Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan larangan ekspor bijih nikel Indonesia ke luar negeri. Akibat ekspor nikel dilarang, Pemerintah Indonesia pun mendapat gugatan dari Uni Eropa. Kendati demikian, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (24/11/2021), Presiden Jokowi tetap melanjutkan pelarangan ekspor bahan mental, bahkan tak hanya nikel, tetapi juga bauksit, meski digugat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Meskipun kita memang digugat di WTO, enggak masalah. Tapi di sini (kami melarang nikel karena) kita ingin membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya di negara kita Indonesia. Golnya ada di situ," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (24/11/2021).
Dari penyetopan atau larangan ekspor bijih nikel, potensi penyerapan nilai tambah Indonesia tahun ini mencapai 20 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan 3-4 tahun yang lalu, yang hanya mencapai 1,1 miliar dollar AS. "Tidak boleh lagi (ekspor) yang namanya bahan mentah, raw material. Ini setop, sudah setop," tegas Jokowi.
Setelah pelarangan ekspor bahan mentah, nikel Indonesia mengguncang dunia. Sebab, logam berat ini memiliki peran dan manfaat penting bagi berbagai industri di dunia. Namun, pelarangan yang diberlakukan Presiden Joko Widodo ini diambil dengan dasar penambangan nikel yang terus-menerus akan berpotensi mengancam lingkungan. Nikel di Indonesia Nikel adalah logam keras berwarna putih keperakan dengan sedikit corak semburat keemasan. Ini adalah logam yang kuat, padat, dan memiliki ketahanan terhadap panas dan korosi.
Dengan demikian, fungsi nikel sangat berguna untuk pengembangan berbagai macam produk, seperti untuk bahan baku pembuatan kabel listrik, koin, dan peralatan militer. Berdasarkan keterangan Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Indonesia memiliki potensi nikel dan kobalt yang tersebar di beberapa pulau, yaitu Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, dan Papua. Endapan nikel dan kobalt di Indonesia merupakan endapan tipe laterit yang terkandung dalam bijih limonit, terutama bijih saprolit dengan kadar yang lebih tinggi. Rata-rata laterit tersebut memiliki kandungan nikel berkisar antara 0,6 persen - 2,23 persen dan kobalt 0,07 persen - 0,18 persen.
Sebelum diberlakukannya pelarangan ekspor bahan tambang mentah pada tahun 2014, Indonesia termasuk 3 besar negara pengekspor nikel dan mineral ikutannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 05/2017, saat ini hanya dengan kandungan nikel kurang dari 1,7 persen yang boleh diekspor, selebihnya harus dimurnikan dan diolah oleh industri domestik.
Nikel Indonesia adalah salah satu produk ekspor yang penting bagi dunia.
Nikel adalah elemen penting yang biasa digunakan untuk campuran bahan logam untuk keperluan industri.(SHUTTERSTOCK/lp-studio) Alternatif sumber nikel dari tanaman Beberapa waktu lalu, peneliti sekaligus ahli biologi tanah dan dosen di Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah, Aiyen Tjoa, berhasil menemukan tumbuhan langka di salah satu kawasan pertambangan nikel terbesar di dunia, yaitu daerah Sorowako, Sulawesi Selatan. Aiyen sengaja mencari tanaman yang bisa beradaptasi dengan baik di area lingkungan yang kaya nikel tersebut. Adapun tanaman yang dicari dan ditemukan oleh Aiyen itu dikenal dengan hiper-akumulator nikel (nickel hyper-accumulators).
Disebut sebagai tanaman penambang nikel karena tanaman langka ini mampu menyerap dan menyimpan nikel dalam jumlah besar, setidaknya 1.000 mikrogram nikel per 1 gram daun kering.
Sebenarnya, kata Aiyen, tanaman jenis hiper-akumulator itu ada banyak sekali jenisnya.
Terutama jenis tanaman yang termasuk dalam penanggualan pencemaran fitoremediasi (pemanfaatan mikroorganisme), di antaranya adalah Phytoextraction, Phytostabilization, dan Phytodegradation.
Tanaman hiper-akumulator dapat menyerap dan menyimpan zat-zat kontaminan dari banyak jenis logam, bukan hanya nikel, melainkan bisa juga zinc, timbal, multi logam, dan lain sebagainya.
Aiyen mengatakan, tanaman hiper-akumulator yang ditemukan di Sorowako adalah jenis tanaman yang memanfaatkan mekanisme fitoremediasi dengan menyerap logam dan mengikat logam nikel. Logam nikel yang diikat oleh tanaman itu diserap dan disimpan disimpan di pucuk, daun, akar, atau getahnya.
Tanaman langka ini mengikat nikel di dalam dinding sel mereka atau menyimpannya di vakuola sebagai organel penyimpanan di dalam sel. Setelah empat tahun eksplorasi, Aiyen akhirnya menemukan dua spesies hiper-akumulator nikel asli pada tahun 2008, yaitu Sarcotheca celebica dan Knema matanensis.
"Kedua tanaman itu contoh saja. Banyak hal yang dilakukan terkait tanaman (hiper-akumulator nikel)," jelas Aiyen dalam pemberitaan Kompas.com (30/8/2020).
Dalam hasil kajian sementara oleh peneliti, didapatkan kedua tanaman asli ini dapat menyimpan antara 1.000 dan 5.000 mikrogram nikel per gram daun kering. Dibandingkan dengan tanaman "penambang" nikel yang ditemukan di tempat lain, keduanya menunjukkan kekuatan hiperakumulasi yang cukup sederhana.
"Kami sedang mencari tanaman yang dapat mengakumulasi setidaknya 10.000 mikrogram (per gram)," kata Aiyen seperti dikutip BBC, Rabu (26/8/2020). Pada ambang 10.000 mikrogram per gram itu, secara ekonomi membudidayakan tanaman untuk ekstraksi mineral atau phytomining menjadi layak secara ekonomi.
Potensi tanaman penambang nikel Aiyen berkata, tanaman hiper-akumulator nikel ini merupakan tanaman yang memiliki kemampuan menyerap logam yang cukup tinggi. "Bisa digunakan untuk ekstraksi (penghasil Ore), ataupun ekstraksi kontaminasi pada tanah, udara, air yang tercemar, dan sebagainya," jelas Aiyen.
Oleh karena itu, tanaman langka hiper-akumulator nikel ini dapat berpotensi besar dalam upaya menggantikan pengumpulan nikel dari pertambangan terbuka di lahan tanah menjadi pengumpulan nikel melalui perkebunan. Lihat Foto Aktivitas pekerja di smelter PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan. "Ya, memang itu tujuannya (tanaman hiper-akumulator nikel bisa dijadikan perkebunan nikel)," ujarnya. Tindakan perkebunan tanaman hiper-akumulator nikel itu nantinya selain membersihkan tanah, tanaman kaya nikel ini juga dapat ditambang untuk menyediakan sumber alternatif logam, memungkinkan nikel dipanen tanpa merusak ekosistem.
Ahli ekofisiologi tumbuhan dari University of Queensland yang mempelajari hiper-akumulator nikel, Antony van der Ent, telah menghitung bahwa hiper-akumulator seperti Phyllantus balgoyii dapat menghasilkan sekitar 120 kg nikel per hektar setiap tahun.
Itu berarti nilai pasar sekitar 1.754 dollar AS atau sekitar Rp 25 juta-Rp 26 juta per hektar. Tidak hanya itu, manfaat baiknya dari penambangan nikel melalui perkebunan tanaman hyper-akumulator nikel ini yaitu dianggap sebagai penghasil karbon netral. "Semua karbon yang dilepaskan dari pembakaran akan ditangkap lagi oleh tanaman yang baru tumbuh dalam beberapa bulan," jelas van der Ent kepada BBC.
Oleh sebab itu, phytomining ini memiliki keunggulan lingkungan yang cukup besar dibandingkan dengan bentuk penambangan tradisional. Sebab, pertambangan tradisional dengan mengeruk batuan dari dalam tanah secara keseluruhan merupakan penghasil emisi karbon yang cukup besar. Pertambangan tradisional melepaskan setidaknya 10 persen dari emisi rumah kaca pada tahun 2007. Selain menawarkan cara yang lebih ramah lingkungan untuk menambang nikel, tanaman langka ini juga dapat membantu merehabilitasi lahan yang telah ditambang.
Menurut Aiyen, hal ini perlu dilakukan mengingat sebagian perusahaan tambang di Indonesia mengabaikan persyaratan untuk menanami kembali situs yang tidak digunakan dengan vegetasi.
Ketika perusahaan itu melakukannya, justru yang digunakan adalah tanaman biasa dan bukanlah tanaman yang mampu menyerap dan menyimpan nikel ini.
Pasalnya, tanaman hiper-akumulator nikel ini dapat menjadi proses penghijauan yang tepat untuk rehabilitasi, meningkatkan kesehatan tanah, dan mengembalikan nutrisi utama yang dibutuhkan oleh tanaman normal.
"Akhirnya tanaman biasa dapat dibudidayakan di tanah ini setelah phytomining selesai," jelas van der Ent. Hal ini juga dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi perusahaan tambang karena residu nikel yang menumpuk di pucuk tanaman hiper-akumulator nikel ini juga bisa dipanen.
Sumber Artikel : Kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Indonesia tercatat sebagai daerah penghasil nikel terbesar dunia. Diansir dari KOMPAS.TV. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 25 persen cadangan nikel dunia. Ketersediaan sumber daya alam (SDA) ini memberikan peluang untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik. Karena, komponen utama baterai kendaraan listrik adalah nikel.
"Di Eropa, pada 2030, 70 persen mobil sudah beralih dari fosil ke energi terbarukan. Bahkan juga dibeberapa negara Asia dan Amerika Latin, termasuk Indonesia dan Asia Tenggara. Kita beruntung untuk energi baru terbarukan untuk mobil, 50 persen komponennya itu adalah baterai dan ternyata bahan baku utamanya nikel. Nikel di Indonesia itu cadangannya 25 persen dari total cadangan dunia," terang dia yang dikutip dari KOMPAS.TV
Menurut data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2020 total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11.88 miliar ton. Adapun, total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton. Selain sebagai komponen baterai utama kendaraan listrik, peradaban modern sangat tergantung pada nikel. Nikel digunakan mulai peralatan dapur hingga pembuatan pesawat terbang.
Cadangan nikel sebanyak 90% tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Pada 2019, Indonesia pernah menjadi produsen tambang bijih nikel terbesar di dunia, dengan produksi nikel dunia sebanyak 2,668 juta ton Ni.
Berikut daerah penghasil Nikel:
1. Kolaka, Sulawesi Tenggara
Kabupaten Kolaka terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagian besar wilayahnya merupakan perairan (laut), kurang lebih sekitar 15.000 km 2 dengan panjang garis pantai 293,45 km. Di wilayah perairan tersebut terdapat sejumlah pulau-pulau.
Sedangkan, wilayah daratan Kolaka seluas 3.283,64 km2 Potensi sumber daya mineral hampir terdapat di seluruh kecamatan. Nikel terdapat di Kecamatan Wolo, Wundulako, Baula, Pomalaa, Tanggertada, dan Watubangga dengan deposit sekitar 1,30 milyar ton.
2. Luwu Timur, Sulawesi Selatan
Secara geografis Kabupaten Luwu terletak di sebelah selatan katulistiwa dengan luas wilayah 6,944.88 km2. Sekitar 11, 14 % Provinsi Sulawesi Selatan merupakan luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Nikel terdapat di Desa Magani, Kecamatan Nuha.Perusahaan tambang Nikel di Luwu Timur adalah PT Vale Indonesia yang yang terletak di Kecamatan Nuha.
3. Morowali, Sulawesi tengah
Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki 3.037 km2 . Wilayah ini merupakan deretan daftar penghasil nikel terbesar di Indonesia.
Tambang nikel di daerah ini terdapat di beberapa wilayah, antara lain Bahadopi, Bungku Timur, Bungku Pesisir, dan Petasia Timur.
4. Halmahera Timur, Maluku Utara
Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara merupakan wilayah di Maluku yang memiliki sumber nikel. Wilayah sebaran nikel terdapat di daerah Kecamatan Maba dan Wasilei. Di wilyah ini juga terdapat pabrik smelter (peleburan) yang memproses reduksi biji sehingga menjadi logam yang dapat dimanfaatkan. Industri nikel di Halmahera Timur menjadi salah satu sumber perekonomian masyarakat sekitar, terutama Halmahera Timur.
5. Pulau Gag
Pulau Gag merupakan salah satu pulau di gugusan kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Wilayah ini memiliki kekayaan nikel . Oleh pemerintah daerah setempat, wilayah ini ditetapkan sebagai hutan lindung yang dikelola oleh pemerintah setempat.Kegiatan pertambangan yang dilakukan hanya sebatas eksplorasi untuk kepentingan pengambilan contoh dan observasi nikel di tanah air. Perusahaan tambang yang terdapat di daerah ini adalah PT Aneka Tambang melalui anak usahanya PT Gag Nikel.
Sumber Artikel : Kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Pemerintah terus fokus untuk mendorong hilirisasi sebagai langkah investasi kedepan. Hal ini dilakukan dengan menerbitkan aturan larangan ekspor nikel di tahun 2021, dan kemudian dilanjutkan dengan larangan ekspor bauksit di tahun 2022.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, di tahun 2023 pemerintah juga akan melarang ekspor tembaga dan timah. Hal ini mengingat Indonesia akan mengembangkan ekosistem baterai mobil terbesar di dunia.
Di tahun 2023, tembaga dan bahkan timah juga, karena nilai investasi yang masuk ke sektor jasa dan sektor hilirisasi itu multiplier effect-nya lebih tinggi di hilirisasi,” kata Bahlil secara virtual, Rabu (16/2/2022).
Di tahun 2022, target investasi pemerintah kurang lebih naik 30 persen menjadi Rp 1.200 triliun. Hal ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Maka dari itu, target investasi kedepan berorientasi pada transformasi ekonomi dengan mendorong hilirisasi dan menciptakan nilai tambah.
Jangan lagi ekpsor barang mentah “Jangan lagi berpikir mengekspor barang mentah kita. Tahun ini kita hentikan ekspor nikel, karena nanti CATL (perusahaan baterai asal China) akan masuk di sana (nilai investasi) 5,2 miliar dollar AS, dan dengan LG di Maluku Utara tepatnya di Halmahera Timur investasinya Rp 142 triliun. Sebagian, di Jawa Tengah, di Komplek Batang. Kita bangun ekosistem baterai mobil terbesar di dunia untuk sekarang ini," kata Bahlil.
Bahlil melanjutkan, meskipun banyak negara yang tidak menginginkan Indonesia untuk maju dengan berbagai bentuk regulasinya. Namun, ia optimis Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri dengan dukungan sumber daya yang melimpah. “Kita harus jadikan Indonesia sebagai negara industrialis. Banyak negara yang tidak ingin Indonesia maju dengan segala macam regulasi. Kita sudah berikan lampu hijau kepada mereka, maka itu kita buat keputusan kemandirian negara kita,” ujar Bahlil.
Sumber Artikel: Kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Indonesia mengguncang dunia setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan larangan ekspor bijih nikel ke luar negeri. Akibat ekspor nikel dilarang, Pemerintah Indonesia pun mendapat gugatan dari Uni Eropa.
Kendati demikian, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (24/11/2021), Presiden Jokowi tetap melanjutkan pelarangan ekspor bahan mental, bahkan tak hanya nikel tetapi juga bauksit, meski digugat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Meskipun kita memang digugat di WTO, enggak masalah.
Tapi di sini (kami melarang nikel karena) kita ingin membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya di negara kita Indonesia. Golnya ada di situ," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (24/11/2021).
Dari penyetopan atau larangan ekspor bijih nikel, potensi penyerapan nilai tambah Indonesia tahun ini mencapai 20 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan 3-4 tahun yang lalu, yang hanya mencapai 1,1 miliar dollar AS.
"Tidak boleh lagi (ekspor) yang namanya bahan mentah, raw material. Ini setop, sudah setop," tegas Jokowi.
Setelah pelarangan ekspor bahan mentah, Nikel Indonesia mengguncang dunia. Sebab, logam berat ini memiliki peran dan manfaat penting bagi berbagai industri di dunia.
Lantas, apa itu nikel dan manfaatnya untuk apa saja? Nikel adalah logam keras berwarna putih keperakan dengan sedikit corak semburat keemasan. Ini adalah logam yang kuat, padat, dan memiliki ketahanan terhadap panas dan korosi. Tak heran jika fungsi nikel sangat berguna untuk pengembangan berbagai macam produk, seperti untuk bahan baku pembuatan kabel listrik, koin, hingga peralatan militer.
Dilansir dari Live Science, Logam yang sangat berguna ini adalah No. 28 dalam tabel periodik unsur, antara unsur kobalt dan tembaga. Nikel adalah logam penghantar listrik dan panas yang cukup baik dan merupakan salah satu dari empat unsur logam yang sangat penting, selain kobalt, besi, dan gadolinium.
Logam-logam ini memiliki sifat feromagnetik atau mudah dimagnetkan pada suhu kamar. Sebagai logam transisi, nikel memiliki elektron valensi tidak hanya satu lapisan, tetapi dalam dua lapisan, yang memungkinkan logam tersebut membentuk beberapa keadaan oksidasi yang berbeda. Inilah salah satu alasan mengapa nikel termasuk ekspor nikel Indonesia begitu penting.
Asal-usul logam
nikel Penemuan bijih nikel di Eropa pada abad ke-17 disebut sebagai kisah tentang identitas yang keliru. Pada tahun 1600-an, para penambang Jerman mencari tembaga di Ore Mountains.
Para penambang ini kemudian menemukan bijih nikel yang sebelumnya tidak dikenal, yang sekarang dikenal sebagai nikel arsenida atau niccolite, yaitu batu nikel dan arsenik berwarna merah kecoklatan pucat. Karena percaya bahwa mereka telah menemukan bijih tembaga lain, para penambang berusaha mengekstraksi tembaga, tetapi ternyata batu-batu itu gagal berproduksi.
Para penambang yang frustrasi menyalahkan Nickel, iblis nakal dalam mitologi Jerman, karena mempermainkan mereka dan mulai memanggil bijih kupfernickel, yang diterjemahkan sebagai 'setan tembaga'.
Namun, satu abad kemudian, pada tahun 1751, ahli kimia Swedia Baron Axel Fredrik Cronstedt mencoba memanaskan kupfernickel dengan arang dan menemukan bahwa berbagai sifatnya dan dengan jelas mengungkapkan bahwa itu bukan tembaga.
Cronstedt dikreditkan sebagai orang pertama yang mengekstrak nikel dan mengisolasinya sebagai elemen baru. Dia membuah nama 'kupfer' dan menyebut unsur baru nikel.
Nikel adalah salah satu unsur logam yang paling melimpah kelima di Bumi ini. Kendati demikian, keberadaan nikel, 100 kali lebih terkonsentrasi di bawah kerak bumi, menurut Chemicool.
Faktanya, nikel diyakini sebagai elemen paling melimpah kedua di dalam inti bumi, dengan besi menjadi elemen yang paling mendominasi dengan selisih yang besar.
Umumnya, nikel ditemukan dalam dua jenis endapan, yakni endapan laterit, yang merupakan hasil pelapukan intensif batuan permukaan yang kaya nikel, dan endapan sulfida magmatik.
Menurut Geology.com, nikel juga dapat ditemukan di nodul dan kerak mangan di dasar laut dalam, tetapi saat ini tidak ditambang.
Sumber mineral utama nikel adalah limonit, garnierit, dan pentlandit. Norwegia menjadi situs peleburan nikel skala besar pertama pada tahun 1848, dan bijih nikel yang digunakan yakni jenis pirhotit.
Nikel lebih banyak ditemukan di Rusia dan Afrika Selatan pada awal tahun 1900-an, yang selanjutnya memungkinkan nikel mengambil tempat yang kuat di industri.
Fungsi nikel di industri Bijih nikel menjadi elemen logam yang sangat penting, bahkan beberapa barang dapat terbuat dari nikel murni. Nikel pun memainkan peran yang mendukung dan menstabilkan berbagai bahan industri lainnya.
Biasanya, nikel akan dikombinasikan dengan logam lain untuk menghasilkan produk yang lebih kuat, lebih berkilau, dan lebih tahan lama.
Umumnya, nikel digunakan sebagai lapisan luar atau pelindung untuk logam yang lebih lunak. Sebab, kemampuan nikel ini dimanfaatkan untuk menahan suhu yang sangat tinggi.
Nikel adalah logam pilihan untuk membuat superalloy atau super metal yang terbuat dari perpaduan logam yang dikenal akan kekuatan dan ketahanannya terhadap panas, korosi, dan oksidasi.
Sekitar 65 persen produksi nikel digunakan memproduksi besi tahan karat dan 20 persen lainnya nikel digunakan untuk membuat baja dan paduan non-besi lainnya, termasuk untuk keperluan militer, industri penerbangan, dan industri lainnya.
Sedikitnya, 9 persen nikel digunakan sebagai pelapis, serta 6 persen nikel dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan koin, baterai, dan menyuplai bahan baku untuk keperluan industri elektronik. Indonesia adalah salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia.
Tak mengherankan, ekspor nikel Indonesia dalam bentuk bahan mentah yang dihentikan ini telah mengguncang negara-negara di dunia, terutama dari Uni Eropa.
Sumber Artikel : Kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Sumber daya manusia (SDM) adalah hal yang tak kalah penting dalam pembangunan industri di Tanah Air. Melihat kebutuhan SDM untuk industri yang sedang berkembang di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) meluncurkan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri.
Kerja sama ini tentunya dilakukan dengan pemerintah Kabupaten Morowali guna menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk sektor industri yang berkompeten dan memiliki daya saing. Dan penandatanganan MoU terkait Penyelenggaraan dan Pengembangan Program Pendidikan Setara Diploma Satu Vokasi Industri antara Kemenperin melalui BPSDMI dengan Pemkab Morowali dilakukan di Jakarta, (9/1/2022).
Upaya Mendukung Program Hilirisasi Industri
Diketahui, program hilirisasi industri sedang gencar dijalankan oleh para pelaku industri Tanah Air, termasuk kawasan industri Morowali. Kawasan industri Morowali diketahui sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap bijih nikel menjadi produk turunan yaitu stainless steel. Hilirisasi ini memberikan nilai tambah produk nikel dan melambungkan harga jual dari Indonesia.
Pasalnya jika hanya menjual nikel mentah, harganya hanya sekitar US$40-60 atau Rp570 ribuan. Namun ketika sudah menjadi stainless steel bisa dihargai US$2.000 atau Rp28 juta.
Berkat hilirisasi industri, kawasan industri Morowali sudah mampu menembus nilai ekspor US$4 miliar atau Rp57 triliun dari produk hot rolled coil dan cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China. Selain itu, kawasan industri Morowali juga memiliki investasi lebih dari US$5 miliar/Rp71 triliun serta menyerap tenaga kerja 30 ribu orang.
Pemenuhan SDM Berkompeten untuk Industri Morowali
Seiring dengan pengembangan industri dan teknologinya, tentunya kawasan industri Morowali ke depannya akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Dan Kementerian Perindustrian serta Pemkab Morowali berharap melalui program Setara D1 ini bisa meningkatkan potensi SDM yang bermanfaat bagi pemenuhan tenaga kerja untuk industri pengusaha logam di Kabupaten Morowali. Pasalnya, diketahui hingga kini kebutuhan tenaga kerja terutama di Kabupaten Morowali mencapai 40 ribu orang per tahun.
Kepala BPSDMI menambahkan bahwa pihaknya akan mendukung setiap upaya pemenuhan SDM untuk industri di Kabupaten Morowali, selain melalui Politeknik Industri Logam Morowali yang juga telah menghasilkan lulusan kompeten di bidang industri.
Sedangkan Bupati Morowali, Taslim, mengatakan bahwa kerja sama dengan Kemenperin juga menjadi upaya pengembangan potensi di daerah Kabupaten Morowali secara menyeluruh. Pemkab Morowali juga ingin mengembangkan sentra IKM untuk tekstil dan pengolahan ikan roa.
Sumber Artikel : Kompasiana.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Industri pengolahan nonmigas mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,67% sepanjang tahun 2021 atau lebih tinggi dibanding capaian pada tahun 2020 yang mengalami kontraksi 2,52% karena dampak pandemi Covid-19. Pemulihan sektor manufaktur ini berkat berbagai kebijakan strategis yang telah dikeluarkan pemerintah guna mendongkrak produktivitas sekaligus menciptakan iklim usaha kondusif.
“Perjalanan pembangunan sektor industri manufaktur di tahun 2021 masih diwarnai dengan gejolak dan tantangan akibat pandemi Covid-19. Namun Alhamdulilllah, kita mampu melewati dan bisa mengendalikannya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (7/2).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa industri tumbuh luar biasa mencapai dua digit, di antaranya industri alat angkutan yang tumbuh sebesar 17,82%, diikuti industri industri logam dasar (11,50%), serta industri mesin dan perlengkapan (11,43%). Selain itu industri kimia, farmasi, dan obat tradisional melanjutkan tren positifnya dengan tumbuh 9,61%.
Menperin menegaskan, kinerja sektor industri di tahun 2021 merupakan dampak dari upaya Kemenperin turut andil mengusulkan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal guna membangkitkan gairah pelaku industri di tengah pandemi. Selain itu, penyederhanaan peraturan di semua sektor terus dipacu, yang bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Sejalan dengan upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional, diperlukan kebijakan untuk memberikan kepastian berusaha, kepastian hukum, dan penciptakan iklim usaha yang memberi rasa aman dan kondusif untuk melakukan kegiatan usaha, khususnya di sektor industri,” papar Agus.
Adapun kebijakan strategis yang diinisiasi oleh Kemenperin di masa pandemi, antara lain mengeluarkan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI), kebijakan substitusi impor 35% hingga tahun 2022, serta pengoptimalan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
“Di sektor otomotif, program insentif PPnBM DTP juga terbukti mampu menopang pertumbuhan dan peningkatan produksi kendaraan,” ungkap Agus. Selain itu, Kemenperin fokus terhadap pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) serta pelaksanaan hilirisasi industri karena memiliki dampak yang luas bagi perekonomian.
Selanjutnya, Menperin juga berupaya memberikan jaminan ketersediaan bahan baku industri. Hal ini sangat penting dalam mendukung keberlangsungan produktivitas sektor industri, terutama di masa pandemi. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian yang memastikan industri bisa memperoleh bahan baku melalui neraca komoditas.
“Strategi pemenuhan bahan baku bagi industri juga harus menjadi perhatian di masa lonjakan kasus Covid-19 yang sedang terjadi sekarang, agar industri tetap berproduksi memenuhi permintaan ekspor dan dalam negeri,” ujar Menperin.
Menurut laporan BPS, industri pengolahan masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi ekonomi pada tahun lalu. Salah satu penopang utama adalah produksi mobil yang tumbuh hingga 62,56%, kemudian produksi motor tumbuh sebesar 34,41%, dan produksi semen tumbuh 7,04%.
Agus menambahkan, sektor industri manufaktur masih menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional. Hal ini salah satunya tercermin dari perannya dalam memberikan kontribusi paling besar pada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional.
“Kami sangat mengapresiasi pelaku industri manufaktur yang konsisten menjadi kontributor terbesar di antara sektor ekonomi lainnya,” ungkap Agus. Pada triwulan IV-2021, sumbangsih sektor industri terhadap PDB nasional mencapai 18,80% dan tumbuh 4,92% (y-o-y).
Kinerja gemilang lainnya juga ditunjukkan sektor industri manufaktur, yang terus memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Nilai ekspor industri manufaktur pada tahun 2021 sebesar USD177,10 miliar atau menyumbang hingga 76,49 persen dari total ekspor nasional.
Capaian tersebut melampaui nilai ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar Rp131 miliar dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019 yang berada di angka Rp127,38 miliar. Sementara itu, realisasi investasi di sektor manufaktur pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp325,4 triliun atau naik 19,24% dari nilai investasi tahun 2020.
Pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. “Seiring dengan bangkitnya sektor industri pengolahan dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang,” pungkas Agus.
Sumber Artikel : kemenperin.go.id