Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang menyebut, peta jalan Making Indonesia 4.0 merupakan inisiatif untuk percepatan revitalisasi sektor manufaktur memasuki era industri 4.0. Sasaran utamanya adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai 10 negara ekonomi terbesar dunia di 2030.
Berdasarkan peta jalan tersebut, terdapat tujuh sektor industri yang didorong sebagai fokus prioritas pada Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan.
"Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri," katanya dalam webinar Internasional, Senin (12/4).
Menteri Agus mengemukakan, sektor industri di Indonesia menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi pandemi Covid-19, termasuk dengan kesiapan memanfaatkan teknologi industri 4.0, sehingga tetap dapat menjaga aktivitas produksinya. Di tengah pandemi, realisasi investasi sektor industri pada periode 2020 mencapai Rp272,9 triliun, tumbuh 26 persen dari 2019 yang sebesar Rp216 Triliun.
Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 berada di level 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021. Peningkatan PMI manufaktur Maret 2021 menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
"Capaian gemilang tersebut mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin cepat, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021," tegas Menteri Agus.
Indonesia Siap Sambut Era Industri 4.0
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah Indonesia siap menghadapi revolusi industri 4.0. Saat ini pemerintah juga sedang menyusun roadmap daripada industri 4.0 tersebut.
"Industri kami siap menghadapi revolusi industri dengan meluncurkan pembuatan roadmap Indonesia 4.0," kata Menko Airlangga dalam webinar internasional, Senin (12/2).
Dia menambahkan, setidaknya ada beberapa sektor industri yang akan dimasukan di dalam roadmap Indonesia 4.0 tersebut. Beberapa di antaranya adalah sektor prioritas, seperti minuman, tekstil, otomotif, kendaraan, elektronik, dan farmasi.
Sumber Artikel : Merdeka.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Kementerian Perindustrian menyebut keikutsertaan Indonesia sebagai official partner country pada Hannover Messe 2021 Digital Edition bertujuan untuk membagikan kepada dunia mengenai pencapaian dalam implementasi peta jalan penerapan industri 4.0 di Indonesia. Gelaran yang mengusung tema Making Indonesia 4.0, akan menjadi ajang pameran teknologi terbesar di dunia untuk mendorong keterhubungan Indonesia dengan jejaring rantai suplai global. “Selain itu, kami juga mendorong terjadinya transfer teknologi melalui keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2021," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Pra-Konferensi Indonesia Partner Country Hannover Messe 2021 secara virtual, Selasa (6/4/2021).
Agus menyebut dalam masa pandemi yang mengubah gaya hidup, cara berinteraksi, hingga aktivitas ekonomi masyarakat, keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2021 yang kali ini diselenggarakan secara digital memberikan keleluasaan. Menperin menyampaikan, Kehadiran Indonesia sebagai official partner country secara digital akan berlangsung selama setahun hingga berganti partner country HM dari negara mitra lainnya.
“Dalam HM 2021, kita juga menunjukkan akselerasi digital yang dilakukan sektor industri di Indonesia yang juga dipicu oleh adanya pembatasan pergerakan dan interaksi di masa pandemi. Di titik inilah 4 th Industrial Revolution menemukan momentumnya," ujar Agus. Perusahaan industri di Indonesia menunjukkan kesiapannya dalam menghadapi pandemi Covid-19, termasuk dengan memanfaatkan teknologi Industri 4.0 sehingga tetap dapat menjaga aktivitas produksinya. Sisi lain kendati di tengah pandemi, realisasi investasi sektor industri pada periode 2020 mencapai Rp272,9 triliun, atau masih bertumbuh 26 persen dari 2019 yang sebesar Rp216 Triliun. Selain itu, pada Maret 2021 lalu Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021. Peningkatan PMI manufaktur Maret 2021 menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
Hal tersebut diyakini Agus menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin cepat, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021. Adapun Peta jalan Making Indonesia 4.0 merupakan inisiatif untuk percepatan pembangunan industri memasuki era industri 4.0. Sasaran utamanya adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai 10 negara ekonomi terbesar dunia di tahun 2030. Berdasarkan peta jalan tersebut, terdapat tujuh sektor industri yang didorong sebagai fokus prioritas pada Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan. Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri.
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com
Sumber Artikel : Kemlu.go.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Kementerian Perindustri bersama sejumlah lembaga terkait tengah menyusun peta jalan pengembangan industri halal. Sekretaris Jenderal Kemenperin Dody Widodo mengatakan bahwa kementerian/lembaga terkait itu di antaranya Komite Nasional Ekonomi Syariah (KNEKS), Kementerian Keuangan, serta Kementerian PPN/Bappenas. “Hal ini diharapkan dapat mempercepat terbentuknya ekosistem halal dari aspek industri,” kata Dody di Jakarta dalam keterangan tertulis, Selasa (12/10/2021).
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mengeluarkan dua beleid terkait industri halal, yakni tentang pembentukan kawasan industri halal dan pusat pemberdayaan industri halal. Pemberdayaan industri halal diwujudkan dalam beberapa program utama, meliputi pembinaan sumber daya manusia (SDM), pembinaan proses produksi, fasilitasi pembangunan infrastruktur, serta publikasi dan promosi.
“Ini juga termasuk dukungan terhadap industri kecil dan menengah yang selama ini telah mendapatkan fasilitas sertifikasi halal,” jelasnya.
Dody menjelaskan, banyak aspek yang menjadi perhatian untuk menghasilkan produk halal, misalnya bahan baku, teknologi penunjang, fasilitas pendukung, dan SDM industri yang terlibat.
“Kedua peraturan menteri tersebut dijalankan bersama untuk mengembangkan industri halal yang mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia,” ujarnya.
Dody menjelaskan bahwa potensi ekonomi syariah global yang mencapai US$2,02 triliun, membuat Indonesia sangat berpeluang untuk mengembangkan industri halal, terutama pada sektor makanan dan minuman, fesyen, farmasi, serta kosmetik.
“Ini dilihat dari peningkatan demand produk makanan halal maupun berkembangnya tren fesyen busana muslim yang harus dapat dimanfaatkan oleh industri tekstil dan produk tekstil nasional melalui ragam inovasi produk dan optimalisasi tekstil fungsional,” jelas Dody.
Sementara itu, pada industri farmasi dan kosmetika, pengembangan produk halal juga sejalan dengan upaya substitusi bahan baku impor, karena dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia yang unik sebagai selling point tersendiri di mata konsumen global.
Kepala Pusat Pemberdayaan Industri Halal (PPIH) Kemenperin Junadi Marki menambahkan, terdapat empat strategi utama yang menjadi acuan para pemangku kepentingan terkait pengembangan ekosistem halal, yaitu penguatan rantai nilai, penguatan keuangan syariah, penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta penguatan ekonomi digital.
Ia menambahkan, strategi utama tersebut juga akan diperkuat dengan empat strategi dasar yang menjadi ekosistem pendukung, yaitu penguatan regulasi dan tata kelola, pengembangan kapasitas riset dan pengembangan, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, serta peningkatan kesadaran dan literasi publik.
Sumber Artikel : Bisnis.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Penguatan ketahanan industri menjadi kunci untuk membangun dunia yang lebih baik di masa endemi Covid-19. Ini seiring mulai pulihnya dunia dari pandemi Covid-19 yang hampir dua tahun melanda dunia.
Demikian tema dari pameran Industrial Transformation Asia-Pasific (ITAP) ke-4 yang kembali digelar dari 22-24 November 2021 dalam format hibrida untuk memaksimalkan jangkauan regional dan mendorong keterlibatan dalam industri manufaktur dan industri terkait.
Dua pilar utama ITAP 2021 adalah SDM dan Teknologi yang Memberdayakan. Dua hal tersebut adalah kunci untuk membangun ketahanan dan kelangsungan dunia yang tahan Covid-19.
"Covid-19 masih menjadi masalah besar bagi perusahaan manufaktur yang melakukan produksi secara fisik dan aktivitas lapangan. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR) dapat membantu mengurangi masalah ini dengan memungkinkan produsen bekerja dengan aman, mengurangi risiko terpapar sekaligus meningkatkan produktivitas," ungkap Chief Executive (Markets) Constellar Holdings, Chua Wee Phong, selaku penyelenggara pameran dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (8/11).
"Kami mengajak perusahaan-perusahaan untuk memanfaatkan kesempatan ini guna mengevaluasi proses bisnis mereka, meningkatkan keterampilan pekerja mereka dan membekalinya dengan keahlian yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi. ITAP senantiasa menjadi platform industri di kawasan untuk mengeksplorasi solusi inovatif, memperluas jaringan kemitraan dan membangun gudang alat mereka untuk pengembangan kemampuan,” jelas dia.
Constellar menargetkan lebih dari 15.000 pengunjung menghadiri pameran tahun ini.
"Tahun lalu jumlah pengunjung digital dari Indonesia berada di peringkat kedua terbanyak mencapai 8% dari total pengunjung. Tahun ini dengan dibukanya paviliun Indonesia oleh Kementerian Perindustrian RI di pameran fisik ITAP 2021 di Singapore EXPO, akan semakin mengundang banyak para petinggi perusahaan Indonesia untuk hadir secara fisik di ITAP 2021," ungkap Chua Wee Phong.
Kunci Daya Saing
Chief Executive Deutsche Messe, Jochen Köckler mengatakan, digitasi, keberlanjutan, dan rantai pasokan yang efektif adalah kunci daya saing produksi.
Pandemi dengan jelas menunjukkan seberapa cepat proses produksi dapat ditantang. Implementasi dan perluasan produksi yang berkesinambungan dalam Industri 4.0 menjadi komponen yang semakin penting dalam pengembangan produksi.
"Kawasan Asia Pasifik dengan cepat berkembang menjadi hub bagi perusahaan teknologi yang terkait dengan Industri 4.0. ITAP memberikan kesempatan bertemu secara langsung dengan perusahaan-perusahaan tersebut, merasakan inovasi teknologi dan menjalin kerjasama bisnis," ujar dia.
Fokus tahun ini pada Sumber Daya Manusia dan Teknologi adalah hasil dari pengamatan mendalam terhadap negara-negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, yang memiliki sentimen kuat seputar tantangan tenaga kerja yang timbul akibat protokol jaga jarak.
"Situasi ini akan terus berlanjut dan menciptakan kenormalan baru dimana perusahaan harus menyesuaikan pola kerja dan proses produksi. Ini akan menjadi kekuatan pendorong Industri 4.0 dan kita perlu mengembangkan secara sistematis di semua dimensi untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan," ujar Siriwat Waiyanit, Wakil Ketua (Manufacturing Automation and Robot Center) Thai-German Institute.
Sumber Artikel: Liputan6.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan larangan ekspor bijih nikel Indonesia ke luar negeri. Akibat ekspor nikel dilarang, Pemerintah Indonesia pun mendapat gugatan dari Uni Eropa. Kendati demikian, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (24/11/2021), Presiden Jokowi tetap melanjutkan pelarangan ekspor bahan mental, bahkan tak hanya nikel, tetapi juga bauksit, meski digugat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Meskipun kita memang digugat di WTO, enggak masalah. Tapi di sini (kami melarang nikel karena) kita ingin membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya di negara kita Indonesia. Golnya ada di situ," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (24/11/2021).
Dari penyetopan atau larangan ekspor bijih nikel, potensi penyerapan nilai tambah Indonesia tahun ini mencapai 20 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan 3-4 tahun yang lalu, yang hanya mencapai 1,1 miliar dollar AS. "Tidak boleh lagi (ekspor) yang namanya bahan mentah, raw material. Ini setop, sudah setop," tegas Jokowi.
Setelah pelarangan ekspor bahan mentah, nikel Indonesia mengguncang dunia. Sebab, logam berat ini memiliki peran dan manfaat penting bagi berbagai industri di dunia. Namun, pelarangan yang diberlakukan Presiden Joko Widodo ini diambil dengan dasar penambangan nikel yang terus-menerus akan berpotensi mengancam lingkungan. Nikel di Indonesia Nikel adalah logam keras berwarna putih keperakan dengan sedikit corak semburat keemasan. Ini adalah logam yang kuat, padat, dan memiliki ketahanan terhadap panas dan korosi.
Dengan demikian, fungsi nikel sangat berguna untuk pengembangan berbagai macam produk, seperti untuk bahan baku pembuatan kabel listrik, koin, dan peralatan militer. Berdasarkan keterangan Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Indonesia memiliki potensi nikel dan kobalt yang tersebar di beberapa pulau, yaitu Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, dan Papua. Endapan nikel dan kobalt di Indonesia merupakan endapan tipe laterit yang terkandung dalam bijih limonit, terutama bijih saprolit dengan kadar yang lebih tinggi. Rata-rata laterit tersebut memiliki kandungan nikel berkisar antara 0,6 persen - 2,23 persen dan kobalt 0,07 persen - 0,18 persen.
Sebelum diberlakukannya pelarangan ekspor bahan tambang mentah pada tahun 2014, Indonesia termasuk 3 besar negara pengekspor nikel dan mineral ikutannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 05/2017, saat ini hanya dengan kandungan nikel kurang dari 1,7 persen yang boleh diekspor, selebihnya harus dimurnikan dan diolah oleh industri domestik.
Nikel Indonesia adalah salah satu produk ekspor yang penting bagi dunia.
Nikel adalah elemen penting yang biasa digunakan untuk campuran bahan logam untuk keperluan industri.(SHUTTERSTOCK/lp-studio) Alternatif sumber nikel dari tanaman Beberapa waktu lalu, peneliti sekaligus ahli biologi tanah dan dosen di Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah, Aiyen Tjoa, berhasil menemukan tumbuhan langka di salah satu kawasan pertambangan nikel terbesar di dunia, yaitu daerah Sorowako, Sulawesi Selatan. Aiyen sengaja mencari tanaman yang bisa beradaptasi dengan baik di area lingkungan yang kaya nikel tersebut. Adapun tanaman yang dicari dan ditemukan oleh Aiyen itu dikenal dengan hiper-akumulator nikel (nickel hyper-accumulators).
Disebut sebagai tanaman penambang nikel karena tanaman langka ini mampu menyerap dan menyimpan nikel dalam jumlah besar, setidaknya 1.000 mikrogram nikel per 1 gram daun kering.
Sebenarnya, kata Aiyen, tanaman jenis hiper-akumulator itu ada banyak sekali jenisnya.
Terutama jenis tanaman yang termasuk dalam penanggualan pencemaran fitoremediasi (pemanfaatan mikroorganisme), di antaranya adalah Phytoextraction, Phytostabilization, dan Phytodegradation.
Tanaman hiper-akumulator dapat menyerap dan menyimpan zat-zat kontaminan dari banyak jenis logam, bukan hanya nikel, melainkan bisa juga zinc, timbal, multi logam, dan lain sebagainya.
Aiyen mengatakan, tanaman hiper-akumulator yang ditemukan di Sorowako adalah jenis tanaman yang memanfaatkan mekanisme fitoremediasi dengan menyerap logam dan mengikat logam nikel. Logam nikel yang diikat oleh tanaman itu diserap dan disimpan disimpan di pucuk, daun, akar, atau getahnya.
Tanaman langka ini mengikat nikel di dalam dinding sel mereka atau menyimpannya di vakuola sebagai organel penyimpanan di dalam sel. Setelah empat tahun eksplorasi, Aiyen akhirnya menemukan dua spesies hiper-akumulator nikel asli pada tahun 2008, yaitu Sarcotheca celebica dan Knema matanensis.
"Kedua tanaman itu contoh saja. Banyak hal yang dilakukan terkait tanaman (hiper-akumulator nikel)," jelas Aiyen dalam pemberitaan Kompas.com (30/8/2020).
Dalam hasil kajian sementara oleh peneliti, didapatkan kedua tanaman asli ini dapat menyimpan antara 1.000 dan 5.000 mikrogram nikel per gram daun kering. Dibandingkan dengan tanaman "penambang" nikel yang ditemukan di tempat lain, keduanya menunjukkan kekuatan hiperakumulasi yang cukup sederhana.
"Kami sedang mencari tanaman yang dapat mengakumulasi setidaknya 10.000 mikrogram (per gram)," kata Aiyen seperti dikutip BBC, Rabu (26/8/2020). Pada ambang 10.000 mikrogram per gram itu, secara ekonomi membudidayakan tanaman untuk ekstraksi mineral atau phytomining menjadi layak secara ekonomi.
Potensi tanaman penambang nikel Aiyen berkata, tanaman hiper-akumulator nikel ini merupakan tanaman yang memiliki kemampuan menyerap logam yang cukup tinggi. "Bisa digunakan untuk ekstraksi (penghasil Ore), ataupun ekstraksi kontaminasi pada tanah, udara, air yang tercemar, dan sebagainya," jelas Aiyen.
Oleh karena itu, tanaman langka hiper-akumulator nikel ini dapat berpotensi besar dalam upaya menggantikan pengumpulan nikel dari pertambangan terbuka di lahan tanah menjadi pengumpulan nikel melalui perkebunan. Lihat Foto Aktivitas pekerja di smelter PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan. "Ya, memang itu tujuannya (tanaman hiper-akumulator nikel bisa dijadikan perkebunan nikel)," ujarnya. Tindakan perkebunan tanaman hiper-akumulator nikel itu nantinya selain membersihkan tanah, tanaman kaya nikel ini juga dapat ditambang untuk menyediakan sumber alternatif logam, memungkinkan nikel dipanen tanpa merusak ekosistem.
Ahli ekofisiologi tumbuhan dari University of Queensland yang mempelajari hiper-akumulator nikel, Antony van der Ent, telah menghitung bahwa hiper-akumulator seperti Phyllantus balgoyii dapat menghasilkan sekitar 120 kg nikel per hektar setiap tahun.
Itu berarti nilai pasar sekitar 1.754 dollar AS atau sekitar Rp 25 juta-Rp 26 juta per hektar. Tidak hanya itu, manfaat baiknya dari penambangan nikel melalui perkebunan tanaman hyper-akumulator nikel ini yaitu dianggap sebagai penghasil karbon netral. "Semua karbon yang dilepaskan dari pembakaran akan ditangkap lagi oleh tanaman yang baru tumbuh dalam beberapa bulan," jelas van der Ent kepada BBC.
Oleh sebab itu, phytomining ini memiliki keunggulan lingkungan yang cukup besar dibandingkan dengan bentuk penambangan tradisional. Sebab, pertambangan tradisional dengan mengeruk batuan dari dalam tanah secara keseluruhan merupakan penghasil emisi karbon yang cukup besar. Pertambangan tradisional melepaskan setidaknya 10 persen dari emisi rumah kaca pada tahun 2007. Selain menawarkan cara yang lebih ramah lingkungan untuk menambang nikel, tanaman langka ini juga dapat membantu merehabilitasi lahan yang telah ditambang.
Menurut Aiyen, hal ini perlu dilakukan mengingat sebagian perusahaan tambang di Indonesia mengabaikan persyaratan untuk menanami kembali situs yang tidak digunakan dengan vegetasi.
Ketika perusahaan itu melakukannya, justru yang digunakan adalah tanaman biasa dan bukanlah tanaman yang mampu menyerap dan menyimpan nikel ini.
Pasalnya, tanaman hiper-akumulator nikel ini dapat menjadi proses penghijauan yang tepat untuk rehabilitasi, meningkatkan kesehatan tanah, dan mengembalikan nutrisi utama yang dibutuhkan oleh tanaman normal.
"Akhirnya tanaman biasa dapat dibudidayakan di tanah ini setelah phytomining selesai," jelas van der Ent. Hal ini juga dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi perusahaan tambang karena residu nikel yang menumpuk di pucuk tanaman hiper-akumulator nikel ini juga bisa dipanen.
Sumber Artikel : Kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Indonesia tercatat sebagai daerah penghasil nikel terbesar dunia. Diansir dari KOMPAS.TV. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 25 persen cadangan nikel dunia. Ketersediaan sumber daya alam (SDA) ini memberikan peluang untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik. Karena, komponen utama baterai kendaraan listrik adalah nikel.
"Di Eropa, pada 2030, 70 persen mobil sudah beralih dari fosil ke energi terbarukan. Bahkan juga dibeberapa negara Asia dan Amerika Latin, termasuk Indonesia dan Asia Tenggara. Kita beruntung untuk energi baru terbarukan untuk mobil, 50 persen komponennya itu adalah baterai dan ternyata bahan baku utamanya nikel. Nikel di Indonesia itu cadangannya 25 persen dari total cadangan dunia," terang dia yang dikutip dari KOMPAS.TV
Menurut data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2020 total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11.88 miliar ton. Adapun, total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton. Selain sebagai komponen baterai utama kendaraan listrik, peradaban modern sangat tergantung pada nikel. Nikel digunakan mulai peralatan dapur hingga pembuatan pesawat terbang.
Cadangan nikel sebanyak 90% tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Pada 2019, Indonesia pernah menjadi produsen tambang bijih nikel terbesar di dunia, dengan produksi nikel dunia sebanyak 2,668 juta ton Ni.
Berikut daerah penghasil Nikel:
1. Kolaka, Sulawesi Tenggara
Kabupaten Kolaka terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagian besar wilayahnya merupakan perairan (laut), kurang lebih sekitar 15.000 km 2 dengan panjang garis pantai 293,45 km. Di wilayah perairan tersebut terdapat sejumlah pulau-pulau.
Sedangkan, wilayah daratan Kolaka seluas 3.283,64 km2 Potensi sumber daya mineral hampir terdapat di seluruh kecamatan. Nikel terdapat di Kecamatan Wolo, Wundulako, Baula, Pomalaa, Tanggertada, dan Watubangga dengan deposit sekitar 1,30 milyar ton.
2. Luwu Timur, Sulawesi Selatan
Secara geografis Kabupaten Luwu terletak di sebelah selatan katulistiwa dengan luas wilayah 6,944.88 km2. Sekitar 11, 14 % Provinsi Sulawesi Selatan merupakan luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Nikel terdapat di Desa Magani, Kecamatan Nuha.Perusahaan tambang Nikel di Luwu Timur adalah PT Vale Indonesia yang yang terletak di Kecamatan Nuha.
3. Morowali, Sulawesi tengah
Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki 3.037 km2 . Wilayah ini merupakan deretan daftar penghasil nikel terbesar di Indonesia.
Tambang nikel di daerah ini terdapat di beberapa wilayah, antara lain Bahadopi, Bungku Timur, Bungku Pesisir, dan Petasia Timur.
4. Halmahera Timur, Maluku Utara
Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara merupakan wilayah di Maluku yang memiliki sumber nikel. Wilayah sebaran nikel terdapat di daerah Kecamatan Maba dan Wasilei. Di wilyah ini juga terdapat pabrik smelter (peleburan) yang memproses reduksi biji sehingga menjadi logam yang dapat dimanfaatkan. Industri nikel di Halmahera Timur menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat sekitar, terutama Halmahera Timur.
5. Pulau Gag
Pulau Gag merupakan salah satu pulau di gugusan kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Wilayah ini memiliki kekayaan nikel . Oleh pemerintah daerah setempat, wilayah ini ditetapkan sebagai hutan lindung yang dikelola oleh pemerintah setempat.Kegiatan pertambangan yang dilakukan hanya sebatas eksplorasi untuk kepentingan pengambilan contoh dan observasi nikel di tanah air. Perusahaan tambang yang terdapat di daerah ini adalah PT Aneka Tambang melalui anak usahanya PT Gag Nikel.
Sumber Artikel : Kompas.com