Pariwisata Berbasis Alam
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 31 Mei 2025
Pendahuluan: Sport Tourism sebagai Tren Pariwisata Masa Kini
Sport tourism atau wisata olahraga kian berkembang sebagai salah satu tren utama dalam industri pariwisata global. Tak hanya menyasar wisatawan petualang, jenis pariwisata ini juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, Desa Sambangan di Kabupaten Buleleng, Bali, muncul sebagai salah satu destinasi yang menjanjikan untuk pengembangan sport tourism. Artikel berjudul "Leveraging Natural Resources for Sport Tourism Development: A Case Study in Sambangan Village" mengeksplorasi bagaimana desa ini mampu menyinergikan kekayaan alam, budaya lokal, dan aktivitas olahraga sebagai strategi pengembangan wisata yang berdaya saing.
Profil Desa Sambangan dan Daya Tarik Alaminya (H2)
Geografi dan Lanskap (H3)
Desa Sambangan terletak di Kabupaten Buleleng, Bali Utara, dan dikenal memiliki topografi perbukitan serta air terjun yang indah. Kawasan ini:
Berada di ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut.
Dikelilingi oleh sawah terasering dan hutan tropis.
Memiliki lebih dari 7 air terjun yang menjadi daya tarik utama.
Potensi Alam sebagai Arena Sport Tourism (H3)
Lokasi geografis ini sangat mendukung berbagai aktivitas seperti:
Trekking dan hiking melewati jalur sawah dan hutan.
Canyoning di air terjun Aling-Aling dan Kroya.
Tubing dan river trekking di Sungai Sambangan.
Downhill mountain biking di jalur perbukitan.
Strategi Pengembangan Sport Tourism (H2)
Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat Lokal (H3)
Pengembangan sport tourism di Sambangan melibatkan:
Dukungan dari Dinas Pariwisata Buleleng.
Keterlibatan langsung masyarakat dalam membentuk komunitas pemandu wisata.
Penerapan konsep desa wisata berbasis pemberdayaan lokal.
Inovasi Paket Wisata Terintegrasi (H3)
Desa Sambangan menawarkan paket wisata tematik yang memadukan:
Aktivitas olahraga alam.
Edukasi pertanian organik.
Pengalaman budaya lokal seperti gamelan, tari, dan memasak makanan tradisional.
Dampak Ekonomi dan Sosial terhadap Komunitas (H2)
Peningkatan Pendapatan dan Lapangan Kerja (H3)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Sekitar 70% rumah tangga di Sambangan mendapat penghasilan tambahan dari aktivitas wisata.
Tercipta lebih dari 50 lapangan kerja baru sejak pengembangan sport tourism dimulai.
Perubahan Pola Hidup dan Kemandirian (H3)
Meningkatnya kesadaran konservasi lingkungan.
Generasi muda lebih memilih menjadi pemandu wisata daripada merantau.
Tantangan dan Solusi Pengembangan (H2)
Infrastruktur dan Konektivitas (H3)
Keterbatasan akses jalan dan fasilitas umum masih menjadi kendala.
Solusi: Penguatan infrastruktur berbasis dana desa dan CSR pariwisata.
Kompetensi SDM (H3)
Tantangan pelatihan bahasa asing dan pengetahuan pemanduan.
Solusi: Pelatihan rutin oleh dinas dan kerjasama dengan perguruan tinggi pariwisata.
Studi Banding dan Potensi Replikasi (H2)
Desa Sambangan dapat dijadikan model bagi desa-desa lain di Indonesia yang memiliki:
Topografi serupa.
Komitmen pelestarian lingkungan.
Budaya lokal yang kuat.
Beberapa kawasan seperti Desa Sembalun (Lombok) dan Desa Wisata Nglanggeran (Gunungkidul) berpotensi mereplikasi pendekatan Sambangan dengan adaptasi lokal.
Kesimpulan: Sambangan sebagai Model Sport Tourism Berkelanjutan (H2)
Penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Sambangan berhasil mengelola potensi sumber daya alamnya secara optimal melalui pendekatan sport tourism. Sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologis yang nyata. Dalam jangka panjang, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, tetapi juga memperkuat posisi Bali Utara sebagai destinasi pariwisata alternatif yang berkelanjutan.
Sumber
Saraswati, Ni Nyoman. (2022). Leveraging Natural Resources for Sport Tourism Development: A Case Study in Sambangan Village. [Jurnal Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Volume 1].