Ledakan Tungku Tsingshan di Sulawesi Menyoroti Dampak Ledakan Nikel

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani

10 Mei 2024, 13.32

Sumber: www.corpwatch.org

Dua puluh pekerja tewas dalam sebuah ledakan di pabrik peleburan Indonesia Tsingshan Stainless Steel di Kawasan Industri Morowali di pulau Sulawesi di Indonesia pada bulan Desember lalu, yang menyoroti masalah keselamatan yang marak terjadi dalam produksi salah satu bahan baku utama untuk baterai mobil listrik.

Indonesia Tsingshan Stainless Steel adalah anak perusahaan dari Tsingshan Holding Group dari Wenzhou di provinsi Zhejian, Cina, yang dimiliki oleh miliarder Xiang Guangda.

Ledakan terjadi ketika para pekerja sedang melakukan perbaikan pada Malam Natal 2023. “Sisa terak dalam tungku” bersentuhan dengan “benda-benda yang mudah terbakar” yang menyebabkan dinding tungku runtuh, kata perusahaan dalam sebuah pernyataan resmi. Pejabat kepolisian setempat mengatakan bahwa ledakan itu sangat kuat sehingga menghancurkan tungku dan merusak bangunan. Selain korban tewas, puluhan pekerja lainnya mengalami luka-luka.

Salah satu pekerja yang tewas adalah Muhammad Taufik, seorang tukang las berusia 40 tahun. “Keluarga berduka, dia adalah pencari nafkah,” kata Parlin Hidayat, sepupu Taufik, kepada kantor berita Agence France Presse. “Mereka berharap tidak akan ada lagi kejadian seperti ini di masa depan, biarlah dia menjadi korban terakhir.”

“Lagi-lagi kita melihat bagaimana buruh dikorbankan demi mengejar keuntungan semata, kecelakaan kerja yang disebabkan oleh penyediaan peralatan keselamatan yang tidak pernah diperiksa oleh perusahaan, ditambah lagi dengan peraturan jam kerja yang sewenang-wenang, rotasi kerja yang semrawut, dan juga peralatan yang dioperasikan tanpa kontrol menjadi pemicu terjadinya kecelakaan tersebut,” kata Aulia Hakim, Kepala Advokasi dan Kampanye WALHI Sulawesi Tengah, cabang regional dari kelompok lingkungan hidup terbesar di Indonesia dalam sebuah pernyataan.

Electronics Watch memperkirakan bahwa setidaknya telah terjadi 65 insiden serupa di Sulawesi sejak tahun 2015 yang menewaskan puluhan pekerja dan melukai ratusan lainnya, karena industri nikel di pulau tersebut telah berkembang tanpa terkendali dalam satu dekade terakhir.

Ledakan nikel

Indonesia memiliki salah satu cadangan nikel terbesar di dunia. Perusahaan-perusahaan pertambangan telah mengekstraksi bijih nikel dari pulau Halmahera, Sulawesi dan Wawonii selama beberapa tahun, namun industri ini benar-benar berkembang pesat pada tahun 2014 setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melarang ekspor bijih mentah pada tahun 2014 dalam rangka mempromosikan pengolahan di dalam negeri.

Hal ini terbukti menjadi keuntungan besar bagi Tsingshan yang sudah aktif dalam industri nikel di Sulawesi dan baru saja menandatangani perjanjian untuk membangun Kawasan Industri Morowali Indonesia bekerja sama dengan mitra lokal, Bintang Delapan Minerals. Saat ini, kawasan industri Morowali mencakup hampir 10.000 hektar dengan sekitar 50 pabrik, bandara dan pelabuhan pribadi, dan bahkan dapur umum yang menyediakan 70.000 makanan per hari untuk para pekerja.

Permintaan nikel telah meroket seiring dengan penjualan mobil listrik karena logam ini merupakan komponen utama baterai lithium-ion. Sebagai contoh, pada bulan Agustus 2022, Elon Musk, CEO Tesla, menandatangani perjanjian dengan Joko Widodo, presiden Indonesia saat ini, untuk membeli produk nikel dari Indonesia senilai $5 miliar.

Antara tahun 2020 dan 2022, produksi nikel Indonesia meningkat menjadi 1,6 juta ton, hampir setengah dari produksi global. Jumlah tenaga kerja di kawasan industri Morowali meningkat hampir tiga kali lipat dari 28.000 orang pada tahun 2020.

“Jokowi hanya peduli pada pembangunan ekonomi dan mengesampingkan segalanya, termasuk lingkungan, hak asasi manusia, dan kondisi kerja,” ujar Muhamad Ikhsan, seorang peneliti senior di Paramadina Public Policy Institute di Jakarta, kepada majalah Vice. “Sektor ini berkembang sangat cepat sehingga negara dan masyarakat belum bisa mengejar industri ini. Perusahaan berkembang terlalu cepat. Mereka tidak peduli dengan kondisi kerja dan hanya peduli dengan uang.”

Dampak terhadap Pekerja

Puskesmas Bahodopi, sebuah klinik regional yang melayani Morowali, memperkirakan bahwa lebih dari separuh pasien yang mereka layani pada tahun 2022 menderita infeksi saluran pernapasan akut akibat bekerja di kawasan industri. Banyak pekerja Morowali yang diwawancarai oleh majalah Wired juga melaporkan sakit mata yang mereka yakini dipicu oleh partikel-partikel kecil yang menembus peralatan keselamatan yang dirancang dengan buruk yang disediakan oleh perusahaan.

Dan Tsingshan bukanlah satu-satunya perusahaan nikel di Sulawesi yang memiliki masalah. Kecelakaan serupa juga dilaporkan terjadi di pabrik-pabrik milik Jiangsu Delong Nickel yang memiliki anak perusahaan seperti Gunbuster Nickel Industry, pabrik Obsidian Stainless Steel, PT Dragon Virtue Nickel Industry.

Pada bulan Februari 2034, majalah Vice melaporkan bahwa puluhan pekerja telah meninggal di fasilitas Jiangsu Delong Nickel akibat ledakan yang tidak disengaja, jatuh ke dalam tong peleburan, hanyut ke laut, dan juga bunuh diri karena terlalu banyak bekerja.

Serikat pekerja di Indonesia berkampanye agar hal ini berubah. “Perusahaan harus bertanggung jawab penuh atas kecelakaan yang terjadi dan memberikan kompensasi kepada para pekerja dan keluarganya. Semua perusahaan yang berada di IMIP (Morowali Industrial Park) harus melibatkan serikat pekerja dalam meningkatkan standar keselamatan [dan] berhenti mengintimidasi pekerja yang mendokumentasikan kecelakaan di tempat kerja,” ujar Iwan Kusmawan dari serikat pekerja nasional dalam sebuah siaran pers.

Disadur dari: www.corpwatch.org