Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Tantangan Irigasi di Tengah Perubahan Iklim
Irigasi memainkan peran krusial dalam ketahanan pangan global dengan menghasilkan sekitar 40% produksi pangan dunia meski hanya mengairi 20% lahan pertanian. Namun, irigasi juga menjadi pengguna air terbesar, menyerap hampir 47% air tawar yang diambil dari sumber permukaan dan air tanah. Dengan pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan perubahan pola konsumsi, tekanan terhadap sumber daya air semakin meningkat. Perubahan iklim menambah kompleksitas dengan mengubah pola curah hujan, meningkatkan frekuensi kejadian ekstrem, dan menaikkan permintaan air untuk irigasi.
Dokumen ini menyajikan pendekatan Climate-Smart Irrigation (CSI) sebagai bagian integral dari Climate-Smart Agriculture (CSA), yang bertujuan meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan, dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sistem irigasi.
Konsep Climate-Smart Irrigation (CSI)
CSI merupakan pendekatan holistik yang menggabungkan tiga pilar utama CSA:
CSI menekankan pentingnya konteks agroklimatik dan sosial-ekonomi lokal serta dukungan kebijakan dan kelembagaan yang sesuai.
Tantangan Utama Sektor Irigasi
Pilar CSI dan Implementasinya
Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan
Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
Mitigasi Emisi GRK
Studi Kasus Penting
Analisis dan Nilai Tambah
Kritik dan Tantangan
Menuju Irigasi Cerdas Iklim yang Berkelanjutan
Dokumen ini menjadi rujukan penting bagi pengambil kebijakan dan praktisi dalam menghadapi tantangan irigasi di era perubahan iklim. Climate-Smart Irrigation bukan hanya teknologi, tetapi juga tata kelola, kapasitas, dan kolaborasi multi-level. Dengan pendekatan ini, irigasi dapat meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan, dan mengurangi jejak karbon, mendukung pencapaian SDG 2, 6, dan 13 secara simultan.
Sumber Artikel (Bahasa Asli)
Batchelor, C., Schnetzer, J. (2018). Compendium on Climate-Smart Irrigation: Concepts, evidence and options for a climate-smart approach to improving the performance of irrigated cropping systems. Global Alliance for Climate-Smart Agriculture, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Hubungan Kompleks antara Iklim dan Pembangunan
Bab ini menyoroti hubungan timbal balik yang kompleks antara pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, pengurangan ketimpangan, dan tindakan iklim dalam konteks pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri. Pembatasan ini dinilai dapat mengurangi risiko kemiskinan dan ketimpangan secara signifikan, serta memudahkan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dampak Pemanasan 1,5°C terhadap Kemiskinan dan Ketimpangan
Sinergi dan Trade-Off antara Adaptasi, Mitigasi, dan Pembangunan Berkelanjutan
Jalur Pembangunan Berkelanjutan Menuju Dunia 1,5°C
Studi Kasus: Praktik Berbasis Komunitas dan Ekosistem
Tantangan dan Kondisi untuk Mencapai Tujuan
Opini dan Kritik
Jalan Menuju Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan
Pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C membuka peluang besar untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, serta mempercepat pencapaian SDGs. Namun, ini menuntut transformasi sosial-ekonomi yang mendalam, penguatan kapasitas adaptasi, dan kebijakan inklusif yang mengatasi ketidaksetaraan. Pendekatan holistik yang mengintegrasikan adaptasi, mitigasi, dan pembangunan berkelanjutan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih adil dan lestari.
Sumber Artikel
Roy, J., Tschakert, P., Waisman, H., Abdul Halim, S., Antwi-Agyei, P., Dasgupta, P., Hayward, B., Kanninen, M., Liverman, D., Okereke, C., Pinho, P.F., Riahi, K., Suarez Rodriguez, A.G. (2018). Sustainable Development, Poverty Eradication and Reducing Inequalities. In: Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty. Masson-Delmotte, V. et al. (eds.). In Press.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Tantangan dan Peluang di Dunia yang Memanas
Bab ini mengkaji hubungan kompleks antara pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, pengurangan ketimpangan, dan tindakan iklim dalam konteks pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri. Laporan ini menegaskan bahwa membatasi pemanasan pada 1,5°C dibanding 2°C dapat secara signifikan mengurangi risiko kemiskinan, ketimpangan, dan dampak buruk iklim lainnya, sekaligus memudahkan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Dampak Pemanasan 1,5°C terhadap Kemiskinan dan Ketimpangan
Sinergi dan Trade-Off antara Adaptasi, Mitigasi, dan Pembangunan Berkelanjutan
Jalur Pembangunan Berkelanjutan Menuju Dunia 1,5°C
Studi Kasus: Praktik Berbasis Komunitas dan Ekosistem
Tantangan dan Kondisi untuk Mencapai Tujuan
Opini dan Kritik
Jalan Menuju Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan
Pembatasan pemanasan global hingga 1,5°C membuka peluang besar untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, serta mempercepat pencapaian SDGs. Namun, ini menuntut transformasi sosial-ekonomi yang mendalam, penguatan kapasitas adaptasi, dan kebijakan inklusif yang mengatasi ketidaksetaraan. Pendekatan holistik yang mengintegrasikan adaptasi, mitigasi, dan pembangunan berkelanjutan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih adil dan lestari.
Sumber Artikel
Roy, J., Tschakert, P., Waisman, H., Abdul Halim, S., Antwi-Agyei, P., Dasgupta, P., Hayward, B., Kanninen, M., Liverman, D., Okereke, C., Pinho, P.F., Riahi, K., dan Suarez Rodriguez, A.G. (2018). Sustainable Development, Poverty Eradication and Reducing Inequalities. In: Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty. Masson-Delmotte, V. et al. (eds.). In Press.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Swedia di Garis Depan Adaptasi Iklim Dunia
Swedia, negara Skandinavia dengan reputasi tinggi dalam inovasi lingkungan, menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Laporan “Sweden’s Adaptation Communication” (ADCOM, 2022) kepada UNFCCC memaparkan capaian, tantangan, dan strategi nasional Swedia dalam membangun masyarakat yang tahan iklim. Resensi ini mengulas laporan tersebut secara kritis, menyoroti data, studi kasus, kebijakan, serta pelajaran yang bisa diadopsi negara lain.
Gambaran Umum: Kondisi, Kerangka Hukum, dan Institusi Adaptasi Swedia
Fakta Kunci
Kerangka Kelembagaan dan Regulasi
Dampak, Risiko, dan Kerentanan: Studi Kasus dan Data
Tren Iklim & Proyeksi
Bencana Iklim: Data dan Studi Kasus
1. Kebakaran Hutan & Kekeringan
2. Banjir dan Hujan Ekstrem
3. Kenaikan Muka Laut dan Erosi Pantai
4. Gelombang Panas
5. Dampak pada Air Minum dan Sanitasi
Dampak Sektoral: Analisis Spesifik
Pertanian & Ketahanan Pangan
Kehutanan
Infrastruktur & Tata Kota
Energi
Kesehatan
Reindeer Herding & Budaya Sami
Kebijakan, Strategi, dan Implementasi
Strategi Nasional Adaptasi (2018)
Rencana Aksi dan Implementasi
Pendanaan & Dukungan
Studi Kasus Adaptasi: Inovasi dan Pembelajaran
1. Taman Hyllie, Malmö
2. Pemetaan Cloudburst di Botkyrka
3. Adaptasi Kehutanan
4. Rencana Aksi Komunitas Sami
Tantangan, Hambatan, dan Gap
Kesenjangan Implementasi
Gap Pengetahuan
Hambatan Praktis
Pelajaran, Praktik Baik, dan Rekomendasi
Praktik Baik
Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Global dan Industri
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Menuju Swedia Tangguh Iklim dan Inklusif
Laporan Adaptation Communication Sweden 2022 menunjukkan bahwa Swedia berada di jalur yang tepat dalam membangun masyarakat tahan iklim, namun tantangan besar tetap ada. Kunci keberhasilan ada pada inovasi, kolaborasi lintas sektor, penguatan kapasitas lokal, dan integrasi keadilan sosial dalam seluruh kebijakan. Dengan memperkuat praktik baik dan mempercepat adopsi solusi berbasis alam serta digitalisasi, Swedia dapat menjadi model global dalam adaptasi iklim yang inklusif dan berkelanjutan.
Sumber Artikel
Ministry of the Environment, Sweden. (2022). Sweden’s Adaptation Communication. A report to the United Nations Framework Convention on Climate Change, November 2022.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Peta Krisis Ketahanan Pangan Arab
Laporan “Arab Environment: Food Security” (AFED 2014) adalah salah satu dokumen paling komprehensif yang membedah tantangan dan prospek ketahanan pangan di dunia Arab. Dengan menggabungkan data empiris, studi kasus, dan analisis kebijakan, laporan ini membedah akar krisis pangan—mulai dari kelangkaan air, degradasi lahan, perubahan iklim, hingga ketergantungan impor—serta menawarkan peta jalan inovatif menuju ketahanan pangan berkelanjutan.
Gambaran Umum: Fakta, Angka, dan Tren Ketahanan Pangan
Ketergantungan Impor dan Defisit Pangan
Krisis Air: Jantung Masalah Pangan Arab
Studi Kasus dan Data Lapangan
1. Abu Dhabi: Krisis Air dan Strategi Ketahanan
2. Maroko: Green Morocco Plan (GMP)
3. GCC: Investasi Luar Negeri dan Strategi Cadangan
4. Rainfed Agriculture dan Petani Kecil
5. Post-Harvest Losses (PHL)
Analisis Kritis: Tantangan, Kesenjangan, dan Peluang
Tantangan Utama
Peluang dan Solusi
Studi Perbandingan dan Tren Global
Kritik dan Opini
Kelebihan Laporan
Kekurangan
Rekomendasi Kebijakan
Hubungan dengan Tren Industri dan Kebijakan Global
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Ketahanan Pangan Arab
Laporan AFED 2014 menegaskan bahwa tantangan pangan di dunia Arab sangat kompleks—berakar pada krisis air, produktivitas rendah, dan ketergantungan impor. Namun, peluang perbaikan terbuka lebar melalui efisiensi irigasi, adopsi teknologi, kerja sama regional, dan diversifikasi pangan. Dengan kebijakan terintegrasi, investasi berkelanjutan, dan inovasi lintas sektor, dunia Arab dapat membalikkan tren krisis menjadi peluang menuju ketahanan pangan berkelanjutan.
Sumber Artikel
AFED (2014). Arab Environment: Food Security. Annual Report of the Arab Forum for Environment and Development, 2014; A. Sadik, M. El-Solh and N. Saab (Eds.); Beirut, Lebanon. Technical Publications.
Perubahan Iklim
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 13 Juni 2025
Gender, Interseksionalitas, dan Adaptasi Iklim
Isu perubahan iklim dan adaptasi bukan sekadar soal teknis atau ekologi, melainkan juga sangat terkait dengan keadilan sosial, gender, dan kerentanan multidimensi. Studi “Intersectional Approaches to Gender Mainstreaming in Adaptation-Relevant Interventions” yang diterbitkan Adaptation Fund (2022) membedah bagaimana strategi gender mainstreaming dalam program adaptasi iklim harus bertransformasi menjadi lebih interseksional—yaitu, mengakui dan mengatasi tumpang tindih kerentanan dan identitas sosial (gender, usia, etnis, status ekonomi, disabilitas, dll). Artikel ini mengulas isi, data, studi kasus, serta kritik dan rekomendasi praktis dari laporan penting ini.
Konsep Kunci: Dari Gender Mainstreaming Menuju Interseksionalitas
Evolusi Gender Mainstreaming
Mengapa Interseksionalitas Penting dalam Adaptasi Iklim?
Metodologi Studi
Temuan Utama: Praktik & Tantangan Interseksionalitas
1. Interseksionalitas dalam Kebijakan dan Program
2. Studi Kasus: Praktik Interseksional di Lapangan
Tanzania: Toolkit Pamoja Voices
Nepal: GESI dalam Penyuluhan Pertanian
Bangladesh: “Double Vulnerabilities” Gender dan Etnisitas
Analisis Sektor: Interseksionalitas dalam Adaptasi
1. Pertanian & Ketahanan Pangan
2. Kehutanan
3. Pengurangan Risiko Bencana
4. Air, Sanitasi, dan Kesehatan
Tantangan Implementasi: Data, Kapasitas, dan Politik
Nilai Tambah & Rekomendasi Praktis
Nilai Tambah Interseksionalitas
Rekomendasi
Hubungan dengan Tren Global & Industri
Kritik dan Opini
Kelebihan
Kekurangan
Kesimpulan: Interseksionalitas, Gender, dan Adaptasi Iklim—Dari Wacana ke Aksi
Studi Adaptation Fund ini menegaskan bahwa tanpa lensa interseksional, upaya adaptasi iklim berisiko memperkuat ketimpangan lama dan menciptakan kerentanan baru. Dengan mengadopsi pendekatan interseksional dalam gender mainstreaming, program adaptasi dapat menjadi lebih inklusif, adil, dan efektif. Kunci suksesnya adalah data terpilah, pelibatan kelompok rentan, inovasi metode, dan komitmen perubahan struktural. Transformasi ini adalah proses bertahap, namun setiap langkah kecil menuju interseksionalitas akan memperkuat ketahanan masyarakat di era krisis iklim.
Sumber Artikel
Adaptation Fund Board. (2022). A Study on Intersectional Approaches to Gender Mainstreaming in Adaptation-Relevant Interventions. AFB/B.37-38/Inf.1, 17 February 2022.