Pendidikan

Berkolaborasi dengan LPDP, Kemendikbud Ristek Perluas Beasiswa Non-Gelar untuk Guru SMK dan Dosen Vokasi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menjalin kerja sama untuk memperluas cakupan dan tujuan program LPDP. Perluasan beasiswa LPDP yang diluncurkan pada Merdeka Belajar episode kesepuluh adalah Beasiswa Sarjana Profesi Guru. Program ini dilaksanakan sebagai hibah untuk membiayai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas guru profesional atau guru profesional non-universitas, seperti sertifikasi, magang dan pelatihan, serta memperkuat penelitian dan pelatihan penelitian guru profesional. Direktur Pusat Pelayanan Keuangan Pendidikan (Puslapdik) Abdul Kahar mengatakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah menarik minat yang luar biasa dari kalangan dosen, guru, pekerja budaya, serta mahasiswa berprestasi untuk meningkatkan kapasitas melalui diploma dan gelar lainnya. program pelatihan.

" Saat ini, kami lebih fokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sains dan Teknologi (Kementerian Pembangunan). Misalnya, para pekerja budaya melakukan hal ini pada saat pertama tahun. “Kemudian ada juga hibah khusus untuk teman-teman kita yang berprofesi sebagai guru, ini tahun pertama kita kerja sama dengan LPDP,” ujarnya dalam situs Silaturahm Pendidikan Gratis, seperti di situs Kemendikbud, Iptek. pada Rabu (1 Mei 2021). “Hal ini sudah terjadi selama beberapa tahun bagi fakultas, namun sebelumnya akses ke fakultas kami masih terbatas,” tambah Abdul Kahar. Jika pada tahun 2021 sosialisasi kepada para pendidik dan dosen penyalur beasiswa LPDP, mahasiswa tingkat lanjut, dan pekerja budaya dinilai masih kurang, Abdul Kahar mengatakan sosialisasi akan meningkat pada tahun 2022 dan sebelumnya. “Pemerintah akan melanjutkan program ini pada tahun 2022 juga,” tegas Kapuslapdik Abdul Kahar.

Kisah sarjana nongelar

Salah satu sarjana nongelar, Ince Dian Aprilani Azir, dosen kajian kreatif di Politeknik Negeri Media, berbagi pengalaman mengikuti pendanaan LPDP pada Program Praktisi Industri. “Ini adalah kesempatan saya sebagai akselerator, dimana sebagai penerima program ini, saya dapat mempercepat koneksi dan keselarasan antara dunia kampus dan dunia industri secara lebih nyata, nyata, dan lebih cepat,” kata Ince. Salah satu hal yang menarik fakultas Incet untuk program fellowship non-gelar adalah kesempatan untuk menyajikan bukti dunia nyata yang melampaui teori. Dikatakannya, salah satu indikator kinerja guru SMK adalah kegiatan ekstrakurikuler. “Jadi motivasi terbesar saya adalah ingin menjadi agen akselerasi, dan salah satu caranya adalah dengan mengikuti program ini,” ujarnya. Ince mengatakan program magang industri yang dilaksanakannya mendorong percepatan kolaborasi kampus-industri, sesuai dengan indikator pendidikan tinggi. “Dalam waktu singkat, tiga bulan setelah magang, banyak program kerjasama yang terjalin antara kampus dan industri. “Salah satunya saya telah menandatangani beberapa MoA (Memorandum of Agreement) yaitu penyusunan Memorandum of Understanding (MoU) antara kampus dan industri,” ujarnya.

Ince terus memaparkan mahasiswa MOA tersebut. program magang secara lebih rinci. Selain itu, selama magang di industri, Ince juga mendatangkan para pelaku industri magang untuk kuliah umum, webinar dan kesempatan terbuka atau workshop bagi civitas akademika Politeknik Negeri Media Kreatif. di lapangan tempat dia berlatih. Ince menambahkan, program magang yang dijalaninya juga menjadi motivasi dirinya untuk melangkah, terkait dengan misi utamanya memperkenalkan Tridharma ke perguruan tinggi. Ia mengatakan, dalam tiga bulan setelah magang, ia membuahkan empat hasil. Pertama, dalam hal pelatihan dan pengajaran, Ince telah berhasil menerbitkan modul kursus terkait industri. Modul ini menghasilkan ISBN (Nomor Buku Standar Internasional) dan hak cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kemudian, Ince menerbitkan artikel penelitian di bidang penelitian di majalah Sinta 3 yang terindeks internasional.

Selama magang, Ince menyelenggarakan pelatihan di bidang yang ia praktikkan di Tridarmas, sebuah organisasi pengabdian masyarakat. Belakangan, ia juga berhasil menerbitkan artikel terkait bakti sosial yang dimuat di jurnal internasional terindeks. “Ternyata banyak hal yang mengalami akselerasi, apalagi dengan Tridarma. Kalau saya hanya menjadi dosen di kampus, mungkin penghasilan saya tidak akan sebanyak dan secepat itu.

“Jadi sangat mendukung perkembangan pribadi saya,” kata Ince. Ince berpesan kepada rekan-rekan guru untuk siap mengejar bola atau aktif mencari informasi dan tidak menunggu kontak dari pihak kampus atau pihak lain. “Saat pertama kali mendengar tentang program LPDP Non Gelar, saya selalu mengikuti informasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, apapun updatenya, hingga muncul informasi untuk mengikuti program diklat fakultas industri,” ujarnya. Ince juga berharap, ke depan, program beasiswa nongelar LPDP dapat memungkinkan para dosen perguruan tinggi profesional untuk magang di luar negeri. Untuk informasi lebih detail mengenai program beasiswa dan pendaftarannya, masyarakat dapat mengunjungi laman beasiswa LPDP melalui tautan https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id/ atau laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui tautan https://beasiswa kemdikbud. .go.id/.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Berkolaborasi dengan LPDP, Kemendikbud Ristek Perluas Beasiswa Non-Gelar untuk Guru SMK dan Dosen Vokasi

Pendidikan

Menyingkap Perbedaan Vokasi dan Sarjana: Panduan untuk Calon Mahasiswa

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


KOMPAS.com - Tahukah mahasiswa masa kini perbedaan antara gelar profesi dan gelar? Sudahkah Anda memutuskan karir kuliah yang sesuai dengan minat dan bakat Anda? Tapi pertama-tama, apa fungsinya dan mana yang terbaik untuk tujuan pendidikan? Pelatihan kejuruan sangat mirip dengan banyak pelatihan di tempat kerja. Saat ini, gelar sarjana lebih bersifat akademis. Berikut penjelasan perbedaan gelar vokasi dan sarjana yang harus dipahami oleh mahasiswa baru, demikian laman Akupintar:

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang menunjang keahlian khusus yang digunakan. Pelatihan kejuruan, juga dikenal sebagai program diploma, membekali Anda dengan keterampilan terapan atau teknis yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.

Program Gelar D1

Program Gelar 1 (D1) dapat memakan waktu satu atau dua tahun. Satu minggu untuk mengambil 32 SKS. Lulusan pelatihan profesi D1 menyandang gelar A.P. (kelas satu). Misalnya, spesialis pertama di bidang transportasi (A.P.Pel.), spesialis pertama di bidang IT (A.P.Kom.), atau spesialis pertama di bidang pariwisata (A.P.Par.).
\ program nFP2

Gelar. Masa studi 2 (D2) adalah 2 tahun atau 4 semester dan memerlukan 64 SKS. Lulusan D2 Diklat Vokasi mempunyai gelar Profesional Muda (A.Ma.). Misalnya saja pakar muda bidang transportasi laut (A.Ma.Pel.), pakar muda bidang pendidikan (A.Ma.Pd.), pakar muda bidang ilmu perpustakaan (A.Ma.Pust.), pakar muda bidang pengujian kendaraan. Matanga (A.Ma.Pust.) .Ma.P.K.B.) dan lain-lain.

Program Spesialis D3

Masa studi Diploma 3 (D3) 3 tahun atau 6 bulan, akan diselesaikan sebanyak 112 SKS. Lulusan pendidikan D3 menyandang gelar Associate Professor (A.Md.). Misalnya, Spesialis Akuntansi (A.Md. Akun.), Spesialis Asuransi dan Aktuaria (A.Md.A.A.), Spesialis Analisis Medis (A.Md.A.K.), dan Spesialis Penawaran (A.Md.A.K.). .) Md.Pel.) dll.

D4 Master

Masa studi untuk Gelar 4 (D4) adalah 4 tahun atau 8 minggu, dan 144 penghasilan. Mahasiswa Program D4 mempunyai gelar sarjana terapan (S.Ter.), seperti Sarjana Teknik Terapan (S.Tr.T) atau Magister Sains Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (S.Tr.Si).

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Menyingkap Perbedaan Vokasi dan Sarjana: Panduan untuk Calon Mahasiswa

Pendidikan

Peluang Pendidikan Baru: Kemendikbud Luncurkan Ayo Kursus untuk 24.000 Anak Putus Sekolah

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) meluncurkan program "Ayo Kursus" yang menyasar 24.000 anak usia sekolah yang tidak bersekolah di bawah usia 25 tahun. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan program ini memberikan kesempatan kepada anak-anak usia sekolah atau putus sekolah, untuk kembali mendapatkan pendidikan. “Upaya untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak usia sekolah atau putus sekolah, untuk kembali mendapatkan pendidikan, mereka harus kembali ke sekolah, salah satunya melalui program kursus dan pelatihan,” kata Nadiem secara daring, Rabu (22/9/2021), dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek.

Nadiem menyebut, program Kecakapan Wirausaha (PKW) yang merupakan program inisiatif dari Ditjen Diksi menjadi bukti bahwa pendidikan vokasi adalah solusi terbaik yang dimiliki untuk memulihkan Indonesia. Untuk itu, bagi masyarakat yang memenuhi syarat tersebut dan ingin meningkatkan kompetensinya melalui kursus dan pelatihan dengan berbagai pilihan jenis keterampilan sesuai minat dan bakat mereka, maka program ini menjadi salah satu solusi yang ditawarkan Kemendikbud Ristek. Melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Diksi, Kemendikbud Ristek membantu masyarakat agar tetap meningkatkan kualitas dirinya meski dalam situasi pandemi yang kurang menguntungkan.

Solusi kurangi pengangguran

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Triwulan 1 tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 0,74 persen jika dibandingkan dengan Triwulan 1 tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.

Kondisi tersebut disebabkan karena semakin bertambahnya angka pengangguran, banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerja karena banyak perusahaan yang terpaksa tutup akibat terus menerus mengalami kerugian. Wikan Sakarinto, Direktur Bidang Pelatihan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, meyakinkan harus ada solusi agar mereka tidak terjerumus ke dalam situasi “pengangguran ganda” dan tidak bisa berlanjut. studi mereka. Atau mendapatkan pekerjaan. Ya, mereka akan didorong untuk berkembang dan mempersiapkan diri menghadapi musim depan, pintu dunia kerja terbuka, tapi persaingannya ketat, kata Wikan saat peluncuran kursus Ayo. Program kursus Ayo terintegrasi dengan Program Pelatihan Keterampilan Kerja (PKK) dan Program Pelatihan Keterampilan Bisnis (PKW) yang saat ini sedang dikembangkan pada tahun 2021. Mahasiswa yang berminat dapat mendaftar secara individu untuk mendaftar kursus tersebut. Buka tautan tersebut.

Tautan: Kami secara sistematis menautkan ke Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) yang telah ditetapkan dalam program PKK/PKW dan pada halaman "Kia Akoranga", siswa dapat memasukkan informasi pribadi mereka dan cukup pilih kursus setelah diproses. Pilih jenis keahlian berdasarkan bakat dan minat Anda, dan tergantung jenis keahlian yang Anda pilih, Anda akan dipindahkan ke LKP. Dalam laporannya, Direktur Penelitian dan Pelatihan Wartanto menjelaskan bahwa program kursus Ayo ditujukan untuk sebanyak-banyaknya peserta didik berdasarkan kuota yang masih ditawarkan oleh program PKK/PKW, yaitu lebih dari 24.500 peserta pada tahun 2021, sesuai dengan indikasi anggaran. Sekitar Rp. 100 Miliar untuk LKP seluruh Indonesia. “Baik program PKK maupun PKW merupakan program yang disponsori pemerintah yang mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, terutama dengan memastikan anak-anak putus sekolah mempunyai akses terhadap pelatihan teknis di sekolah melalui dukungan pemerintah melalui sertifikasi perusahaan”. Harapannya melalui program pelatihan Ayo, program PKK dan PKW dapat memberikan layanan yang tepat sasaran kepada pihak-pihak yang paling membutuhkan, berdasarkan tujuan pengembangan sumber daya manusia yang diterapkan di sini.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Peluang Pendidikan Baru: Kemendikbud Luncurkan Ayo Kursus untuk 24.000 Anak Putus Sekolah

Pendidikan

Hasil Survei UGM: Mayoritas Mahasiswa Nyaman dengan Blended Learning

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


KOMPAS.com - Sejak pandemi COVID-19, satuan pendidikan di semua tingkatan sudah online. Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta melakukan kajian tentang keadaan belajar mengajar (KBM) di masa pandemi Covid-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan hambatan pelaksanaan belajar mengajar online dari sudut pandang siswa. Berdasarkan hasil survei, mayoritas responden (54,2%) ingin melaksanakan KBM melalui blended learning. Dengan kata lain, ini merupakan kombinasi pembelajaran online dan offline.

Pembelajaran campuran dianggap yang terbaik

Pembelajaran campuran memungkinkan perolehan pengetahuan dan keterampilan dibandingkan dengan yang lain. Dua pilihan yaitu pembelajaran online saja. menggunakan Atau Anda hanya bisa belajar offline. Sedangkan responden lainnya memilih KBM online dibandingkan KBM offline. Sedangkan 34,2% responden memilih KMB online, hanya 11,6% yang memilih KMB offline. Survei PIKA ini disebarkan kepada 10.800 mahasiswa pascasarjana dan profesional di UGM. Mayoritas responden berasal dari sektor teknik dan bisnis, masing-masing sebanyak 1.535 (14%) dan 1.248 (11%).

Dari total responden, 66% berasal dari proyek. pascasarjana, 19% pascasarjana dan 12%. program pascasarjana terapan. ,%, dan 3% pada program doktor, magister, dan magister. Selain itu, PIKA menyampaikan bahwa berdasarkan survei tersebut, mahasiswa merasakan sifat struktur belajar mengajar pada proses belajar mengajar daring dilakukan per Maret 2020.

Berikut tanggapannya. Pembelajaran Online

67% responden menilai timnya baik hingga sangat baik. Saat itu, 53% responden menjawab kualitas internet cukup, namun semangat belajar kurang. Hanya 46% responden yang menyatakan lingkungan belajar baik atau sangat baik. Terkait kursus pembelajaran daring, mayoritas responden hingga saat ini menyatakan masih puas dengan kualitas materi kursus, dukungan sumber pembelajaran eksternal, dan peran instruktur dalam menyampaikan materi. Mereka sepakat bahwa kelemahan pembelajaran daring saat ini adalah kualitas interaksi, kemudahan perolehan keterampilan, kualitas kerja, dan kemudahan memahami materi.

Simbol minimum disediakan untuk kemudahan pemahaman. bahan Metode ini hanya mendapat skor 3,12 pada skala Linkert 1 sampai 5, dan 5 berarti sangat baik. Sedangkan untuk waktu sinkronisasi, 58,1% responden menjawab suka selama 30 hingga 60 menit. Hanya 28,9% responden yang puas dengan proses KBM yang memakan waktu 60-90 menit.

Kami telah mengkombinasikan KBM berdasarkan situasi COVID-19 sejak Idul Fitri.

Menanggapi hasil penelitian, kami memiliki wakil presiden Bagian Kemahasiswaan, Prof. Djagal Wiseso Marseno mengatakan, keputusan penerapan KBM masih harus menunggu pertimbangan lebih lanjut. Gagasan yang disebutkan mencakup kebijakan DIY lokal dan nasional, serta situasi COVID-19 dan pasca-Idul Fitri di negara tersebut. Prioritasnya adalah mengutamakan keselamatan siswa, guru, dan staf, kata Djagal Wiseso Marseno, Selasa (20 April 2021). Djagal mengatakan, jika tidak terjadi lonjakan COVID-19 pasca Idul Fitri, maka proses belajar mengajar pada semester pertama tahun ajaran 2021/2022 kemungkinan besar akan berlangsung secara terpadu.

Rencana awal pendistribusian secara online pada awal semester dan pendistribusian offline pada semester kedua. Alternatifnya, gunakan program entri kedua. Sejak awal periode tahun yang berbeda, kegiatan belajar mengajar dilakukan setengah offline dan setengah online. “Kami juga mempertimbangkan jenis ilmu pada setiap mata pelajaran,” pungkas Djagal.

Sumber kompas.com

 

 

Selengkapnya
Hasil Survei UGM: Mayoritas Mahasiswa Nyaman dengan Blended Learning

Pendidikan

Empat Tantangan Mahasiswa dalam Pembelajaran Daring yang Perlu Diatasi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Akibat pandemi COVID-19, sistem pendidikan beralih ke daring. Ada empat permasalahan yang muncul dari situasi ini bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, Ari Pratiwi, Psikolog Universitas Brawijaya (UB), mengatakan, kelas online menimbulkan permasalahan mulai dari rasa cemas hingga stres. Misalnya untuk situasi akademik, siswa mungkin kesulitan memahami informasi yang diberikan guru atau kurang jelas. Hal ini dapat terjadi karena program pembelajaran hanya berupa PowerPoint (PPT) atau teks audio, atau karena masalah koneksi Internet.

Pembelajaran mungkin terpengaruh oleh masalah sinyal Internet di beberapa area. Hal ini menyulitkan siswa untuk mencari dan melacak informasi tugas. “Dan karena lapangan pekerjaan yang tidak banyak karena penjelasan guru yang kurang,” kata Ari.

Pembelajaran online dapat menimbulkan masalah pribadi seperti pola pikir negatif dan overthinking. Kemudian Anda merasa sangat sedih, sedih, tertekan dan kesepian. Situasi ini mungkin timbul karena masalah pendidikan, status COVID-19, keluarga, dll.

Keadaan keluarga siswa dapat memengaruhi kualitas pembelajaran mereka saat berpartisipasi dalam kursus online. Misalnya, mereka mengalami konflik yang tidak terduga dengan keluarganya. Dan lingkungan keluarga tidak mendukung, baik secara ekonomi maupun finansial karena beberapa orang tua tidak bekerja dan pendapatannya berkurang akibat COVID-19. , usia dan kebiasaan masa lalu. mereka depresi...", jelasnya.

Sebaliknya, karena kondisi sosial misalnya siswa menjadi terisolasi, kesepian, depresi karena tidak bisa bekerja sama dengan orang lain. Mereka bosan di rumah dan tidak berbicara dengan orang lain.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi siswa, Ari menyebutkan beberapa tips yang dapat diterapkan oleh konselor. Menurut Ari, mahasiswa sangat ingin didengarkan. Ari mengatakan, “Terkadang menjadi pendengar yang baik bisa membantu siswa yang Anda bimbing melihat permasalahannya sendiri.”

Saat menangani masalah yang melibatkan mahasiswa baru, konselor harus menjaga kerahasiaan. Guru hendaknya memanfaatkan media sosial dan mempererat hubungan antar generasi muda dengan mendalami dunia remaja. Salah satunya adalah menemukan 10 tren teratas terkait bahasa gaul dan media sosial, serta membicarakan masalah yang mereka hadapi. Kemudian carilah sejarah dan psikologi (keluarga dan peristiwa penting). Pembimbing akademis harus memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang, terutama masalah perkawinan dan pengasuhan anak.

Mahasiswa pascasarjana Andi Hartik berpendapat bahwa pendidikan online memiliki kelebihan dan kekurangan. Manfaat dari siswa yang bekerja sudah jelas. Pria ini berbicara dari Madura hingga Republik pada Senin (23/8). "Kursus online sangat bagus karena Anda dapat belajar dari mana saja.

Di sisi lain, kursus online kurang efektif dalam menciptakan hubungan emosional antara guru dan siswa." transfer pengetahuan. Hubungan emosional yang kuat membantu siswa memahami sains.

Sumber: republika.co.id

 

Selengkapnya
Empat Tantangan Mahasiswa dalam Pembelajaran Daring yang Perlu Diatasi

Pendidikan

Pemerintah Didesak Perbaiki Regulasi Program Kampus Merdeka Menyusul Masalah Pelaksanaan

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi diminta untuk memperbaiki regulasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kemdikbudristek pun diharapkan dapat memegang peran lebih sentral dan mengawasi pelaksanaan MBKM.

 "Penyempurnaan regulasi dan panduan MBKM yang memposisikan Kemendibudristek sebagai regulator yang lebih sentral, baik bagi perguruang tinggi maupun mitra-mitra sehingga siap mengoreksi dan membenahi masalah di lapangan," kata Menteri Koordinator Kemahasiswaan BEM KM Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Khalid, dalam rapat dengar pendapat (RDPU) bersama Komisi X DPR, Rabu (2/2/2022).

Khalid melanjutkan, BEM KM UGM mendorong pemerintah menentukan kuota tertentu untuk berbagai macam status dan akreditasi perguruan tinggi, serta menjamin perlindungan sosial dan jaminan kesejahteraan peserta MBKM.

BEM KM UGM juga meminta pemerintah melibatkan dan memberikan wewenang kepada organisasi mahasiswa untuk turut serta dalam mengusulkan proyek alternatif MBKM.

 Hal senada disampaikan perwakilan BEM Universitas Indonesia (UI). Wakil Ketua BEM UI Bayu Satria Utomo mengatakan, berdasarkan riset yang dilakukan BEM UI, permasalahan yang dihadapi mahasiswa terkait program MBKM yaitu soal konversi satuan kredit semester (SKS), minimnya informasi MBKM, dan pencairan insentif tidak tepat waktu.

 BEM UI merekomendasikan pemerintah agar melakukan sosialisasi MBKM hingga ke tingkat program studi. Bayu menuturkan, kurangnya sosialiasi hingga ke tingkat prodi menyebabkan ketidaksiapan prodi dalam menyusun kurikulum.

 Dia juga meminta pemerintah memperbaiki kurikulum MBKM terkait konversi SKS dan jumlah SKS.

 "Konversi SKS seharusnya fleksibel dan dapat dilakukan penyetaraan bagi setiap angkatan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa," kata Bayu.

 Berikutnya, BEM UI mendorong pemerintah melakukan monitoring berkala implementasi kebijakan program MBKM ke universitas dan memperbaiki mekanisme pemberian insentif.

Sumber kompas.com

Selengkapnya
Pemerintah Didesak Perbaiki Regulasi Program Kampus Merdeka Menyusul Masalah Pelaksanaan
« First Previous page 6 of 46 Next Last »