Analisis Kerentanan Bencana Erupsi Gunung Patah Menggunakan Metode Geospasial

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah

24 April 2025, 10.52

pexels.com

Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat aktivitas vulkanik tertinggi di dunia. Posisi geografisnya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama—Lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Hindia-Australia, dan Lempeng Samudera Pasifik—menjadikannya rawan terhadap bencana geologi, termasuk letusan gunung berapi. Salah satu gunung api yang berpotensi menimbulkan ancaman adalah Gunung Patah di Kabupaten Kaur, Bengkulu.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2021) menggunakan metode weighting overlay berbasis geospasial untuk memetakan zona kerentanan terhadap bencana erupsi Gunung Patah. Hasil penelitian ini sangat penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam menyusun strategi mitigasi yang efektif.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengadopsi metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis spasial untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan bencana. Beberapa langkah yang dilakukan meliputi:

  • Pengumpulan dan Pengolahan Data:
    • Digital Elevation Model (DEM) untuk analisis topografi.
    • Peta geologi, peta tutupan lahan, dan peta RBI Kabupaten Kaur.
    • Data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
  • Analisis Kerentanan dengan Pendekatan Pembobotan:
    • Faktor sosial: kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, dan rasio jenis kelamin.
    • Faktor fisik: ketersediaan fasilitas umum dan kepadatan rumah.
    • Faktor lingkungan: luas hutan lindung dan keberadaan lahan kritis.
  • Pemetaan Zona Risiko:
    • Klasifikasi menjadi tiga tingkat kerentanan: tinggi, sedang, dan rendah.
    • Pembuatan peta tiga dimensi menggunakan software QGIS dan plugin Qgis2threejs.

Hasil dan Analisis

Distribusi Zona Kerentanan

Hasil analisis menunjukkan bahwa Kabupaten Kaur memiliki tiga kategori kerentanan:

  1. Zona Kerentanan Tinggi (25% dari total wilayah studi)
    • Kecamatan Padang Guci Hulu dan Padang Guci Hilir.
    • Faktor utama: kepadatan penduduk tinggi dan keterbatasan jalur evakuasi.
  2. Zona Kerentanan Sedang (35%)
    • Kecamatan Kinal, Muara Sahung, Lungkang Kule, Semidang Gumay, Luas, dan Tetap.
    • Faktor utama: wilayah ini memiliki tingkat infrastruktur yang cukup baik tetapi tetap berisiko tinggi terhadap aliran lahar.
  3. Zona Kerentanan Rendah (40%)
    • Kecamatan Tanjung Kemuning, Kaur Utara, Kelam Tengah, Kaur Tengah, Kaur Selatan, Maje, dan Nasal.
    • Faktor utama: lokasi lebih jauh dari pusat erupsi dan populasi yang lebih jarang.

Strategi Mitigasi

Dari hasil penelitian, beberapa langkah mitigasi perlu diterapkan untuk mengurangi risiko bencana:

  1. Peningkatan Sistem Peringatan Dini
    • Pemasangan sensor seismik dan pemantauan aktivitas vulkanik.
    • Sosialisasi peringatan dini berbasis teknologi kepada masyarakat setempat.
  2. Penguatan Infrastruktur Evakuasi
    • Pembangunan jalur evakuasi yang lebih cepat dan aman.
    • Peningkatan kapasitas tempat pengungsian di zona kerentanan tinggi.
  3. Edukasi dan Simulasi Bencana
    • Penyuluhan kepada masyarakat mengenai tindakan darurat saat terjadi erupsi.
    • Latihan evakuasi yang dilakukan secara berkala.

Perbandingan dengan Studi di Gunung Merapi

Sebagai bahan perbandingan, penelitian di Gunung Merapi (Haeriah et al., 2018) menunjukkan bahwa:

  • Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi lebih rentan terhadap dampak erupsi.
  • Infrastruktur yang baik dan sistem peringatan dini dapat secara signifikan mengurangi jumlah korban.
  • Keterlibatan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana adalah faktor utama dalam mitigasi yang berhasil.

Dari perbandingan ini, Kabupaten Kaur dapat mengadopsi praktik terbaik dari Gunung Merapi untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana.

Kritik dan Tantangan Penelitian

Meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga, terdapat beberapa keterbatasan:

  • Kurangnya Data Sosial-Ekonomi Detail: Beberapa parameter seperti rasio orang cacat tidak dapat dimasukkan karena keterbatasan data.
  • Belum Memasukkan Faktor Hidrometeorologi: Faktor cuaca dan curah hujan dapat memperburuk dampak erupsi melalui pembentukan lahar.
  • Kurangnya Simulasi Pergerakan Material Vulkanik: Model penyebaran abu vulkanik dan aliran piroklastik belum dimasukkan dalam analisis.

Untuk penelitian lanjutan, integrasi dengan model simulasi erupsi berbasis numerik dapat memberikan hasil yang lebih akurat dalam memprediksi dampak bencana.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini memberikan pemetaan kerentanan yang komprehensif terhadap erupsi Gunung Patah. Dengan pendekatan berbasis SIG, studi ini berhasil mengidentifikasi zona-zona dengan tingkat risiko tinggi dan menawarkan strategi mitigasi yang dapat diterapkan.

Untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, pemerintah daerah perlu:

  • Mengembangkan sistem pemantauan vulkanik yang lebih canggih.
  • Mempercepat pembangunan infrastruktur evakuasi di daerah risiko tinggi.
  • Meningkatkan edukasi masyarakat tentang bahaya erupsi dan langkah-langkah mitigasinya.

Dengan implementasi strategi ini, diharapkan dampak dari erupsi Gunung Patah dapat dikurangi secara signifikan.

Sumber Referensi:

  • Wibowo, R. C., et al. (2021). Analisis Peta Kerentanan Bencana Erupsi Gunung Patah Berbasis Geospasial Dengan Metode Weighting Overlay di Kabupaten Kaur. Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri, 02(02), 7-12.