Lingkungan

Tingkatkan produktivitas & keberlanjutan dengan sertifikasi APO-GPS. Pelajari strategi nasional, kerangka kerja implementasi, dan kode etik profesional untuk spesialis produktivitas hijau.

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana pada 12 September 2025


Pendahuluan

Di era modern, peningkatan produktivitas tidak lagi cukup. Organisasi di seluruh dunia dituntut untuk menyeimbangkan kinerja ekonomi dengan tanggung jawab lingkungan. Untuk menjawab tantangan ini, Asian Productivity Organization (APO) memperkenalkan skema sertifikasi

APO-GPS 201:2023 untuk Green Productivity (GP) Specialists. Skema ini dirancang untuk menciptakan tenaga ahli yang mampu mengintegrasikan peningkatan produktivitas dengan manajemen lingkungan. Melalui sertifikasi ini, APO bertujuan untuk membangun standar regional yang kredibel dan diakui secara luas, yang sangat relevan untuk diadopsi sebagai strategi nasional.

Fondasi Kompetensi Ganda dan Kerangka Implementasi Terstruktur

Skema sertifikasi APO-GPS ini didasarkan pada fondasi kompetensi ganda: keahlian dalam

peningkatan produktivitas dan manajemen lingkungan. Seorang Green Productivity Specialist diharapkan mampu mendiagnosis masalah produktivitas dan isu lingkungan, serta mengimplementasikan solusi yang efektif.

Dokumen ini juga menyajikan kerangka kerja enam langkah untuk perbaikan Green Productivity yang menjadi pedoman bagi para spesialis. Kerangka ini mencakup:

  1. Memulai (Getting Started): Pembentukan tim dan survei awal untuk mengidentifikasi masalah terkait produktivitas dan dampak lingkungan.

  2. Perencanaan (Planning): Identifikasi masalah, penyebab, dan penetapan target yang relevan dan terukur.

  3. Pembuatan Opsi (Generating Options): Menghasilkan, mengevaluasi, dan memprioritaskan opsi GP berdasarkan kriteria seperti dampak lingkungan, biaya, dan keselarasan dengan tujuan organisasi.

  4. Implementasi Opsi (Implementing Options): Merumuskan rencana, menerapkan opsi terpilih, serta melakukan pelatihan dan pembangunan kesadaran untuk mengembangkan kompetensi karyawan.
  5. Pemantauan dan Peninjauan (Monitoring and Reviewing): Memantau dampak praktik GP dan melakukan tinjauan manajemen untuk menilai keberhasilan dan perlunya perbaikan.

     

  6. Mempertahankan GP (Sustaining GP): Mengintegrasikan perubahan ke dalam sistem manajemen organisasi dan mengidentifikasi area perbaikan berkelanjutan untuk memastikan GP terus berjalan.

     

Standar Kompetensi dan Kode Etik Profesional

Skema sertifikasi APO-GPS menetapkan prasyarat yang ketat dan membagi kompetensi menjadi tiga area utama: keahlian domain GP, keterampilan proses, dan keterampilan interpersonal. Selain itu, setiap spesialis wajib mematuhi

Kode Etik Profesional. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip penting seperti:

  • Objektivitas dan Integritas: Bertindak secara independen dan imparsial dalam setiap pengambilan keputusan.

  • Legalitas: Memberi nasihat dan mematuhi hukum serta regulasi yang berlaku.

  • Komitmen pada Peningkatan Berkelanjutan: Merekomendasikan solusi GP yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN SDGs).

  • Kerahasiaan: Melindungi informasi klien dan pihak-pihak terkait.

Rekomendasi Kebijakan Publik

  1. Adopsi Skema APO-GPS sebagai Standar Nasional: Pemerintah, melalui NPO (National Productivity Organization), perlu mengadopsi dan mengimplementasikan skema APO-GPS ini sebagai standar nasional untuk sertifikasi spesialis produktivitas hijau. Hal ini akan memastikan adanya standar kompetensi yang seragam dan diakui secara internasional, memperkuat daya saing tenaga kerja Indonesia.

  2. Integrasi Prinsip Green Productivity dalam Sektor Publik: Kerangka kerja enam langkah GP yang diuraikan dalam dokumen ini dapat diadaptasi sebagai panduan kebijakan untuk instansi pemerintah dan BUMN dalam mengelola proyek-proyek. Hal ini akan memastikan proyek-proyek tidak hanya efisien, tetapi juga bertanggung jawab secara lingkungan.

  3. Mewajibkan Pengembangan Profesional Berkelanjutan (CPD): Untuk mempertahankan sertifikasi, para spesialis diwajibkan menjalani minimal 90 jam pengembangan profesional berkelanjutan (Continuous Professional Development) dalam tiga tahun. Pemerintah dan asosiasi industri dapat menjadikan ini sebagai persyaratan wajib untuk posisi-posisi kunci, guna memastikan tenaga kerja selalu mutakhir dengan solusi produktivitas dan keberlanjutan terbaru.

Kesimpulan

Skema sertifikasi APO-GPS adalah kerangka kerja yang komprehensif dan kredibel untuk mengembangkan profesional yang kompeten di bidang produktivitas hijau. Dengan mengadopsi strategi ini, Indonesia dapat menciptakan tenaga ahli yang tidak hanya mampu meningkatkan efisiensi ekonomi, tetapi juga mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan. Implementasi skema ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi hijau di tingkat regional maupun global.

Sumber

  • APO-GPS-201_2023-Requirements-for-Green-Productivity-Specialists.pdf

Selengkapnya
Tingkatkan produktivitas & keberlanjutan dengan sertifikasi APO-GPS. Pelajari strategi nasional, kerangka kerja implementasi, dan kode etik profesional untuk spesialis produktivitas hijau.

Lingkungan

Potensi Bahaya dan Dampak Lingkungan dari Limbah Elektronik: Tantangan Global dalam Pengelolaan dan Pengurangan

Dipublikasikan oleh Cindy Aulia Alfariyani pada 02 Mei 2024


Limbah elektronik

Limbah elektronik adalah peralatan elektronik atau perangkat berbasis energi listrik yang sudah tidak terpakai. Peralatan elektronik bekas yang dimaksudkan untuk diperbaiki, digunakan ulang, dijual kembali, didaur naik, didaur ulang, atau dibuang juga termasuk dalam kategori limbah elektronik.

Pengolahan limbah elektronik secara tidak tepat di negara-negara berkembang dapat menyebabkan efek buruk terhadap kesehatan manusia dan polusi lingkungan.

Meningkatnya penggunaan perangkat elektronik akibat revolusi digital dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi telah menimbulkan bahaya dan masalah dalam skala global.

Komponen dalam perangkat elektronik seperti CPU, berpotensi mengandung material berbahaya dan bahan beracun semisalnya seperti timbal, merkuri dan kadmium.

Definisi

Limbah elektronik tercipta ketika produk elektronik yang dibuang karena telah habis masa pakainya. Ekspansi pasar secara besar-besaran oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan masyarakat yang konsumtif berhasil menciptakan limbah elektronik dalam jumlah yang sangat besar.

Dampak lingkungan

Sebuah studi yang baru-baru ini mengkaji tentang polusi elektronik yang meningkat di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa layar komputer rata-rata memiliki lima hingga delapan pon atau lebih, timbal yang mewakili 40 persen dari semua timbal di tempat pembuangan sampah AS.

Semua racun ini bersifat berkelanjutan/persisten, racun bioakumulasi (PBT) yang menimbulkan risiko lingkungan dan kesehatan saat komputer dibakar, dibuang ke tempat pembuangan sampah, atau dilebur.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Potensi Bahaya dan Dampak Lingkungan dari Limbah Elektronik: Tantangan Global dalam Pengelolaan dan Pengurangan
page 1 of 1