Dalam sepuluh tahun terakhir, industri konstruksi India mengalami pertumbuhan luar biasa. Namun, pertumbuhan ini juga memunculkan tantangan baru, seperti tingginya tingkat pemborosan, keterlambatan proyek, dan persaingan ketat dengan pemain internasional.
Fakta mengejutkan, menurut Dr. Tariq Ahmed dari University of Michigan, tingkat pemborosan di proyek konstruksi bisa mencapai 50% hingga 60%. Ini meliputi pemborosan waktu, biaya, material, desain yang buruk, hingga hubungan kerja yang tidak efisien.
Lean Construction, yang diadaptasi dari prinsip Lean Manufacturing, hadir untuk mengatasi masalah tersebut. Filosofi ini berfokus pada menghilangkan segala bentuk waste, memenuhi kebutuhan pelanggan, dan mencapai kesempurnaan operasional dengan sumber daya seminimal mungkin.
Studi Kasus: Work Sampling dan Value Stream Mapping pada Proyek RCC di Mumbai
Penelitian ini dilakukan di sebuah proyek konstruksi di Mumbai, India, khususnya pada pekerjaan beton bertulang (RCC) di lantai layanan. Fokus utama penelitian adalah mengukur tingkat produktivitas pekerja serta mengidentifikasi waste dalam proses kerja untuk kemudian mengusulkan perbaikan.
Untuk mencapai tujuan ini, tiga alat Lean Construction diterapkan secara sistematis, yaitu:
- Work Sampling (WS): Mengobservasi aktivitas pekerja secara acak untuk mengkategorikan kegiatan sebagai Value-Added (VA), Non-Value Added but Necessary (NVAN), dan Non-Value Added (NVA).
- Daily Progress Report (DPR): Memonitor produktivitas harian pekerja.
- Value Stream Mapping (VSM): Menganalisis aliran kerja dari material dan aktivitas untuk mengidentifikasi area yang penuh waste dan merancang perbaikan.
Temuan Utama dari Work Sampling
Work Sampling yang dilakukan selama satu bulan melibatkan 20 pekerja dalam aktivitas RCC. Setiap hari dilakukan antara 5 hingga 10 observasi dengan durasi masing-masing 20 hingga 60 menit.
Observasi ini menghasilkan klasifikasi aktivitas sebagai berikut:
- Aktivitas Value-Added (VA) adalah semua kegiatan yang langsung berkontribusi pada pembangunan struktur, seperti pengecoran, pemasangan tulangan, atau pengikatan bekisting.
- Aktivitas Non-Value Added but Necessary (NVAN) termasuk kegiatan seperti pengangkutan material ke lokasi kerja atau pengaturan alat.
- Aktivitas Non-Value Added (NVA) adalah aktivitas yang benar-benar tidak memberi kontribusi nilai, seperti waktu tunggu karena material belum tersedia atau pekerja menganggur.
Melalui observasi ini, ditemukan bahwa sebagian besar waktu yang hilang di lapangan disebabkan oleh aktivitas NVA seperti menunggu material, koordinasi yang buruk, dan perpindahan lokasi kerja yang tidak efisien.
Value Stream Mapping: Membongkar Waste dalam Siklus Pengerjaan Slab
Value Stream Mapping (VSM) digunakan untuk memetakan proses eksisting dalam pembangunan slab seluas 265 meter persegi. Proses kerja mencakup serangkaian aktivitas, mulai dari pemesanan baja tulangan, pemotongan dan pembengkokan baja, pemasangan starter, kolom, balok, hingga pengecoran dan curing.
Dari pemetaan proses ini ditemukan bahwa dalam kondisi normal:
- Pemesanan baja tulangan dilakukan 11 hari sebelum pelaksanaan,
- Pengiriman baja ke lapangan memakan waktu 7 hari,
- Pemotongan dan pembengkokan baja membutuhkan 2 hari untuk 5 pekerja,
- Pemindahan baja ke area kerja membutuhkan 2 hari untuk 2 pekerja,
- Pemasangan starter, kolom, balok, dan slab memakan waktu gabungan sekitar 10 hari,
- Pengecoran dilakukan dalam 1 hari dengan melibatkan 32 pekerja,
- Proses curing berlangsung selama minimal 7 hari.
Dalam kondisi ini, satu siklus slab membutuhkan waktu 15 hari untuk diselesaikan.
Namun, setelah menerapkan analisis Value Stream Mapping dan mengidentifikasi titik-titik pemborosan, penelitian ini mengusulkan beberapa inovasi seperti:
- Penggunaan steel pre-fabrication untuk starter dan kolom,
- Optimalisasi pengangkutan material,
- Pemesanan material secara lebih terkoordinasi.
Dengan perubahan tersebut, siklus pengerjaan slab berhasil dipangkas menjadi 13 hari, menghemat waktu sebanyak 2 hari per slab.
Dampak Ekonomi dan Pertimbangan Tambahan
Memangkas 2 hari dari setiap siklus pengerjaan slab memberikan dampak besar, terutama untuk proyek besar dengan banyak unit slab. Namun, inovasi seperti penggunaan pre-fabricated steel memerlukan tambahan biaya, termasuk sewa tower crane untuk pemasangan kolom.
Dalam analisis studi kasus ini, kenaikan biaya dari penggunaan pre-fabricated steel diestimasi 8–10% lebih mahal daripada baja konvensional. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa efisiensi waktu yang diperoleh lebih besar daripada biaya tambahan yang dikeluarkan.
Selain itu, nilai jual sisa potongan baja (scrap) juga harus diperhitungkan untuk mengoptimalkan total biaya material.
Keunggulan Lean Construction Dibandingkan Metode Tradisional
Studi ini menguatkan berbagai keunggulan Lean Construction dibandingkan pendekatan tradisional, antara lain:
- Fokus pada aliran kerja, bukan hanya pada aktivitas individu. Hal ini menghasilkan efisiensi yang lebih menyeluruh dalam proyek.
- Mengutamakan penyesuaian terhadap permintaan (pull system) dibandingkan sekadar mendorong jadwal berdasarkan ketersediaan material atau tenaga kerja.
- Pengendalian produksi berbasis kinerja aktual, bukan hanya terhadap jadwal dan anggaran.
- Mengurangi multitasking yang tidak efektif, sehingga mendorong konsistensi dan stabilitas aliran kerja.
Dalam metode tradisional, seringkali kontrol hanya dilakukan terhadap waktu dan biaya, sehingga produktivitas sesungguhnya sering terabaikan. Lean Construction menawarkan pendekatan yang lebih komprehensif dan adaptif terhadap dinamika lapangan.
Kritik dan Saran untuk Pengembangan Lebih Lanjut
Studi ini memberikan kontribusi penting dalam mengilustrasikan penerapan praktis Lean Construction di proyek nyata. Namun, ada beberapa peluang pengembangan:
- Penerapan Lean Construction di proyek yang lebih kompleks, seperti bangunan bertingkat tinggi atau proyek infrastruktur besar, perlu diuji untuk melihat konsistensi efektivitasnya.
- Integrasi teknologi digital seperti BIM 5D dan real-time tracking dalam Value Stream Mapping dapat meningkatkan akurasi identifikasi waste dan prediksi perbaikan.
- Studi tentang perubahan budaya organisasi akibat penerapan Lean juga diperlukan, mengingat resistensi perubahan merupakan hambatan besar dalam implementasi lapangan.
Kesimpulan: Lean Construction, Work Sampling, dan Value Stream Mapping, Solusi Nyata Masa Kini
Penerapan Work Sampling dan Value Stream Mapping dalam proyek RCC di Mumbai membuktikan bahwa Lean Construction bukan sekadar teori, melainkan strategi praktis untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan mempercepat siklus proyek.
Dengan mengurangi durasi pengerjaan slab dari 15 hari menjadi 13 hari, serta memperjelas area-area pemborosan, studi ini membuktikan bahwa perubahan kecil dalam manajemen proyek bisa membawa dampak besar.
Ke depan, adopsi Lean Construction harus menjadi bagian integral dari semua proyek konstruksi modern, terutama di tengah era digitalisasi dan tuntutan efisiensi global yang semakin tinggi.
Sumber Artikel Asli:
Vinod Chavan, Ashish P. Waghmare, Dr. Nagesh Shelke, Gaurav Vispute. (2021). Work Sampling and Value Stream Mapping of Lean Construction. IRE Journals, Volume 4 Issue 7.