Menguatkan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi: Pembelajaran dari Penelitian Elsebaei (2020)

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

10 Oktober 2025, 13.44

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan

Keselamatan dalam industri konstruksi adalah isu yang paling kritis namun sering kali terabaikan. Studi “Elements of Safety Management System in the Construction Industry and Measuring Safety Performance” oleh Elsebaei (2020) menyoroti bahwa kegagalan proyek konstruksi umumnya disebabkan bukan karena kekurangan teknis, tetapi lemahnya sistem manajemen keselamatan (Safety Management System — SMS).

Penelitian ini menjelaskan bahwa penerapan SMS yang efektif mampu menurunkan tingkat kecelakaan hingga 45%, meningkatkan efisiensi kerja, dan memperkuat budaya keselamatan di seluruh organisasi. Di negara-negara maju seperti Inggris dan Australia, SMS bukan sekadar kebijakan administratif, melainkan integrated management culture yang diterapkan pada setiap level pekerjaan, mulai dari manajer proyek hingga pekerja lapangan.

Bagi Indonesia, temuan ini sangat relevan mengingat sektor konstruksi masih menjadi penyumbang tertinggi angka kecelakaan kerja nasional. Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan lebih dari 30% kecelakaan kerja berasal dari sektor ini. Artinya, implementasi SMS bukan lagi pilihan, melainkan keharusan kebijakan nasional untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus efisiensi ekonomi.

Sebagaimana dijelaskan dalam artikel Meningkatkan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi: Pelajaran dari Praktik di Johor, Malaysia dan Relevansinya bagi Indonesia, keselamatan harus dipandang sebagai strategi mitigasi risiko yang terukur, bukan hanya kewajiban hukum. Pendekatan sistemik dan berbasis data dapat mengubah paradigma industri dari “reaktif terhadap kecelakaan” menjadi “proaktif dalam pencegahan.”

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Implementasi SMS di lapangan membawa dampak positif yang signifikan. Di banyak proyek internasional, penerapan elemen-elemen SMS seperti hazard identification, incident investigation, dan safety performance measurement terbukti menekan angka insiden fatal dan meningkatkan produktivitas.

Namun, di Indonesia, efektivitas penerapan SMS masih belum maksimal karena berbagai hambatan:

  1. Keterbatasan Komitmen Manajemen.
    Banyak perusahaan konstruksi belum menjadikan keselamatan sebagai prioritas strategis. Fokus utama masih pada waktu dan biaya proyek.

  2. Kurangnya Kapasitas SDM.
    Tenaga kerja di lapangan sering tidak memahami peran mereka dalam sistem keselamatan.

  3. Minimnya Audit dan Pengawasan.
    Audit internal SMS jarang dilakukan, dan banyak laporan keselamatan hanya formalitas administrasi.

  4. Kurangnya Pemanfaatan Teknologi.
    Belum banyak perusahaan yang menerapkan digital safety monitoring system untuk memantau kepatuhan K3 secara real-time.

Meski demikian, peluang perbaikan sangat besar. Inovasi digital seperti Building Information Modeling (BIM) dan Internet of Things (IoT) memungkinkan integrasi keselamatan dengan sistem manajemen proyek. 

Selain itu, peningkatan safety culture dapat dilakukan dengan melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan keselamatan dan menggunakan indikator performa seperti Lost Time Injury Frequency Rate (LTIFR) untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan.

Rekomendasi Kebijakan Praktis

Berdasarkan temuan penelitian dan konteks lapangan di Indonesia, beberapa rekomendasi kebijakan dapat diterapkan untuk memperkuat sistem manajemen keselamatan di sektor konstruksi:

1. Integrasi SMS ke dalam Standar Nasional Konstruksi

Pemerintah perlu memperkuat penerapan ISO 45001:2018 dalam seluruh proyek konstruksi, serta memastikan bahwa setiap kontraktor memiliki Safety Management Plan (SMP) yang disetujui sebelum proyek dimulai.

2. Digitalisasi Sistem Audit Keselamatan

Penerapan sistem digital berbasis cloud memungkinkan audit keselamatan dilakukan secara real-time, mengurangi manipulasi data, dan memudahkan pengawasan lintas proyek.

3. Program Sertifikasi Kompetensi Keselamatan

Program seperti Sertifikasi Kompetensi Jasa Konstruksi perlu diwajibkan bagi setiap tenaga ahli dan manajer proyek untuk memastikan kompetensi keselamatan yang sesuai standar nasional.

4. Inovasi Pelatihan Berbasis Virtual Reality

Penerapan teknologi pelatihan berbasis simulasi, seperti Pelatihan K3 Virtual Reality untuk Industri Konstruksi, dapat meningkatkan pemahaman risiko secara visual dan interaktif, serta meningkatkan retensi pengetahuan pekerja.

5. Insentif dan Penalti Berbasis Performa Keselamatan

Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau prioritas tender bagi kontraktor dengan tingkat kecelakaan rendah, serta memberikan sanksi administratif bagi pelanggar berat.

6. Kolaborasi Lintas Sektor

Sinergi antara Kementerian PUPR, BPJS Ketenagakerjaan, dan lembaga pelatihan harus diperkuat agar kebijakan K3 tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling mendukung dalam satu kerangka nasional.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Kendati sistem manajemen keselamatan terlihat ideal di atas kertas, beberapa faktor berpotensi menggagalkan kebijakan ini:

  • Kultur Keselamatan yang Lemah.
    Di banyak proyek, pekerja masih menoleransi pelanggaran kecil demi mengejar target waktu.

  • Kurangnya Komitmen Manajemen.
    SMS sering dijadikan formalitas untuk memenuhi syarat tender tanpa penerapan nyata di lapangan.

  • Keterbatasan Infrastruktur Digital.
    Implementasi sistem audit digital masih sulit dilakukan di daerah dengan konektivitas rendah.

  • Evaluasi yang Tidak Berkelanjutan.
    Banyak perusahaan hanya melakukan audit satu kali tanpa pemantauan lanjutan.

Penutup

Penelitian Elsebaei (2020) memberikan pesan penting bahwa keselamatan kerja bukan hanya persoalan kepatuhan, tetapi strategic value yang menentukan keberhasilan proyek konstruksi. Implementasi Safety Management System (SMS) yang kuat dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, produktif, dan berkelanjutan.

Bagi Indonesia, ini saatnya beralih dari paradigma reaktif menuju proaktif — membangun sistem keselamatan berbasis teknologi, kompetensi, dan kolaborasi lintas sektor. 

Sumber

Elsebaei, A. (2020). Elements of Safety Management System in the Construction Industry and Measuring Safety Performance – A Brief.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 974(1), 012013.