Mengenal Museum Sejarah Jakarta

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi

13 Mei 2024, 09.25

Sumber: en.wikipedia.org

Museum Sejarah Jakarta (bahasa Indonesia: Museum Sejarah Jakarta), juga dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Museum Batavia, terletak di Kota Tua, Jakarta, Indonesia. Bangunan ini dibangun pada tahun 1710 sebagai Stadhuis (balai kota) Batavia. Museum Sejarah Jakarta dibuka pada tahun 1974 dan menampilkan benda-benda dari periode prasejarah wilayah kota, pendirian Jayakarta pada tahun 1527, dan periode penjajahan Belanda dari abad ke-16 hingga Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Museum ini terletak di sisi selatan Alun-alun Fatahillah (bekas alun-alun kota Batavia), berdekatan dengan Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Bangunan ini diyakini meniru model Istana Dam.

Sejarah

  • VOC

Bangunan tempat museum ini berdiri dulunya adalah balai kota Batavia, Stadhuis. Stadhuis pertama selesai dibangun pada tahun 1627 di lokasi bangunan yang sekarang. Pembangunan gedung ini dilanjutkan pada tahun 1649. Pada tahun 1707, bangunan ini direnovasi secara keseluruhan, yang menghasilkan bangunan yang sekarang. Beberapa fitur bangunan yang sekarang berasal dari tahun ini, termasuk serambi. Renovasi selesai pada tahun 1710 dan gedung ini diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck sebagai kantor pusat administratif Perusahaan Hindia Timur Belanda.

  • Pemerintah kolonial Belanda

Setelah kebangkrutan VOC, gedung ini diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda dan digunakan sebagai balai kota pemerintah kolonial.

Seiring dengan perluasan kota ke arah selatan, fungsi gedung sebagai balai kota (gemeentehuis Belanda) berakhir pada tahun 1913.

  • Pasca kemerdekaan

Setelah deklarasi Indonesia pada tahun 1945, gedung ini digunakan sebagai kantor gubernur Jawa Barat hingga tahun 1961, ketika Jakarta dinyatakan sebagai daerah otonom. Setelah itu, gedung ini digunakan sebagai markas KODIM 0503 Jakarta Barat.

Pada tahun 1970, Lapangan Fatahillah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Upaya ini merupakan awal dari pengembangan kawasan bersejarah Kota Jakarta yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Museum Sejarah Jakarta diresmikan sebagai museum pada tanggal 30 Maret 1974 sebagai pusat koleksi, konservasi dan penelitian segala macam benda cagar budaya yang berkaitan dengan sejarah Kota Jakarta.

Arsitektur

Bangunan ini terletak di depan sebuah lapangan umum, yang pada masa lalu dikenal dengan nama Stadhuisplein, Alun-alun Balai Kota. Alun-alun tersebut kini dikenal sebagai Fatahillah Square (bahasa Indonesia: Taman Fatahillah). Di tengah alun-alun terdapat air mancur yang digunakan sebagai sumber air pada masa penjajahan. Di alun-alun ini juga terdapat meriam peninggalan Portugis (dikenal dengan nama Meriam Si Jagur) dengan ornamen tangan yang menunjukkan gerakan fico, yang dipercaya oleh masyarakat setempat dapat meningkatkan kesuburan wanita. Alun-alun ini juga digunakan sebagai tempat eksekusi.

Bangunan ini berskala besar dengan balok kayu dan lantai kayu yang masif. Bangunan ini memiliki 37 ruangan berornamen. Ada juga beberapa sel yang terletak di bawah serambi depan yang digunakan sebagai penjara bawah tanah, yang berfungsi hingga tahun 1846. Seorang pejuang kemerdekaan Jawa, Pangeran Diponegoro, yang ditangkap secara diam-diam, dipenjara di sini pada tahun 1830 sebelum akhirnya dibuang ke Manado, Sulawesi Utara.

Bangunan ini meniru Paleis op de Dam di Amsterdam. Kemiripannya antara lain kubah kubah yang memahkotai bangunan ini dan proporsi khas balai kota Belanda abad ke-17.

Koleksi

Museum Sejarah Jakarta memiliki koleksi sekitar 23.500 benda, beberapa di antaranya diwarisi dari de Oude Bataviasche Museum (sekarang Museum Wayang). Koleksi tersebut meliputi benda-benda dari Perusahaan Hindia Belanda, peta bersejarah, lukisan, keramik, mebel, dan benda-benda arkeologi dari zaman prasejarah seperti prasasti dan pedang kuno. Museum Sejarah Jakarta juga memiliki koleksi mebel bergaya Betawi yang paling kaya dari abad ke-17 hingga abad ke-19. Koleksi-koleksi tersebut terbagi dalam beberapa ruangan seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang M.H. Thamrin.

Museum ini juga memiliki replika Prasasti Tugu (yang aslinya ada di Museum Nasional) dari zaman Raja Purnawarman, yang merupakan bukti bahwa pusat Kerajaan Tarumanegara terletak di sekitar pelabuhan Tanjung Priok di pesisir Jakarta. Ada juga replika peta abad ke-16 dari Monumen Padrao Portugis, sebuah bukti sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa kuno.

Konservasi

Museum ini sempat ditutup sementara pada bulan Juli 2011 untuk konservasi. Kegiatan konservasi yang dilakukan dengan bantuan dari pemerintah Belanda dilakukan mulai tahun 2012 dan renovasi selesai pada bulan Februari 2015. Sebuah "Ruang Konservasi" baru ditambahkan selama renovasi, yang menampilkan visi dan misi JOTR (Jakarta Old Town Reborn) untuk masa depan Batavia Lama.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/