Perkembangan Perkeretaapian di Indonesia: Sejarah, Pembangunan, dan Modernisasi

Dipublikasikan oleh Dimas Dani Zaini

08 Mei 2024, 08.48

Sumber : id.wikipedia.org

Perkembangan perkeretaapian di Indonesia memiliki peran penting dalam membangun infrastruktur transportasi yang menghubungkan berbagai wilayah di negeri ini. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, terutama pada masa Tanam Paksa. Pada tahun 1864, dibangunlah jalur kereta api pertama di Indonesia yang menghubungkan Semarang dengan Tanggung oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Kemudian, pembangunan jalur kereta api terus berlanjut dengan pembangunan jalur-jalur baru yang menghubungkan kota-kota di Jawa dan Sumatera.

Pada masa kolonial, pembangunan jalur kereta api didorong oleh kepentingan ekonomi Belanda, seperti pengangkutan hasil pertanian dan mineral dari daerah produksi ke pelabuhan utama. Selain itu, jalur kereta api juga dimaksudkan untuk memfasilitasi mobilitas administratif, militer, dan perjalanan para pejabat kolonial.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, perkeretaapian menjadi tanggung jawab nasional. Djawatan Kereta Api (DKA) didirikan sebagai perusahaan kereta api nasional dan kemudian berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun 1991, perusahaan ini berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Pada masa pra-kemerdekaan, pembangunan jalur kereta api di Indonesia dimaksudkan untuk mengangkut hasil-hasil bumi dari sistem Tanam Paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Jalur kereta api pertama di Indonesia dibangun pada tahun 1867 di Semarang dengan rute Samarang-Tanggung. Pada masa itu, kereta api menggunakan tenaga dari pembakaran batu bara atau kayu.

Setelah kemerdekaan, perusahaan-perusahaan yang sebelumnya dimiliki oleh Belanda tidak langsung menjadi milik Indonesia. Pada tahun 1945, terjadi aksi perebutan kekuasaan perkeretaapian oleh buruh DKA di Jakarta dan Semarang. Pada tanggal 28 September 1945, Ismangil dan anggota lain dari Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) menyatakan bahwa kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia, dan orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dalam urusan perkeretaapian di Indonesia. Sejak saat itu, tanggal 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api di Indonesia.

Setelah itu, terbentuklah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) yang mengelola perkeretaapian di Indonesia. Selain DKARI, ada juga operator-operator lain seperti Kereta Api Soematra Oetara Negara Repoeblik Indonesia dan Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia yang beroperasi di Sumatra, serta Verenigde Spoorwegbedrijf (VS) yang merupakan gabungan dari dua belas operator kereta api swasta pada masa Hindia Belanda. Pada akhirnya, DKARI dan Staatsspoorwegen en Verenigde Spoorwegbedrijf (SS/VS) digabung menjadi satu dan membentuk Djawatan Kereta Api (DKA).

Seiring berjalannya waktu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus mengembangkan dan memodernisasi sistem perkeretaapian di Indonesia. Saat ini, kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang penting dan melayani masyarakat dalam perjalanan antarkota dan antarpulau dengan lebih efisien dan nyaman.

Sumber : id.wikipedia.org