Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Keselamatan industri telah menjadi salah satu aspek kritis dalam sektor manufaktur dan rekayasa. Manajemen keselamatan industri telah berkembang sejak Revolusi Industri (1750-1850). Awalnya, minimnya pemahaman mengenai risiko penggunaan mesin menyebabkan banyak kecelakaan kerja. Di Inggris pada tahun 1974, dilaporkan 256.930 kecelakaan, dengan 479 di antaranya bersifat fatal. Di Nigeria pada tahun 1975, tercatat 804 kecelakaan, dengan 12 kasus berujung pada kematian. Dengan meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya keselamatan kerja, banyak perusahaan mulai menerapkan sistem perlindungan bagi pekerja dan membentuk badan-badan keselamatan, seperti National Safety Council di Amerika Serikat pada tahun 1913.
Beberapa metode yang digunakan dalam evaluasi risiko meliputi:
Model keselamatan berdasarkan ISO 14121, yang mencakup lima langkah utama:
Contoh penerapan keselamatan di berbagai sektor:
Fungsi utama manajemen keselamatan:
Kaitan Antara Keselamatan dan Produktivitas
Manajemen keselamatan yang baik tidak hanya melindungi pekerja tetapi juga meningkatkan produktivitas. Studi di Lockheed Martin Paducah Plant menunjukkan bahwa budaya keselamatan yang kuat meningkatkan produktivitas hingga 24%, sekaligus menurunkan biaya produksi sebesar 20%. Hal ini membuktikan bahwa investasi dalam keselamatan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja bisnis.
Keunggulan:
Kelemahan:
Rekomendasi:
Pentingnya keselamatan industri dan bagaimana penerapan sistem manajemen keselamatan yang baik dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja. Dengan mengadopsi model yang diusulkan, perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja sekaligus meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional.
Sumber: Industrial Safety Engineering - SMEA3017, School of Mechanical Engineering.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi aspek penting dalam meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan industri. Model yang diusulkan dalam penelitian ini menggabungkan pendekatan berbasis data dengan penilaian ahli guna:
Faktor Risiko dalam Industri Logam
Penelitian ini mengidentifikasi 30 faktor risiko utama yang dikelompokkan dalam 8 kategori:
Analisis DEMATEL: Hubungan Antar Risiko
Analisis ANP: Pemberian Bobot Risiko
Bobot risiko yang diperoleh dari ANP menunjukkan lima faktor risiko dengan dampak tertinggi:
Faktor psikososial seperti stres kerja (K81) dan kejelasan tugas (K82) juga memiliki bobot yang cukup tinggi, menunjukkan pentingnya faktor ini dalam mencegah kecelakaan kerja.
Analisis TOPSIS: Peringkat Risiko di Unit Kerja
Berdasarkan analisis TOPSIS, peringkat unit kerja berdasarkan tingkat risiko adalah:
Sebagai implementasi, perusahaan industri logam yang menjadi subjek studi mencatat adanya peningkatan kecelakaan dari 12 kasus (2015) menjadi 26 kasus (2018). Dengan menerapkan model ini, perusahaan dapat mengidentifikasi faktor utama penyebab kecelakaan dan memprioritaskan langkah mitigasi risiko.
Keunggulan:
Kelemahan:
Rekomendasi untuk Peningkatan Manajemen Keselamatan
Paper ini memberikan wawasan berharga tentang pentingnya analisis risiko berbasis multi-kriteria dalam meningkatkan keselamatan kerja di industri logam. Model yang diusulkan dapat membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengelola risiko secara lebih efektif. Meskipun masih memiliki keterbatasan, pendekatan ini dapat menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan keselamatan kerja di berbagai sektor industri.
Sumber: Safinaz Esra Ciftci, Feyzan Arikan. A Multiple Criteria Risk Analysis Model and a Case Study in Metal Industry. Open Journal of Business and Management, Vol. 8, 2020, pp. 2048-2070.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek kritis dalam dunia industri yang bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan, cedera, dan kejadian nyaris celaka (near misses).
Hubungan antara Praktik Manajemen Keselamatan dan Performa K3
Faktor yang Berpengaruh terhadap Keselamatan Kerja
Statistik Kecelakaan Kerja secara Global
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di Industri Minyak dan Gas
Keberhasilan Manajemen Keselamatan di Industri Konstruksi
Keunggulan:
Kelemahan:
Rekomendasi untuk Peningkatan Manajemen Keselamatan
Wawasan berharga tentang peran praktik manajemen keselamatan dalam meningkatkan performa K3. Dengan meningkatnya tantangan di dunia industri, organisasi harus lebih proaktif dalam menerapkan sistem keselamatan yang berbasis bukti dan teknologi. Investasi dalam pelatihan, pemantauan digital, dan budaya keselamatan yang kuat dapat secara signifikan mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Sumber: Muhammad Ajmal, Ahmad Shahrul Nizam Isha, & Shahrina Md Nordin. Safety Management Practices and Occupational Health and Safety Performance: An Empirical Review. Jinnah Business Review, Vol. 9, No. 2, 2021, pp. 15-33.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHSMS) merupakan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko di tempat kerja. Namun, penerapan OHSMS dalam lingkungan militer masih menjadi perdebatan karena berbagai tantangan yang unik.
Penelitian ini menggunakan dua metode utama:
Efektivitas Penerapan OHSMS
Studi ini mengidentifikasi empat jenis tempat kerja di ROKN:
Studi ini mengidentifikasi lima faktor utama yang perlu diperbaiki agar OHSMS lebih efektif:
Peningkatan Keselamatan di Tempat Perbaikan dan Pemeliharaan
Efektivitas Program Keselamatan di Unit Persenjataan
Keunggulan:
Kelemahan:
Rekomendasi untuk Peningkatan OHSMS di ROKN
Implementasi OHSMS di ROKN belum memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan keselamatan kerja. Diperlukan perbaikan dalam partisipasi pekerja, alokasi sumber daya, dan sistem identifikasi risiko agar sistem ini lebih efektif. Dengan pendekatan yang lebih terfokus pada implementasi nyata di lapangan, ROKN dapat meningkatkan efektivitas keselamatan kerja dan mengurangi angka kecelakaan di masa mendatang.
Sumber: Lee, S. J., Choi, Y. H., Huh, D. A., Yoon, S. J., & Moon, K. W. Evaluation of Effectiveness and Improvement Factors of Occupational Health and Safety Management System in the Republic of Korea Navy based on AHP-Entropy and IPA. PLoS ONE, Vol. 18, No. 4, 2023.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Keselamatan industri merupakan aspek kritis yang tidak hanya melindungi pekerja tetapi juga memastikan keberlanjutan operasional dan kepercayaan publik. Buku panduan ini didasarkan pada hasil konferensi internasional yang diselenggarakan oleh UNIDO serta serangkaian webinar yang membahas tantangan dan solusi terkait keselamatan industri. Selain itu, penelitian ini mengacu pada berbagai standar keselamatan global seperti ISO 45001:2018 dan pendekatan Vision Zero.
Peningkatan Kesadaran terhadap Keselamatan Industri
Model 3C-3P untuk Sistem Keselamatan Industri yang Tangguh
Peran Teknologi dalam Meningkatkan Keselamatan
Keamanan Siber sebagai Bagian dari Keselamatan Industri
Implementasi Sistem Keselamatan di Industri Manufaktur
Keberhasilan Inspeksi Jarak Jauh selama Pandemi
Mitigasi Serangan Siber di Sektor Industri
Keunggulan:
Kelemahan:
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan Industri
Wawasan mendalam tentang strategi keselamatan industri modern. Dengan menggabungkan teknologi, regulasi yang ketat, dan budaya keselamatan yang kuat, industri dapat mencapai lingkungan kerja yang lebih aman dan berkelanjutan. Ke depan, perusahaan harus lebih adaptif dalam menghadapi tantangan baru, termasuk risiko siber dan perubahan kondisi kerja akibat disrupsi global.
Sumber: United Nations Industrial Development Organization, Rostechnadzor, & British Standards Institution. Ensuring Industrial Safety and Security. Vienna, Austria, Agustus 2021
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 11 Maret 2025
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan elemen kunci dalam memastikan kesejahteraan pekerja dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Namun, masih banyak organisasi yang menghadapi tantangan dalam menerapkan manajemen risiko yang efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis teoritis dan statistik untuk mengidentifikasi kelemahan dalam penerapan standar ISO 45001:2018, IEC/ISO 31010:2019, dan ISO 31000:2018. Beberapa metode yang digunakan meliputi:
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah utama dalam penerapan PDCA di sistem manajemen K3:
Sebagai solusi, studi ini mengusulkan pendekatan manajemen risiko proaktif, yang mencakup:
Untuk meningkatkan efektivitas implementasi, studi ini menyarankan penggunaan sistem otomatisasi yang dapat:
Sebuah pabrik baja di Ukraina menerapkan sistem manajemen risiko berbasis PDCA yang diperbarui, dengan hasil sebagai berikut:
Sebuah perusahaan energi menggunakan sistem berbasis AI untuk memantau risiko kerja, dengan hasil:
Keunggulan:
Kelemahan:
Rekomendasi untuk Peningkatan Manajemen Risiko dalam K3
Tantangan utama dalam implementasi manajemen risiko dalam K3 serta mengusulkan solusi berbasis teknologi dan pendekatan proaktif. Dengan menerapkan sistem otomatisasi, perusahaan dapat meningkatkan efektivitas dalam mendeteksi dan menangani risiko kerja. Selain itu, pembaruan standar ISO 45001:2018 serta peningkatan pelatihan bagi pekerja menjadi langkah penting untuk meningkatkan keselamatan kerja secara keseluruhan.
Sumber: Bochkovskyi, A. Improvement of Risk Management Principles in Occupational Health and Safety. Naukovyi Visnyk Natsionalnoho Hirnychoho Universytetu, Vol. 4, 2020, Hal. 94-102.