya:
👉 Relevansi nyata: Sistem ini bukan contoh buatan, tapi bener-bener dipakai di MTC buat ekstraksi debu kayu dari mesin pertukangan. Artinya, model ini langsung berakar di dunia nyata, bukan sekadar teori.
Pengembangan Digital Twin
Model Matematis
Digital twin dibuat dengan pemodelan matematis berbasis hukum Newton. Sistem dianggap punya tiga derajat kebebasan: pulley 1, pulley 2, dan fan. Tiap komponen punya persamaan gerak sendiri, misalnya torsi elektromagnetik dari motor (Te), kekakuan sabuk (Kb), kekakuan poros (Ks), dan friksi bearing (Br).
Simulasi Kerusakan
Kerusakan atau fault dimodelkan sebagai tambahan torsi sinusoidal dengan frekuensi tertentu. Jenis kerusakan yang dimodelkan antara lain:
Setiap fault punya frekuensi khas. Misalnya, misalignment muncul di 2 × fr (dua kali frekuensi rotor), sedangkan broken rotor bar muncul di 2 × (fe – fr). Dengan cara ini, tiap kerusakan bisa dikenali dari tanda uniknya.
👉 Nilai tambah buat industri: Simulasi kayak gini bikin engineer bisa “ngetes kerusakan” tanpa harus beneran bikin mesin rusak. Aman, murah, dan efisien.
Motor Current Signature Analysis (MCSA)
MCSA adalah metode deteksi kerusakan berbasis sinyal arus motor. Konsepnya simpel: kalau ada masalah di komponen mekanik/elektrik, pola arus listrik bakal berubah.
Kelebihan MCSA:
Concordia Transform & FFT
Contoh temuan di penelitian ini:
👉 Aplikasi nyata: Operator pabrik bisa tahu dari spektrum arus apakah sabuk mesin udah mulai aus atau bearing mulai bermasalah.
Protokol Diagnostik Statistik
Digital twin nggak cuma mendeteksi, tapi juga ngasih alarm prediktif pake statistik.
Tahapannya:
👉 Manfaat praktis: Sistem bisa membedakan noise normal dengan tanda awal kerusakan. Jadi operator nggak panik gara-gara gangguan kecil, tapi juga nggak telat ngatasin kerusakan beneran.
Hasil Penelitian
Relevansi ke Dunia Industri
👉 Bayangin pabrik furnitur dengan 15 mesin kayu. Dengan digital twin, operator bisa tahu sabuk mana yang hampir putus, bearing mana yang udah aus, tanpa harus bongkar semua mesin. Hemat waktu, hemat biaya.
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Opini Pribadi
Menurut gue, penelitian ini jadi landasan kuat buat penerapan digital twin di predictive maintenance. Buat langkah berikutnya, integrasi dengan machine learning bakal bikin sistem lebih fleksibel. Misalnya, algoritma bisa belajar dari data real-time ribuan jam operasi mesin, sehingga alarm makin presisi.
Kesimpulan
Paper ini nunjukin bahwa kombinasi digital twin + MCSA + protokol statistik bisa jadi solusi praktis buat predictive maintenance. Meski terbatas di sistem ventilasi kayu, pendekatan ini gampang diadaptasi ke mesin industri lain.
Buat dunia nyata, manfaatnya jelas: biaya lebih rendah, downtime lebih sedikit, perawatan lebih cerdas. Ke depan, integrasi AI bisa bikin sistem ini makin relevan buat pabrik modern.
Sumber
Yakhni, M.F., Hosni, H., Cauet, S., Sakout, A., Etien, E., Rambault, L., Assoum, H., & El-Gohary, M. (2022). Design of a Digital Twin for an Industrial Vacuum Process: A Predictive Maintenance Approach. Machines, 10(8), 686.
https://doi.org/10.3390/machines10080686
Infrastruktur & Teknologi Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Agustus 2025
Perkembangan infrastruktur transportasi dalam beberapa dekade terakhir berjalan begitu cepat, seiring urbanisasi serta pertumbuhan ekonomi global. Jalan raya, rel kereta cepat, jembatan, hingga terowongan terus dibangun dalam skala masif. Namun, tantangan yang muncul tidak kalah besar, antara lain: biaya pemeliharaan yang membengkak, kompleksitas koordinasi antar pemangku kepentingan, serta kebutuhan akan keselamatan publik yang semakin ketat. Di sinilah digital twin (DT) menjadi salah satu inovasi paling menjanjikan. Paper “Digital Twin in Transportation Infrastructure Management: A Systematic Review” karya Bin Yan dkk. (2023) memberikan tinjauan menyeluruh mengenai posisi DT dalam pengelolaan infrastruktur transportasi.
Tulisan ini meresensi paper tersebut secara panjang lebar, dengan menyoroti relevansi praktisnya bagi dunia nyata dan industri. Resensi akan dibagi menjadi beberapa bagian, mulai dari definisi DT, perbandingan dengan konsep lain, aplikasi di tahap desain hingga operasi, teknologi yang mendukung, tantangan penerapan, hingga analisis kritis tentang dampaknya dalam konteks industri.
Mengapa Digital Twin Penting untuk Infrastruktur Transportasi?
Digital twin dapat dipahami sebagai replika virtual dinamis dari aset fisik—seperti jalan, jembatan, terowongan, atau sistem perkeretaapian—yang selalu diperbarui dengan data real-time dari sensor, perangkat IoT (Internet of Things), maupun data historis. Tujuannya bukan sekadar menampilkan bentuk 3D, melainkan menciptakan hubungan timbal balik antara dunia fisik dan virtual.
Dalam praktik industri, hal ini memungkinkan pihak pengelola:
Paper ini menekankan bahwa metode manajemen tradisional kerap terjebak dalam “silo informasi”—data terpisah, sulit diakses lintas proyek, dan tidak terintegrasi. DT hadir untuk menyatukan itu semua.
Definisi Digital Twin dan Perbedaannya dengan BIM serta CPS
Paper ini memaparkan bahwa DT terdiri dari lima komponen inti:
Menariknya, paper ini juga membandingkan DT dengan Building Information Modeling (BIM) dan Cyber-Physical Systems (CPS).
Relevansi di Dunia Nyata
Perbandingan ini penting untuk industri. Jika BIM hanya berguna saat perencanaan, DT bisa tetap digunakan hingga tahap operasi dan pemeliharaan. Sementara CPS yang fokus pada perangkat, DT menawarkan gambaran utuh aset beserta perilakunya.
Aplikasi Digital Twin dalam Infrastruktur Transportasi
1. Desain dan Optimasi Proyek
Pada tahap desain, DT memungkinkan simulasi menyeluruh sebelum proyek dibangun. Misalnya:
Dampak praktis: kesalahan desain yang biasanya baru terlihat setelah konstruksi dapat diantisipasi sejak awal. Ini berarti biaya perubahan desain dan risiko kecelakaan bisa ditekan secara signifikan.
2. Monitoring dan Manajemen Konstruksi
Selama pembangunan, DT berfungsi sebagai pusat kendali virtual:
Namun, paper mencatat bahwa sebagian besar penelitian masih dilakukan dalam kondisi laboratorium. Tantangan di lapangan—seperti cuaca buruk, sinyal lemah, atau lingkungan sulit—sering membuat efektivitas DT tidak maksimal.
3. Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur
Tahap ini menjadi fokus utama karena biaya pemeliharaan sering kali jauh lebih tinggi daripada biaya pembangunan. DT mendukung:
Kritik: Paper kurang menyoroti aspek biaya implementasi. Bagi operator kecil, memasang ribuan sensor bisa memberatkan. Solusi modular—misalnya hanya memasang sensor di titik rawan—mungkin lebih realistis.
Teknologi Pendukung Digital Twin
Paper ini merinci teknologi yang membuat DT bisa berjalan:
Opini Kritis
Teknologi ini sangat canggih, tetapi justru bisa menjadi penghalang adopsi. Tidak semua operator infrastruktur memiliki SDM atau dana untuk mengelola sistem cloud atau blockchain. Ada kebutuhan akan solusi DT yang lebih sederhana dan modular.
Tantangan Utama Digital Twin
Paper mengidentifikasi beberapa tantangan besar:
Analisis Kritis: Relevansi bagi Dunia Nyata
Kelebihan DT
Kekurangan DT
Pandangan saya: Bagi kota besar dengan anggaran cukup, DT adalah investasi jangka panjang yang masuk akal. Namun bagi kota kecil, penerapan parsial—misalnya DT hanya untuk monitoring jembatan utama—lebih efektif.
Kesimpulan
Paper “Digital Twin in Transportation Infrastructure Management: A Systematic Review” memberi gambaran menyeluruh tentang potensi DT. Mulai dari desain, konstruksi, hingga operasi, DT menjanjikan efisiensi, prediksi, dan pengambilan keputusan berbasis data. Namun, paper juga menekankan tantangan teknis, biaya, serta kebutuhan standardisasi.
Secara praktis, temuan ini relevan untuk:
Dengan demikian, DT bukan hanya tren akademik, tetapi juga alat strategis yang dapat merevolusi cara kita membangun dan merawat infrastruktur transportasi.
Sumber Paper
Yan, B., Yang, F., Qiu, S., Wang, J., Cai, B., Wang, S., Zaheer, Q., Wang, W., Chen, Y., & Hu, W. (2023). Digital twin in transportation infrastructure management: a systematic review. Intelligent Transportation Infrastructure, 1–18.
👉 https://doi.org/10.1093/iti/liad024
Manufaktur Digital & Pemeliharaan
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 25 Agustus 2025
Perkembangan teknologi di era Industri 4.0 menghadirkan perubahan besar pada cara industri mengelola sistem produksi, perawatan, dan efisiensi mesin. Salah satu konsep yang menonjol adalah Digital Twin (DT) atau kembaran digital. DT didefinisikan sebagai representasi virtual dari entitas fisik yang terhubung secara real-time melalui sensor, data, dan model simulasi. Paper karya Georgios Falekas dan Athanasios Karlis (2021) ini mengupas tuntas bagaimana DT dipakai dalam konteks mesin listrik (Electrical Machines/EM) terutama untuk kontrol dan predictive maintenance (PM) atau pemeliharaan prediktif.
Paper ini mengidentifikasi bahwa mesin listrik merupakan inti dari berbagai aplikasi industri, mulai dari motor induksi di lini produksi, generator dalam pembangkit listrik, hingga motor permanen di kendaraan listrik. Mesin-mesin ini rawan terhadap kerusakan yang bisa mengakibatkan downtime, biaya perbaikan tinggi, bahkan ancaman keselamatan. Karena itu, predictive maintenance berbasis DT dipandang sebagai solusi yang dapat menekan risiko tersebut.
Apa Itu Digital Twin?
Sebelum masuk ke aplikasi praktis, penting untuk memahami konsep dasar DT.
Definisi Digital Twin
Tiga Kategori Digital Construct
Paper ini menekankan pentingnya membedakan tiga kategori digital construct:
Klasifikasi ini penting supaya tidak ada tumpang tindih istilah. Dalam praktik, banyak penelitian yang sebenarnya masuk kategori Digital Shadow, tapi disebut Digital Twin.
Mesin Listrik dan Tantangan Pemeliharaan
Mesin listrik (Electrical Machines/EM) adalah jantung dari sistem industri. Jenis-jenis mesin listrik yang umum dibahas dalam paper ini antara lain:
Tantangan utamanya adalah:
Dengan kondisi ini, predictive maintenance (PM) jadi kebutuhan vital. PM memungkinkan diagnosis dan prediksi kerusakan lebih dini, sehingga perbaikan bisa dilakukan saat downtime terjadwal, bukan saat mesin mendadak rusak.
Digital Twin dalam Predictive Maintenance
Predictive Maintenance (PM) adalah strategi perawatan berbasis data untuk memprediksi kapan sebuah mesin akan mengalami kerusakan, sehingga perawatan bisa dilakukan sebelum gagal total. Dalam paper ini, DT dipandang sebagai pilar penting untuk mewujudkan PM yang lebih efektif.
Sumber Data untuk Digital Twin
DT dalam PM memanfaatkan tiga sumber data utama:
Data ini kemudian diolah dengan bantuan Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk menghasilkan prediksi yang akurat.
Manfaat Utama DT dalam PM
Studi Kasus dan Aplikasi Digital Twin
Paper ini menyajikan berbagai contoh penerapan DT pada mesin listrik:
Tantangan Implementasi Digital Twin
Walaupun menjanjikan, paper ini juga menyoroti berbagai hambatan dalam implementasi DT:
Analisis saya: hambatan ini bisa diatasi bertahap. Misalnya, industri bisa mulai dengan Digital Shadow (DS) sebelum full DT. Selain itu, tren cloud computing dan edge AI akan menurunkan biaya dalam jangka panjang.
Dampak Praktis untuk Industri
Dari pembahasan paper, bisa ditarik kesimpulan bahwa DT membawa dampak nyata bagi berbagai sektor:
Efeknya bukan cuma efisiensi teknis, tapi juga efisiensi ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Kritik dan Opini
Menurut saya, paper ini punya keunggulan karena berhasil menyusun ulang definisi Next-Generation Digital Twin (nexDT) khusus untuk mesin listrik. Kontribusi ini penting karena sebelumnya banyak literatur yang masih terlalu umum.
Namun, ada beberapa kritik yang bisa diajukan:
Meskipun begitu, paper ini tetap memberikan dasar kokoh untuk penelitian dan penerapan praktis DT di industri.
Kesimpulan
Paper Falekas & Karlis (2021) menegaskan bahwa Digital Twin adalah kunci masa depan predictive maintenance pada mesin listrik. Dengan menggabungkan model fisik, data sensor, dan kecerdasan buatan, DT mampu memberikan gambaran akurat tentang kondisi mesin sekaligus memprediksi kerusakan sebelum terjadi.
Manfaat praktisnya jelas: downtime berkurang, biaya operasional turun, umur mesin lebih panjang, dan efisiensi energi meningkat. Walau masih ada tantangan seperti biaya awal, kompleksitas model, dan isu keamanan, arah perkembangan industri sudah jelas menuju penerapan DT secara luas.
Dengan kata lain, Digital Twin bukan lagi konsep futuristik, melainkan investasi strategis untuk industri modern.
Sumber Paper
Falekas, G., & Karlis, A. (2021). Digital Twin in Electrical Machine Control and Predictive Maintenance: State-of-the-Art and Future Prospects. Energies, 14(5933).
👉 DOI: 10.3390/en14185933
Teknologi Manufaktur Digital
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 25 Agustus 2025
Perkembangan Industri 4.0 telah membawa perubahan besar dalam cara perusahaan manufaktur beroperasi. Di masa lalu, fokus utama manufaktur hanya sebatas pada produktivitas, kualitas, dan efisiensi tenaga kerja. Namun sekarang, perusahaan tidak lagi cukup hanya mengandalkan metode tradisional. Globalisasi, perubahan permintaan pelanggan yang cepat, serta dorongan kompetisi internasional memaksa perusahaan untuk mengadopsi digitalisasi sebagai pilar utama strategi mereka. Salah satu konsep yang dianggap revolusioner adalah Digital Twin (DT).
Digital Twin pada dasarnya adalah replika digital dari sistem fisik. Jika kita punya sebuah mesin di pabrik, maka DT adalah bayangan digital yang bisa memantau, menganalisis, bahkan melakukan simulasi dari kondisi dan perilaku mesin tersebut. Dengan dukungan teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Cyber-Physical Systems (CPS), DT bisa bertindak sebagai jembatan antara dunia nyata dan dunia virtual.
Namun, di balik potensi besar itu, ada masalah mendasar: tingkat fidelity atau seberapa detail DT harus dibuat. Banyak literatur akademik menekankan bahwa DT sebaiknya high-fidelity, yaitu meniru sistem fisik secara sangat detail dan realistis. Definisi seperti yang digunakan NASA, misalnya, menggambarkan DT sebagai simulasi multiphysics yang sangat kompleks. Tapi di sisi lain, perusahaan dalam dunia nyata sering hanya butuh solusi praktis yang lebih murah, cepat, dan tepat sasaran.
Pertanyaan besar pun muncul: apakah benar selalu dibutuhkan DT dengan fidelity setinggi mungkin? Jawaban atas pertanyaan ini menjadi fokus utama paper karya Kober, Adomat, Ahanpanjeh, Fette, dan Wulfsberg (2022) berjudul Digital Twin Fidelity Requirements Model for Manufacturing. Paper ini memperkenalkan kerangka baru bernama Digital Twin Fidelity Requirements Model (DT-FRM), yang membantu perusahaan menentukan tingkat fidelity secukupnya sesuai kebutuhan, bukan sekadar mengikuti tren akademik.
👉 Paper ini tersedia resmi di: https://doi.org/10.15488/12145
Analisis Literatur: Temuan dari 77 Artikel
Sebelum merumuskan DT-FRM, tim penulis melakukan analisis literatur yang cukup komprehensif. Mereka meneliti 77 artikel tentang aplikasi Digital Twin di manufaktur. Tujuannya untuk melihat sejauh mana literatur akademik mempertimbangkan aspek fidelity dalam implementasi DT.
Hasilnya cukup mengejutkan dan menunjukkan adanya gap besar antara teori dan praktik:
Kesimpulan dari analisis ini: ada kecenderungan akademisi memandang DT hanya dari kacamata teknis dan detail tinggi, sementara dunia industri sebenarnya lebih membutuhkan panduan praktis yang mempertimbangkan biaya, waktu, dan tujuan bisnis.
Digital Twin Fidelity Requirements Model (DT-FRM)
Untuk menjawab kesenjangan tersebut, penulis mengembangkan Digital Twin Fidelity Requirements Model (DT-FRM). Model ini disusun dengan pendekatan Design Science Research (DSR), yang berfokus pada penciptaan solusi (artefak) untuk masalah nyata.
Konsep Dasar DT-FRM
Prinsip utama DT-FRM adalah: fidelity harus ditentukan berdasarkan masalah yang ingin diselesaikan, bukan berdasarkan asumsi bahwa semakin detail semakin baik. Dengan kata lain, fidelity bukan tujuan, melainkan alat.
DT-FRM mengajarkan bahwa membangun DT ultra-detail bisa saja tidak efisien jika ternyata sebagian besar detail tersebut tidak berkontribusi terhadap penyelesaian masalah.
Langkah-Langkah DT-FRM
Hasil akhir dari proses ini biasanya berupa DT Fidelity Requirements Matrix, semacam peta visual yang menunjukkan tingkat fidelity yang dibutuhkan tiap variabel.
Dampak Praktis bagi Industri
Penerapan DT-FRM bisa membawa manfaat nyata bagi perusahaan:
Kritik dan Opini terhadap Paper
Meski DT-FRM merupakan kontribusi penting, ada beberapa catatan:
Namun demikian, poin utama paper ini berhasil menggeser paradigma: Digital Twin tidak harus selalu ultra-realistic. Fidelity yang pas sesuai konteks bisa memberikan hasil optimal dengan biaya lebih rendah.
Relevansi di Dunia Nyata
Implementasi DT-FRM dapat berdampak luas di berbagai sektor:
Kesimpulan
Paper Kober et al. (2022) berhasil memberikan perspektif baru dalam diskusi tentang Digital Twin. Jika sebelumnya DT selalu dikaitkan dengan high-fidelity yang kompleks dan mahal, kini muncul pemahaman bahwa fidelity harus dipilih berdasarkan masalah dan manfaat yang ingin dicapai.
Dengan DT-FRM, perusahaan punya kerangka praktis untuk menghindari pemborosan biaya, meningkatkan efisiensi implementasi, dan memastikan DT benar-benar memberikan nilai tambah.
Pelajaran penting dari paper ini adalah:
👉 Untuk membaca paper lengkapnya: https://doi.org/10.15488/12145
Digital Twin & BIM dalam Manajemen Fasilitas
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 25 Agustus 2025
Digitalisasi sektor konstruksi dalam satu dekade terakhir sudah berkembang pesat, tapi ada satu topik yang terus jadi perhatian besar: bagaimana bangunan bisa dikelola secara pintar sepanjang siklus hidupnya. Paper karya Toufa Kinani (2023) dengan judul Characterizing BIM-enabled Digital Twins for Building Facilities Management hadir sebagai salah satu karya yang mencoba menjawab tantangan tersebut. Fokus utama dari penelitian ini adalah memetakan hubungan antara Building Information Modeling (BIM) dengan Digital Twin (DT) dan bagaimana keduanya bisa dipakai untuk mendukung Facilities Management (FM) atau manajemen fasilitas bangunan.
Sebelum masuk lebih jauh, perlu dipahami dulu istilah-istilah kunci yang muncul dalam paper ini. Building Information Modeling (BIM) adalah representasi digital dari bangunan yang menyimpan semua informasi terkait geometri, material, dan spesifikasi teknis. BIM bukan sekadar gambar 3D, melainkan sebuah basis data kaya informasi yang bisa dipakai oleh arsitek, kontraktor, hingga manajer fasilitas. Sementara itu, Digital Twin (DT) adalah “kembaran digital” dari objek fisik di dunia nyata, yang terhubung secara real-time melalui sensor, IoT (Internet of Things), dan sistem analitik. Dengan Digital Twin, kondisi nyata bangunan bisa dipantau, diprediksi, bahkan dioptimalkan melalui representasi digitalnya. Sedangkan Facilities Management (FM) merujuk pada serangkaian aktivitas operasional dan pemeliharaan (Operation & Maintenance) yang bertujuan menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, efisien, aman, dan sesuai tujuan penggunaannya.
Paper Kinani menekankan bahwa integrasi BIM dan Digital Twin adalah salah satu cara paling menjanjikan untuk membawa manajemen fasilitas ke level baru. Tujuan besarnya adalah menciptakan bangunan yang lebih efisien, hemat energi, ramah lingkungan, dan memiliki umur teknis yang lebih panjang.
Tujuan dan Riset yang Dilakukan
Kinani (2023) berangkat dari fakta bahwa banyak penelitian sebelumnya hanya berhenti pada tahap konseptual atau terbatas di fase desain dan konstruksi. Padahal, biaya terbesar dalam siklus hidup bangunan justru ada di fase penggunaan, pemeliharaan, dan pengelolaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk:
Metodologi yang digunakan adalah structured literature review, yaitu tinjauan literatur yang sistematis dengan proses penyaringan, klasifikasi, dan analisis. Kinani mengumpulkan ratusan publikasi terkait Digital Twin dan BIM, kemudian menyaringnya menjadi 50 studi utama yang relevan. Dari situ, dia melakukan pemetaan karakterisasi, aplikasi, hingga tantangan implementasi.
Hasil Utama: Karakterisasi dan Implementasi Digital Twin
Dari hasil tinjauan literatur, Kinani menemukan bahwa implementasi Digital Twin dalam facilities management masih berada di tahap awal (nascent stage). Artinya, banyak konsep sudah dikembangkan, namun penerapan nyata di lapangan masih terbatas.
Beberapa temuan penting:
Analisis Aplikatif: Relevansi untuk Dunia Nyata
Kalau ditarik ke dunia industri, temuan ini punya implikasi praktis yang besar.
Kritik dan Keterbatasan
Resensi ini juga perlu menyampaikan beberapa catatan kritis terhadap paper Kinani:
Namun, meskipun ada keterbatasan, kontribusi utama paper ini adalah memberi kerangka berpikir jelas tentang bagaimana BIM bisa dikembangkan menjadi Digital Twin yang fungsional.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, paper Kinani (2023) memberikan kontribusi penting dalam menjelaskan hubungan antara BIM dan Digital Twin untuk manajemen fasilitas bangunan. Ia menunjukkan bahwa meskipun penerapan nyata masih terbatas, potensinya sangat besar, terutama untuk efisiensi energi, pengelolaan aset, dan peningkatan keselamatan.
Relevansinya terhadap industri nyata tidak bisa dipandang remeh: di era Industri 4.0, ketika data real-time sudah jadi keharusan, adopsi Digital Twin akan menjadi standar baru dalam pengelolaan bangunan. Tantangan terbesar ada pada standardisasi, interoperabilitas, dan kesiapan biaya. Tetapi arah ke depan jelas: bangunan masa depan harus bisa “hidup” dalam bentuk digital untuk memastikan keberlanjutan dan efisiensi sepanjang siklus hidupnya.
Referensi
Kinani, T. T. (2023). Characterizing BIM-enabled Digital Twins for Building Facilities Management. Thesis, Virginia Polytechnic Institute and State University. DOI: 10.22260/ISARC2023/0023