Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Membangun Ketahanan Rantai Pasok: Studi Kasus dan Strategi Berbasis Data untuk Menghadapi Gangguan Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia bisnis modern, rantai pasok memainkan peran krusial dalam menjaga kelangsungan operasi perusahaan dan memenuhi permintaan pelanggan. Namun, berbagai gangguan global seperti pandemi Covid-19, krisis semikonduktor, dan perang Ukraina telah memperlihatkan betapa rentannya rantai pasok terhadap perubahan mendadak. Oleh karena itu, supply chain resilience menjadi konsep penting yang harus diterapkan perusahaan untuk memastikan keberlanjutan bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi apa yang dimaksud dengan supply chain resilience dalam konteks organisasi tertentu.
  2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan rantai pasok dalam organisasi tersebut.
  3. Menjelaskan bagaimana organisasi dapat meningkatkan ketahanan rantai pasoknya melalui strategi yang sistematis.

Studi ini menggunakan metode wawancara semi-terstruktur dengan 20 responden dari berbagai posisi dalam organisasi yang berhubungan dengan rantai pasok dan pengadaan strategis. Analisis dilakukan menggunakan metode Gioia, yang membantu mengidentifikasi pola utama dalam data yang dikumpulkan.

Definisi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Supply Chain Resilience

1. Apa Itu Supply Chain Resilience?

Berdasarkan wawancara dengan para responden, resiliensi rantai pasok didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengelola gangguan, mempertahankan operasi dalam kondisi sulit, dan beradaptasi dengan perubahan. Beberapa responden menyebutnya sebagai:

  • "Kemampuan untuk menavigasi rantai pasok melalui krisis secara efektif."
  • "Bagaimana kita bisa menyerap gangguan tanpa berdampak besar pada operasional."
  • "Kemampuan untuk berpikir ke depan dan pulih dengan cepat dari turbulensi."

Dari definisi tersebut, ada tiga aspek utama dalam resiliensi rantai pasok:

  1. Adaptabilitas – Kemampuan untuk menyesuaikan strategi dengan perubahan kondisi pasar.
  2. Fleksibilitas – Memiliki alternatif atau rencana cadangan untuk menghadapi gangguan.
  3. Ketahanan operasional – Memastikan kelangsungan produksi dan distribusi meskipun terjadi krisis.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Rantai Pasok

Berdasarkan analisis wawancara dan data sekunder, faktor utama yang berkontribusi terhadap supply chain resilience meliputi:

a. Digitalisasi dan Teknologi

  • Penggunaan AI dan big data analytics memungkinkan perusahaan untuk memprediksi dan merespons perubahan pasar lebih cepat.
  • Digital twins digunakan untuk mensimulasikan skenario gangguan dan merancang strategi mitigasi yang lebih efektif.

b. Kolaborasi dan Transparansi

  • Kemitraan yang kuat dengan pemasok dapat meningkatkan visibilitas rantai pasok dan mempercepat pemulihan saat terjadi gangguan.
  • Transparansi data memungkinkan organisasi membuat keputusan berbasis informasi real-time.

c. Strategi Pengadaan yang Fleksibel

  • Mengadopsi multi-sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
  • Menggunakan proximity sourcing, yaitu mencari pemasok yang lebih dekat secara geografis untuk menghindari risiko gangguan logistik global.

d. Manajemen Risiko dan Keuangan

  • Cadangan persediaan strategis dapat membantu perusahaan mengatasi gangguan mendadak.
  • Keseimbangan antara efisiensi dan redundansi diperlukan untuk menghindari biaya tinggi akibat terlalu banyak stok.

e. Budaya Organisasi dan Pengembangan SDM

  • Pelatihan karyawan dalam manajemen krisis meningkatkan kesiapan organisasi menghadapi perubahan.
  • Kolaborasi lintas departemen membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih cepat dan efektif.

Strategi untuk Meningkatkan Ketahanan Rantai Pasok

Berdasarkan studi ini, ada beberapa langkah strategis yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok mereka:

1. Membangun Model Ketahanan Rantai Pasok Berbasis Data

Salah satu temuan utama dalam penelitian ini adalah pentingnya Supply Chain Resilience Maturity Model. Model ini didasarkan pada framework dari Ali, Mahfouz, dan Arisha (2017), yang mengidentifikasi tahapan perkembangan ketahanan rantai pasok mulai dari level dasar hingga yang sangat adaptif.

2. Implementasi Teknologi Digital

  • AI dan machine learning untuk analisis prediktif permintaan dan gangguan.
  • Blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam transaksi dan pergerakan barang.
  • IoT dan sensor real-time untuk meningkatkan visibilitas rantai pasok.

3. Optimalisasi Rantai Pasok dengan Hybrid Model

Menggunakan kombinasi Lean Supply Chain untuk efisiensi di hulu dan Agile Supply Chain di hilir untuk fleksibilitas lebih tinggi.

4. Penguatan Manajemen Risiko

  • Menggunakan skenario perencanaan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan gangguan.
  • Melakukan stres tes rantai pasok secara berkala untuk menguji ketahanan terhadap berbagai risiko.

5. Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok dan Mitra

  • Membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok kunci untuk memastikan kelangsungan pasokan.
  • Meningkatkan keterlibatan pemasok dalam perencanaan strategis untuk meningkatkan responsivitas terhadap perubahan.

Studi Kasus dan Data Empiris

Studi ini mengkaji implementasi strategi ketahanan rantai pasok di berbagai industri:

  1. Industri Telekomunikasi – Nokia
    • Menghadapi krisis semikonduktor global dengan diversifikasi pemasok dan strategi nearshoring.
    • Menggunakan AI dan data analytics untuk optimasi rantai pasok global.
  2. Industri Otomotif – Volkswagen Autoeuropa
    • Penerapan Just-In-Time (JIT) meningkatkan efisiensi produksi hingga 30%.
    • Digital twins digunakan untuk memprediksi risiko dan meminimalkan gangguan.
  3. Industri Farmasi – AstraZeneca
    • Lean Supply Chain diterapkan dalam produksi vaksin, mengurangi waktu produksi hingga 50% lebih cepat dibanding metode konvensional.
    • Agile memungkinkan distribusi cepat ke berbagai negara selama pandemi Covid-19.

Kesimpulan & Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa supply chain resilience adalah faktor kunci dalam menjaga keberlanjutan bisnis di era ketidakpastian global. Untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok, perusahaan harus:

  • Mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan visibilitas.
  • Mengoptimalkan strategi pengadaan dengan diversifikasi pemasok dan metode multi-sourcing.
  • Menggunakan model ketahanan rantai pasok berbasis data untuk meningkatkan respons terhadap gangguan.
  • Memperkuat kolaborasi lintas rantai pasok untuk memastikan fleksibilitas dan adaptabilitas.

Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan dapat mengurangi dampak gangguan global, meningkatkan daya saing, dan memastikan keberlanjutan operasional dalam jangka panjang.

Sumber Artikel

Tomi Hardén (2023). Developing Supply Chain Resilience: A Case Study. Laurea University of Applied Sciences.

Selengkapnya
Membangun Ketahanan Rantai Pasok: Studi Kasus dan Strategi Berbasis Data untuk Menghadapi Gangguan Global

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Peran Kecerdasan Buatan dalam Meningkatkan Ketahanan Rantai Pasok: Pelajaran dari Pandemi Covid-19

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Pandemi Covid-19 membawa tantangan besar bagi rantai pasok global, menyebabkan gangguan signifikan dalam distribusi, produksi, dan manajemen inventaris. Artikel ini meneliti bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat meningkatkan ketahanan rantai pasok dengan menciptakan transparansi, memastikan pengiriman last-mile, memberikan solusi personalisasi, mengurangi dampak gangguan, dan mempercepat strategi pengadaan.

Penelitian ini dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur dengan 35 pakar rantai pasok di sektor e-commerce, serta menggunakan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi tema utama yang berkontribusi pada ketahanan rantai pasok berbasis AI.

Konsep Utama dalam Ketahanan Rantai Pasok Berbasis AI

  1. Transparansi dalam Rantai Pasok
    • AI membantu prediksi permintaan dengan mengumpulkan data real-time dari pengecer dan pelanggan.
    • Tracking pengiriman berbasis AI memungkinkan pemantauan waktu nyata, mengurangi keterlambatan logistik.
    • Automasi faktur dan manajemen inventaris mempermudah kontrol keuangan.
  2. Solusi Personalisasi untuk Pelanggan
    • Chatbot berbasis AI meningkatkan interaksi pelanggan dan memberikan layanan responsif.
    • Analisis perilaku konsumen membantu perusahaan menyesuaikan strategi supply chain untuk berbagai pasar.
    • Perencanaan inventaris berbasis AI menghindari overstock atau stock-out yang tidak perlu.
  3. Strategi Pengadaan Berbasis AI
    • AI membantu analisis pengeluaran (spend analysis) untuk mengoptimalkan biaya pengadaan.
    • Manajemen vendor berbasis AI mendukung identifikasi pemasok lokal untuk mengurangi ketergantungan global.
    • AI digunakan dalam pengelolaan kontrak untuk membaca, menilai, dan memilih perjanjian terbaik.
  4. Optimasi Pengiriman Last-Mile
    • AI mengoptimalkan rute pengiriman dengan analisis lalu lintas dan cuaca.
    • Manajemen tenaga kerja berbasis AI memastikan alokasi staf yang lebih efisien.
    • Teknologi AI mendukung proses pengiriman tanpa kertas, meningkatkan efisiensi dan keamanan selama pandemi.
  5. Pengurangan Dampak Gangguan Rantai Pasok
    • Otomasi gudang dan robotic process automation (RPA) meningkatkan efisiensi operasional.
    • AI membantu rantai pasok lebih fleksibel dengan analisis tren pasar untuk merespons perubahan cepat.
    • Perencanaan penjualan dan operasi (S&OP) berbasis AI meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan.

Studi Kasus

  1. Industri Otomotif – Volkswagen Autoeuropa
    • Penerapan Just-In-Time (JIT) meningkatkan efisiensi produksi hingga 30%.
    • Digital twins digunakan untuk memprediksi risiko dan mengurangi gangguan rantai pasok.
  2. Industri Makanan – Nestlé
    • Lean Manufacturing berhasil mengurangi limbah produksi sebesar 20%.
    • Strategi berbasis Agile Supply Chain memungkinkan respon cepat terhadap perubahan permintaan musiman.
  3. Industri Farmasi – AstraZeneca
    • Penerapan Lean dalam produksi vaksin memungkinkan waktu produksi 50% lebih cepat dibanding metode konvensional.
    • AI memungkinkan distribusi cepat vaksin ke berbagai negara selama pandemi Covid-19.

Tantangan & Solusi Implementasi AI dalam Rantai Pasok

  1. Kendala Integrasi Sistem
    • Banyak perusahaan masih menggunakan sistem konvensional yang sulit diintegrasikan dengan AI.
    • Solusi: Investasi dalam digitalisasi menggunakan IoT, AI, dan blockchain untuk meningkatkan visibilitas data.
  2. Biaya Implementasi Tinggi
    • Transformasi rantai pasok membutuhkan investasi besar dalam teknologi dan pelatihan SDM.
    • Solusi: Menggunakan pendekatan bertahap dengan fokus pada quick wins untuk ROI lebih cepat.
  3. Perubahan Budaya Organisasi
    • Perusahaan perlu menyesuaikan budaya kerja dengan teknologi baru dan sistem berbasis data.
    • Solusi: Menerapkan metode Scrum atau Kanban untuk mendukung transisi menuju digital supply chain.

Kesimpulan & Rekomendasi

Studi ini menunjukkan bahwa penerapan kecerdasan buatan dalam rantai pasok secara signifikan meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan daya saing perusahaan. Beberapa rekomendasi utama bagi perusahaan adalah:

  • Optimalkan Lean untuk produksi dan pengadaan.
  • Gunakan Agile dalam distribusi dan layanan pelanggan.
  • Manfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan visibilitas dan respons rantai pasok.

Sumber Artikel : Modgil, S., Singh, R.K., & Hannibal, C. (2021). Artificial Intelligence for Supply Chain Resilience: Learning from Covid-19. The International Journal of Logistics Management.

 

Selengkapnya
Peran Kecerdasan Buatan dalam Meningkatkan Ketahanan Rantai Pasok: Pelajaran dari Pandemi Covid-19

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Visualisasi Interaktif: Analisis Skenario dan Optimasi Keputusan Berbasis Data

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam era globalisasi, rantai pasok menghadapi tantangan besar akibat disrupsi seperti pandemi, bencana alam, dan konflik geopolitik. Gangguan ini menyebabkan keterlambatan pengiriman, peningkatan biaya, dan bahkan kegagalan operasional. Paper ini mengusulkan solusi berbasis visualisasi interaktif untuk meningkatkan resiliensi rantai pasok, membantu manajemen mengambil keputusan berbasis data secara cepat dan akurat.

Konsep Visualisasi Interaktif dalam Rantai Pasok

Penelitian ini berfokus pada penggunaan visualisasi interaktif dalam pengambilan keputusan rantai pasok. Model yang dikembangkan terdiri dari:

  1. Model Optimasi Backend – Menggunakan Mixed-Integer Linear Programming (MILP) untuk mencari solusi dengan biaya minimal.
  2. Antarmuka Pengguna (UI) – Memungkinkan manajer membuat skenario gangguan, seperti perubahan permintaan, penutupan jalur transportasi, atau pergantian pemasok.
  3. Konektivitas Data – Sistem berbasis JSON yang menghubungkan model optimasi dengan UI, memungkinkan analisis skenario secara real-time.

Metodologi & Studi Kasus

Paper ini menguji efektivitas visualisasi interaktif dalam dua skenario utama menggunakan data dari perusahaan manufaktur multinasional:

1. Skenario Gangguan Jaringan Transportasi

  • Studi kasus: Penutupan Bandara Atlanta
    • Model menunjukkan bahwa jika bandara utama ditutup, perusahaan harus mengalihkan rute melalui Chicago.
    • Dampak finansial: Biaya transportasi meningkat 5% (dari $4,43 juta menjadi $4,66 juta per tahun).
    • Pelajaran utama: Keberadaan alternatif jalur transportasi dapat mengurangi dampak gangguan dan menekan biaya tambahan.
  • Skenario terburuk: Penutupan beberapa bandara utama
    • Jika seluruh bandara di wilayah pusat logistik ditutup, maka pengiriman harus dialihkan ke Seattle.
    • Dampak finansial: Biaya transportasi melonjak 26% (dari $4,43 juta menjadi $5,60 juta per tahun).
    • Pelajaran utama: Ketergantungan pada satu jalur transportasi bisa menyebabkan lonjakan biaya operasional yang signifikan.

2. Skenario Penggunaan Mode Transportasi Alternatif

  • Studi kasus: Menambahkan jalur transportasi laut ke Shanghai & Taipei
    • Sebelumnya, perusahaan hanya menggunakan pengiriman udara untuk distribusi produk.
    • Dengan menambahkan pengiriman laut, biaya transportasi turun 76% (dari $4,12 juta menjadi $0,99 juta per tahun).
    • Pelajaran utama: Diversifikasi moda transportasi dapat menghemat biaya operasional secara drastis.

Tantangan Implementasi Visualisasi Rantai Pasok

  1. Kompleksitas Data – Perusahaan harus mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk mendapatkan visualisasi yang akurat.
  2. Adopsi Teknologi76% eksekutif menyatakan bahwa kurangnya investasi dalam digitalisasi menghambat resiliensi rantai pasok (Deloitte, 2020).
  3. Keputusan Berbasis DataHanya 30% perusahaan yang menerapkan analisis berbasis data dalam pengelolaan rantai pasok.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa visualisasi interaktif dapat meningkatkan resiliensi rantai pasok dengan memungkinkan analisis skenario secara cepat dan akurat. Tiga rekomendasi utama bagi perusahaan adalah:
Diversifikasi jalur transportasi untuk menghindari ketergantungan pada satu mode.
Gunakan model visualisasi interaktif untuk memetakan gangguan potensial sebelum terjadi.
Optimalkan pengambilan keputusan berbasis data dengan mengadopsi AI dan machine learning dalam perencanaan rantai pasok.

Sumber Artikel:

Tripathi, Prabhakar (2021). Building Resilient Supply Chain using Interactive Visualization. Massachusetts Institute of Technology, Master of Science in Engineering & Management Thesis.

 

Selengkapnya
Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok dengan Visualisasi Interaktif: Analisis Skenario dan Optimasi Keputusan Berbasis Data

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategic Sourcing untuk Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Manufaktur: Optimalisasi dengan Multiple Sourcing, Supplier Selection, dan Kolaborasi Efektif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Rantai pasok manufaktur menghadapi tantangan besar akibat disrupsi global, seperti pandemi, krisis ekonomi, dan konflik geopolitik. Untuk menghadapi ini, strategic sourcing menjadi faktor penting dalam membangun resiliensi rantai pasok. Paper ini meneliti pengaruh strategic sourcing terhadap resiliensi rantai pasok di Kenya, dengan fokus pada kolaborasi, seleksi pemasok, dan diversifikasi sumber daya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional survey dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel terdiri dari 62 perusahaan manufaktur di Kenya yang tergabung dalam Kenya Association of Manufacturers (KAM). Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24.

Temuan Utama

1. Kolaborasi dalam Rantai Pasok

  • 77% perusahaan berbagi informasi dengan pemasok untuk meningkatkan ketahanan pasok.
  • 64% melakukan sinkronisasi keputusan dalam perencanaan dan operasi.
  • 84% perusahaan mengadopsi komunikasi kolaboratif dengan pemasok.

Implikasi:
Kolaborasi meningkatkan kecepatan respons terhadap gangguan rantai pasok dan memastikan pemulihan lebih cepat dari krisis.

2. Diversifikasi Basis Pemasok

  • 52% perusahaan lebih memilih basis pemasok kecil agar lebih mudah dikelola.
  • 84% menerapkan multipel sourcing untuk meningkatkan keandalan pengiriman.

Implikasi:
Multipel sourcing mengurangi risiko ketergantungan pada satu pemasok, yang dapat menyebabkan gangguan besar saat terjadi krisis.

3. Kriteria Seleksi Pemasok

  • 98% perusahaan memilih pemasok berdasarkan kualitas produk.
  • 83% mempertimbangkan kinerja masa lalu pemasok.
  • 84% mengevaluasi kapasitas produksi pemasok.
  • 73% memilih pemasok berdasarkan teknologi yang digunakan.

Implikasi:
Seleksi pemasok berbasis kualitas dan kapasitas meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan kinerja yang konsisten.

Analisis Statistik

Analisis regresi menunjukkan bahwa strategic sourcing berkontribusi sebesar 9,9% terhadap peningkatan resiliensi rantai pasok. Model ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 unit dalam strategic sourcing meningkatkan resiliensi rantai pasok sebesar 0,338 unit.

Kesimpulan & Rekomendasi

Strategic sourcing memiliki pengaruh signifikan terhadap resiliensi rantai pasok. Dengan menerapkan kolaborasi, multipel sourcing, dan seleksi pemasok berbasis kualitas, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan rantai pasok.

Rekomendasi untuk Manajer:
✅ Terapkan strategi kolaboratif dengan pemasok untuk meningkatkan transparansi pasok.
✅ Gunakan multipel sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
✅ Seleksi pemasok berdasarkan kapasitas produksi dan kualitas produk.

Sumber Artikel:

Arani, Wycliffe, Mukulu, Elegwa, Waiganjo, Esther, & Wambua, Julius (2016). Strategic Sourcing an Antecedent of Supply Chain Resilience in Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol. 6, No. 10.

Selengkapnya
Strategic Sourcing untuk Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok Manufaktur: Optimalisasi dengan Multiple Sourcing, Supplier Selection, dan Kolaborasi Efektif

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Strategi Viable Supply Chain (VSC): Integrasi Agility, Resilience, dan Sustainability dalam Menghadapi Disrupsi Global

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam dunia yang terus berubah, rantai pasok (supply chain/SC) perlu beradaptasi dengan tantangan global seperti pandemi dan disrupsi ekonomi. Paper ini memperkenalkan Viable Supply Chain (VSC), model rantai pasok yang menggabungkan agility, resilience, dan sustainability agar dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Studi ini memberikan wawasan bagaimana bisnis dapat membangun rantai pasok yang lebih tangguh untuk menghadapi masa depan.

Konsep Viable Supply Chain (VSC)

Viability dalam supply chain didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi dalam lingkungan yang berubah melalui redesign struktur dan replanning performa jangka panjang. VSC menggabungkan tiga elemen utama:

  1. Agility – Kemampuan rantai pasok untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.
  2. Resilience – Kapasitas untuk menyerap gangguan, pulih, dan tetap beroperasi.
  3. Sustainability – Memastikan kelangsungan rantai pasok dengan dampak minimal terhadap lingkungan dan masyarakat.

Metodologi & Studi Kasus

Paper ini mengacu pada berbagai penelitian terdahulu dan memberikan analisis tentang bagaimana perusahaan di berbagai industri menerapkan strategi VSC. Beberapa contoh kasus yang diangkat:

  • Industri Otomotif
    Studi kasus: Volkswagen Autoeuropa
    • Menerapkan strategi Agile dalam rantai pasoknya, meningkatkan fleksibilitas produksi hingga 30%.
    • Menggunakan teknologi digital twins untuk simulasi dan prediksi risiko rantai pasok.
  • Industri Farmasi
    Studi kasus: Pfizer & AstraZeneca
    • Memanfaatkan AI dan big data untuk meningkatkan ketahanan rantai pasok selama pandemi.
    • Kecepatan produksi vaksin meningkat 50% berkat optimasi distribusi berbasis data.
  • Industri Makanan
    Studi kasus: Nestlé
    • Implementasi rantai pasok hijau (green supply chain) mengurangi emisi karbon hingga 20% dalam 5 tahun terakhir.
    • Beralih ke supplier lokal untuk meningkatkan ketahanan pasokan bahan baku.

Tantangan dan Solusi Implementasi VSC

  1. Kurangnya integrasi digital – Banyak perusahaan masih mengandalkan sistem manual, sehingga sulit merespons perubahan dengan cepat. Solusi: Penerapan IoT, AI, dan blockchain untuk transparansi dan efisiensi.
  2. Biaya investasi tinggi – Transformasi rantai pasok memerlukan investasi besar. Solusi: Model collaborative supply chain yang memungkinkan berbagi sumber daya antar perusahaan.
  3. Perubahan kebijakan global – Regulasi lingkungan dan perdagangan internasional yang berubah cepat mempersulit prediksi pasar. Solusi: Penerapan predictive analytics untuk strategi adaptasi proaktif.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Paper ini menegaskan bahwa Viable Supply Chain (VSC) adalah masa depan rantai pasok global. Dengan kombinasi agility, resilience, dan sustainability, perusahaan dapat menghadapi disrupsi besar seperti pandemi, perubahan iklim, dan krisis ekonomi. Rekomendasi utama bagi bisnis adalah:

  • Mengadopsi digital supply chain berbasis AI dan big data.
  • Menerapkan strategi kolaborasi dengan mitra rantai pasok.
  • Fokus pada keberlanjutan lingkungan dan efisiensi energi.

Sumber Artikel:
Ivanov, Dmitry (2020). Viable supply chain model: integrating agility, resilience and sustainability perspectives—lessons from and thinking beyond the COVID-19 pandemic. Annals of Operations Research, Vol. 319, Iss. 1, pp. 1411-1431.

Selengkapnya
Strategi Viable Supply Chain (VSC): Integrasi Agility, Resilience, dan Sustainability dalam Menghadapi Disrupsi Global

Rantai Pasok Resilien dan Adaptif

Platform Pembelajaran Inovatif untuk Membangun Ketahanan Rantai Pasok di Era Digital

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 21 Februari 2025


Pendahuluan

Paper ini, yang ditulis oleh Angwi Rose Samba, membahas gangguan rantai pasok (SCD), manajemen risiko rantai pasok (SCRM), dan ketahanan rantai pasok (SCRES) dengan studi kasus Polycom Inc.. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan industri selama pandemi COVID-19 dan merancang strategi proaktif untuk mengatasi gangguan di masa depan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran (hybrid research method):

  • Kuesioner – Dijawab oleh staf Polycom Inc.
  • Wawancara mendalam – Dengan dua manajer rantai pasok.
  • Analisis data – Menggunakan tinjauan literatur dan studi empiris.

Studi Kasus: Dampak COVID-19 pada Polycom Inc.

Polycom Inc. mengalami berbagai gangguan akibat pandemi, meliputi:

  • Risiko permintaan – Penurunan pesanan akibat ketidakstabilan pasar.
  • Risiko logistik – Keterlambatan pengiriman hingga 40% karena pembatasan global.
  • Risiko keuangan – Penurunan margin keuntungan hingga 15% akibat kenaikan biaya operasional.

Strategi Meningkatkan Ketahanan Rantai Pasok

1. Peningkatan Visibilitas dan Responsivitas

  • Implementasi teknologi digital untuk meningkatkan pemantauan rantai pasok secara real-time.
  • Optimasi manajemen persediaan menggunakan AI dan big data.

2. Diversifikasi dan Redundansi Rantai Pasok

  • Multi-sourcing untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
  • Penggunaan gudang desentralisasi guna meningkatkan fleksibilitas distribusi.

3. Transformasi Digital dalam Rantai Pasok

  • Blockchain untuk meningkatkan transparansi transaksi.
  • Automasi proses logistik guna mengurangi risiko keterlambatan.

Temuan Utama dan Implikasi Manajemen

  • SCRES memiliki dampak signifikan dalam menjaga kontinuitas operasional.
  • Teknologi digital berperan besar dalam meningkatkan efisiensi dan daya tahan rantai pasok.
  • Investasi dalam digitalisasi dan strategi multi-sourcing dapat mempercepat pemulihan dari gangguan.

Kritik dan Evaluasi

Beberapa kelemahan dalam penelitian ini:

  • Fokus utama pada Polycom Inc. – Studi lebih luas diperlukan untuk validasi temuan.
  • Minimnya analisis dampak regulasi pemerintah terhadap strategi ketahanan rantai pasok.
  • Kurangnya pembahasan tentang peran keberlanjutan (sustainability) dalam SCRES.

Kesimpulan

Paper ini menegaskan bahwa kombinasi strategi ketahanan rantai pasok dan transformasi digital sangat penting untuk menghadapi gangguan global. Dengan menerapkan solusi berbasis teknologi, perusahaan dapat meminimalkan risiko, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Sumber Artikel:

  • Samba, A. R. (2022). Supply Chain Disruption, Resilience and Technology – Case: Polycom Inc. Lappeenranta University of Technology.

 

Selengkapnya
Platform Pembelajaran Inovatif untuk Membangun Ketahanan Rantai Pasok di Era Digital
« First Previous page 5 of 6 Next Last »