Building Information Modeling

Menelisik Implikasi Hukum Penggunaan BIM dalam Proyek Konstruksi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 22 April 2025


Di tengah gelombang transformasi digital di industri konstruksi global, Building Information Modeling (BIM) muncul sebagai salah satu inovasi paling menjanjikan. Lebih dari sekadar alat desain 3D, BIM menawarkan pendekatan kolaboratif yang menyatukan seluruh pemangku kepentingan proyek dalam satu platform data. Namun, seiring dengan manfaat teknologinya, muncul pula tantangan hukum yang belum banyak dibahas secara mendalam.

Dalam artikel ilmiah ini, Constanţa-Nicoleta Bodea dan Augustin Purnuş menggali sisi legal dari penggunaan BIM. Dengan fokus pada aspek kontraktual, pengadaan, dan penyelesaian sengketa, tulisan ini memperlihatkan betapa pentingnya kesiapan hukum dalam mengadopsi teknologi canggih seperti BIM.

BIM: Pengubah Lanskap Proyek Konstruksi

BIM didefinisikan sebagai representasi digital yang kaya data, parametris, dan cerdas dari suatu fasilitas. Lebih dari sekadar visualisasi 3D, BIM memungkinkan analisis menyeluruh dalam setiap fase siklus hidup bangunan—dari desain, konstruksi, hingga operasional. Penelitian yang dikutip menunjukkan bahwa BIM dapat mengurangi limbah konstruksi global hingga 15–25% pada tahun 2025 (World Economic Forum, 2016).

Keunggulan utama BIM:

  • Desain lebih presisi dan minim kesalahan
  • Estimasi waktu dan biaya lebih akurat
  • Kolaborasi lintas disiplin yang lebih baik
  • Proses deteksi tabrakan (clash detection) otomatis

Namun demikian, para penulis juga menekankan bahwa keunggulan ini berpotensi menimbulkan komplikasi hukum, terutama terkait tanggung jawab desain, kepemilikan data, dan pembagian risiko antar pihak.

Studi Kasus: BIM dalam Penyelesaian Sengketa

Salah satu bagian menarik dari artikel ini adalah studi kasus penggunaan BIM dalam konteks forensik, yakni untuk penyelidikan teknis setelah insiden terjadi.

  • Kasus Runtuhnya Jembatan Minnesota (2007): Model 3D digunakan sebagai bagian dari Forensic Information Modeling (FIM), sebuah metode visualisasi investigatif yang inovatif. FIM ini memungkinkan analisis digital terhadap kronologi kejadian dengan data visual sebelum dan sesudah insiden.
  • Metrodome Roof Deflation, Minneapolis: Insiden ini juga memanfaatkan model BIM untuk merekonstruksi urutan kejadian, membantu ahli forensik dalam menyusun argumen teknis di pengadilan.

Meskipun potensinya besar, BIM belum banyak digunakan dalam ruang sidang. Menurut wawancara dengan pengacara konstruksi dan insinyur forensik, tantangan utama terletak pada:

  • Kompleksitas BIM bagi pengacara dan hakim
  • Biaya tinggi untuk membuat model khusus investigasi
  • Ketakutan akan bias visual yang dapat memengaruhi objektivitas

BIM dan Sengketa Kontrak: Jalan Dua Arah

Artikel ini menyampaikan bahwa BIM tidak hanya berdampak pada pelaksanaan proyek, tetapi juga pada cara penyusunan kontrak. Dalam konteks ini, terjadi hubungan dua arah:

  • BIM memengaruhi struktur kontrak dan sistem pengadaan.
  • Sebaliknya, keberhasilan BIM tergantung pada bagaimana kontrak mengatur penggunaan dan pengelolaan model BIM.

Isu hukum yang sering muncul:

  • Siapa yang bertanggung jawab jika data BIM tidak akurat?
  • Apakah model BIM memiliki status legal mengikat?
  • Siapa yang memiliki hak kekayaan intelektual atas elemen desain digital?

Untuk mengurangi potensi konflik, BIM perlu diintegrasikan secara eksplisit dalam dokumen kontrak. Hal-hal seperti standar interoperabilitas, tanggung jawab revisi desain, dan pengaturan hak akses perlu didefinisikan sejak awal.

Masalah Hukum Umum: Kepemilikan Data, Tanggung Jawab, dan Hak Cipta

Dalam proyek tradisional, tanggung jawab desain biasanya berada di tangan arsitek atau insinyur. Namun dalam proyek berbasis BIM, model dapat dimodifikasi oleh berbagai pihak: arsitek, kontraktor, bahkan vendor material. Ini menimbulkan dilema: siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan desain?

Masalah lainnya:

  • Kehilangan data versi sebelumnya (version control)
  • Ketidaksesuaian versi software antar pihak
  • Ambiguitas dalam hak penggunaan ulang (reuse) desain digital

Penulis mengusulkan perlunya kejelasan dalam status hukum model BIM, apakah bersifat:

  • Binding: memiliki kekuatan hukum mengikat
  • Informational: hanya sebagai referensi informasi
  • Referensial: digunakan untuk klarifikasi desain
  • Reusable: boleh digunakan kembali oleh pihak lain

Peran Standar dan Regulasi: Perlukah Harmonisasi Global?

Sebagai contoh standar, artikel ini menyebut National BIM Standard–United States (NBIMS-US™) yang telah menjadi acuan dalam pengembangan interoperabilitas data. Namun, belum banyak negara yang memiliki standar nasional yang legal-binding. Hal ini menyebabkan perbedaan interpretasi dan kerumitan dalam proyek lintas negara.

Uni Eropa melalui Directive 2014/24/EU bahkan telah mendorong penggunaan BIM dalam proyek pengadaan publik. Namun, klausul ini masih bersifat rekomendatif dan pelaksanaannya bergantung pada kesiapan tiap negara.

Kontrak BIM: Antara FIDIC dan Model Baru

Sebagian besar standar kontrak internasional seperti FIDIC belum mencantumkan klausul spesifik mengenai BIM. Beberapa organisasi seperti King’s College London melalui riset tahun 2016 mencoba mengisi kekosongan ini, dengan menyusun rekomendasi untuk menyisipkan klausul BIM ke dalam berbagai bentuk kontrak: Design-Bid-Build, Design-Build-Finance-Operate, hingga Integrated Project Delivery.

Beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan:

  • Penunjukan BIM Information Manager
  • Penjadwalan kontribusi model BIM dari setiap pihak
  • Pengaturan clash detection dan manajemen risiko berbasis model
  • Klausul terkait hak kekayaan intelektual dan lisensi model digital

Tantangan dan Rekomendasi

Artikel ini menutup pembahasannya dengan menekankan bahwa transparansi BIM harus diiringi oleh kesiapan hukum yang memadai. Jika tidak, alih-alih mempermudah, BIM justru dapat menjadi sumber konflik baru.

Beberapa rekomendasi penulis:

  • Standarisasi terminologi hukum dalam proyek BIM
  • Pelatihan legal counsel di bidang teknologi bangunan digital
  • Pengembangan best practice pengadaan dan kontrak berbasis BIM
  • Klarifikasi prinsip asuransi dan tanggung jawab dalam lingkungan data bersama

Relevansi bagi Indonesia dan Negara Berkembang

Bagi negara seperti Indonesia yang tengah giat membangun infrastruktur dan mendorong digitalisasi sektor konstruksi, pembahasan ini sangat relevan. Adopsi BIM sudah mulai terjadi di beberapa proyek besar, namun kesiapan legal belum banyak disentuh.

Langkah-langkah konkret yang dapat diambil:

  • Penyusunan pedoman kontraktual nasional untuk proyek berbasis BIM
  • Revisi dokumen tender agar mencakup klausul interoperabilitas data
  • Kolaborasi antara Kementerian PUPR, LPJK, dan asosiasi profesional untuk menetapkan SOP hukum BIM
  • Integrasi aspek legal BIM dalam kurikulum teknik sipil dan hukum konstruksi

Penutup: Perluasan Peran BIM ke Wilayah Hukum

Artikel ini menawarkan perspektif yang jarang dibahas: bahwa teknologi digital seperti BIM tidak hanya mengubah desain dan pelaksanaan proyek, tetapi juga mengubah struktur tanggung jawab dan relasi hukum antar pemangku kepentingan. Melalui pendekatan yang sistematis dan didukung studi kasus nyata, tulisan ini memperkaya diskusi global tentang pentingnya menyelaraskan perkembangan teknologi dengan kesiapan hukum.

Jika ingin memanfaatkan potensi penuh BIM, maka sektor konstruksi tidak bisa lagi hanya fokus pada sisi teknis. Sudah saatnya legalitas, etika, dan tata kelola digital menjadi perhatian utama dalam proyek-proyek masa depan.

Sumber artikel asli:
Constanţa-Nicoleta Bodea & Augustin Purnuş. Legal implications of adopting Building Information Modeling (BIM). Juridical Tribune, Volume 8, Issue 1, March 2018, pp. 63–72.

 

Selengkapnya
Menelisik Implikasi Hukum Penggunaan BIM dalam Proyek Konstruksi

Building Information Modeling

Model Pendukung Implementasi Building Information Modeling (BIM) melalui Evaluasi Kematangan dan Manajemen Faktor Keberhasilan Kritis

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 22 April 2025


Dalam era transformasi digital industri konstruksi, Building Information Modeling (BIM) menjadi pusat perhatian karena potensinya dalam meningkatkan efisiensi, mengurangi kesalahan, dan menyatukan berbagai pemangku kepentingan dalam satu platform terintegrasi. Artikel “Building Information Modeling Implementation through Maturity Evaluation and Critical Success Factors Management” karya Romain Morlhon, Robert Pellerin, dan Mario Bourgault dari École Polytechnique de Montréal memberikan panduan sistematis tentang bagaimana mengimplementasikan BIM secara efektif dengan mempertimbangkan tingkat kematangan organisasi dan faktor keberhasilan kritis (Critical Success Factors atau CSF).

Artikel ini merupakan salah satu yang paling komprehensif dalam menawarkan model praktis bagi organisasi yang ingin mengadopsi atau meningkatkan penerapan BIM dalam proses kerja mereka.

Konteks dan Tantangan Penerapan BIM

Meskipun BIM telah banyak dikenal sejak awal tahun 2000-an, penetrasinya dalam industri konstruksi masih tergolong lambat. Salah satu alasannya adalah resistensi terhadap perubahan, minimnya standar adopsi, dan kurangnya pemahaman tentang bagaimana mengintegrasikan BIM ke dalam proses yang sudah ada. Bahkan, laporan menyebutkan bahwa kekurangan interoperabilitas dalam industri konstruksi AS menambah biaya sebesar USD 6,12 per kaki persegi. Ini menunjukkan adanya potensi kerugian besar akibat rendahnya adopsi sistem informasi terintegrasi seperti BIM.

Studi ini mengidentifikasi bahwa kendala dalam implementasi BIM tidak hanya berasal dari aspek teknis, tetapi juga dari sisi manajemen, budaya organisasi, pelatihan SDM, hingga koordinasi antar pemangku kepentingan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari artikel ini adalah mengembangkan sebuah model bantuan bagi organisasi yang ingin mengimplementasikan BIM. Model ini memadukan tiga komponen:

  1. Evaluasi tingkat kematangan organisasi menggunakan Capability Maturity Model (CMM) dari NBIMS.
  2. Identifikasi faktor-faktor keberhasilan kritis (CSF) yang memengaruhi keberhasilan implementasi dan pemanfaatan BIM.
  3. Daftar tindakan nyata yang dikaitkan langsung dengan tiap CSF untuk membantu organisasi memperbaiki area tertentu.

Tiga Pilar Pendekatan Model: CMM, CSF, dan Tindakan

1. Capability Maturity Model (CMM)

CMM digunakan untuk menilai sejauh mana BIM telah diterapkan dalam suatu organisasi. Penilaian dilakukan terhadap 11 kategori seperti:

  • Kekayaan data (Data Richness)
  • Pandangan siklus hidup proyek
  • Manajemen perubahan
  • Proses bisnis
  • Ketepatan informasi
  • Interoperabilitas sistem

Masing-masing aspek dinilai dari level 1 hingga 10. Misalnya, dalam kategori Data Richness, level 1 berarti hanya data dasar yang tersedia, sedangkan level 10 menunjukkan bahwa data sepenuhnya terintegrasi dengan manajemen pengetahuan (knowledge management).

Penilaian ini memberikan gambaran umum bagi organisasi tentang di mana mereka berada dan area mana yang perlu diperkuat.

2. Critical Success Factors (CSFs)

Berdasarkan kajian literatur dan studi kasus, penulis mengidentifikasi beberapa CSF utama yang berpengaruh langsung terhadap implementasi dan pemanfaatan BIM, antara lain:

  • Business Process Reengineering (reka ulang proses bisnis)
  • Standardization (standarisasi informasi dan metadata)
  • Keterlibatan pihak eksternal (subkontraktor, vendor)
  • Edukasi tentang manajemen informasi
  • Pelatihan teknis terkait alat BIM
  • Proses pemilihan sistem dan perangkat lunak yang tepat

CSF ini tidak hanya penting saat implementasi, tetapi juga berdampak jangka panjang terhadap keberhasilan penggunaan BIM.

3. Tindakan Praktis

Setiap CSF dikaitkan dengan beberapa tindakan nyata. Misalnya:

  • Untuk Business Process Reengineering: membuat model proses bisnis “as-is” dan “to-be” agar transisi ke BIM lebih terstruktur.
  • Untuk Standardization: memperkenalkan metadata dan standar model bangunan agar data lebih mudah dikelola dan diakses.
  • Untuk pelatihan teknis: membuat daftar kebutuhan pelatihan dan menetapkan program onboarding untuk anggota baru tim.

Tindakan-tindakan ini didasarkan pada pengalaman nyata di proyek-proyek sebelumnya dan diturunkan dari rekomendasi para ahli.

Studi Kasus: Proyeksi Implementasi Model dalam Proyek Nyata

Meskipun artikel ini tidak menyebutkan satu studi kasus spesifik secara rinci, model yang ditawarkan memungkinkan penerapannya di berbagai jenis proyek konstruksi—baik gedung komersial, rumah sakit, hingga infrastruktur publik.

Sebagai contoh, dalam proyek rumah sakit skala besar, BIM digunakan untuk mendeteksi konflik antar komponen desain (clash detection). Namun, proyek tersebut menemui kendala karena sebagian besar subkontraktor belum terbiasa dengan BIM. Dengan menggunakan model dari artikel ini, organisasi dapat menilai bahwa aspek “pelatihan teknis” dan “keterlibatan pihak eksternal” mendapat skor rendah dalam CMM. Maka fokus tindakan difokuskan pada pelatihan dan adaptasi kontrak kerja yang menyertakan persyaratan keterampilan BIM.

Keunggulan Model Ini

  • Modular dan fleksibel: Organisasi dapat menggunakan sebagian atau seluruh bagian model sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya mereka.
  • Terkoneksi langsung dengan tindakan: Model ini tidak hanya memberikan diagnosis masalah, tetapi juga solusi berbasis bukti.
  • Memadukan aspek teknis dan manajerial: Inilah yang sering kali diabaikan dalam pendekatan lain yang hanya fokus pada perangkat lunak.

Kritik dan Rekomendasi

Penulis mengakui bahwa model ini belum sepenuhnya tervalidasi oleh para praktisi industri. Oleh karena itu, mereka merancang rencana validasi menggunakan metode Delphi, yakni konsultasi berulang dengan para ahli untuk menguji relevansi tiap CSF dan tindakan.

Selain itu, penulis menyarankan adanya:

  • Penambahan tingkat kesulitan pada tiap tindakan untuk membantu organisasi memprioritaskan.
  • Pembaruan model sesuai perkembangan versi CMM terbaru dari NBIMS, yakni I-CMM yang lebih interaktif.

Relevansi Global dan Implikasi untuk Indonesia

Meskipun penelitian ini berbasis di Kanada, temuan dan modelnya sangat relevan untuk industri konstruksi di negara berkembang seperti Indonesia. Dengan banyaknya proyek infrastruktur skala besar dan meningkatnya adopsi digital, adopsi BIM menjadi keniscayaan.

Namun, rendahnya kesiapan SDM dan infrastruktur TI menjadi tantangan. Di sinilah model dari Morlhon dkk. bisa menjadi alat bantu strategis dalam menyusun roadmap BIM nasional, dimulai dari evaluasi kematangan hingga pelatihan terstruktur.

Kesimpulan

Artikel ini memberikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan klasik implementasi BIM—yakni ketidakjelasan panduan langkah demi langkah. Dengan menggabungkan Capability Maturity Model, daftar Critical Success Factors, dan tindakan konkret, penulis menawarkan pendekatan sistematis yang bisa diadopsi dan disesuaikan oleh berbagai organisasi konstruksi.

Model ini ideal tidak hanya bagi perusahaan besar yang sudah menggunakan BIM, tetapi juga bagi kontraktor menengah yang baru memulai. Ia menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik serta menekankan pentingnya kombinasi kesiapan teknis dan manajerial dalam suksesnya implementasi BIM.

Sumber artikel asli:
Romain Morlhon, Robert Pellerin, Mario Bourgault. Building Information Modeling Implementation through Maturity Evaluation and Critical Success Factors Management. Procedia Technology 16 (2014) 1126–1134.

 

Selengkapnya
Model Pendukung Implementasi Building Information Modeling (BIM) melalui Evaluasi Kematangan dan Manajemen Faktor Keberhasilan Kritis

Building Information Modeling

Apa itu High Rise Building?

Dipublikasikan oleh Mochammad Reichand Qolby pada 26 Januari 2023


High Rise Building

Definisi yang disebutkan Britannica, gedung-gedung tinggi pertama dibangun di Amerika Serikat pada tahun 1880-an. Bangunan ini rupanya muncul di daerah perkotaan di mana kenaikan harga tanah dan kepadatan penduduk yang besar. Sehingga menciptakan permintaan dan kebutuhan untuk bangunan yang tingginya secara vertikal daripada menyebar secara horizontal.

Bangunan bertingkat tinggi pun dibuat praktis dengan penggunaan rangka struktur baja dan selubung eksterior kaca. Pada pertengahan abad ke-20, bangunan seperti itu telah menjadi fitur standar lanskap arsitektur di sebagian besar negara di dunia. Faktor terpenting dalam desain bangunan bertingkat tinggi adalah kebutuhan bangunan untuk menahan gaya lateral yang ditimbulkan oleh angin dan potensi gempa. Sebagian besar bangunan tinggi memiliki rangka yang terbuat dari baja atau baja dan beton.

10 Karakteristik High Rise Building

1. Tinggi Bangunan

2. Jenis Struktur Bangunan

3. Luas Lantai

4. Typical

5. Keterbatasan Lahan

6. Pengaruh Angin dan Gempa yang Tinggi

7. Risiko TInggi

8. Kompleksitas Tinggi

9. Target Mulu yang Tinggi

10. Tuntutan Safety yang Tinggi

 

Sumber : rumah.com

Selengkapnya
Apa itu High Rise Building?

Building Information Modeling

Apa Itu Building Information Modelling (BIM)?

Dipublikasikan oleh Mochammad Reichand Qolby pada 26 Januari 2023


Building Information Modelling (BIM)

Membangun pemodelan informasi (BIM) adalah proses yang didukung oleh berbagai alat, teknologi, dan kontrak yang melibatkan pembuatan dan pengelolaan representasi digital dari karakteristik fisik dan fungsional suatu tempat. Membangun model informasi (BIM) adalah file komputer (seringkali tetapi tidak selalu dalam format hak milik dan berisi data hak milik) yang dapat diekstraksi, dipertukarkan, atau jaringan untuk mendukung pengambilan keputusan terkait aset yang dibangun. Perangkat lunak BIM digunakan oleh individu, bisnis, dan lembaga pemerintah yang merencanakan, merancang, membangun, mengoperasikan, dan memelihara bangunan dan beragam infrastruktur fisik, seperti air, sampah, listrik, gas, utilitas komunikasi, jalan, kereta api, jembatan, pelabuhan, dan terowongan.

BIM Dalam Manajemen Konstruksi

Partisipan dalam proses pembangunan terus-menerus ditantang untuk menghasilkan proyek yang berhasil meskipun dengan anggaran yang ketat, staf yang terbatas, jadwal yang dipercepat, dan informasi yang terbatas atau bertentangan. Disiplin penting seperti desain arsitektural, struktural dan MEP harus terkoordinasi dengan baik, karena dua hal tidak dapat terjadi pada tempat dan waktu yang sama. BIM juga dapat membantu deteksi tabrakan, mengidentifikasi lokasi perbedaan yang tepat.

Konsep BIM membayangkan konstruksi virtual fasilitas sebelum konstruksi fisik aktualnya, untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keselamatan, menyelesaikan masalah, dan mensimulasikan serta menganalisis dampak potensial. Sumber tidak dapat diandalkan? Sub-kontraktor dari setiap perdagangan dapat memasukkan informasi penting ke dalam model sebelum memulai konstruksi, dengan peluang untuk pra-fabrikasi atau pra-perakitan beberapa sistem di luar lokasi. Limbah dapat diminimalkan di tempat dan produk dikirim tepat waktu daripada ditimbun di tempat.

Kuantitas dan sifat bersama bahan dapat diekstraksi dengan mudah. Lingkup pekerjaan dapat diisolasi dan ditentukan. Sistem, rakitan, dan urutan dapat ditampilkan dalam skala relatif dengan seluruh fasilitas atau kelompok fasilitas. BIM juga mencegah kesalahan dengan mengaktifkan konflik atau 'deteksi benturan' di mana model komputer menyoroti secara visual kepada tim di mana bagian-bagian bangunan (misalnya: rangka struktural dan pipa atau saluran layanan bangunan) mungkin berpotongan secara salah.

Sumber : Wikipedia

Selengkapnya
Apa Itu Building Information Modelling (BIM)?

Building Information Modeling

Gambar teknik

Dipublikasikan oleh Admin pada 13 Maret 2022


Gambar teknik

Gambar teknik adalah susunan visual terperinci tentang suatu desain atau produk yang dijadikan sarana komunikasi antara teknikusarsitek, dan sebagainya. Selain digunakan untuk menyampaikan informasi, gambar teknik juga dapat digunakan sebagai penelitian konsep perencanaan dan dokumentasi desain suatu bangunan, mesin dsb.[1] Gambar teknik memiliki aturan yang baku tentang penggambaran ukuran, lambang-lambang, garis dsb. sehingga gambar tersebut dapat dibaca secara tepat oleh berbagai pihak yang terlibat.[2]

Pekerja lapangan sedang membaca gambar tektik rancangan bangunan.

Gambar teknik

Skala

Sesuai dengan standar, objek desain dalam gambar dapat dibuat dalam ukuran penuh, diperkecil atau diperbesar. Rasio dimensi linier suatu objek dalam gambar dengan ukuran sebenarnya disebut skala. Di Rusia, ini adalah GOST 2.302-68 Sistem Terpadu untuk Dokumentasi Desain (ESKD). Skala.[10] Menurut GOST ini, skala berikut harus digunakan dalam desain:

Skala reduksi 1: 2; 1: 2.5; 1: 4; 1: 5; 1:10; 1:15; 1:20; 1:25; 1:40; 1:50; 1:75; 1: 100; 1: 200; 1: 400; 1: 500; 1: 800; 1: 1000

Nilai alami 1: 1

Skala pembesaran 2:1; 2.5: 1; 4: 1; 5: 1; 10: 1; 20: 1; 40: 1; 50: 1; 100: 1.

Saat merancang rencana induk untuk objek besar, diizinkan menggunakan skala 1: 2000; 1: 5000; 1: 10.000; 1: 20.000; 1: 25000; 1: 50.000.

Baca lebih lanjut dalam teks standar.

Klasifikasi gambar

Gambar teknik

Gambar teknik

Gambar konstruksi

Gambar konstruksi

Menurut industri: gambar teknik, gambar konstruksi.

Pada gilirannya, gambar teknik dan gambar konstruksi dapat dibagi menurut tujuannya.

Teknis: gambar perakitan, gambar dimensi, gambar instalasi, gambar pengepakan, dll. sesuai dengan GOST 2.102-68.

Konstruksi: solusi arsitektur, rencana induk, pendinginan, interior, dll.

Dengan metode desain: pertama membangun 3D, lalu menggambar dan sebaliknya.

Melalui media: digital, kertas

Eksekusi gambar

Istilah "drafting" dapat merujuk pada proses pembuatan gambar dalam kerangka grafis teknik. Proses pembuatan gambar dapat dilakukan di atas kertas atau menggunakan perangkat lunak profesional dan komputer. Ketika berbicara tentang menggambar dalam konteks gambar kertas, prosesnya dapat digambarkan sebagai menciptakan gambar yang akurat secara geometris dari tampilan atas, depan, dan samping dari suatu bagian. Jika kita berbicara tentang gambar rakitan, maka biasanya ini adalah bagian dari objek kompleks di sepanjang sumbu simetri. Tapi sekarang adalah abad kedua puluh satu, dan kita akan berbicara tentang digital, gambar elektronik. Desain modern terkait erat dengan komputer. Pertimbangkan prinsip dasar membuat gambar dalam sistem CAD:

Pengembangan model 3D dari dokumen

Menempatkan Tampilan Gambar

Menambahkan elemen desain. Misalnya dimensi/label/tabel.

Keterkaitan antara gambar dan model 3D. Perubahan model secara otomatis dilacak dalam gambar dan sebaliknya.

Gambar dibuat dengan mengatur tampilan model pada lembar gambar, dengan penambahan elemen desain berikutnya seperti dimensi, label teks, tabel.

Elemen gambar:

Format gambar

Menggambar pemandangan

Dimensi

Bidang toleransi dimensi, penyimpangan bentuk dan lokasi permukaan.

Label teks dan tabel.

Grafik dan simbol

Tampilan gambar bersifat asosiatif dengan model tempat mereka dibuat, yaitu, perubahan yang dibuat dalam model, seperti perubahan nilai dimensi, penambahan atau penghapusan fitur, ditampilkan secara bersamaan dalam gambar. Begitu pula dengan perubahan nilai dimensi pada sebuah gambar mengakibatkan perubahan model yang diacu pada gambar tersebut.[11]

Saat membuat gambar produk atau objek, insinyur harus mematuhi standar. Bagaimanapun, menggambar adalah visualisasi subjek pengembangan dalam bentuk grafik model matematika.

Sumber: id.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Gambar teknik

Building Information Modeling

Pemodelan informasi bangunan

Dipublikasikan oleh Admin pada 13 Maret 2022


Pemodelan informasi bangunan (bahasa InggrisBuilding information modeling, disingkat BIM) adalah sebuah proses yang digunakan untuk membuat dan mengelola gambaran digital dari ciri fisik dan fungsional sebuah bangunan. Proses ini melibatkan berbagai alat, teknologi, dan kontrak supaya dapat mencapai tujuannya.

BIM berupa berkas komputer yang dapat diekstrak, ditukar, atau dihubungkan dalam sebuah jaringan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Perangkat lunak BIM biasa digunakan oleh pihak-pihak yang bertugas merancangmembangun, mengoperasikan, dan merawat bangunan serta infrastruktur fisik lainnya, termasuk jaringan perpipaan, kelistrikan, komunikasi, jalan, rel kereta api, jembatan, pelabuhan, dan terowongan.

Pemodelan informasi bangunan dari sebuah ruang mekanis yang dikembangkan menggunakan data lidar

Konsep BIM sebenarnya telah dikembangkan sejak 1970-an, tetapi baru menjadi istilah yang umum pada awal tahun 2000-an. Laju perkembangan BIM pada setiap negara di dunia berbeda-beda. Contohnya, standar yang telah dikembangkan di Britania Raya sejak 2007 telah menjadi dasar standar ISO 19650 yang diluncurkan pada Januari 2019.[1]

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pemodelan informasi bangunan
« First Previous page 3 of 4 Next Last »