BRIN Lakukan Riset Formula Mineral Blok untuk Dukung Peningkatan Produktivitas Sapi Potong

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi

10 Mei 2024, 06.19

Sumber: brin.go.id

Rendahnya kadar mineral dalam pakan hijauan sapi potong di Indonesia, menjadikan suplementasi mineral pada sapi bagi peternak menjadi penting. Untuk mencukupi kebutuhan suplementasi mineral ternak dan meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh ternak, Pusat Riset (PR) Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan kegiatan riset yang dimulai dari tahun 2022 dan sudah menghasilkan formula mineral blok yang dapat diperkaya (fortifikasi) dengan makroalgae (rumput laut) maupun herbal. 

Penjelasan mengenai formula blok dibahas dalam Webinar Risnov Ternak#1 secara daring yang diadakan oleh Pusat Riset Peternakan BRIN dengan tema “Formulasi, Fortifikasi dan Rancang Bangun Mesin Mineral Blok Guna Mendukung Peningkatan Produktivitas Sapi Potong” pada Kamis (07/03).

Dalam sambutannya, Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari mengatakan bahwa permintaan sapi potong sangatlah besar, mayoritas ada di peternak. Lebih dari 80% peternak memberi pakan sapi potong berupa pakan hijauan dalam jumlah terbatas, sehingga sapi mengalami defisiensi mineral yang sangat tinggi dan mengakibatkan pertumbuhan sapi kurang optimal. “Defisiensi mineral merupakan salah satu penyebab masih rendahnya produktivitas sapi dalam negeri sehingga pada tahun 2022 masih harus impor daging sapi sebesar 273.532 ton,” kata Puji.

“Diharapkan kolaborasi-kolaborasi dari PR Peternakan ada feedback dan masukan terhadap kegiatan riset dan inovasi mineral blok yang telah dikembangkan selama ini, guna mendukung peningkatan produksi daging sapi potong di Indonesia,” tambah Puji.

Sementara Kepala PR Peternakan ORPP BRIN, Tri Puji Priyatno menjelaskan bahwa dilihat dari aspek teknologi, penggunaan mineral blok merupakan teknologi delivery system yang sangat efektif untuk suplementasi mineral pada ternak ruminansia. Teknologi ini sesuai dengan behaviour ternak ruminan yang suka menjilat sehingga mudah diaplikasikan untuk mengatasi kekurangan mineral pada ternak.

“Mineral blok dapat menjadi sumber nutrisi ternak, seperti gula, protein, mineral dan vitamin, untuk menyeimbangkan asupan makanan dan dapat meningkatkan fermentasi rumen serta memperlancar pencernaan dan penyerapan nutrisi. Suplemen dalam mineral blok juga dapat meningkatkan produksi ternak, kesehatan dan imunitas, fungsi sistem pencernaan, homeostasis mikrobiota, metabolisme, dan kinerja reproduksi pada hewan ruminansia,” sambungnya.

Mineral blok dapat diperkaya dengan berbagai senyawa bioaktif untuk meningkatkan kesehatan dan performa ternak. Dengan perkembangan teknologi nano, ke depannya formula mineral blok dapat terus diperbaiki dan ditingkatkan efikasinya untuk meningkatkan produktivitas ternak.

“Dari aspek produktivitas riset, kegiatan riset mineral blok ini sangat produktif dalam menghasilkan output. Riset ini telah menghasilkan 6 KTI internasional, 2 Kekayaan Intelektual, 1 lisensi, 1 Perusahaan Pemula Berbasis Riset, 1 Ph.D., dan 1 calon Ph.D. Kami sangat mengapresiasi kinerja yang telah dicapai oleh Prof. Gunawan bersama timnya. Ini bisa menjadi model riset yang produktif untuk kita semua,” tambah Tri.

Sebagai pemateri pertama, Gunawan, Peneliti Ahli Utama PR Peternakan BRIN memaparkan materi berjudul “Formulasi dan Fortifikasi Mineral Blok Mendukung Peningkatan Produktivitas Ternak Sapi Potong”, menjelaskan bahwa mineral blok merupakan pakan tambahan mineral untuk hewan ruminansia, terutama bila hewan memerlukan tambahan mineral dalam makanannya, seperti pada masa pertumbuhan, bunting, laktasi dan menyusui. Kekurangan mineral dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, diare, penurunan reproduksi dan produksi.

Dijelaskan pula bahwa mineral blok ini berbentuk silinder, memiliki diameter 8,5 cm dan tinggi 12 cm,  berat 1 kg. 1 buah mineral blok dapat untuk 1 ekor sapi dewasa selama 3-4 bulan. Saat ini terdapat 3 produk mineral blok yaitu  mineral blok non fortifikasi (kemasan kuning), fortifikasi makro alga (kemasan hijau) dan fortifikasi herbal (kemasan merah). Mineral blok yang telah diproduksi dan dipasarkan adalah mineral blok non fortifikasi. Produksi dilakukan oleh kelompok tani secara manual, sedangkan produksi oleh mitra industri menggunakan mesin.

“Keunggulan mineral blok yaitu praktis, efektif, efisien dan murah karena mudah disajikan (cukup digantung di kandang sapi), dapat dikonsumsi oleh sapi setiap saat dan sesuai kebutuhan. Satu buah mineral blok (berat 1 kg) seharga Rp.10.000 dapat digunakan untuk 1 ekor sapi dewasa selama 3-4 bulan. Mineral blok disukai oleh sapi karena rasanya asin (menggunakan garam), tidak mudah pecah karena memiliki kuat tekan yang tinggi dan tahan disimpan karena bahan kering lebih dari 86%,” ungkap Gunawan.

“Adapun manfaat dari penggunaan mineral blok pada sapi yaitu dapat mengatasi kebutuhan mineral dan meningkatkan produktivitas ternak. Selain itu pembuatan mineral blok juga dapat membangkitkan kreativitas penyediaan mineral untuk ternak sapi dan menciptakan peluang usaha bagi petani, kelompok tani maupun mitra industri,” imbuhnya.

Tim Periset Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) dan PR Peternakan yang diketuai oleh Astu Unadi, melakukan riset dan rancang bangun mesin pencetak mineral block untuk suplemen pakan sapi.

Dalam paparannya yang berjudul “Rancang Bangun Mesin Mineral Blok Mendukung Peningkatan Produktivitas Ternak Sapi Potong”,  Astu menjelaskan bahwa pencetak mineral blok konvensional yang menggunakan pipa paralon menyebabkan kapasitas produksi rendah sehingga diperlukan mesin pencetak mineral blok untuk UMKM. Hal ini menjadikan adanya kebaruan dengan diciptakannya mesin pencetak mineral blok berlobang tengah dengan sistem hydroulik multi cetakan dengan produk mineral blok berbentuk silinder dengan diameter 8,5 cm dan tinggi 12 cm serta dengan kekuatan tekan lebih dari 40 kg/cm2. Mesin ini memiliki kapasitas UMKN (250-400 bata/jam).

“Alat uji mineral blok dibuat dengan karakteristik diameter hidroulik silinder 40 mm, panjang langkah 300 mm, tekanan maksimum 200 kg/cm2, dan gaya tekan maksimum 10 000 kg. Sedangkan untuk konsep rancangan mesin dibuat untuk peternak maupun UMKM dengan menggunakan 4 pencetak, lobang ditengah, sistem hydraulic. Cetakan bergerak naik dan turun dengan menggunakan 1 silinder hidroulik penekan, 2 silinder hidroulik pengangkat cetakan serta menggunakan pompa hidroulik 2 hp dan hand valve dengan tekanan hidroulik maksimum 250 kg/cm2,” rinci Astu.

Selain itu dijelaskan pula cara kerja dari alat tersebut yaitu dasar cetakan merapat ke nampan cetakan yang berada diatas meja dasar cetakan, kemudian campuran bahan mineral blok di isikan ke dalam cetakan. Selanjutnya silinder hidroulik utama akan menekan cetakan sehingga mineral blok tercetak dan as silinder hidroulik dengan ukuran yang lebih kecil mengangkat. 

Sumber: https://brin.go.id/