Desain
Dipublikasikan oleh Melchior Celtic pada 14 November 2025
Bayangkan ini: setelah bertahun-tahun menabung, Anda akhirnya membangun rumah impian Anda. Anda menghabiskan miliaran rupiah. Desainnya modern, materialnya baru, lokasinya sempurna. Enam bulan setelah pindah, badai besar pertama datang, dan seluruh lantai dasar rumah Anda terendam banjir parah.
Anda memanggil ahli. Jawabannya? Arsitek Anda, dalam kecemerlangannya merancang fasad kaca yang indah, ternyata lupa merancang sistem drainase yang memadai untuk iklim lokal. Rumah baru Anda, yang seharusnya menjadi pencapaian puncak, ternyata sudah cacat secara desain sejak hari pertama.
Ini bukan skenario hipotetis. Menurut sebuah tesis Master yang baru-saja selesai saya baca, inilah yang terjadi pada banyak proyek infrastruktur paling mahal dan penting kita: jalan raya.
Saya baru saja "tersesat" selama beberapa hari di dalam dokumen setebal 92 halaman berjudul "DEVELOPMENT OF A SIMPLE ROAD SAFETY AUDIT PROCEDURE SUITABLE FOR ROAD CONDITION IN RWANDA". Ini adalah tesis Master dari Hadelin Verjus di Universitas Rwanda.
Kedengarannya kering? Memang. Tapi di balik semua tabel dan jargon teknik, tesis ini adalah salah satu cerita paling manusiawi dan mendesak yang pernah saya baca tentang bagaimana desain yang buruk—atau ketiadaan desain yang penuh pertimbangan—secara harfiah dapat membunuh.
Tesis ini menemukan bahwa banyak jalan raya baru yang berkilau, yang dibangun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, justru dirancang sebagai "black spot"—zona bahaya kecelakaan—langsung dari papan gambar.
Saat Jalan Baru Menjadi Zona Kematian
Paradoks Pertumbuhan Rwanda
Untuk memahami mengapa tesis ini begitu penting, kita perlu memahami konteksnya. Latar belakangnya adalah sebuah kisah sukses yang tragis. Pemerintah Rwanda, pada periode penulisan tesis (sekitar 2014), sedang berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur jalan. Tujuannya mulia: "untuk mengurangi biaya transportasi secara drastis bagi bisnis dan individu" dan mendorong pembangunan ekonomi.
Dan itu berhasil. Pertumbuhan ekonomi Rwanda melesat. Jumlah kendaraan di jalan raya meledak. Tesis ini mencatat peningkatan jumlah total kendaraan terdaftar dari hanya 30.158 pada tahun 2004 menjadi 105.306 pada tahun 2011. Itu peningkatan lebih dari tiga kali lipat dalam tujuh tahun.
Tapi ada sisi gelap yang brutal dari pertumbuhan ini.
Semakin banyak jalan baru dan kendaraan baru, semakin banyak orang yang mati. Tesis ini dengan gamblang menyatakan bahwa "kecelakaan di Rwanda meningkat dari tahun ke tahun". Data statistik kecelakaan sangat mengerikan: lebih dari 4.000 kecelakaan terjadi setiap tahun. Jumlah kematian akibat kecelakaan melonjak 61,9% hanya dalam lima tahun (dari 344 kematian pada 2009 menjadi 556 pada 2013).
Di sinilah letak paradoks inti yang diidentifikasi oleh Verjus : "Pada banyak kesempatan, proyek jalan yang sama sekali baru telah ditetapkan sebagai black spot (titik rawan kecelakaan) hanya setelah beberapa tahun [beroperasi]".
Jalan-jalan baru yang seharusnya menjadi simbol kemajuan, malah menjadi jebakan maut.
Cacat Sejak Lahir
Pertanyaan yang jelas: Mengapa?
Jawaban yang mudah (dan malas) adalah menyalahkan pengemudi. Tapi tesis ini menolak jawaban itu. Masalahnya jauh lebih dalam dan jauh lebih sistemik: ini adalah kegagalan desain.
Verjus mencatat bahwa "Rwanda sudah memiliki banyak masalah keselamatan jalan, seperti penampang melintang jalan yang di bawah standar (substandard cross sections), percampuran pengguna jalan yang berbeda (mixing of different road users), dan rintangan di tepi jalan (roadside obstacles)".
Alih-alih menggunakan proyek jalan baru sebagai kesempatan untuk memperbaiki masalah warisan ini, para desainer dan konsultan sering kali hanya mengulanginya. Desain jalan baru tidak diaudit untuk keselamatan. Akibatnya, mereka membangun infrastruktur yang berbahaya sejak awal.
Mereka sedang membangun "utang" keselamatan. Setiap kilometer jalan baru yang dibangun tanpa audit desain yang tepat adalah aset jangka panjang yang berbahaya. Ini adalah bom waktu finansial dan kemanusiaan, yang suatu hari nanti akan meledak dalam bentuk biaya rumah sakit, kehilangan produktivitas, dan—yang terburuk—duka keluarga.
🚀 Hasilnya Mengerikan: Kecelakaan meningkat 1.808 kasus dalam satu dekade (2002-2012), dengan lebih dari 4.000 kecelakaan terjadi setiap tahun.
🧠 Inovasi yang Hilang: Alih-alih menggunakan proyek baru sebagai kesempatan untuk inovasi keselamatan, desain lama yang cacat (penampang di bawah standar, rintangan di tepi jalan) terus diimplementasikan di jalan-jalan baru.
💡 Pelajaran: Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh infrastruktur tanpa desain yang aman hanya memindahkan biaya dari satu pos anggaran (transportasi) ke pos anggaran lain (kesehatan publik dan pemakaman).
Yang Paling Rentan, Yang Paling Sering Menjadi Korban
Ini Bukan "Kecelakaan", Ini Adalah Konsekuensi Desain
Di sinilah tesis ini berubah dari laporan teknis menjadi sebuah tragedi kemanusiaan. Bab 6 adalah studi kasus yang mendalam dan memilukan di Jalan Nasional 1 (NR1).
Saat Anda membedah 187 kecelakaan fatal yang dianalisis di jalan ini, sebuah pola yang mengerikan muncul.
Jika Anda bertanya, "Apa jenis kecelakaan fatal yang paling umum?" Jawabannya menusuk hati. Gambar 9 dalam tesis menunjukkan bahwa 52% dari semua kecelakaan fatal adalah tabrakan antara kendaraan bermotor dan pejalan kaki.
Separuh lebih.
Tabel 24 menguraikannya lebih lanjut. Dari semua orang yang tewas di jalan itu, 47% adalah pejalan kaki. Tambahkan 14% korban tewas lainnya yang merupakan pengendara sepeda.
Itu berarti 6 dari 10 orang yang tewas di jalan raya utama itu bukanlah pengemudi atau penumpang, melainkan orang-orang yang berjalan kaki atau bersepeda.
Sekarang, mari kita hubungkan ini kembali ke jargon teknis yang kita lihat sebelumnya: "percampuran pengguna jalan yang berbeda" (mixing of different road users).
Apa yang baru saja kita temukan adalah bahwa "percampuran pengguna jalan" adalah cara sopan para insinyur untuk mengatakan: "Kami merancang jalan raya berkecepatan tinggi yang mematikan tepat di tengah-tengah komunitas di mana orang-orang hidup, berjalan, dan bersepeda, tanpa memberi mereka perlindungan yang memadai."
Ini bukan "percampuran". Ini adalah pemaksaan koeksistensi yang tidak adil antara baja seberat dua ton yang melaju kencang dan tubuh manusia yang rapuh.
Kita tidak sedang melihat "kecelakaan" yang acak. Kita sedang melihat hasil yang dapat diprediksi dari sebuah sistem yang memprioritaskan kecepatan kendaraan di atas kehidupan manusia.
Korban Ekonomi yang Tersembunyi
Dan siapa yang berada di balik kemudi saat kecelakaan ini terjadi?
Tesis ini juga melihat data itu. Gambar 3 menunjukkan bahwa kelompok usia pengemudi yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan adalah antara 25-35 tahun.
Verjus dengan tepat menyebut ini sebagai "kelompok usia yang aktif secara ekonomi" (economically active age group).
Ini adalah krisis ganda yang menghancurkan. Di satu sisi, Anda memiliki pengguna jalan yang paling rentan (pejalan kaki, pengendara sepeda, seringkali yang lebih miskin) yang tewas. Di sisi lain, Anda memiliki pengemudi di usia paling produktif mereka yang juga tewas atau cedera.
Negara ini secara bersamaan membunuh tenaga kerja manual dan tenaga kerja terampil/produktifnya. Dan akar penyebabnya? Desain infrastruktur yang buruk.
Lubang Hitam dalam Sistem: Mengapa Kita Terus Mengobati Gejala?
Jebakan "Black Spot"
Jadi, jika sebuah jalan baru secara ajaib menjadi "black spot", apa yang biasanya kita lakukan?
Kita bereaksi. Kita mengirim tim untuk "menganalisis black spot" dan menerapkan "tindakan perbaikan" (remedial measures).
Tesis ini pada dasarnya berteriak bahwa ini adalah kegilaan. Ini seperti menunggu puluhan orang jatuh dari tangga rumah baru Anda sebelum Anda memutuskan, "Hmm, mungkin kita harus memasang pegangan tangan."
Mengapa tidak memasang pegangannya dari awal?
Studi kasus NR1 adalah bukti nyatanya. Setelah ratusan nyawa melayang dan cedera , tesis ini dengan susah payah mengidentifikasi "langkah-langkah rekayasa keselamatan jalan perbaikan". Ini termasuk hal-hal yang seharusnya sudah ada sejak awal, seperti:
Memasang "Raised pedestrian Crossings" (zebra cross timbul) di area padat.
Memasang "Guardrail" (pagar pengaman) di tikungan tajam.
Memperbaiki marka jalan dan rambu peringatan.
Biaya untuk perbaikan ini? Tesis ini mengestimasikan biaya untuk memperbaiki hanya dua bagian kecil jalan ini (total 4,5 km) mencapai RWF 280.763.000 (sekitar USD 432.000 dengan kurs 2014).
Ini adalah biaya dari kegagalan. Ini adalah uang yang dibakar untuk memperbaiki kesalahan yang seharusnya tidak pernah dibuat.
Seperti yang dikatakan Verjus dengan sangat tajam: "jauh lebih murah dan lebih mudah untuk memperbaiki proyek di papan gambar daripada setelah proyek tersebut diimplementasikan".
Kesenjangan Prosedural
Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana mungkin jalan raya baru yang modern dirancang tanpa zebra cross timbul di area pejalan kaki atau pagar pengaman di tikungan tajam?
Tesis ini memberikan jawaban yang paling mengejutkan di Bab 2: "praktik terbaik internasional dalam audit keselamatan jalan tidak diterapkan di Rwanda".
Dan kalimat yang paling memberatkan, yang saya tandai dan baca berulang kali:
"Tidak ada auditor keselamatan jalan yang dipekerjakan pada tahap mana pun" (No road safety auditor is hired at any stage).
Tidak ada. Nol.
Masalahnya bukanlah bahwa auditnya gagal; masalahnya adalah auditnya tidak ada. Proyek-proyek jalan raya bernilai miliaran ini dibangun berdasarkan desain dari konsultan, tanpa ada pemeriksaan keselamatan formal yang independen. Mereka hanya "berdoa" agar desainnya aman.
Dan data korban jiwa menunjukkan bahwa doa saja tidak cukup.
Solusi Sederhana yang Brilian: Berhenti Meramal, Mulai Memeriksa
Mendesain Keselamatan, Bukan Kebetulan
Di sinilah letak kontribusi inti dan kecemerlangan tesis Verjus. Dia tidak hanya mengidentifikasi masalah; dia membangun solusinya. Judul tesisnya adalah tentang "Pengembangan Prosedur Audit Keselamatan Jalan yang Sederhana" (Bab 7).
Ini adalah proposal radikal (sekaligus sangat masuk akal) untuk beralih dari reaktif (memperbaiki black spot) menjadi proaktif (mencegah black spot).
Bayangkan jika kamu mengatur desain jalan seperti peneliti di sini. Alih-alih hanya mempercayai arsitek (konsultan) Anda, Anda menyewa seorang inspektur independen (auditor) untuk memeriksa pekerjaan di 5 tahap krusial :
Tahap 1: Preliminary (Konsep Awal) : Tepat saat ide rute baru dibuat. Auditor bertanya: "Apakah kita benar-benar harus membangun jalan raya di sebelah sekolah? Bagaimana dampaknya terhadap jaringan jalan yang ada?". Ini mencegah kesalahan strategis.
Tahap 2: Draft Design (Draf Desain) : Saat draf pertama selesai. Auditor memeriksa hal-hal seperti "Alignment (horizontal, vertical)" dan "Sight distances" (jarak pandang). "Apakah tikungan ini terlalu tajam? Bisakah pengemudi melihat cukup jauh ke depan?"
Tahap 3: Detailed Design (Desain Rinci) : Tepat sebelum dokumen kontrak diserahkan. Ini adalah pemeriksaan terakhir pada semua detail: "Rambu dan marka lalu lintas," "Pencahayaan jalan," "Manajemen bahaya di tepi jalan," dan yang terpenting, "Kebutuhan... untuk Pengguna Jalan Khusus (pejalan kaki, pengendara sepeda...)".
Tahap 4: Construction (Selama Konstruksi) : Auditor mengunjungi lokasi untuk memastikan pengaturan lalu lintas sementara selama proyek aman bagi pekerja dan publik.
Tahap 5: Pre-opening (Sebelum Pembukaan) : Ini adalah tes terakhir. Auditor benar-benar mengemudikan dan berjalan di jalan yang sudah jadi, baik siang maupun malam, untuk "memeriksa apakah semua rambu dan marka terlihat" dan "apa yang ada di gambar sesuai dengan yang dibangun".
Ini adalah langkah-langkah yang sangat masuk akal. Ini adalah quality control dasar. Fakta bahwa ini perlu diusulkan sebagai sebuah inovasi di tahun 2014 menunjukkan betapa dalamnya kesenjangan prosedural yang ada sebelumnya.
🚀 Hasilnya Luar Biasa: Mencegah kecelakaan sebelum terjadi. Ini "lebih murah dan lebih mudah" dan "mencegah orang terbunuh".
🧠 Inovasinya: Menggeser seluruh pola pikir industri dari "membangun" menjadi "membangun dengan aman". Ini melembagakan skeptisisme yang sehat ke dalam proses desain.
💡 Pelajaran: Keselamatan bukanlah sesuatu yang Anda tambahkan di akhir. Keselamatan adalah sesuatu yang Anda desain dari awal.
Apa yang Paling Mengusik Saya (Kritik yang Sebenarnya)
Prosedur Hebat, Tapi Siapa yang Menjalankan?
Saya sangat antusias membaca solusi 5 tahap ini. Ini sangat jelas, logis, dan bisa ditindaklanjuti. Tetapi, ada satu kalimat dalam pendahuluan tesis ini yang terus mengusik saya.
Ini adalah opini pribadi saya , tetapi kalimat ini adalah pengakuan yang jujur dan brutal akan tantangan yang sebenarnya.
Di halaman 13, Verjus menulis:
"Rwanda memiliki sedikit insinyur jalan berpengalaman yang dapat menantang desain dari konsultan" (Rwanda has few experienced road engineers that can challenge to designs of consultants).
Mari kita baca lagi. Rwanda memiliki sedikit insinyur berpengalaman yang bisa menantang desain dari konsultan.
Bagi saya, di sinilah letak masalah sebenarnya. Tesis ini telah mengidentifikasi solusi teknis (prosedur 5 tahap) untuk masalah yang pada dasarnya bersifat manusiawi dan organisasional.
Prosedur audit 5 tahap tidak ada artinya jika tidak ada orang yang kompeten, berpengalaman, dan—yang paling penting—diberdayakan untuk melaksanakannya.
Apa gunanya "Tahap 3: Audit Desain Rinci" jika auditor (jika ada) terlalu junior, terlalu takut dipecat, atau terlalu kurang pengalaman untuk berkata, "Maaf, Tuan Konsultan, desain tikungan Anda ini akan membunuh orang"?
Tesis ini bahkan mengakui bahwa "Manual yang ada memberikan sedikit panduan tentang cara mengevaluasi... Evaluasi biasanya diserahkan pada penilaian auditor keselamatan jalan yang berpengalaman".
Ini adalah Paradoks Kapasitas: Anda memerlukan auditor berpengalaman untuk menilai desain, tetapi Anda tidak memiliki auditor berpengalaman.
Tantangan di Balik Kertas
Ini adalah tantangan yang jauh melampaui teknik sipil. Ini adalah tentang membangun modal manusia, budaya akuntabilitas, dan keberanian profesional.
Kita tidak hanya membutuhkan lebih banyak insinyur; kita membutuhkan insinyur yang lebih baik, manajer proyek yang lebih kritis, dan pemimpin yang 'melek' desain.
Kemampuan untuk "menantang konsultan" bukanlah sesuatu yang diajarkan di sebagian besar sekolah teknik. Itu adalah perpaduan antara pengalaman teknis, keterampilan negosiasi, manajemen risiko, dan ketajaman kepemimpinan.
Ini adalah inti dari pengembangan profesional berkelanjutan, sesuatu yang sering diabaikan. Baik di Rwanda pada tahun 2014 maupun di konteks kita di Indonesia saat ini, para profesional teknis perlu terus mengasah kemampuan manajerial dan kepemimpinan mereka, mungkin melalui online course yang fokus pada aspek-aspek lanjutan seperti manajemen proyek, rekayasa nilai, dan kepemimpinan dalam proyek teknis di(https://www.diklatkerja.com).
Meski temuan tesis ini hebat, tantangan implementasi yang diidentifikasinya sendiri (kekurangan SDM ahli) jauh lebih besar daripada solusi prosedural yang ditawarkannya.
Dampak Nyata yang Bisa Saya Terapkan Hari Ini (Bahkan Jika Anda Bukan Insinyur)
Anda mungkin tidak sedang merancang jalan raya. Tetapi Anda sedang merancang sesuatu.
Mungkin itu adalah alur kerja baru untuk tim Anda. Mungkin itu adalah produk perangkat lunak. Mungkin itu slide presentasi, atau kurikulum pelatihan. Kebijaksanaan dari tesis Hadelin Verjus ini berlaku universal.
Inilah cara Anda menerapkan "Audit Keselamatan 5 Tahap" dalam hidup dan pekerjaan Anda:
🚀 Pelajaran 1: Temukan "Pejalan Kaki" Anda. Dalam sistem apa pun yang Anda rancang, tanyakan: "Siapa pengguna yang paling rentan?" Apakah itu pelanggan baru yang bingung? Anggota tim junior? Pengguna dengan koneksi internet lambat? Rancang sistem Anda untuk melindungi mereka terlebih dahulu. Jangan biarkan mereka "tercampur" dan tertabrak oleh pengguna ahli.
🧠 Pelajaran 2: Tantang "Konsultan" Anda. Kita semua memiliki "konsultan" dalam hidup kita—bisa jadi itu atasan kita, ahli dari departemen lain, atau bahkan asumsi kita sendiri yang sudah mendarah daging ("kita selalu melakukannya seperti ini"). Tesis ini mengingatkan kita untuk tidak 'nurut' saja. Tanyakan "mengapa". Minta datanya. "Audit" klaim mereka sebelum Anda "membangun" seluruh proyek Anda di atasnya.
💡 Pelajaran 3: Mencegah Jauh Lebih Murah Daripada Mengobati. "Jauh lebih murah... di papan gambar". Investasikan satu jam ekstra di awal untuk merencanakan (Tahap 1-3) untuk menghemat 100 jam di akhir untuk memadamkan kebakaran (memperbaiki "black spot"). Baik itu menulis email penting atau meluncurkan produk baru, periksa draf Anda. Lakukan "audit pre-opening" sebelum Anda menekan "kirim".
Penutup: Jalan di Depan
Membaca tesis Hadelin Verjus adalah sebuah pengalaman yang membuka mata. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa dunia di sekitar kita—jalan yang kita lalui, gedung yang kita masuki, sistem yang kita gunakan—dibangun di atas ribuan keputusan desain.
Ketika keputusan tersebut dibuat tanpa empati, tanpa audit, dan tanpa menantang status quo, hasilnya bisa menjadi bencana. Orang-orang terluka dan tewas. Bukan karena "nasib buruk", tetapi karena "desain yang buruk".
Dunia yang lebih aman, lebih adil, dan lebih efisien tidak terjadi secara kebetulan. Ia didesain.
Pertanyaannya sekarang, baik untuk Rwanda pada tahun 2014 maupun untuk kita hari ini, adalah: Apakah kita memiliki keberanian untuk mengaudit desain kita sendiri?
Kalau kamu tertarik dengan analisis mendalam ini, dan kamu tidak takut dengan dokumen teknis yang padat data, coba baca karya aslinya.
Desain
Dipublikasikan oleh Melchior Celtic pada 02 Oktober 2025
Mitos tentang Satu Peta yang Benar
Saya pernah terobsesi. Selama bertahun-tahun, saya berburu makhluk mitos yang dikenal sebagai "proses yang sempurna". Saya yakin jika saya bisa menemukan rutinitas pagi yang tepat, alur kerja penulisan yang ideal, atau sistem manajemen proyek yang tanpa cela, maka semua pekerjaan saya akan mengalir lancar. Saya membaca buku-buku produktivitas, mencoba puluhan aplikasi, dan mendengarkan podcast dari para "guru" yang menjanjikan kunci menuju efisiensi tanpa batas.
Setiap kali saya mencoba sistem baru, ada gelombang optimisme awal. "Inilah dia," pikir saya. Tapi tak lama kemudian, realitas yang berantakan dari pekerjaan kreatif dan kehidupan sehari-hari akan merusak sistem yang rapi itu. Proyek tak terduga muncul. Inspirasi datang di saat-saat aneh. Beberapa hari saya merasa bersemangat, hari lain saya merasa buntu. Setiap kali sebuah sistem gagal, saya tidak menyalahkan sistemnya; saya menyalahkan diri sendiri. Saya merasa seperti seorang penipu, seseorang yang tidak cukup disiplin untuk mengikuti peta yang seharusnya menuntun saya ke harta karun.
Ternyata, saya tidak sendirian dalam pencarian ini. Kegelisahan untuk menemukan "metode yang terkonsolidasi" bukan hanya keanehan pribadi; ini adalah perdebatan besar di bidang-bidang berisiko tinggi seperti desain rekayasa. Bayangkan merancang jembatan, perangkat medis, atau sistem perangkat lunak yang kompleks. Taruhannya jauh lebih tinggi daripada sekadar menyelesaikan artikel blog. Di dunia ini, memiliki proses yang andal bisa berarti perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan total.
Baru-baru ini, saya menemukan sebuah paper penelitian yang terasa seperti cermin dari pencarian saya sendiri. Sebuah tim peneliti, yang dipimpin oleh David Escudero-Mancebo, tampaknya merasakan frustrasi yang sama. Mereka memulai sebuah perjalanan epik: meninjau secara sistematis 68 studi terbaru dari empat jurnal desain papan atas untuk melihat apakah mereka akhirnya bisa menggambar peta tentang bagaimana riset desain yang hebat sebenarnya dilakukan.
Paper mereka, "Research methods in engineering design: a synthesis of recent studies," pada dasarnya menanyakan: Apakah ada satu cara yang benar untuk berinovasi? Apakah ada peta yang bisa diikuti semua orang?
Ketegangan utama langsung terasa. Mereka menunjukkan bahwa Desain Rekayasa adalah "domain muda" di mana diskusi tentang "prosedur dan paradigma penelitian mana yang harus digunakan masih terbuka". Ini bukan bidang dengan aturan-aturan yang sudah mapan seperti fisika klasik. Ini adalah perbatasan liar, tempat para praktisi masih mencari tahu cara terbaik untuk maju. Keberadaan paper ini sendiri menyoroti "kecemasan proses" yang mendalam di dunia profesional. Frustrasi akademis tentang "kurangnya terminologi umum, metode riset yang terukur, dan metodologi riset yang umum" adalah versi profesional dari perasaan yang saya miliki ketika aplikasi
to-do list saya yang ke-17 gagal. Ini adalah keyakinan bahwa proses universal yang sempurna itu ada, dan tidak memilikinya adalah tanda ketidakdewasaan atau kegagalan.
Kita sering kali menyamakan proses dengan kemajuan. Kita percaya bahwa jika kita menemukan peta yang tepat (metodologi), perjalanan (pekerjaan kreatif) akan menjadi mudah dan dapat diprediksi. Namun, apa yang ditemukan oleh para peneliti ini dalam perjalanan mereka akan menantang keyakinan mendasar itu—dan, bagi saya, itu sangat melegakan.
Perjalanan ke Dunia Riset Desain yang Liar dan Indah
Membaca hasil penelitian mereka terasa seperti membuka buku catatan seorang penjelajah yang kembali dari dunia yang tak dikenal. Alih-alih menemukan kota emas yang teratur dengan jalan-jalan yang tertata rapi—satu metodologi tunggal—mereka justru menemukan ekosistem yang subur, beragam, dan sedikit kacau. Dan di dalam kekacauan itulah keindahan sesungguhnya terletak.
Bukan Apa yang Mereka Lakukan, tapi Bagaimana Mereka Berpikir
Penemuan pertama dan paling mengejutkan adalah bahwa tidak ada satu pun pendekatan yang mendominasi. Sebaliknya, para periset desain ini menggunakan berbagai cara berpikir untuk memecahkan masalah, yang secara kasar dapat dibagi menjadi dua kubu besar.
Para Pencerita vs. Para Ilmuwan (dan Mengapa Kita Membutuhkan Keduanya)
Bayangkan ada dua tipe detektif yang menyelidiki sebuah kasus. Tipe pertama, "Para Ilmuwan," akan menyisir TKP untuk mencari sidik jari, mengukur lintasan peluru, dan menganalisis data numerik. Mereka ingin tahu apa yang terjadi, secara objektif dan terukur. Mereka menguji teori dengan memeriksa hubungan antar variabel, sering kali menggunakan eksperimen dan analisis statistik.
Tipe kedua, "Para Pencerita," akan mewawancarai saksi, mencoba memahami motif, dan merangkai narasi manusia di balik peristiwa tersebut. Mereka ingin tahu mengapa itu terjadi. Mereka menyelami makna yang diberikan oleh individu atau kelompok terhadap suatu masalah, sering kali dengan terjun langsung ke lingkungan partisipan.
Dalam dunia riset desain, para peneliti menemukan bahwa pendekatan "Pencerita" sebenarnya lebih umum. Dari 68 studi yang mereka analisis, 32 di antaranya murni kualitatif (pendekatan Pencerita), sementara hanya 17 yang murni kuantitatif (pendekatan Ilmuwan), dan 12 menggunakan metode campuran. Para Pencerita ini menggunakan strategi seperti:
Studi Kasus: Melakukan penyelaman mendalam ke dalam satu fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, seperti menganalisis satu proyek desain dari awal hingga akhir.
Etnografi: Menghabiskan waktu yang cukup lama di "lapangan" untuk mengamati dan mendokumentasikan keyakinan dan praktik suatu kelompok budaya dari sudut pandang orang dalam.
Apa artinya ini? Mengapa bidang yang teknis seperti desain rekayasa begitu bergantung pada penceritaan? Jawabannya terletak pada evolusi bidang itu sendiri. Desain rekayasa modern bukan lagi sekadar mengoptimalkan mesin. Ini adalah proses "sosio-teknis" yang kompleks. Ini tentang memahami bagaimana manusia—dengan segala kebiasaan, frustrasi, dan kegembiraan mereka—berinteraksi dengan teknologi.
Anda tidak bisa menggunakan spreadsheet untuk mengukur frustrasi pengguna atau menangkap momen "aha" dalam sesi curah pendapat tim. Anda membutuhkan cerita. Anda perlu mengamati, mendengarkan, dan menafsirkan. Ini menunjukkan bahwa keterampilan yang paling berharga bagi seorang inovator modern mungkin bukan hanya keterampilan teknis. Keterampilan itu adalah empati, observasi, dan interpretasi—keterampilan seorang pencerita ulung.
Perangkat Desainer yang Melimpah
Jika pendekatan mereka beragam, alat yang mereka gunakan bahkan lebih bervariasi. Jika Anda membayangkan laboratorium seorang peneliti desain dipenuhi dengan peralatan canggih, Anda mungkin akan terkejut. Papan bukti mereka lebih mirip papan detektif yang berantakan daripada nampan steril seorang ahli bedah.
Para peneliti menemukan bahwa tidak ada satu pun metode pengumpulan data yang dominan. Sebaliknya, para desainer hebat mengumpulkan petunjuk dari berbagai sumber.
🕵️ Papan Bukti: Para periset ini adalah detektif informasi. Sumber yang paling umum bukanlah algoritma canggih, melainkan bukti-bukti klasik: dokumen teknis (ditemukan dalam 26 studi) dan wawancara dengan para ahli dan pengguna (ditemukan dalam 22 studi). Mereka membaca laporan, mempelajari spesifikasi, dan yang terpenting, mereka berbicara dengan orang-orang.
🎥 Lalat di Dinding: Mereka sangat bergantung pada pengamatan langsung (19 studi). Mereka menggunakan rekaman video, audio, dan catatan lapangan untuk menangkap apa yang
sebenarnya dilakukan orang, bukan hanya apa yang mereka katakan. Ini adalah perbedaan krusial antara data yang dilaporkan sendiri dan perilaku yang sebenarnya.
🧱 Petunjuk Fisik: Mereka mengumpulkan dan menganalisis objek fisik—prototipe, sketsa, dan maket (17 studi)—dan memperlakukannya sebagai artefak penting yang menceritakan sebuah kisah tentang proses desain. Sebuah sketsa kasar bisa mengungkapkan lebih banyak tentang ide awal daripada laporan setebal 100 halaman.
💡 Pelajaran: Pesannya jelas: tidak ada satu "sumber kebenaran" pun. Wawasan hebat datang dari merangkai petunjuk dari berbagai sumber. Berhentilah mencari satu alat atau dataset ajaib. Keterampilan yang sebenarnya terletak pada sintesis—kemampuan untuk melihat pola dalam kekacauan.
Apa Arti Kekacauan Indah Ini bagi Kita
Jadi, kita telah melihat bahwa dunia riset desain tingkat atas bukanlah dunia dengan proses yang kaku dan seragam, melainkan sebuah ekosistem yang dinamis dan beragam. Ini menarik secara akademis, tetapi apa artinya bagi kita—para profesional, kreatif, dan siapa pun yang mencoba membuat sesuatu yang baru di dunia ini? Jawabannya, menurut saya, sangat membebaskan.
Izin untuk Merangkul Proses Anda
Selama bertahun-tahun, saya merasa bersalah karena alur kerja saya yang "berantakan". Saya tidak mengikuti satu metodologi pun dengan sempurna. Saya mencampuradukkan pendekatan, beralih antara pemikiran analitis dan penceritaan intuitif, dan menggunakan berbagai alat tergantung pada proyeknya. Paper ini, bagi saya, adalah sebuah validasi. Ini adalah izin untuk berhenti meminta maaf atas proses kita.
Alur Kerja Anda yang "Berantakan" adalah Fitur, Bukan Bug
Tesis inti yang saya ambil dari penelitian ini adalah: penemuan utama mereka tentang "keragaman pendekatan dan tujuan yang sangat tinggi" bukanlah tanda sebuah bidang yang kacau, melainkan bukti dari sebuah disiplin yang sehat, adaptif, dan matang.
Alasan mengapa tidak ada satu metode tunggal adalah karena setiap masalah itu unik. Para peneliti mencatat bahwa desain adalah usaha yang "spesifik konteks". Mencoba menerapkan proses yang kaku dan satu ukuran untuk semua pada setiap tantangan kreatif akan menjadi tidak efektif, bahkan berbahaya. Keragaman metode yang mereka temukan adalah cerminan dari keragaman masalah yang sedang dipecahkan.
Kemampuan beradaptasi inilah yang menjadi kekuatan super dalam pekerjaan kreatif modern. Ini bukan tentang menghafal satu resep, tetapi tentang membangun kotak peralatan pribadi yang penuh dengan metode-metode yang dapat Anda gunakan berdasarkan tantangan spesifik yang Anda hadapi. Bagi mereka yang ingin lebih sengaja dalam membangun kotak peralatan tersebut, menjelajahi program terstruktur seperti(https://diklatkerja.com/) bisa menjadi cara yang fantastis untuk menambahkan alat dan kerangka kerja baru ke dalam repertoar Anda tanpa kehilangan fleksibilitas yang membuat Anda efektif.
Kekuatan bidang ini terletak pada pluralisme metodologisnya, yang merupakan tanda kebijaksanaan, bukan ketidakdewasaan. Para penulis paper mencatat "rendahnya jumlah paper yang mengusulkan rekomendasi, pedoman, kerangka kerja, dan taksonomi" dan menyarankan ini sebagai area untuk pertumbuhan. Dari sudut pandang akademis, generalisasi dan pembangunan teori adalah tanda-tanda bidang yang matang. Namun, dari sudut pandang praktisi,
penolakan untuk melakukan generalisasi berlebihan adalah tanda kebijaksanaan. Komunitas desain tampaknya memiliki pemahaman intuitif bahwa konteks adalah raja dan bahwa "hukum" desain universal adalah pengejaran yang sia-sia.
Data dalam paper ini adalah sanggahan yang kuat terhadap pandangan simplistis ini. Ini memberi kita "izin" untuk menolak sistem yang kaku dan mempercayai proses kita sendiri yang adaptif dan didorong oleh konteks.
Harapan Pribadi dan Kritik Halus
Studi ini adalah sebuah karya yang fenomenal. Ia mengangkat cermin ke seluruh bidang desain rekayasa dan menunjukkannya dalam segala kemuliaan yang kompleks dan kacau. Bagi seseorang seperti saya, yang merasakan kedekatan dengan kekacauan indah itu, ini sangat memvalidasi.
Namun, jika saya punya satu harapan kecil, itu adalah ini: sementara paper ini dengan mahir menggambarkan wilayahnya, ia sedikit ragu untuk menawarkan kompas bagi mereka yang baru mengenalnya. Para penulis, dalam kesimpulan mereka, dengan tepat menunjukkan bahwa temuan mereka berharga bagi para akademisi yang merancang program PhD. Namun, dengan terlalu fokus pada
apa (keragaman metode) tanpa menawarkan kerangka kerja pemandu untuk mengapa (mengapa Anda memilih satu metode daripada yang lain dalam situasi tertentu), paper ini mungkin terasa agak abstrak bagi seorang peneliti muda atau praktisi yang baru memulai perjalanan mereka. Ini adalah peta ekosistem yang sempurna, tetapi berhenti sebelum menjadi panduan lapangan bagi penjelajah yang bercita-cita tinggi.
Undangan Anda untuk Menjelajah
Pada akhirnya, perjalanan saya mencari "proses yang sempurna" berakhir di tempat yang tidak terduga. Itu tidak berakhir dengan penemuan satu peta, tetapi dengan kesadaran bahwa peta terbaik adalah yang kita gambar sendiri saat kita berjalan.
Pesan inti dari penjelajahan mendalam ke dalam 68 studi desain ini adalah bahwa pencarian akan satu proses yang sempurna adalah mitos. Keajaiban yang sebenarnya terletak pada kekacauan yang indah—pada kemampuan beradaptasi, pada kotak peralatan yang beragam, dan pada kebijaksanaan untuk memilih pendekatan yang tepat untuk masalah yang tepat. Kekacauan itu bukanlah bug; itu adalah seluruh sistem operasi dari kreativitas dan inovasi.
Siap untuk Menyelam Lebih Dalam?
Jika intipan ke dunia riset desain ini telah memicu rasa ingin tahu Anda dan Anda ingin melihat data mentah di balik cerita ini, saya sangat menganjurkan Anda untuk menjelajahi sumber dari ide-ide ini sendiri. Paper aslinya adalah harta karun bagi siapa saja yang ingin melampaui ringkasan ini.
Desain
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 19 Mei 2025
Pendahuluan: Mendorong Batas Desain Pesawat dengan Hidrogen
Industri penerbangan menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara peningkatan efisiensi bahan bakar konvensional mencapai batasnya, konsep pesawat inovatif yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Namun, mengintegrasikan hidrogen ke dalam desain pesawat menghadirkan kompleksitas dan ketidakpastian baru, terutama terkait dengan keselamatan dan sertifikasi.
Artikel ilmiah ini, "Integration of a model-based systems engineering framework with safety assessment for early design phases: A case study for hydrogen-based aircraft fuel system architecting," menawarkan solusi inovatif untuk tantangan ini. Para penulis mengusulkan kerangka kerja generik dan adaptif yang mengintegrasikan Model-Based Systems Engineering (MBSE) dengan Model-Based Safety Assessment (MBSA) untuk desain konseptual sistem pesawat berbasis hidrogen.
Tantangan dan Kebutuhan akan Pendekatan Baru
Penggunaan hidrogen dalam pesawat terbang, khususnya hidrogen cair (LH2), masih dalam tahap awal pengembangan. Tidak ada pesawat komersial yang saat ini beroperasi dengan LH2, yang berarti kurangnya pengetahuan dan banyaknya ketidakpastian dalam merancang sistem LH2 yang memenuhi peraturan keselamatan dan sertifikasi.
Selain itu, integrasi teknologi baru seperti sistem bahan bakar LH2 dapat berdampak signifikan pada sistem pesawat lain, menciptakan interdependensi yang kompleks. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk mengelola kompleksitas ini dan memastikan keselamatan desain pesawat berbasis hidrogen.
Kerangka Kerja MBSE-MBSA yang Diusulkan
Untuk mengatasi tantangan ini, para penulis mengusulkan kerangka kerja yang mengintegrasikan MBSE dan MBSA. MBSE adalah pendekatan yang menggunakan model untuk mendukung semua tahap pengembangan sistem, sementara MBSA menggunakan model arsitektur untuk melakukan penilaian keselamatan.
Kerangka kerja yang diusulkan memiliki beberapa fitur utama:
Studi Kasus: Arsitektur Sistem Bahan Bakar LH2
Untuk mendemonstrasikan penerapan kerangka kerja mereka, para penulis menggunakannya dalam studi kasus desain sistem bahan bakar LH2 untuk pesawat jet bisnis berukuran sedang. Studi kasus ini melibatkan analisis berbagai varian arsitektur sistem bahan bakar LH2 dan evaluasi keselamatan mereka.
Para penulis memodelkan 18 varian arsitektur yang berbeda, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah tangki LH2, jumlah pompa, dan konfigurasi saluran distribusi bahan bakar. Mereka kemudian menerapkan kerangka kerja MBSE-MBSA untuk mengevaluasi varian-varian ini dari sudut pandang keselamatan.
Analisis Mendalam: Implikasi dan Kontribusi
Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang desain sistem pesawat dan penilaian keselamatan. Kerangka kerja MBSE-MBSA yang diusulkan menawarkan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani kompleksitas desain pesawat berbasis hidrogen.
Beberapa poin penting untuk dianalisis lebih lanjut:
Kesimpulan: Membuka Jalan untuk Penerbangan Hidrogen yang Aman
Artikel ini menyajikan kontribusi yang berharga untuk pengembangan pesawat berbasis hidrogen. Dengan mengintegrasikan MBSE dan MBSA, para penulis menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi tantangan keselamatan dan mempercepat realisasi penerbangan hidrogen yang aman dan berkelanjutan.
Penelitian di masa depan dapat membangun pekerjaan ini dengan berfokus pada validasi kerangka kerja yang lebih luas, peningkatan teknik pemodelan, dan eksplorasi aplikasi tambahan dalam desain pesawat.
Sumber Artikel:
Kuelper, N., Jeyaraj, A. K., Liscouët-Hanke, S., & Thielecke, F. (2025). Integration of a model-based systems engineering framework with safety assessment for early design phases: A case study for hydrogen-based aircraft fuel system architecting. Results in Engineering, 25, 104249.
Desain
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan: Evolusi Fasad Kaca dan Perekat Silikon Struktural
Arsitektur modern seringkali menampilkan fasad kaca yang mengutamakan transparansi dan minimalisasi struktur pendukung. Dalam konteks ini, sambungan perekat silikon struktural memegang peranan penting. Teknologi ini memungkinkan kaca terikat pada struktur dengan minimnya gangguan visual dari elemen pengikat. Artikel ilmiah ini menyelidiki metode untuk mendesain sambungan perekat silikon ini, dengan fokus pada kepatuhan Eurocode dan efisiensi metode elemen hingga.
Dalam lima dekade terakhir, penggunaan sambungan perekat silikon struktural telah berkembang pesat. Mulai dari sambungan linier untuk transfer beban homogen hingga pengikat lokal dan sambungan laminasi, teknologi ini terus berinovasi.
Tantangan dan Kompleksitas Desain Sambungan Perekat Silikon
Desain sambungan perekat silikon struktural bukan pekerjaan sederhana. Standar seperti ETAG 002 (2012) dan ASTM C1401 (2002) menjadi acuan, tetapi keduanya memiliki keterbatasan. Metode perhitungan yang ada umumnya berbasis pada analisis linier dan asumsi distribusi beban merata serta tegangan konstan pada perekat.
Untuk memastikan keamanan, standar-standar ini menggunakan konsep keamanan global dengan faktor keamanan yang besar. Namun, dasar penentuan faktor keamanan ini seringkali tidak jelas, memicu perdebatan tentang validitas dan kebutuhan akan perhitungan yang lebih komprehensif.
Terobosan Metodologi: Pendekatan yang Sesuai dengan Eurocode
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan faktor keamanan parsial yang sesuai dengan Eurocode untuk perekat silikon. Metode yang diusulkan mempertimbangkan fungsi keadaan batas dan diaplikasikan pada perekat silikon DOWSIL 993. Keunggulan metode ini adalah generalisasinya, yang memungkinkan penerapan pada berbagai jenis silikon struktural dan fungsi keadaan batas.
Metodologi ini menggunakan prosedur kalibrasi Eurocode dan data dari ETAG 002 (2012) untuk menghubungkan kedua konsep tersebut. Hasilnya adalah kemampuan untuk mendesain sambungan perekat silikon sesuai dengan konsep faktor keamanan parsial DIN EN 1990 Eurocode (2010). Artikel ini juga memberikan contoh praktis penerapan metode ini pada konstruksi fasad.
Inovasi penting dari penelitian ini adalah transfer faktor keamanan ke Metode Elemen Hingga (FEM), yang memungkinkan penentuan beban ultimit independen dari mesh. Ini dicapai dengan kalibrasi parameter struktural menggunakan perhitungan FE sederhana pada sampel H.
Evolusi Filosofi Desain: Dari Tegangan Izin ke Keadaan Batas
Desain komponen bangunan telah mengalami evolusi dari metode tegangan izin dengan konsep keamanan global ke metode desain keadaan batas dengan konsep keamanan semi-probabilistik.
Metode Desain Tegangan Izin (Allowable Stress Design/ASD)
Metode desain tegangan izin didasarkan pada prinsip bahwa semakin besar ketidakpastian, semakin besar faktor keamanan yang dibutuhkan. Faktor keamanan dipilih berdasarkan pengalaman insinyur, tanpa regulasi normatif yang jelas. Metode ini menggunakan perhitungan linier berdasarkan tegangan nominal.
Dalam ASD, tegangan maksimum yang dihitung harus lebih kecil dari kekuatan karakteristik material yang dibagi dengan faktor keamanan global. Pendekatan ini juga diterapkan dalam ETAG 002 (2012).
ASD memiliki keunggulan dalam kesederhanaan dan kemudahan implementasi. Namun, metode ini juga memiliki keterbatasan, seperti ketidakmampuan untuk memperhitungkan non-linearitas material dan perilaku ulet.
Metode Desain Keadaan Batas (Limit State Design/LSD)
Metode desain keadaan batas (LSD) menghitung kekuatan batas komponen struktur dan menguranginya untuk memperhitungkan ketidakpastian. Beban juga ditingkatkan untuk memperhitungkan ketidakpastian.
LSD menggunakan konsep permukaan keadaan batas untuk memisahkan domain aman dan tidak aman. Keamanan struktur ditentukan oleh variabilitas beban dan ketahanan, serta potensi kesalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan.
Inti dari filosofi desain Eurocode adalah pertidaksamaan yang membandingkan nilai desain aksi (beban) dan nilai desain ketahanan. Faktor keamanan parsial digunakan untuk memperhitungkan ketidakpastian.
LSD memiliki keunggulan dalam memperhitungkan non-linearitas dan ketidaksempurnaan, yang seringkali diabaikan dalam ASD.
Kalibrasi Faktor Keamanan Parsial untuk Perekat Silikon
Artikel ini secara khusus membahas kalibrasi faktor keamanan parsial untuk perekat silikon DOWSIL 993 sesuai dengan Eurocode.
Proses kalibrasi ini melibatkan penggunaan data eksperimental dan formulasi matematis untuk menentukan faktor keamanan yang tepat.
Kerangka Matematika: Faktor Keamanan Parsial Material
Penelitian ini menggunakan kerangka matematika yang ditetapkan dalam Eurocode untuk menghitung nilai desain material. Faktor-faktor seperti nilai karakteristik kekuatan, faktor konversi, dan koefisien variasi diperhitungkan.
Faktor Keamanan Parsial untuk DOWSIL 993 dengan Fungsi Keadaan Batas Berbasis Regangan
Penelitian ini mengkalibrasi faktor keamanan parsial untuk DOWSIL 993 menggunakan data eksperimental dan kriteria kegagalan berbasis regangan.
Pendekatan ini menggabungkan formulasi matematis dengan batasan dari ETAG 002 (2012) dan metode Level I dari DIN EN 1990 Eurocode (2010).
Ketidakpastian Model untuk Fungsi Keadaan Batas Berbasis Regangan: Koefisien Variasi
Ketidakpastian model untuk faktor keamanan parsial DOWSIL 993 dikalibrasi menggunakan data pengukuran dari berbagai mode kegagalan regangan.
Kesimpulan
Penelitian ini berhasil mengembangkan metodologi untuk menentukan faktor keamanan parsial yang sesuai dengan Eurocode untuk perekat silikon struktural. Pendekatan ini mempertimbangkan fungsi keadaan batas berbasis regangan dan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan metode tradisional.
Kontribusi utama dari penelitian ini adalah pengembangan metode elemen hingga (FEM) yang independen dari mesh untuk desain sambungan perekat silikon. Ini memungkinkan optimasi desain dan potensi manfaat ekonomi serta keberlanjutan.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang desain sambungan perekat silikon struktural dengan menawarkan pendekatan yang lebih komprehensif, akurat, dan sesuai dengan standar modern.
Sumber
Desain
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan
Artikel ini menyoroti pentingnya reliabilitas dalam sistem tenaga listrik modern, terutama dengan meningkatnya kompleksitas teknologi dan ukuran unit pembangkit. Pemadaman listrik besar di berbagai negara menjadi pengingat bahwa keandalan pasokan listrik tidak boleh diabaikan. Studi ini menyajikan analisis reliabilitas unit pembangkit listrik 370 MW di Pembangkit Listrik Bełchatów, Polandia, dengan fokus pada penerapan metode histogram untuk menganalisis data waktu operasi dan waktu perbaikan komponen.
Poin-Poin Utama dari Artikel
Analisis Mendalam dan Nilai Tambah
Artikel ini memberikan kontribusi penting dalam metodologi analisis reliabilitas dengan menekankan penerapan praktis metode histogram dan analisis distribusi probabilitas pada unit pembangkit listrik yang kompleks. Studi kasus Pembangkit Listrik Bełchatów memberikan wawasan berharga tentang karakteristik reliabilitas unit pembangkit listrik berbahan bakar lignit.
Beberapa poin analisis tambahan:
Kesimpulan
Artikel ini menyajikan studi yang komprehensif tentang analisis reliabilitas unit pembangkit listrik menggunakan metode probabilistik. Studi ini memberikan wawasan penting tentang karakteristik reliabilitas unit pembangkit listrik berbahan bakar lignit dan menawarkan implikasi praktis untuk operasi, pemeliharaan, dan desain pembangkit listrik.
Sumber Artikel
Buchta, J., & Oziemski, A. (2012). Metode probabilistik dalam penilaian keandalan unit daya. ENERGETYKI ARCHIWUM , 42 (3-4), 15-29.