Keinsinyuran

Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Profesi insinyur sipil memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor konstruksi. Dalam menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), diperlukan insinyur yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar global. Makalah Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi karya Indri Miswar, Benny Hidayat, dan Taufika Ophiyandri dari Universitas Andalas membahas sejauh mana kompetensi insinyur sipil relevan dengan bidang pekerjaan mereka serta pengaruhnya terhadap kinerja profesional.

Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara terhadap insinyur sipil di berbagai sektor, seperti perencana, pengawas, dan pelaksana proyek konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit kompetensi insinyur sipil memiliki hubungan signifikan dengan kinerja profesional mereka, yang berarti semakin tinggi kompetensi yang dimiliki, semakin baik pula kinerjanya dalam bidang pekerjaan terkait.

Ringkasan Isi Makalah

1. Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Era pasar bebas menuntut tenaga kerja yang kompeten untuk bersaing secara global. Berdasarkan data yang dikutip dalam makalah ini, rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia, termasuk insinyur sipil, menjadi salah satu hambatan utama dalam industri konstruksi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi unit kompetensi yang relevan dengan pekerjaan insinyur sipil.
  • Menentukan pengaruh kompetensi terhadap kinerja profesi.
  • Meneliti hubungan antara aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap insinyur sipil dengan bidang pekerjaan mereka.

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei terhadap 100 insinyur sipil yang bekerja di tiga sektor utama:

  • Perencana (contohnya di PT Semen Padang)
  • Pengawas (Dinas Pekerjaan Umum)
  • Pelaksana (Kontraktor)

Dari total 100 kuesioner yang disebarkan, 83 di antaranya kembali dengan jawaban yang valid. Responden dinilai berdasarkan tiga aspek utama kompetensi:

  • Pengetahuan (knowledge) – meliputi ilmu teknik sipil, penerapan ilmu dasar, dan spesifikasi jabatan.
  • Keterampilan (skill) – seperti manajemen diri, komunikasi, keterampilan teknis, dan analitis.
  • Sikap (attitude) – meliputi motivasi, kreativitas, keluwesan, dan komunikasi interpersonal.

Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan analisis non-parametrik.

3. Hasil Penelitian

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata nilai relevansi unit kompetensi berada di atas skala 4 (dalam skala 1–5), yang berarti sangat relevan dengan bidang pekerjaan. Beberapa temuan utama meliputi:

  • Kompetensi yang paling berpengaruh terhadap kinerja profesi adalah keterampilan mengelola diri sendiri, dengan nilai tertinggi sebesar 4.48 untuk sektor pelaksana.
  • Kompetensi teknis juga sangat penting, terutama dalam membaca dan memahami gambar teknik, dengan nilai 4.71 untuk bidang pelaksana.
  • Unit kompetensi yang kurang berpengaruh ditemukan pada beberapa aspek spesifik, seperti perencanaan produksi dan penggunaan bahasa asing.

Selain itu, terdapat hubungan linear antara relevansi unit kompetensi dan kinerja profesi. Semakin tinggi relevansi kompetensi terhadap bidang pekerjaan, semakin besar pengaruhnya terhadap hasil kerja insinyur sipil.

Studi Kasus dan Implikasi

1. Kurangnya Standarisasi Kompetensi di Indonesia

Salah satu permasalahan utama yang diungkap dalam makalah ini adalah kurangnya standarisasi dalam pengakuan kompetensi insinyur sipil. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) telah menetapkan standar kompetensi profesional, tetapi implementasi di lapangan masih bervariasi. Banyak insinyur yang belum memiliki sertifikasi yang diakui secara internasional, sehingga kesulitan bersaing di pasar global.

2. Pengaruh Kompetensi terhadap Efisiensi Proyek Konstruksi

Dalam proyek konstruksi, ketidaksesuaian kompetensi insinyur dengan bidang pekerjaan dapat menyebabkan keterlambatan proyek dan meningkatnya biaya. Sebagai contoh, proyek pembangunan infrastruktur di Kota Padang yang mengalami kendala akibat kurangnya keterampilan teknis tenaga kerja. Kesalahan dalam membaca gambar teknik dan manajemen proyek sering kali menjadi penyebab utama keterlambatan.

3. Pentingnya Pelatihan Berkelanjutan

Hasil survei menunjukkan bahwa banyak insinyur merasa kurang mendapatkan pelatihan yang memadai setelah menyelesaikan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu, pelatihan berkelanjutan sangat dibutuhkan agar kompetensi mereka tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan regulasi baru dalam industri konstruksi.

Rekomendasi

Untuk meningkatkan relevansi kompetensi insinyur sipil dengan bidang pekerjaan, beberapa langkah strategis dapat dilakukan:

1. Peningkatan Pendidikan dan Sertifikasi

  • Mewajibkan sertifikasi insinyur sipil sebagai bagian dari regulasi ketenagakerjaan di industri konstruksi.
  • Menyesuaikan kurikulum teknik sipil dengan kebutuhan industri, khususnya dalam keterampilan teknis dan manajerial.
  • Mendorong insinyur untuk mengikuti pelatihan lanjutan dan mendapatkan sertifikasi internasional seperti ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE).

2. Penguatan Standarisasi dan Regulasi

  • Meningkatkan peran PII dalam menyusun standar kompetensi nasional yang lebih ketat.
  • Mewajibkan perusahaan konstruksi untuk hanya merekrut insinyur yang memiliki sertifikasi profesional.
  • Mengadopsi sistem kompetensi berbasis SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) agar lebih terintegrasi dengan regulasi pemerintah.

3. Pengembangan Program Pelatihan Berkelanjutan

  • Menyediakan program pelatihan dan workshop secara berkala untuk meningkatkan keterampilan insinyur sipil.
  • Mendorong kolaborasi antara universitas, industri, dan pemerintah dalam menyusun program pelatihan yang lebih aplikatif.
  • Mengembangkan sistem e-learning untuk memudahkan insinyur mendapatkan pelatihan kapan saja dan di mana saja.

Kesimpulan

Makalah Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi memberikan wawasan penting mengenai hubungan antara kompetensi insinyur sipil dan kinerja mereka dalam dunia kerja. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan adalah:

  1. Kompetensi insinyur sipil sangat berpengaruh terhadap kinerja profesional mereka, dengan keterampilan mengelola diri sendiri dan keterampilan teknis sebagai faktor paling dominan.
  2. Kurangnya standarisasi kompetensi di Indonesia menjadi hambatan utama bagi insinyur sipil untuk bersaing di pasar global.
  3. Pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi profesional sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja di industri konstruksi.
  4. Regulasi yang lebih ketat dan integrasi antara akademisi, industri, dan pemerintah diperlukan untuk meningkatkan standar kompetensi insinyur sipil di Indonesia.

Dengan penerapan rekomendasi yang tepat, diharapkan insinyur sipil Indonesia dapat lebih kompetitif dalam menghadapi tantangan global dan meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan nasional.

Sumber: Indri Miswar, Benny Hidayat, Taufika Ophiyandri. Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol. 13 No. 2, Universitas Andalas, 2017.

 

Selengkapnya
Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi

Keinsinyuran

Professional Engineer & Etika Profesi (Insinyur)

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Profesi insinyur memiliki peran vital dalam pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Dalam makalah Professional Engineer & Etika Profesi (Insinyur), Sritomo Wignjosoebroto menyoroti pentingnya profesionalisme dan etika dalam dunia keinsinyuran. Makalah ini menekankan bahwa insinyur tidak hanya bertanggung jawab secara teknis, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek moral dan sosial dalam praktik mereka.

Penelitian ini mengkaji bagaimana penerapan kode etik dalam dunia keinsinyuran, serta dampak dari profesionalisme dalam pengambilan keputusan teknis. Dengan perkembangan teknologi yang pesat dan semakin kompleksnya tantangan industri, profesionalisme insinyur menjadi semakin krusial untuk memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Ringkasan Isi Makalah

1. Definisi dan Peran Profesi Insinyur

Insinyur adalah profesi yang melibatkan penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah teknis demi kesejahteraan manusia. Menurut Wignjosoebroto, profesi ini memiliki tanggung jawab yang setara dengan dokter atau pengacara, karena menyangkut keselamatan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat. Beberapa aspek penting dalam peran insinyur meliputi:

  • Pengembangan teknologi untuk infrastruktur dan industri.
  • Rekayasa sistem kerja yang lebih efisien dan aman.
  • Kontribusi dalam penyelesaian permasalahan lingkungan melalui teknologi hijau.

2. Pentingnya Profesionalisme dalam Keinsinyuran

Profesionalisme dalam keinsinyuran mencakup keahlian teknis, tanggung jawab moral, dan kepatuhan terhadap regulasi. Beberapa prinsip utama profesionalisme dalam keinsinyuran menurut makalah ini adalah:

  • Keselamatan dan kesejahteraan publik harus menjadi prioritas utama.
  • Insinyur harus bekerja sesuai dengan kompetensi dan keahliannya.
  • Kejujuran dalam penyampaian informasi teknis dan hasil kerja.
  • Menghindari konflik kepentingan yang dapat mengganggu objektivitas keputusan teknis.

Kurangnya profesionalisme dalam keinsinyuran dapat berdampak buruk terhadap kualitas proyek dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi ini. Oleh karena itu, standar etika yang ketat diperlukan untuk menjaga integritas insinyur.

3. Etika Profesi Insinyur

Etika dalam profesi insinyur memiliki peran penting dalam memastikan bahwa setiap keputusan teknis yang diambil mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi. Wignjosoebroto menyebutkan bahwa kode etik insinyur harus mencakup:

  • Kejujuran dalam penelitian dan penerapan teknologi.
  • Tanggung jawab terhadap dampak sosial dan lingkungan dari suatu proyek.
  • Transparansi dalam pengambilan keputusan dan komunikasi dengan pihak terkait.

Makalah ini juga menekankan pentingnya pendidikan etika dalam kurikulum teknik, agar mahasiswa teknik memahami implikasi moral dari pekerjaan mereka sejak dini.

Studi Kasus: Pelanggaran Etika dalam Keinsinyuran

1. Kasus Gagalnya Proyek Infrastruktur

Beberapa proyek infrastruktur di Indonesia mengalami kegagalan akibat kurangnya profesionalisme dan penerapan kode etik insinyur. Salah satu contoh yang disorot dalam makalah ini adalah kasus konstruksi jembatan yang runtuh akibat penggunaan material berkualitas rendah dan perencanaan teknis yang tidak memadai. Akibatnya, terjadi kerugian besar baik dari segi finansial maupun korban jiwa.

2. Konflik Kepentingan dalam Pengadaan Proyek

Makalah ini juga menyoroti kasus di mana insinyur yang bertanggung jawab dalam suatu proyek menerima gratifikasi dari vendor tertentu, sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam pemilihan material dan teknologi yang digunakan. Praktik semacam ini tidak hanya merusak reputasi profesi insinyur, tetapi juga mengancam keamanan publik.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Profesionalisme Insinyur

1. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Etika Profesi

Agar insinyur memahami pentingnya profesionalisme dan etika dalam pekerjaan mereka, diperlukan langkah-langkah seperti:

  • Integrasi mata kuliah etika profesi dalam kurikulum teknik.
  • Pelatihan berkelanjutan mengenai kode etik insinyur bagi praktisi industri.
  • Sertifikasi yang mewajibkan pemahaman mendalam tentang etika profesi.

2. Penguatan Regulasi dan Pengawasan

Diperlukan sistem yang lebih ketat untuk memastikan bahwa kode etik benar-benar diterapkan dalam dunia kerja. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Penerapan sanksi yang lebih tegas bagi pelanggar kode etik.
  • Pengawasan independen dalam proyek infrastruktur untuk memastikan kepatuhan terhadap standar teknik dan etika.
  • Meningkatkan peran organisasi profesi seperti Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam mengawasi praktik keinsinyuran di Indonesia.

3. Mendorong Budaya Profesionalisme di Lingkungan Kerja

Selain regulasi, budaya profesionalisme harus ditanamkan dalam lingkungan kerja. Hal ini dapat dilakukan melalui:

  • Mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proyek teknik.
  • Menyediakan platform bagi insinyur untuk melaporkan pelanggaran etika tanpa takut akan konsekuensi negatif.
  • Menghargai dan memberikan insentif kepada insinyur yang menunjukkan standar etika dan profesionalisme tinggi dalam pekerjaannya.

Kesimpulan

Makalah Professional Engineer & Etika Profesi (Insinyur) menyoroti pentingnya profesionalisme dan kode etik dalam profesi insinyur. Beberapa poin utama yang dapat diambil dari makalah ini adalah:

  1. Insinyur memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan infrastruktur dan harus selalu mengutamakan kesejahteraan masyarakat.
  2. Profesionalisme dalam keinsinyuran mencakup kompetensi teknis, transparansi, dan kepatuhan terhadap kode etik.
  3. Pelanggaran etika dalam keinsinyuran dapat berakibat fatal, baik dalam aspek keselamatan maupun kepercayaan publik.
  4. Untuk meningkatkan standar profesionalisme, diperlukan integrasi pendidikan etika dalam kurikulum teknik, regulasi yang lebih ketat, dan budaya kerja yang berorientasi pada transparansi dan tanggung jawab sosial.

Dengan meningkatkan pemahaman dan penerapan etika profesi, insinyur dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan dan memastikan bahwa inovasi teknologi yang mereka hasilkan benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat.

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto. Professional Engineer & Etika Profesi (Insinyur). Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2022.

 

Selengkapnya
Professional Engineer & Etika Profesi (Insinyur)

Keinsinyuran

Profesi Insinyur: Perlukah?

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Profesi insinyur memainkan peran penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat. Makalah Profesi Insinyur: Perlukah? yang disusun oleh Dr. Ir. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, membahas urgensi profesi insinyur di Indonesia, tantangan regulasi, serta dampak dari implementasi UU No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran dan PP No. 25 Tahun 2019.

Makalah ini juga menyoroti isu utama seperti kurangnya jumlah insinyur di Indonesia, tingkat pemahaman masyarakat terhadap profesi ini, serta ancaman masuknya tenaga teknik asing jika jumlah insinyur nasional tidak mencukupi kebutuhan pembangunan.

Ringkasan Isi Makalah

1. Kurangnya Pemahaman Masyarakat tentang Profesi Insinyur

Berdasarkan survei terhadap lebih dari 600 responden, ditemukan bahwa sekitar 65% masyarakat belum memahami profesi insinyur dan regulasi terkait keinsinyuran. Kurangnya sosialisasi mengenai UU Keinsinyuran menyebabkan rendahnya minat generasi muda untuk menempuh jalur profesi ini.

Selain itu, makalah ini juga menunjukkan bahwa banyak insinyur di Indonesia masih bekerja tanpa memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI), padahal STRI merupakan dokumen legal yang diwajibkan oleh pemerintah bagi setiap insinyur yang ingin berpraktik secara profesional.

2. Kebutuhan dan Kekurangan Insinyur di Indonesia

Data dalam makalah ini menunjukkan proyeksi kebutuhan insinyur yang meningkat tajam seiring dengan pembangunan nasional. Berikut adalah beberapa angka penting yang disajikan:

  • Tahun 2004: 45.000 insinyur per tahun
  • Tahun 2010-2015: 57.000 insinyur per tahun
  • Tahun 2015-2020: 90.500 insinyur per tahun
  • Tahun 2020-2025: 139.500 insinyur per tahun
  • Tahun 2025-2030: 189.000 insinyur per tahun

Namun, Indonesia masih mengalami kekurangan sekitar 10.000 insinyur per tahun, yang menyebabkan tenaga teknik asing mengisi kekosongan ini. Hal ini dikhawatirkan dapat mengurangi peluang kerja bagi insinyur lokal dan melemahkan daya saing tenaga kerja nasional di tingkat internasional.

3. Tantangan dalam Regulasi Keinsinyuran

Indonesia telah menerapkan UU No. 11 Tahun 2014 dan PP No. 25 Tahun 2019 untuk mengatur profesi insinyur, tetapi implementasinya masih menghadapi banyak kendala:

  • Minimnya pemahaman tentang STRI dan proses sertifikasinya.
  • Tidak adanya standar kompetensi yang selaras dengan persaingan global.
  • Kesulitan dalam harmonisasi regulasi nasional dengan standar internasional seperti Washington Accord dan ASEAN MRA (Mutual Recognition Agreement).

Selain itu, kebijakan mengenai insinyur asing juga masih menjadi perdebatan. Makalah ini menyebutkan bahwa insinyur asing yang masuk ke Indonesia harus memiliki STRI atau sertifikat kompetensi dari negara asalnya, tetapi pengawasan terhadap regulasi ini masih lemah.

Studi Kasus: Dampak Kurangnya Insinyur di Indonesia

1. Kesenjangan Tenaga Teknik Lokal dan Asing

Ketika ASEAN MRA diberlakukan, tenaga kerja insinyur dari Malaysia, Singapura, dan Filipina memiliki peluang lebih besar untuk bekerja di Indonesia karena sistem sertifikasi mereka sudah lebih maju. Sementara itu, banyak insinyur Indonesia yang belum memiliki STRI, sehingga tidak dapat bersaing secara profesional.

Dalam sebuah wawancara dengan Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) wilayah Bali, ditemukan bahwa banyak proyek infrastruktur di Indonesia lebih memilih tenaga teknik asing karena dianggap memiliki sertifikasi yang lebih jelas dan terstandarisasi.

2. Kegagalan Proyek Akibat Kurangnya Insinyur Tersertifikasi

Salah satu contoh nyata dari kurangnya tenaga insinyur profesional adalah proyek infrastruktur di beberapa daerah yang mengalami kegagalan konstruksi akibat perencanaan yang kurang matang. Tanpa keterlibatan insinyur yang memiliki kompetensi dan sertifikasi yang sah, risiko kegagalan proyek menjadi lebih tinggi, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan biaya dan waktu pengerjaan yang lebih lama.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Profesionalisme Insinyur di Indonesia

1. Sosialisasi dan Edukasi Tentang Profesi Insinyur

Agar masyarakat lebih memahami pentingnya profesi insinyur, pemerintah dan organisasi terkait harus melakukan:

  • Kampanye edukasi mengenai peran insinyur dalam pembangunan nasional.
  • Peningkatan sosialisasi terkait STRI dan proses sertifikasinya.
  • Kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk memperkuat program profesi insinyur.

2. Meningkatkan Standar Sertifikasi Insinyur

Untuk meningkatkan daya saing insinyur Indonesia di kancah internasional, perlu dilakukan:

  • Harmonisasi STRI dengan standar global seperti Washington Accord.
  • Meningkatkan kualitas Program Profesi Insinyur (PSPPI) agar sesuai dengan tuntutan industri.
  • Mendorong perusahaan untuk hanya merekrut insinyur yang memiliki sertifikasi yang sah.

3. Penguatan Regulasi dan Pengawasan

Agar regulasi keinsinyuran di Indonesia dapat berjalan efektif, diperlukan:

  • Pengawasan yang lebih ketat terhadap insinyur asing yang bekerja di Indonesia.
  • Penerapan sanksi bagi insinyur yang bekerja tanpa STRI.
  • Pembentukan lembaga independen untuk mengawasi pelaksanaan UU Keinsinyuran.

Kesimpulan

Makalah Profesi Insinyur: Perlukah? menyoroti pentingnya keberadaan insinyur dalam pembangunan nasional dan tantangan yang dihadapi dalam regulasi profesi ini. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah:

  1. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami urgensi profesi insinyur dan regulasi terkait.
  2. Indonesia mengalami kekurangan sekitar 10.000 insinyur per tahun, yang dapat berdampak pada masuknya tenaga teknik asing.
  3. Regulasi keinsinyuran masih menghadapi kendala dalam implementasi, terutama dalam penerapan STRI dan standar sertifikasi profesional.
  4. Perlunya upaya konkret untuk meningkatkan standar insinyur Indonesia, baik melalui sosialisasi, peningkatan program sertifikasi, maupun harmonisasi dengan standar internasional.

Dengan adanya perbaikan dalam regulasi dan peningkatan kesadaran masyarakat, diharapkan profesi insinyur di Indonesia dapat lebih dihargai dan memiliki daya saing yang lebih tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sumber: Dr. Ir. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra. Profesi Insinyur: Perlukah? Universitas Udayana, 2021.

 

Selengkapnya
Profesi Insinyur: Perlukah?

Keinsinyuran

Persepsi Aparatur Sipil Negara (ASN) Tentang Urgensi Insinyur Profesional Dalam Berpraktik di Bidang Keinsinyuran

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Dalam dunia keinsinyuran, profesionalisme dan legalitas dalam praktik sangat bergantung pada regulasi yang diterapkan. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di bidang keinsinyuran diharuskan memiliki kompetensi dan sertifikasi yang sesuai, salah satunya adalah Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI). Makalah Persepsi Aparatur Sipil Negara (ASN) Tentang Urgensi Insinyur Profesional Dalam Berpraktik di Bidang Keinsinyuran yang disusun oleh D. Despa, T. Septiana, F. Hamdani, dan P. B. Wintoro dari Universitas Lampung membahas bagaimana ASN memahami dan mengaplikasikan regulasi keinsinyuran, serta kendala yang dihadapi dalam memperoleh STRI.

Makalah ini menyoroti pentingnya pemenuhan regulasi berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, yang menyatakan bahwa setiap insinyur yang melakukan praktik keinsinyuran wajib memiliki STRI. Sayangnya, masih banyak ASN yang belum memahami urgensi sertifikasi ini, yang berakibat pada ketidaksesuaian dengan aturan yang berlaku.

1. Latar Belakang Sertifikasi Insinyur bagi ASN

Undang-Undang No. 11 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa setiap insinyur yang berpraktik di Indonesia harus memiliki STRI. Regulasi ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2019 yang menjelaskan prosedur perolehan STRI melalui Program Profesi Insinyur (PSPPI). Namun, masih banyak ASN yang belum memiliki pemahaman tentang regulasi ini, sehingga banyak yang bekerja tanpa sertifikasi resmi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ASN memahami kewajiban sertifikasi insinyur serta faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah ASN yang memiliki STRI.

2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan kuisioner. Sebanyak 30 ASN yang bekerja di bidang keinsinyuran di Kabupaten Tulang Bawang Barat menjadi responden dalam penelitian ini. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur tingkat pemahaman ASN terhadap regulasi dan sertifikasi profesi insinyur.

3. Hasil Penelitian dan Temuan Utama

Dari hasil kuisioner, ditemukan bahwa:

  • Sebagian besar ASN tidak sepenuhnya memahami pentingnya STRI sebagai persyaratan legal dalam praktik keinsinyuran.
  • 60% responden hanya memiliki pengetahuan dasar tentang STRI, sementara 40% tidak mengetahui prosedur pengajuan sertifikasi.
  • Lebih dari 50% ASN bekerja lebih dari lima tahun di bidang keinsinyuran tanpa memiliki STRI, yang menunjukkan kurangnya kesadaran akan regulasi yang berlaku.
  • Sebagian besar ASN menganggap bahwa STRI bukanlah persyaratan utama dalam pekerjaan mereka, sehingga tidak merasa perlu untuk mengurusnya.

Makalah ini juga menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi dari pihak terkait menjadi salah satu alasan utama mengapa ASN belum memiliki STRI.

Studi Kasus: Implementasi STRI dalam Praktik Keinsinyuran

1. ASN yang Berpraktik Tanpa STRI

Banyak ASN yang telah bekerja di sektor keinsinyuran selama bertahun-tahun tanpa memiliki STRI. Mereka tetap mendapatkan tanggung jawab teknis dalam proyek-proyek infrastruktur, meskipun tidak memiliki legalitas yang seharusnya diperlukan. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah hukum jika terjadi kesalahan dalam perencanaan atau pelaksanaan proyek.

2. Regulasi yang Kurang Dipahami oleh ASN

Meskipun pemerintah telah menerapkan regulasi yang mengatur STRI, ASN masih belum memahami pentingnya sertifikasi ini. Kurangnya pemahaman ini berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan terhadap regulasi, sehingga banyak proyek yang dikerjakan oleh tenaga insinyur yang belum tersertifikasi secara resmi.

3. Dampak Kurangnya Sertifikasi dalam Proyek Infrastruktur

Ketidaksesuaian terhadap regulasi keinsinyuran dapat berdampak negatif pada kualitas proyek infrastruktur. ASN yang tidak memiliki STRI mungkin tidak memiliki kompetensi yang terverifikasi, sehingga berisiko menghasilkan proyek dengan kualitas yang kurang optimal. Dalam jangka panjang, hal ini dapat meningkatkan potensi kegagalan struktur dan meningkatkan biaya pemeliharaan.

Implikasi dan Rekomendasi

1. Meningkatkan Kesadaran ASN terhadap Regulasi Keinsinyuran

Agar ASN lebih memahami pentingnya STRI, perlu dilakukan:

  • Sosialisasi lebih luas tentang Undang-Undang Keinsinyuran kepada ASN di berbagai sektor pemerintahan.
  • Pelatihan rutin tentang prosedur pengajuan STRI melalui Program Profesi Insinyur.
  • Kolaborasi antara PII dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi keinsinyuran.

2. Mewajibkan STRI sebagai Syarat Utama dalam Praktik Keinsinyuran

Untuk meningkatkan profesionalisme ASN di bidang keinsinyuran, STRI harus diwajibkan dalam setiap proses perekrutan dan promosi jabatan teknis. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Mengintegrasikan STRI sebagai persyaratan wajib dalam rekrutmen ASN di bidang teknik.
  • Memberikan insentif bagi ASN yang telah mendapatkan sertifikasi sebagai insinyur profesional.
  • Memperketat pengawasan terhadap ASN yang berpraktik tanpa STRI agar tidak terjadi pelanggaran regulasi.

3. Mempercepat Digitalisasi dalam Proses Sertifikasi Insinyur

Proses pengajuan STRI masih dianggap rumit oleh banyak ASN. Oleh karena itu, digitalisasi sistem sertifikasi dapat membantu mempercepat dan mempermudah proses ini. Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pengembangan sistem online untuk pengajuan STRI yang lebih efisien dan mudah diakses.
  • Penerapan sistem notifikasi otomatis agar ASN yang belum memiliki STRI mendapatkan pengingat untuk segera mengurusnya.
  • Integrasi data STRI dengan sistem kepegawaian pemerintah agar status sertifikasi dapat dipantau secara transparan.

Kesimpulan

Makalah Persepsi Aparatur Sipil Negara (ASN) Tentang Urgensi Insinyur Profesional Dalam Berpraktik di Bidang Keinsinyuran memberikan wawasan mendalam tentang rendahnya tingkat pemahaman ASN terhadap pentingnya STRI. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah:

  1. Masih banyak ASN yang belum mengetahui pentingnya STRI, dengan lebih dari 50% responden bekerja di bidang keinsinyuran tanpa sertifikasi yang sah.
  2. Kurangnya sosialisasi menjadi penyebab utama rendahnya tingkat kepatuhan ASN terhadap regulasi keinsinyuran.
  3. Ketiadaan STRI dapat berpotensi menurunkan kualitas proyek infrastruktur, sehingga berisiko menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
  4. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kepatuhan ASN terhadap regulasi keinsinyuran, termasuk sosialisasi, digitalisasi, dan pemberlakuan STRI sebagai persyaratan wajib.

Dengan peningkatan pemahaman dan implementasi STRI yang lebih baik, diharapkan ASN yang bekerja di bidang keinsinyuran dapat lebih profesional dan mampu memberikan kontribusi terbaik dalam pembangunan nasional.

Sumber: D. Despa, T. Septiana, F. Hamdani, P. B. Wintoro. Persepsi Aparatur Sipil Negara (ASN) Tentang Urgensi Insinyur Profesional Dalam Berpraktik di Bidang Keinsinyuran. Prosiding Seminar Nasional Keinsinyuran (SNIP), Volume 1 Nomor 1, Universitas Lampung, 2021.

 

Selengkapnya
Persepsi Aparatur Sipil Negara (ASN) Tentang Urgensi Insinyur Profesional Dalam Berpraktik di Bidang Keinsinyuran

Keinsinyuran

Pengaruh Kode Etik PII dalam Membentuk Integritas Profesional Insinyur

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Kode etik dalam dunia keinsinyuran menjadi landasan utama dalam menjaga profesionalisme dan integritas seorang insinyur. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) memiliki peran penting dalam menetapkan standar etika bagi para anggotanya agar dapat bekerja dengan tanggung jawab dan moralitas tinggi. Makalah Pengaruh Kode Etik PII dalam Membentuk Integritas Profesional Insinyur yang disusun oleh Diah Fajar Vidayati, Regita Nadia Putri, dan Naufal Qithfirul A. membahas bagaimana kode etik PII mempengaruhi profesionalisme insinyur di Indonesia.

Makalah ini menyoroti bahwa kode etik bukan hanya sekadar aturan tertulis, tetapi juga menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dan interaksi profesional. Dengan meningkatnya kompleksitas proyek teknik dan meningkatnya tuntutan transparansi di era globalisasi, etika insinyur menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan.

1. Latar Belakang Kode Etik PII

Kode Etik Insinyur Indonesia merupakan seperangkat norma dan nilai yang mengatur perilaku profesional insinyur. PII berperan dalam memastikan bahwa para insinyur tidak hanya memiliki kompetensi teknis, tetapi juga bertindak dengan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi.

Dua komponen utama dalam kode etik insinyur adalah:

  • Prinsip-prinsip dasar, seperti integritas, tanggung jawab, dan profesionalisme.
  • Sikap insinyur, yang mencerminkan komitmen terhadap keselamatan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Makalah ini menggarisbawahi bahwa keberadaan kode etik menjadi elemen penting dalam meningkatkan kualitas layanan insinyur serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap profesi ini.

2. Implementasi Kode Etik dalam Profesi Insinyur

Dalam praktiknya, implementasi kode etik insinyur sering kali menghadapi berbagai tantangan, seperti tekanan dari pihak eksternal, kurangnya pemahaman etika dalam praktik bisnis, serta konflik kepentingan. Beberapa contoh implementasi kode etik yang dibahas dalam makalah ini meliputi:

  • Penerapan etika dalam proyek teknik sipil, di mana insinyur harus memastikan keamanan infrastruktur yang mereka rancang.
  • Tanggung jawab sosial dalam rekayasa teknik, yang menekankan pentingnya memperhitungkan dampak lingkungan dan sosial dalam proyek-proyek keinsinyuran.
  • Kepatuhan terhadap regulasi nasional dan internasional, termasuk Undang-Undang No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran yang mewajibkan sertifikasi profesional bagi insinyur.

Makalah ini juga menyoroti pentingnya pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam memastikan bahwa insinyur tetap memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kode etik sepanjang karier mereka.

Studi Kasus: Penerapan Kode Etik dalam Keinsinyuran

1. Kasus Pelanggaran Etika dalam Proyek Infrastruktur

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa kasus proyek infrastruktur yang gagal akibat pelanggaran kode etik insinyur. Beberapa contoh yang dibahas dalam makalah ini meliputi:

  • Kasus runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara (2011) – Kegagalan struktur ini menewaskan lebih dari 20 orang dan disebabkan oleh kelalaian dalam pengawasan teknis serta ketidakpatuhan terhadap standar keselamatan.
  • Proyek konstruksi gedung pemerintah yang bermasalah – Beberapa proyek mengalami keterlambatan atau ketidaksesuaian spesifikasi akibat kurangnya transparansi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan.

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa kegagalan dalam menerapkan kode etik dapat berujung pada konsekuensi serius, baik secara finansial maupun sosial. Oleh karena itu, integritas profesional insinyur harus dijaga dengan ketat.

2. Peran PII dalam Menegakkan Kode Etik

Sebagai organisasi profesi utama bagi insinyur di Indonesia, PII memiliki berbagai inisiatif untuk meningkatkan penerapan kode etik, di antaranya:

  • Menyediakan sertifikasi dan pelatihan bagi insinyur, termasuk Program Profesi Insinyur (PSPPI).
  • Membangun mekanisme pengawasan etika, sehingga insinyur yang melanggar kode etik dapat dikenakan sanksi yang sesuai.
  • Bekerja sama dengan pemerintah dan industri untuk memastikan bahwa standar keinsinyuran yang diterapkan di Indonesia sejalan dengan standar internasional.

Melalui langkah-langkah ini, PII berusaha menjaga profesionalisme dan mencegah insiden yang dapat mencoreng reputasi profesi insinyur.

Implikasi dan Rekomendasi

1. Pentingnya Penguatan Pendidikan Etika bagi Insinyur

Agar kode etik dapat diterapkan secara lebih efektif, diperlukan langkah-langkah berikut:

  • Integrasi etika keinsinyuran dalam kurikulum teknik di universitas dan institusi pendidikan.
  • Penyelenggaraan pelatihan etika profesional secara berkala untuk memastikan insinyur memahami implikasi kode etik dalam pekerjaan mereka.
  • Peningkatan kesadaran akan konsekuensi pelanggaran kode etik, baik dari segi hukum maupun reputasi profesional.

2. Penguatan Regulasi dan Penegakan Kode Etik

Selain pendidikan, aspek regulasi juga perlu diperkuat untuk memastikan bahwa setiap insinyur beroperasi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  • Penerapan sanksi tegas bagi insinyur yang terbukti melanggar kode etik agar ada efek jera dan standar profesionalisme tetap terjaga.
  • Meningkatkan transparansi dalam proyek keinsinyuran, termasuk mekanisme audit independen untuk memastikan kepatuhan terhadap standar etika dan keselamatan.
  • Mendorong budaya kepatuhan di kalangan insinyur, dengan menekankan bahwa integritas profesional adalah aset yang tak ternilai dalam karier teknik.

3. Kolaborasi antara PII, Industri, dan Pemerintah

Keberhasilan penerapan kode etik insinyur tidak hanya bergantung pada individu insinyur, tetapi juga pada dukungan dari berbagai pihak, termasuk:

  • Perusahaan teknik dan konstruksi, yang harus memastikan bahwa semua insinyur yang mereka pekerjakan memiliki pemahaman yang kuat tentang kode etik.
  • Pemerintah, yang bertugas memastikan bahwa regulasi keinsinyuran ditegakkan dengan konsisten.
  • Lembaga pendidikan, yang memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi insinyur yang memahami pentingnya etika dalam praktik profesional.

Kesimpulan

Makalah Pengaruh Kode Etik PII dalam Membentuk Integritas Profesional Insinyur memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana kode etik berperan dalam menjaga standar profesionalisme insinyur di Indonesia. Beberapa poin utama dari makalah ini adalah:

  1. Kode etik insinyur merupakan pedoman penting dalam menjaga integritas dan profesionalisme.
  2. Penerapan kode etik di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan eksternal dan konflik kepentingan.
  3. Kasus-kasus pelanggaran etika dalam proyek infrastruktur menunjukkan dampak serius dari kurangnya kepatuhan terhadap kode etik.
  4. PII memiliki peran penting dalam menyediakan pelatihan, sertifikasi, dan pengawasan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar etika profesi.

Dengan memperkuat pendidikan etika, meningkatkan regulasi, dan mendorong kolaborasi antara berbagai pihak, profesi insinyur di Indonesia dapat semakin profesional dan terpercaya.

Sumber: Diah Fajar Vidayati, Regita Nadia Putri, Naufal Qithfirul A. Pengaruh Kode Etik PII dalam Membentuk Integritas Profesional Insinyur. Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2023.

 

Selengkapnya
Pengaruh Kode Etik PII dalam Membentuk Integritas Profesional Insinyur

Keinsinyuran

Pelatihan Pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) Secara Online bagi Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Lampung

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Sertifikasi insinyur profesional merupakan aspek penting dalam menjamin kompetensi dan legalitas seorang insinyur dalam praktik keinsinyuran. Salah satu persyaratan utama dalam memperoleh Sertifikat Insinyur Profesional (SIP) dan Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI) adalah pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP).

Jurnal Pelatihan Pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) Secara Online bagi Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Lampung karya Dikpride Despa, Ratna Widyawati, dan Trisya Septiana membahas pentingnya pelatihan dalam meningkatkan pemahaman insinyur terhadap sistem online SIMPONI (Sistem Informasi Manajemen Persatuan Insinyur Indonesia).

Penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak insinyur yang belum memahami cara pengisian FAIP secara online, yang menjadi kendala utama dalam proses sertifikasi profesional mereka.

Latar Belakang dan Pentingnya FAIP

FAIP adalah formulir isian yang mendokumentasikan pengalaman kerja seorang insinyur dalam bentuk uraian kegiatan dan klaim kompetensi. Sebelum tahun 2020, FAIP masih diajukan secara manual, tetapi sejak November 2020, Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mengeluarkan Surat Edaran Ketua PII Nomor SE-264/PP-PII/X/2020, yang mewajibkan penggunaan SIMPONI untuk pengajuan Kartu Tanda Anggota (KTA), FAIP, dan STRI secara digital.

Meskipun sistem ini lebih efisien, masih banyak insinyur yang kurang memahami cara mengakses dan mengisi FAIP secara online, menyebabkan rendahnya jumlah insinyur tersertifikasi. Data dari Program Profesi Insinyur Universitas Lampung (PS-PPI Unila) menunjukkan bahwa dari lebih dari 200 lulusan sejak 2018, hanya 15% yang memiliki SIP dan STRI.

Kendala dalam Pengisian FAIP Secara Online

Jurnal ini mengidentifikasi beberapa kendala utama yang menyebabkan rendahnya jumlah insinyur yang berhasil memperoleh SIP dan STRI:

  • Kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya sertifikasi di kalangan insinyur.
  • Minimnya pelatihan dalam penggunaan aplikasi SIMPONI sehingga banyak insinyur merasa kesulitan dalam mengakses dan mengisi FAIP.
  • Kesalahan teknis dalam pengisian formulir dan pengunggahan dokumen yang menyebabkan aplikasi ditolak atau tertunda.
  • Kurangnya pemahaman terhadap Undang-Undang Keinsinyuran No. 11 Tahun 2014, yang mewajibkan insinyur memiliki sertifikasi profesional untuk berpraktik secara legal.

Metode Pelatihan dan Evaluasi

Untuk mengatasi masalah ini, Program Profesi Insinyur Universitas Lampung (PS-PPI Unila) mengadakan pelatihan bagi anggota PII Wilayah Lampung dengan metode:

  1. Edukasi mengenai Undang-Undang Keinsinyuran dan pentingnya sertifikasi melalui seminar dan diskusi interaktif.
  2. Pelatihan teknis penggunaan aplikasi SIMPONI, termasuk cara mengakses sistem, mengisi FAIP, serta mengunggah dokumen pendukung.
  3. Pendampingan peserta dalam proses pengisian FAIP secara bertahap hingga mereka berhasil menyelesaikan pengisian dan mengajukan sertifikasi.

Dari hasil evaluasi, 85% peserta memahami pentingnya SIP dan STRI, sementara 80% berhasil memahami cara mengakses dan mengisi FAIP secara online melalui aplikasi SIMPONI.

Studi Kasus: Implementasi FAIP dalam Sertifikasi Insinyur

1. Rendahnya Tingkat Sertifikasi Insinyur di Indonesia

Meskipun Undang-Undang Keinsinyuran telah mewajibkan sertifikasi bagi insinyur, data menunjukkan bahwa tingkat sertifikasi masih sangat rendah. Di PII Wilayah Lampung, hanya 15% dari total lulusan PSPPI Unila sejak 2018 yang memiliki SIP dan STRI, menunjukkan kurangnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya sertifikasi ini.

2. Keunggulan Digitalisasi dalam Proses Sertifikasi

Dibandingkan dengan sistem manual, penggunaan aplikasi SIMPONI dalam pengisian FAIP memiliki beberapa keunggulan:

  • Proses lebih cepat dan efisien, karena tidak perlu lagi pengiriman dokumen fisik.
  • Memudahkan verifikasi data, sehingga mengurangi risiko kesalahan administrasi.
  • Memastikan transparansi, karena semua data tercatat secara digital dan dapat diakses kapan saja.

Namun, masih banyak insinyur yang belum familiar dengan sistem ini, sehingga pelatihan menjadi sangat penting untuk meningkatkan jumlah insinyur tersertifikasi.

Implikasi dan Rekomendasi

1. Perluasan Program Pelatihan FAIP

Agar lebih banyak insinyur dapat mengisi FAIP dengan benar dan memperoleh sertifikasi, perlu dilakukan:

  • Sosialisasi lebih luas tentang kewajiban memiliki SIP dan STRI kepada insinyur di seluruh wilayah Indonesia.
  • Pelatihan berkala dan pendampingan teknis bagi insinyur yang belum terbiasa menggunakan aplikasi SIMPONI.
  • Bimbingan teknis dalam pengisian FAIP dan verifikasi dokumen untuk memastikan kelancaran proses sertifikasi.

2. Integrasi SIMPONI dengan Sistem Kepegawaian dan Industri

Agar lebih efektif, SIMPONI perlu diintegrasikan dengan sistem kepegawaian di perusahaan konstruksi dan industri terkait. Dengan demikian:

  • Perusahaan dapat memastikan bahwa insinyur mereka memiliki sertifikasi yang valid.
  • Proses sertifikasi bisa lebih cepat dan mudah diakses oleh tenaga kerja teknik.

3. Regulasi yang Lebih Ketat dalam Kewajiban Sertifikasi

Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi yang lebih ketat agar hanya insinyur yang memiliki SIP dan STRI yang boleh berpraktik. Ini penting untuk meningkatkan profesionalisme dan keselamatan dalam proyek-proyek teknik.

Kesimpulan

Jurnal Pelatihan Pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) Secara Online bagi Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Lampung memberikan wawasan tentang pentingnya pelatihan bagi insinyur dalam mengakses sistem sertifikasi online. Beberapa temuan utama dari penelitian ini adalah:

  1. Masih rendahnya jumlah insinyur tersertifikasi di Indonesia, khususnya di PII Wilayah Lampung, dengan hanya 15% lulusan PSPPI Unila sejak 2018 yang memiliki SIP dan STRI.
  2. Digitalisasi melalui aplikasi SIMPONI mempermudah proses sertifikasi, tetapi masih banyak insinyur yang belum familiar dengan sistem ini.
  3. Pelatihan FAIP secara online terbukti meningkatkan pemahaman dan keterampilan insinyur, dengan 85% peserta memahami pentingnya SIP dan STRI, serta 80% berhasil mengisi FAIP secara online.
  4. Perluasan pelatihan, integrasi SIMPONI dengan industri, dan regulasi yang lebih ketat diperlukan untuk meningkatkan jumlah insinyur tersertifikasi di Indonesia.

Dengan sistem sertifikasi yang lebih baik dan kesadaran yang meningkat, diharapkan insinyur Indonesia dapat lebih siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Sumber: Dikpride Despa, Ratna Widyawati, Trisya Septiana. Pelatihan Pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) Secara Online bagi Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Lampung. Sakai Sambayan – Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 6 No. 1, Maret 2022.

 

Selengkapnya
Pelatihan Pengisian Formulir Aplikasi Insinyur Profesional (FAIP) Secara Online bagi Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Lampung
« First Previous page 3 of 13 Next Last »