Pendahuluan
Kegagalan proyek konstruksi, yang sering kali diukur dari pembengkakan biaya dan keterlambatan jadwal, adalah masalah yang persisten di seluruh dunia. Salah satu akar permasalahan yang paling sering diidentifikasi adalah perencanaan dan definisi ruang lingkup proyek yang tidak memadai sejak awal. Untuk mengatasi tantangan ini, sebuah penelitian komprehensif mengkaji pentingnya mengintegrasikan Work Breakdown Structure (WBS) atau Struktur Rincian Kerja dengan Cost Breakdown Structure (CBS) atau Struktur Rincian Biaya. Melalui survei terhadap 500 profesional konstruksi dan analisis model persamaan struktural, penelitian ini membuktikan secara signifikan bahwa integrasi kedua struktur ini dapat meningkatkan keberhasilan proyek secara langsung.
Mengapa Integrasi WBS dan CBS Menjadi Kunci Keberhasilan Proyek?
Work Breakdown Structure (WBS) adalah alat manajemen proyek yang hierarkis, berfungsi memecah pekerjaan proyek menjadi paket-paket yang lebih kecil dan mudah dikelola. WBS juga mencakup kamus yang membantu mengorganisasi semua pekerjaan yang diperlukan menjadi bagian-bagian yang lebih mudah diidentifikasi. WBS juga tidak mengurutkan pekerjaan atau menyatakan ketergantungan di antara mereka. Sementara itu,
Cost Breakdown Structure (CBS) mengklasifikasikan semua biaya yang relevan di setiap fase siklus hidup proyek, seperti biaya peralatan, upah, dan material. CBS juga merupakan pemecahan fungsional biaya proyek. Secara tradisional, kedua struktur ini sering kali dikembangkan secara terpisah, yang dapat menyebabkan ketidakkonsistenan dan konflik saat proyek berjalan.
Namun, penelitian ini menegaskan bahwa WBS dan CBS adalah alat yang sama-sama penting karena keduanya membentuk dasar untuk perencanaan, penjadwalan, penganggaran, dan alokasi sumber daya. Dengan mengintegrasikan keduanya, manajer proyek dapat memperoleh definisi proyek yang lebih tajam, mengurangi kontradiksi, dan meningkatkan akurasi estimasi biaya dan respons terhadap risiko.
Rekomendasi Kebijakan Publik
Berdasarkan temuan penelitian ini, berikut adalah beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diadopsi oleh pemerintah untuk meningkatkan kinerja industri manajemen konstruksi:
-
Standardisasi Sistem Klasifikasi Nasional: Kurangnya sistem pengkodean standar untuk pekerjaan konstruksi menjadi hambatan utama. Pemerintah dapat menetapkan dan mendorong adopsi standar nasional untuk sistem klasifikasi WBS dan CBS. Referensi dapat diambil dari standar internasional seperti
ISO 12006-2 dan ISO 81346-12 untuk memastikan keselarasan dengan praktik global. Hal ini akan memudahkan kolaborasi dan pertukaran informasi antar proyek dan perusahaan. -
Mewajibkan Integrasi WBS-CBS pada Proyek Infrastruktur Publik: Kebijakan yang mewajibkan penggunaan model terintegrasi antara WBS dan CBS dapat diterapkan pada proyek-proyek yang didanai pemerintah sejak tahap perencanaan. Langkah ini akan menciptakan fondasi yang kuat, memastikan transparansi anggaran, dan meningkatkan efisiensi secara signifikan.
-
Mendoronog Peningkatan Kompetensi Manajemen Proyek: Terdapat kesenjangan dalam pelatihan manajemen proyek antara manajer dan staf teknis. Kebijakan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan kompetensi melalui pelatihan bersertifikasi. Ini termasuk kursus spesialis, bimbingan, dan pengembangan profesional untuk semua tingkatan staf.
Kesimpulan
Pengintegrasian WBS dan CBS adalah langkah strategis yang terbukti dapat meningkatkan keberhasilan proyek konstruksi secara langsung. Meskipun adopsi teknologi seperti
Building Information Modeling (BIM) memfasilitasi integrasi ini, tantangan terbesar tetap pada standardisasi dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Dengan menerapkan kebijakan yang berfokus pada standardisasi, integrasi, dan pelatihan, pemerintah dapat membantu industri konstruksi nasional menjadi lebih efisien, transparan, dan mampu menghasilkan proyek-proyek yang sukses.
Sumber
-
Cerezo-Narváez, A.; Pastor-Fernández, A.; Otero-Mateo, M.; Ballesteros-Pérez, P. Integration of Cost and Work Breakdown Structures in the Management of Construction Projects. Appl. Sci. 2020, 10, 1386.