Accelerated Life Testing

Strategi Uji Kehidupan Terakselerasi dengan Distribusi Logistic Umum: Estimasi Optimal di Bawah Sensor Tipe-I

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025


Pendahuluan: Tantangan Modern dalam Pengujian Keandalan

Di era inovasi cepat dan siklus produk yang singkat, industri manufaktur dituntut untuk menjamin keandalan produk tanpa harus menunggu bertahun-tahun. Di sinilah pentingnya Accelerated Life Testing (ALT), metode yang memungkinkan estimasi umur produk pada kondisi penggunaan normal, tetapi melalui pengujian dalam kondisi stres tinggi. Penelitian oleh A. F. Attia, H. M. Aly, dan S. O. Bleed menawarkan pendekatan baru dalam perencanaan ALT menggunakan distribusi generalized logistic (GL) dengan kondisi sensor tipe-I dan stress konstan.

Artikel ini mereview pendekatan matematis, estimasi parameter, serta perencanaan waktu optimal dalam ALT berdasarkan distribusi GL. Penelitian ini menjadi pionir dalam penggunaan GL dalam skenario ALT terencana secara statistik.

Distribusi Generalized Logistic: Fleksibel dan Kuat untuk Pemodelan Data Umur

Distribusi GL merupakan perpanjangan dari distribusi logistic klasik, dengan tiga parameter: α (skala), γ (bentuk), dan θ (kemiringan). Distribusi ini fleksibel dalam menangani data keandalan karena mampu memodelkan bentuk kurva hazard yang beragam—baik meningkat, menurun, maupun berbentuk U.

Dalam penelitian ini, parameter skala α dianggap bergantung pada level stres V melalui model inverse power law, yaitu:

α = C × S^P

Dengan:

  • C = konstanta proporsionalitas
  • P = pangkat percepatan
  • S = V/V*, di mana V* adalah fungsi geometrik dari level stres yang digunakan dalam eksperimen

Konsep Sensor Tipe-I dan Relevansinya

Sensor tipe-I terjadi ketika pengujian dihentikan pada waktu tertentu Tj, tanpa menunggu semua unit gagal. Ini mencerminkan kondisi realistis di industri di mana waktu dan biaya menjadi kendala. Tantangannya adalah bagaimana melakukan estimasi parameter dari data yang tidak lengkap secara statistik.

Metode Estimasi: Maximum Likelihood (MLE) dan Newton-Raphson

Penulis menggunakan pendekatan Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk mengestimasi parameter model. Karena kompleksitas fungsi likelihood yang tidak linear, solusi numerik menggunakan metode iteratif Newton-Raphson diterapkan.

Fitur penting lainnya termasuk:

  • Matriks informasi Fisher untuk mengukur presisi estimasi
  • Matriks kovarian asimtotik untuk menghitung batas kepercayaan parameter
  • Estimasi fungsi keandalan R(x₀) di bawah kondisi stres normal

Rancang Uji Optimal: Kapan Sebaiknya Pengujian Dihentikan?

Dengan menggunakan kriteria D-optimality, penulis menentukan waktu optimal untuk menghentikan pengujian (T1, T2) yang meminimalkan determinant matriks informasi Fisher (|F|), sehingga memperkecil variansi estimasi parameter.

Melalui turunan parsial dan solusi numerik terhadap |F|, nilai T* untuk tiap level stres ditentukan agar estimasi parameter memiliki presisi terbaik.

Studi Simulasi dan Interpretasi Hasil

Simulasi dilakukan dengan tiga level stres (V1 = 0.75, V2 = 1.5, V3 = 2.25) dan stres normal Vu = 0.5. Pengujian dilakukan dengan ukuran sampel n1 = 29, n2 = 10, n3 = 2 dan waktu sensor T1 = 4, T2 = 3, T3 = 2. Parameter awal diatur dengan berbagai kombinasi, seperti:

  • (C₀ = 1.0, P₀ = 1.0, γ₀ = 1.25, θ₀ = 0.7)
  • (C₀ = 1.4, P₀ = 1.2, γ₀ = 1.0, θ₀ = 0.9)
  • (C₀ = 1.25, P₀ = 1.1, γ₀ = 1.25, θ₀ = 1.0)

Hasil penting:

  1. Akurasi Tinggi pada MLE
    Untuk nilai C₀ = 1, rata-rata Relative Absolute Bias (RAB) berada di kisaran <15%, dengan Mean Squared Error (MSE) kecil. Contoh:
    • C = 1.10902 (RAB = 0.10902)
    • P = 0.98314 (RAB = 0.01686)
    • γ = 1.22511 (RAB = 0.01991)
    • θ = 0.88398 (RAB = 0.11602)
  2. MSE Menurun Seiring Naiknya Stres
    Parameter α1 (level stres rendah) memiliki MSE tertinggi dibanding α2 dan α3. Hal ini menunjukkan keakuratan lebih baik saat produk diuji pada stres tinggi.
  3. Estimasi Keandalan
    Dengan αu di bawah kondisi Vu = 0.5, estimasi fungsi keandalan R(x₀) menunjukkan:
    • R(0.01) = 0.43982
    • R(1.20) = 0.07507
    • R(2.00) = 0.00705
      Artinya, keandalan menurun drastis seiring waktu penggunaan, sesuai ekspektasi.
  4. Optimasi Waktu Sensor T1 dan T2
    Contoh hasil simulasi:
    • N = 200 → T1 = 0.292, T2 = 0.332, GAV = 2.2e-7
    • N = 500 → T1 = 0.129, T2 = 0.260, GAV = 1.0e-8
      Generalized Asymptotic Variance (GAV) terus menurun seiring bertambahnya ukuran sampel.

Perbandingan dengan Studi Sebelumnya

Penelitian ini mengisi celah penting dalam literatur. Sebelumnya, distribusi yang umum digunakan dalam ALT adalah Weibull atau log-normal. Namun, distribusi GL memiliki fleksibilitas bentuk yang lebih luas, menjadikannya cocok untuk produk dengan profil keandalan kompleks.

Penelitian oleh Meeker, Nelson, dan Bai menjadi fondasi ALT klasik. Namun, studi ini memperkaya pendekatan dengan memasukkan sensor waktu (Type-I) dan optimasi waktu sensor, hal yang jarang dieksplorasi pada distribusi GL.

Kritik dan Catatan Tambahan

  • Model mengasumsikan hanya skala α yang berubah akibat stres. Di realitas industri, parameter bentuk juga bisa dipengaruhi.
  • Estimasi kompleksitas tinggi, membutuhkan perangkat lunak khusus (Math-Cade).
  • Penelitian ini mengandalkan simulasi. Validasi lebih lanjut dengan data lapangan nyata bisa memperkuat aplikabilitasnya.

Implikasi Praktis: Riset yang Siap Diimplementasikan

Bagi perusahaan manufaktur seperti elektronik, otomotif, atau semikonduktor, pendekatan ini bisa digunakan untuk:

  • Merancang pengujian keandalan awal sebelum produk dirilis
  • Menghemat waktu dan biaya tanpa mengorbankan akurasi
  • Menghasilkan produk dengan performa jangka panjang lebih terjamin

Kesimpulan: Model Logistic Umum Membuka Peluang Baru dalam ALT

Penelitian ini menampilkan pendekatan lengkap mulai dari model matematis, metode estimasi, hingga strategi perencanaan uji yang optimal dalam kerangka ALT. Dengan distribusi generalized logistic yang fleksibel dan estimasi presisi tinggi, perusahaan kini memiliki alat statistik yang lebih akurat dan ekonomis untuk memperkirakan umur produk.

Perpaduan antara teori statistik lanjutan dan pendekatan numerik berbasis simulasi menjadikan riset ini relevan, praktis, dan siap diterapkan di dunia industri nyata.

Sumber : Attia, A. F., Aly, H. M., dan Bleed, S. O. "Estimating and Planning Accelerated Life Test Using Constant Stress for Generalized Logistic Distribution under Type‐I Censoring." ISRN Applied Mathematics, Vol. 2011, Article ID 203618.

 

Selengkapnya
Strategi Uji Kehidupan Terakselerasi dengan Distribusi Logistic Umum: Estimasi Optimal di Bawah Sensor Tipe-I

Accelerated Life Testing

Menguak Strategi Uji Kehidupan Terakselerasi pada Distribusi Birnbaum-Saunders: Akurasi Estimasi di Bawah Sensor Tipe-II

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025


Pendahuluan: Menyiasati Keterbatasan Waktu dalam Pengujian Keandalan

Dalam dunia rekayasa keandalan modern, pengujian langsung pada kondisi normal sering kali membutuhkan waktu bertahun-tahun, terutama untuk produk dengan harapan hidup tinggi seperti perangkat elektronik dan komponen mekanik. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, metode Accelerated Life Testing (ALT) menjadi sangat penting, terutama pendekatan constant-stress ALT, di mana produk diuji pada tingkat stres tetap yang lebih tinggi dari kondisi normal guna mempercepat kegagalan dan memperoleh data keandalan lebih awal.

Penelitian yang ditulis oleh A. F. Attia, A. S. Shaban, dan M. H. Abd El Sattar dalam International Journal of Contemporary Mathematical Sciences (2013) memfokuskan pada penerapan ALT dengan asumsi bahwa waktu hidup produk mengikuti distribusi Birnbaum-Saunders (BS) dua parameter. Studi ini sangat signifikan karena menyajikan model matematis, estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE), dan simulasi untuk memverifikasi akurasi metode estimasi, bahkan ketika data mengalami sensor Tipe-II.

Model Teoretis dan Hubungannya dengan Keandalan

Distribusi Birnbaum-Saunders (BS) diperkenalkan oleh Birnbaum dan Saunders pada 1969 untuk memodelkan kegagalan akibat kelelahan material. Distribusi ini sangat sesuai untuk aplikasi industri karena mempertimbangkan mekanisme fisik kerusakan akibat retakan mikro yang berkembang hingga menyebabkan kegagalan total.

Distribusi BS dua parameter memiliki parameter bentuk (α) dan skala (β). Dalam konteks ALT, parameter skala β dipengaruhi oleh tingkat stres (V) melalui model inverse power law, yaitu:

β = C × V^(-P)

di mana C adalah konstanta proporsionalitas dan P adalah pangkat stres. Model ini memungkinkan eksplorasi hubungan antara stres pengujian dan keandalan produk, serta prediksi parameter skala pada kondisi penggunaan normal.

Sensor Tipe-II dan Keterbatasannya

Sensor Tipe-II merupakan kondisi pengujian di mana percobaan dihentikan setelah sejumlah unit (r) gagal dari total n unit yang diuji. Sensor ini sering digunakan dalam pengujian praktis karena efisiensi waktu dan sumber daya. Namun, ia membawa tantangan statistik tersendiri, karena informasi dari unit yang tidak gagal hanya bersifat parsial.

Pendekatan Estimasi: Maximum Likelihood dan Newton-Raphson

Untuk memperkirakan parameter α, C, dan P, digunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Karena tidak tersedia solusi eksplisit untuk persamaan likelihood, digunakan metode iteratif Newton-Raphson untuk mendapatkan estimasi numerik parameter.

Peneliti juga menyusun matriks informasi Fisher dan menghitung matriks kovarian asimtotik guna menentukan batas kepercayaan estimasi. Estimasi fungsi keandalan pada waktu misi tertentu (t₀) juga dihitung, memungkinkan proyeksi keandalan berdasarkan parameter hasil ALT.

Simulasi: Memverifikasi Ketepatan Model

Penelitian ini melakukan simulasi sebanyak 1000 kali untuk lima ukuran sampel (90, 150, 210, 300, dan 450) dan tiga tingkat stres: 0.9, 1.4, dan 1.9. Model diuji dengan berbagai kombinasi parameter awal, antara lain:

  • (α = 0.25, C = 1.5, P = 1)
  • (α = 1, C = 1.5, P = 1)
  • (α = 0.25, C = 2, P = 1)
  • (α = 0.25, C = 1.5, P = 0.5)
  • (α = 0.25, C = 1.5, P = 1.5)

Simulasi ini menilai dua hal utama:

  1. Relative Absolute Bias (RABias): seberapa jauh rata-rata estimasi dari nilai sebenarnya.
  2. Mean Squared Error (MSE): variansi gabungan antara bias dan penyebaran estimasi.

Hasil Utama Simulasi dan Interpretasi

  1. Estimasi Stabil dan Akurat:
    RABias dan MSE menurun seiring dengan bertambahnya ukuran sampel. Misalnya, pada n = 450, estimasi parameter P, C, dan α menunjukkan error yang sangat kecil (< 0.01) dengan selang kepercayaan sempit.
  2. Pengaruh Stres terhadap β dan Fungsi Keandalan:
    Dengan meningkatnya nilai C dan P, nilai fungsi keandalan juga meningkat untuk waktu misi yang sama. Sebaliknya, nilai α yang tinggi berbanding terbalik dengan keandalan, mencerminkan sensitivitas bentuk distribusi terhadap stres.
  3. Keandalan pada Kondisi Penggunaan Normal:
    Dengan asumsi V = 0.5, estimasi β mencapai hingga 4.25 untuk kombinasi C dan P tinggi. Fungsi keandalan mencapai hampir 100% untuk waktu misi hingga 2.4, mencerminkan keandalan jangka panjang pada kondisi normal.
  4. Robustness terhadap Variasi Parameter:
    Hasil menunjukkan MLE tetap stabil meski nilai awal parameter bervariasi secara signifikan. Ini menjadi poin penting karena dalam praktik, nilai awal bisa berasal dari asumsi kasar atau data historis yang terbatas.

Perbandingan dengan Literatur Sebelumnya

Pendekatan ini memperluas metodologi yang sebelumnya dibatasi pada distribusi seperti Weibull dan log-normal. Keunggulan BS terletak pada fondasi fisiknya yang kuat untuk kelelahan material. Studi sebelumnya oleh Owen (1997) dan Jeng (2003) membahas BS dalam konteks lengkap data, namun studi ini memecah kebuntuan dalam penggunaan BS untuk data tersensor, memperkuat posisinya sebagai model andalan.

Kritik dan Catatan Tambahan

Meski hasil simulasi sangat positif, ada beberapa catatan penting:

  • Model mengasumsikan hubungan inverse power law antara stres dan β. Dalam aplikasi dunia nyata, hubungan ini bisa lebih kompleks atau tidak linier.
  • Penggunaan tiga tingkat stres memang realistis, tapi mungkin terlalu sederhana untuk produk dengan mekanisme kegagalan kompleks atau kombinasi stres multi-faktor seperti suhu dan kelembapan.
  • Studi ini terbatas pada data sensor tipe-II. Belum mengeksplorasi sensor tipe-I atau sensor progresif, yang bisa memberi informasi tambahan dari aspek waktu.

Implikasi Praktis untuk Industri

Bagi industri elektronik, otomotif, atau alat berat yang harus memastikan umur produk lebih dari 5–10 tahun, pendekatan ini sangat membantu. Dengan estimasi yang akurat dan efisien, ALT berbasis distribusi BS bisa menurunkan biaya garansi, meningkatkan desain awal, dan mempercepat time-to-market.

Perusahaan dapat menerapkan pendekatan ini untuk:

  • Menentukan waktu minimum ALT untuk mencapai tingkat kepercayaan tertentu.
  • Mengoptimalkan jumlah sampel uji agar efisien namun tetap akurat.
  • Menyesuaikan desain produk terhadap parameter paling sensitif terhadap kegagalan.

Penutup: Kombinasi ALT dan BS, Jalan Tengah Antara Akurasi dan Efisiensi

Penelitian ini memberikan kerangka metodologis yang kuat dan praktis untuk mengestimasi keandalan produk di bawah sensor, dengan basis distribusi Birnbaum-Saunders yang belum banyak dieksplorasi dalam konteks ALT. Keandalan produk yang sebelumnya memerlukan pengujian selama bertahun-tahun kini bisa diekstrapolasi dengan akurat hanya dalam hitungan minggu atau bulan, tanpa mengorbankan presisi.

Dengan pengembangan lanjutan mencakup sensor parsial dan multi-stress ALT, distribusi BS berpotensi menjadi model standar baru dalam pengujian keandalan berbasis data terakselerasi.

Sumber : Attia, A. F., Shaban, A. S., dan Abd El Sattar, M. H. "Estimation in Constant-Stress Accelerated Life Testing for Birnbaum-Saunders Distribution under Censoring." International Journal of Contemporary Mathematical Sciences, Vol. 8, No. 4, 2013, hlm. 173–188.

Selengkapnya
Menguak Strategi Uji Kehidupan Terakselerasi pada Distribusi Birnbaum-Saunders: Akurasi Estimasi di Bawah Sensor Tipe-II

Accelerated Life Testing

Menakar Umur Produk Lebih Cepat: ALT Burr-XII dan Censoring Progresif untuk Estimasi Keandalan Akurat

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025


Pendahuluan: ALT dan Tantangan Estimasi Umur Produk
Dalam era industri modern yang menuntut efisiensi dan jaminan kualitas tinggi, pengujian umur produk secara konvensional seringkali tidak lagi memadai. Waktu pengujian yang lama dan biaya besar menjadi hambatan signifikan, terutama pada produk yang dirancang untuk bertahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pendekatan seperti Accelerated Life Testing (ALT) berkembang sebagai solusi cerdas untuk mengakselerasi proses uji keandalan. Makalah ini memperkenalkan metode Step-Stress ALT berbasis distribusi Burr-XII, yang dikombinasikan dengan Progressive Type-II Censoring dan Cumulative Exposure Model untuk memberikan estimasi parameter keandalan produk secara lebih cepat, presisi, dan efisien dari sisi biaya dan waktu.

Distribusi Burr-XII: Fleksibel dan Andal
Distribusi Burr-XII dikenal karena fleksibilitasnya yang tinggi dalam memodelkan berbagai bentuk fungsi hazard. Dengan dua parameter bentuk, yaitu c dan k, distribusi ini mampu mencakup banyak distribusi klasik seperti eksponensial, Weibull, dan Pareto sebagai kasus khusus. Karakteristik ini membuatnya sangat berguna dalam menggambarkan fenomena kegagalan awal yang sering terjadi pada produk komersial. Fungsi distribusi kumulatifnya adalah F(x) = 1 − (1 + x)^(-ck), sedangkan fungsi densitas probabilitasnya adalah f(x) = c·k·x^(c−1)·(1 + x^c)^(-k−1), memberikan struktur yang fleksibel untuk mengakomodasi bentuk data empiris yang kompleks.

Model ALT dan Skema Censoring Progresif
Dalam implementasi Step-Stress ALT, produk diuji dalam dua tingkat stres berbeda, yaitu S₁ = 2.25V hingga waktu τ₁ = 4.2 jam, kemudian dilanjutkan dengan S₂ = 2.44V. Pendekatan Cumulative Exposure Model digunakan untuk menghitung distribusi kumulatif dari waktu kegagalan secara keseluruhan berdasarkan kontribusi dari kedua fase stres tersebut. Selain itu, digunakan Progressive Type-II Censoring, di mana sejumlah unit dihapus dari pengujian setelah setiap kegagalan, merefleksikan kondisi nyata di industri yang tidak selalu memungkinkan pengujian semua unit hingga titik kegagalan total.

Estimasi Parameter: MLE dan Pendekatan Numerik
Tiga parameter utama yang diestimasi adalah c₁ dan c₂ (parameter bentuk untuk masing-masing tingkat stres) serta k (parameter skala). Estimasi dilakukan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) berdasarkan fungsi likelihood gabungan. Karena bentuk eksplisit dari solusi tidak tersedia, penyelesaian dilakukan melalui pendekatan iteratif Newton-Raphson, yang memerlukan ketelitian komputasi tinggi namun efektif untuk distribusi kompleks seperti Burr-XII.

Studi Kasus Nyata: Uji Umur Lampu Pijar
Makalah ini mengaplikasikan pendekatan yang diusulkan pada dataset nyata yang terdiri dari waktu gagal 64 lampu pijar, dengan 11 unit dihapus sebelum mengalami kegagalan. Hasil estimasi menunjukkan bahwa parameter c₁ memiliki nilai MLE sebesar 6.63 dengan interval kepercayaan 95% antara 2.42 hingga 18.16. Sementara itu, parameter c₂ dan k tercatat sangat kecil, mengindikasikan kemungkinan sensitivitas tinggi terhadap data outlier atau jumlah data yang terbatas pada fase stres kedua. Validasi distribusi dilakukan menggunakan uji Kolmogorov–Smirnov, yang menunjukkan p-value sebesar 0.30 untuk stres 2.25V dan 0.965 untuk stres 2.44V. Ini menegaskan bahwa distribusi Burr-XII sangat sesuai digunakan dalam memodelkan data uji keandalan lampu tersebut. Fungsi keandalan yang dihasilkan, R(t) = (1 + t / 1.687)^−0.024, memperlihatkan pola penurunan keandalan seiring waktu dengan tingkat awal 100%.

Simulasi dan Evaluasi Kinerja Estimator
Untuk mengevaluasi efektivitas pendekatan estimasi, dilakukan simulasi dengan berbagai ukuran sampel (n = 30, 50, dan 70) serta variasi proporsi penghapusan unit. Pada ukuran sampel kecil (n = 30), nilai MSE untuk c₁, c₂, dan k masing-masing sebesar 0.0048, 0.0142, dan 0.048. Seiring bertambahnya ukuran sampel, estimasi menjadi lebih presisi, dengan MSE yang lebih rendah. Pada n = 70, MSE menurun drastis menjadi 0.0026, 0.0052, dan 0.016 untuk masing-masing parameter. Panjang interval kepercayaan (CI) untuk parameter k juga menyempit, dari 0.4715 pada n = 30 menjadi 0.3310 pada n = 70. Probabilitas cakupan CI meningkat dari 66% menjadi 79%, mengonfirmasi bahwa estimator semakin stabil pada ukuran sampel yang lebih besar.

Kelebihan dan Keterbatasan Model Burr-XII dalam ALT
Model ini memiliki beberapa keunggulan signifikan. Distribusi Burr-XII sangat fleksibel dan dapat mengakomodasi berbagai bentuk hazard rate. Estimasi parameter dapat dilakukan secara efektif bahkan dalam kondisi censoring progresif, yang umum dalam lingkungan industri. Selain itu, kombinasi ALT dengan cumulative exposure model menghasilkan representasi realistis dari beban stres yang dialami produk dalam waktu pakai yang sebenarnya. Namun, model ini juga memiliki keterbatasan. Proses estimasi cukup kompleks secara matematis dan membutuhkan perangkat lunak statistik yang memadai. Selain itu, dalam kondisi data yang tidak lengkap atau terbatas pada salah satu level stres, estimasi parameter seperti c₂ dan k bisa menjadi tidak stabil atau bahkan tidak eksis.

Kritik dan Nilai Tambah
Salah satu kritik terhadap pendekatan ini adalah bahwa model mengasumsikan bahwa semua unit produk memiliki karakteristik yang setara secara statistik, sementara dalam kenyataan mungkin terjadi variasi kualitas antarunit. Selain itu, hasil estimasi untuk c₂ dan k dalam studi kasus menunjukkan nilai yang sangat kecil, yang bisa jadi disebabkan oleh sensitivitas terhadap data ekstrim atau keterbatasan ukuran sampel. Meski demikian, artikel ini memberikan nilai tambah signifikan dengan memperluas penerapan ALT dari bidang teknik klasik ke ranah produk komersial seperti lampu pijar. Potensi penerapannya dapat diperluas ke berbagai sektor lain seperti elektronik konsumen, perangkat medis, dan otomotif—semuanya membutuhkan metode pengujian yang efisien namun tetap andal.

Kesimpulan: ALT Modern untuk Dunia Industri Dinamis
Dengan menggabungkan metode Step-Stress ALT, distribusi Burr-XII, dan skema censoring progresif, makalah ini menawarkan pendekatan statistik yang efisien dan akurat untuk memperkirakan umur pakai produk di dunia nyata. Model ini memungkinkan produsen melakukan pengujian keandalan dalam kondisi keterbatasan waktu dan sumber daya, tanpa mengorbankan validitas hasil. Dalam konteks industri yang semakin dinamis dan kompetitif, metode ini sangat relevan untuk diterapkan pada produk-produk yang memiliki tingkat kegagalan awal tinggi seperti sistem pencahayaan, perangkat elektronik, dan komponen otomotif. Studi ini memberikan kontribusi nyata bagi strategi pengujian produk modern yang mengutamakan efisiensi, akurasi, dan fleksibilitas.

Sumber asli : Fathy H. Riad, E. H. Hafez, Sh. A. M. Mubarak – Study on Step-Stress Accelerated Life Testing for The Burr-XII Distribution Using Cumulative Exposure Model Under Progressive Type-II Censoring with Real Data Example, Journal of Statistics Applications & Probability, Vol. 10, No. 1, 2021.

Selengkapnya
Menakar Umur Produk Lebih Cepat: ALT Burr-XII dan Censoring Progresif untuk Estimasi Keandalan Akurat

Accelerated Life Testing

Uji Umur Buncis Beku: ALT Step-Stress untuk Prediksi Kualitas Warna dan Pati

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025


Pendahuluan: Tantangan Memahami Ketahanan Kualitas Produk Beku
Dalam industri pangan modern, memahami ketahanan kualitas produk beku merupakan tantangan besar, khususnya pada komoditas seperti buncis (Phaseolus vulgaris, L.) yang mengalami degradasi sangat lambat. Pengujian kualitas dengan metode tradisional isothermal membutuhkan waktu antara enam hingga dua belas bulan, selain memakan biaya besar dan memiliki risiko kegagalan yang tinggi. Studi ini mengusulkan penerapan Accelerated Life Testing (ALT) berbasis pendekatan step-stress sebagai solusi untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi prediksi degradasi kualitas makanan beku, terutama terhadap perubahan warna dan kandungan pati.

ALT: Dari Teknologi Mesin ke Dunia Pangan
ALT awalnya dikembangkan untuk menguji keandalan komponen mekanik dan elektronik, namun kini mulai diadaptasi dalam bidang pangan guna mempercepat proses evaluasi kualitas produk. Meski penerapannya pada produk makanan beku masih terbatas karena kesulitan menjaga suhu tetap dan tingginya variabilitas biologis, studi ini berhasil mengaplikasikan ALT step-stress untuk mengevaluasi dua parameter penting: perubahan warna (berdasarkan koordinat warna Hunter a dan b, serta indeks TCDH) dan degradasi kandungan pati.

Desain Eksperimen: Dari Pasar ke Lemari Pendingin
Sampel buncis segar diperoleh dari pasar lokal di Porto, Portugal. Setelah proses pencucian dan penyortiran, buncis diblansir selama dua menit pada suhu 100°C, kemudian dibekukan hingga suhu inti mencapai −35°C dan disimpan pada suhu awal −30°C. ALT step-stress dilakukan dengan menaikkan suhu secara bertahap: dari −30°C (selama 15 hari), ke −20°C (7 hari), −10°C (6 hari), dan terakhir −5°C (5 hari). Target degradasi kualitas ditetapkan sebesar 25% pada setiap tahap suhu. Dua lemari pendingin digunakan secara bergantian untuk menjamin kelancaran transisi suhu antar tahap.

Metodologi Pengukuran Kualitas
Warna diukur menggunakan colorimeter CR300 (Minolta) dan dihitung dengan indeks TCDH (Total Colour Difference) untuk mendeteksi perubahan warna secara kuantitatif. Kandungan pati diukur melalui prosedur kimia dengan penggilingan, pencucian alkohol, serta analisis glukosa hasil hidrolisis menggunakan metode Luff–Schoorl dan titrasi natrium tiosulfat. Data dikumpulkan setiap jam selama sepuluh jam aktif per hari, dengan suhu internal buncis direkam setiap menit menggunakan termokopel untuk memastikan akurasi data suhu.

Model Kinetika dan Estimasi
Degradasi pati dimodelkan sebagai reaksi orde satu semu, sedangkan degradasi warna mengikuti model reaksi reversibel orde satu. Kedua model menggunakan pendekatan matematis yang melibatkan integral suhu terhadap waktu, dengan koefisien reaksi kref dan energi aktivasi Ea. Penyelesaian model dilakukan melalui regresi Gauss–Newton yang diprogram menggunakan bahasa C++ dan pustaka BLITZ++.

Hasil dan Diskusi
Perbandingan antara metode isothermal dan ALT step-stress menunjukkan bahwa nilai Ea untuk pati sangat konsisten di kedua metode, yaitu sekitar 12.33 kJ/mol. Namun, untuk warna (TCDH), nilai Ea dari ALT mencapai 140.344 kJ/mol, lebih tinggi dari metode isothermal yang hanya 106.272 kJ/mol. Koefisien kecepatan reaksi (kref) pada suhu referensi 15°C juga lebih rendah pada ALT. Korelasi antara nilai observasi dan prediksi model menunjukkan hasil yang sangat baik pada ALT (R² = 0.8836), dibandingkan dengan metode isothermal (R² = 0.6145). Validasi model diperkuat dengan distribusi residual yang acak dan mendekati normal.

Temuan Khusus
Dari hasil eksperimen, ditemukan bahwa kandungan pati mengalami degradasi yang cepat bahkan pada suhu sangat rendah seperti −30°C, yang menunjukkan bahwa ALT step-stress mungkin terlalu intensif untuk memprediksi perubahan kandungan pati dalam jangka panjang. Sebaliknya, warna terbukti sangat sensitif terhadap peningkatan suhu, terutama pada −10°C dan −5°C, menjadikannya parameter ideal untuk ALT. Selain itu, parameter yang diperoleh melalui eksperimen ini konsisten dengan hasil simulasi komputer dari penelitian terdahulu oleh Martins (2004).

Keunggulan dan Keterbatasan
Penerapan ALT dalam studi ini menunjukkan efisiensi luar biasa, dengan waktu eksperimen yang delapan hingga sepuluh kali lebih cepat dibandingkan metode isothermal. ALT juga lebih tangguh dalam menghadapi fluktuasi suhu alami dan menghasilkan regresi yang lebih akurat. Namun, terdapat keterbatasan yang perlu diperhatikan. Sinkronisasi antara data suhu dan kualitas harus dilakukan dengan sangat hati-hati, dan pendekatan ini memerlukan perangkat lunak serta teknik optimasi yang canggih. Selain itu, variabilitas tinggi pada bahan biologis seperti sayuran memerlukan penerapan metode statistik tambahan seperti bootstrapping agar hasil estimasi lebih robust.

Opini dan Rekomendasi Praktis
Penggunaan ALT step-stress pada produk pangan beku merupakan terobosan signifikan dalam metode pengujian mutu. Namun, perlu disadari bahwa pendekatan ini lebih cocok untuk parameter kualitas yang menunjukkan respons cepat terhadap suhu, seperti warna, dan kurang sesuai untuk parameter yang berubah lambat seperti kandungan pati. Sinkronisasi eksperimen dan pemodelan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga validitas hasil. Untuk meningkatkan ketelitian, dapat ditambahkan metode statistik lanjutan seperti cross-validation atau bootstrapping dalam proses estimasi parameter.

Kesimpulan: ALT sebagai Jalan Cepat Menuju Validasi Kualitas Produk Beku
Makalah ini membuktikan bahwa ALT berbasis step-stress dapat digunakan secara efisien dan akurat untuk memodelkan degradasi kualitas buncis beku, khususnya warna dan pati. Meskipun kompleks dari sisi komputasi dan eksperimental, pendekatan ini menawarkan keunggulan signifikan dalam hal kecepatan dan akurasi dibandingkan metode konvensional. Jika didukung dengan desain eksperimental yang matang dan teknik statistik yang tepat, ALT dapat menjadi standar baru dalam pengujian mutu produk pangan beku di industri makanan.

Sumber asli : R.C. Martins, I.C. Lopes, C.L.M. Silva – Accelerated Life Testing of Frozen Green Beans (Phaseolus vulgaris, L.): Quality Loss Kinetics—Colour and Starch, Escola Superior de Biotecnologia, Universidade Católica Portuguesa.

Selengkapnya
Uji Umur Buncis Beku: ALT Step-Stress untuk Prediksi Kualitas Warna dan Pati

Accelerated Life Testing

Optimalisasi Pengujian Umur Produk dengan Step-Stress ALT dan Adaptive Hybrid Censoring Berbasis NH Distribution

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025


Pendahuluan: Pengujian Umur Produk dan Tantangannya
Dalam era industri teknologi yang semakin kompetitif, pengujian keandalan produk menjadi langkah penting dalam siklus produksi. Produk dengan umur pakai panjang menimbulkan tantangan tersendiri bagi pengujian konvensional karena prosesnya membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi. Untuk mengatasi hal ini, Accelerated Life Testing (ALT) dikembangkan sebagai solusi dengan mempercepat proses kerusakan melalui penerapan stres buatan seperti suhu tinggi, tekanan, atau tegangan berlebih. Makalah ini mengusulkan strategi pengujian berbasis pendekatan Step-Stress Partially Accelerated Life Testing (SSPALT) dengan menggunakan distribusi Nadarajah-Haghighi (NH) yang fleksibel, dikombinasikan dengan skema censoring Adaptive Type-II Progressive Hybrid Censoring Scheme (AT-II PHCS). Pendekatan ini dirancang untuk memberikan estimasi parameter distribusi umur produk secara efisien, bahkan dalam kondisi pengujian yang kompleks dan terbatas waktu.

Mengapa NH Distribution?
Distribusi NH merupakan perluasan dari distribusi eksponensial yang memiliki karakteristik hazard rate yang bisa meningkat, menurun, atau tetap, serta fungsi kepadatan yang selalu memiliki mode nol. Distribusi ini menjadi alternatif kuat dari Weibull, Gamma, maupun Exponentiated Exponential, karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai bentuk data umur produk. Fungsi kepadatan probabilitas (PDF) dari distribusi ini dinyatakan sebagai f(t; α, β) = αβ(1 + βt)^(α−1) exp[1 − (1 + βt)^α], dan dilengkapi dengan fungsi distribusi kumulatif serta survival function dalam bentuk tertutup.

Skema SSPALT dengan Adaptive Censoring
Dalam model SSPALT, produk pertama-tama diuji di bawah kondisi stres normal (Su) hingga waktu tertentu (τ). Setelah itu, produk yang belum gagal akan dialihkan ke stres tinggi (Sa) dan diuji hingga waktu censoring (η). Untuk menjelaskan transisi antar stres tersebut, digunakan model Tampered Random Variable (TRV), dengan Y = T jika T < τ dan Y = τ + (T − τ)/θ jika T > τ, di mana θ adalah acceleration factor (AF). Skema AT-II PHCS memperkenankan penghapusan unit uji secara bertahap bergantung pada waktu kegagalan dan kebijakan eksperimen, memberikan fleksibilitas tinggi serta efisiensi dalam pengujian.

Estimasi Parameter dan Inferensi Statistik
Parameter utama yang diestimasi dalam model ini adalah α (shape), β (scale), dan θ (faktor percepatan). Metodologi yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan penyelesaian numerik menggunakan iterasi Newton-Raphson. Mengingat bentuk fungsi likelihood yang kompleks, dilakukan juga perhitungan Fisher Information Matrix (FIM) untuk memperoleh confidence interval yang presisi terhadap estimasi parameter.

Kriteria Optimalitas: A dan D Optimality
Dalam rangka menentukan waktu transisi stres yang optimal, digunakan dua kriteria optimalitas. A-Optimality bertujuan untuk meminimalkan jumlah total variansi parameter, dengan mengacu pada trace dari matriks kovarian. Sementara itu, D-Optimality bertujuan untuk memaksimalkan determinan FIM, atau secara ekuivalen, meminimalkan Generalized Asymptotic Variance (GAV). D-Optimality digunakan untuk menentukan nilai τ optimal guna meningkatkan efisiensi pengujian.

Simulasi: Evaluasi Efektivitas Model
Simulasi dilakukan dalam berbagai kombinasi skenario dengan nilai parameter awal α = 1.5, β = 2.5, dan θ = 1.8. Nilai τ yang diuji adalah 1.75, 2.0, dan 2.5, sementara waktu censoring η ditentukan sebesar 2.5, 3.0, dan 4.0. Ukuran sampel n divariasikan menjadi 40, 50, dan 60 dengan jumlah unit yang diobservasi m sebanyak 25 dan 30. Tiga skema censoring diuji: pertama, penghapusan semua unit dilakukan di akhir; kedua, semua penghapusan dilakukan di awal; dan ketiga, dilakukan penghapusan secara bertahap. Dalam satu contoh hasil simulasi untuk n = 50, m = 30, dan τ = 1.75, diperoleh bahwa skema censoring bertahap menghasilkan estimasi paling akurat. Nilai MSE untuk parameter α, β, dan θ dalam skema ini tercatat sebagai yang terkecil, yang menandakan bahwa pendekatan ini memberikan performa statistik terbaik. Selain itu, nilai τ optimal (τ*) yang diturunkan dari D-optimality cenderung lebih kecil dari nilai τ awal, mengindikasikan bahwa transisi stres yang lebih awal akan memberikan efisiensi lebih tinggi.

Studi Kasus Nyata: Sistem Dapat Diperbaiki
Model ini juga diuji terhadap data nyata berupa waktu antar kerusakan dari sistem yang dapat diperbaiki, dengan 30 titik data waktu kegagalan. Distribusi NH digunakan untuk mengestimasi parameter secara aktual, dan hasilnya menunjukkan bahwa model berhasil mengestimasi parameter dengan stabil dan menunjukkan kesesuaian tinggi terhadap distribusi empiris data. Contoh data waktu kegagalan mencakup angka mulai dari 0.11 hingga 4.73, dan penerapan NH memberikan hasil yang konsisten terhadap pola kegagalan tersebut.

Analisis Interval Kepercayaan (CI)
Presisi estimasi juga diuji melalui analisis interval kepercayaan. Misalnya, untuk skenario dengan n = 60, m = 30, dan τ = 2.0, diperoleh interval kepercayaan 95% untuk parameter α antara 1.129 dan 1.865, untuk β antara 1.895 dan 3.119, dan untuk θ antara 1.394 dan 2.174. Interval yang sempit ini menunjukkan bahwa estimasi parameter sangat presisi, terutama ketika menggunakan skema censoring bertahap.

Kekuatan dan Keterbatasan Model
Salah satu kekuatan utama pendekatan ini adalah fleksibilitas distribusi NH yang mampu mencakup banyak distribusi umum sebagai kasus khusus. Selain itu, penggunaan AT-II PHCS memberikan kontrol dinamis terhadap proses censoring selama pengujian, memungkinkan pengelolaan sumber daya uji secara efisien. Estimasi parameter tetap akurat meskipun dilakukan dalam kondisi jumlah data terbatas. Namun demikian, terdapat pula beberapa keterbatasan, seperti kompleksitas fungsi likelihood dan FIM yang memerlukan perangkat lunak statistik khusus untuk penyelesaiannya. Selain itu, pendekatan ini belum mencakup metode berbasis pendekatan Bayesian, yang dapat menjadi pelengkap dalam analisis keandalan.

Kesimpulan: Efisiensi Tinggi untuk Produk Sangat Andal
Studi ini menawarkan pendekatan yang terintegrasi dan adaptif untuk pengujian umur produk dengan menggabungkan metode SSPALT, distribusi NH, dan censoring AT-II PHCS. Simulasi dan studi kasus nyata membuktikan bahwa pendekatan ini mampu menghasilkan estimasi parameter yang akurat, presisi tinggi, serta efisien dalam waktu dan sumber daya. Pendekatan ini sangat relevan untuk industri yang memerlukan pengujian keandalan produk dengan hasil cepat dan andal, seperti elektronik, otomotif, dan peralatan medis. Model ini dapat menjadi standar baru dalam perancangan uji keandalan produk masa depan.

Sumber asli :
Mustafa Kamal, Ahmadur Rahman, Shazia Zarrin, Haneefa Kausar – Statistical Inference Under Step Stress Partially Accelerated Life Testing for Adaptive Type-II Progressive Hybrid Censored Data, Journal of Reliability and Statistical Studies, Vol. 14, Issue 2 (2021).

Selengkapnya
Optimalisasi Pengujian Umur Produk dengan Step-Stress ALT dan Adaptive Hybrid Censoring Berbasis NH Distribution

Accelerated Life Testing

Strategi Cerdas Menekan Biaya Garansi: ALT & Rebate Warranty untuk Produk Tidak Dapat Diperbaiki

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 10 April 2025


Pendahuluan: Garansi, Biaya, dan Pentingnya Accelerated Life Testing (ALT)
Dalam dunia industri modern, jaminan kualitas produk tidak hanya menjadi nilai jual utama tetapi juga merupakan potensi beban biaya yang harus dikelola dengan strategi cermat. Salah satu pendekatan yang digunakan oleh produsen untuk mengurangi risiko biaya garansi adalah melalui Accelerated Life Testing (ALT), yaitu metode pengujian keandalan produk dengan mempercepat proses kegagalan menggunakan tingkat stres yang lebih tinggi dari kondisi operasional normal. Artikel ini secara khusus menghubungkan konsep ALT dengan kebijakan garansi pro-rata, terutama untuk produk yang tidak dapat diperbaiki seperti baterai dan ban. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk menghitung estimasi keandalan dan biaya penggantian produk dengan cara yang efisien, sehingga memungkinkan produsen menentukan waktu penggantian optimal sekaligus menekan pengeluaran garansi.

Konsep Dasar ALT dan Distribusi Generalised Exponential
ALT dalam studi ini dilakukan pada kondisi stres konstan dengan data yang mengalami sensor Tipe-I. Distribusi umur produk diasumsikan mengikuti Generalised Exponential Distribution (GED) dengan parameter α sebagai parameter bentuk yang bergantung pada tingkat stres dan β sebagai parameter skala yang konstan untuk semua level stres. Fungsi distribusi kumulatif GED dinyatakan sebagai F(t) = (1 - e^(-t/β))^α. Distribusi ini cocok untuk menggambarkan produk dengan tingkat kerusakan yang meningkat seiring waktu. Ketika nilai α lebih besar dari satu, laju kegagalan meningkat; jika α kurang dari satu, laju kegagalan menurun; dan jika α sama dengan satu, laju kegagalan bersifat konstan.

Model ALT dengan Pendekatan Power Rule dan Sensor Tipe-I
Parameter α di setiap level stres dimodelkan mengikuti Power Rule: αj = C × Vj^(-p), di mana C dan p merupakan parameter positif. Eksperimen dilakukan pada tiga level stres: V₁ = 1, V₂ = 1.5, dan V₃ = 2, dengan pembagian sampel yang merata untuk setiap level. Dari seluruh unit uji, sekitar 60% mengalami kegagalan sebelum mencapai waktu sensor yang telah ditentukan, t₀.

Estimasi Parameter dengan Maximum Likelihood Estimation (MLE)
Estimasi parameter dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk memperoleh nilai parameter β, C, dan p. Proses penyelesaian persamaan likelihood dilakukan melalui metode numerik Newton-Raphson. Fungsi keandalan untuk kondisi penggunaan normal diturunkan dari distribusi GED dan dinyatakan sebagai Ru(t) = 1 − (1 − e^(−t/β))^α.

Simulasi dan Evaluasi Performa Estimator
Simulasi Monte Carlo dilakukan sebanyak 1000 kali untuk empat ukuran sampel, yaitu n = 50, 100, 150, dan 200. Dua skenario nilai parameter awal diuji, dengan kombinasi β = 0.25 atau 1, C = 1 atau 1.5, dan p = 1 atau 1.5. Hasil simulasi menunjukkan bahwa estimasi parameter semakin presisi seiring bertambahnya jumlah sampel. Nilai relative absolute bias (RAB) dan mean square error (MSE) untuk masing-masing parameter menurun secara konsisten dengan bertambahnya n. Misalnya, pada n = 50, RAB untuk β sebesar 0.084 dengan MSE sebesar 0.078, sedangkan pada n = 200, RAB menurun drastis menjadi 0.008 dengan MSE hanya 0.010.

Prediksi Keandalan Produk dalam Kondisi Normal
Model digunakan untuk memprediksi keandalan produk pada kondisi stres normal, yaitu V = 0.5. Dengan parameter yang disimulasikan, misalnya β = 0.25, C = 1.5, dan p = 1, diperoleh nilai α sebesar 3.201. Fungsi keandalan produk dihitung untuk berbagai waktu penggunaan: pada t = 0.2, nilai R(t) adalah 0.8518; pada t = 0.4, R(t) menjadi 0.5141; dan pada t = 0.6, menurun lagi menjadi 0.2624. Hal ini menunjukkan bahwa seiring bertambahnya waktu penggunaan, tingkat keandalan produk menurun secara signifikan.

Kebijakan Penggantian Produk dalam Skema Garansi Pro-Rata
Penelitian ini juga memodelkan kebijakan penggantian produk yang tidak dapat diperbaiki dengan menggunakan pendekatan age replacement. Jika produk gagal sebelum umur garansi w, pelanggan akan menerima kompensasi dalam bentuk rebate proporsional, dengan fungsi R(t) = Cp × (1 − t/w) untuk 0 ≤ t ≤ w. Biaya total siklus penggantian dihitung dengan mempertimbangkan tiga skenario: jika produk gagal sebelum w, biaya adalah Cd + Cp − R(t); jika gagal setelah w, biaya menjadi Cd + Cp; dan jika produk diganti pada umur τ, biaya yang dibebankan hanya Cp. Dalam simulasi, digunakan nilai biaya downtime Cd sebesar 50 dan biaya penggantian Cp sebesar 1000.

Interpretasi Hasil Akhir dan Aplikasi Praktis
Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan masa garansi w menyebabkan kenaikan total biaya, sedangkan memperpanjang umur penggantian τ cenderung menurunkan cost rate (CR). Misalnya, untuk β = 2, α = 0.2, w = 5 dan τ = 7, diperoleh biaya ekspektasi E(C) sebesar 930.12, waktu ekspektasi E(T) sebesar 5.79, dan cost rate sebesar 230.88. Ketika α meningkat menjadi 0.4 dan w tetap 5, E(C) menurun menjadi 830.18 dan CR menjadi 204.67. Namun, jika masa garansi diperpanjang menjadi w = 8 dan τ menjadi 10, E(C) meningkat menjadi 1050.81, tetapi CR tetap terkendali di angka 216.66. Hasil ini mengindikasikan bahwa pemilihan umur penggantian yang tepat sangat penting untuk menyeimbangkan biaya dan keandalan produk, terutama pada produk dengan laju kerusakan yang lebih cepat.

Analisis Tambahan dan Kritik Terhadap Studi
Salah satu kekuatan utama penelitian ini adalah integrasi realistis antara model ALT dan kebijakan garansi untuk produk non-repairable. Pendekatan yang ditawarkan sangat aplikatif, khususnya untuk produk konsumen seperti baterai, lampu, dan ban, di mana penggantian lebih efisien daripada perbaikan. Selain itu, simulasi yang dilakukan menunjukkan estimator yang konsisten dan efisien di berbagai kondisi. Namun, studi ini masih memiliki keterbatasan, terutama pada aspek integrasi eksak dari model matematis yang bergantung pada pendekatan numerik. Model juga belum membahas secara menyeluruh skenario garansi dengan opsi perbaikan atau perpanjangan jangka waktu garansi. Oleh karena itu, pengembangan lanjutan disarankan untuk mencakup produk repairable dan penggunaan data empiris dari laporan purna jual sebagai validasi praktis model.

Kesimpulan Umum
Studi ini menggabungkan dua aspek penting dalam strategi manajemen kualitas: pengujian keandalan produk melalui Accelerated Life Testing dan kebijakan garansi pro-rata berbasis model matematis. Dengan menggunakan pendekatan Generalised Exponential Distribution dan power rule untuk memodelkan pengaruh stres terhadap waktu kegagalan, artikel ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memprediksi keandalan, mengelola biaya penggantian, dan menentukan umur penggantian optimal. Dalam konteks persaingan industri yang semakin ketat, metode ini dapat menjadi alat strategis bagi produsen untuk meningkatkan efisiensi operasional sekaligus memenuhi ekspektasi konsumen terhadap kualitas dan jaminan produk.

Sumber asli :
Showkat Ahmad Lone & Aquil Ahmed – Design and Analysis of Accelerated Life Testing and its Application Under Rebate Warranty, Sankhyā A: The Indian Journal of Statistics, 2020.

Selengkapnya
Strategi Cerdas Menekan Biaya Garansi: ALT & Rebate Warranty untuk Produk Tidak Dapat Diperbaiki
« First Previous page 2 of 8 Next Last »