Rantai Pasok Digital

Evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0: Tinjauan Sistematis dan Arah Penelitian Masa Depan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Pendahuluan

Artikel "From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions" oleh Guilherme F. Frederico, membahas evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0 dalam konteks Industri 5.0. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana fenomena Industri 5.0 mempengaruhi rantai pasok melalui tinjauan literatur sistematis.

Latar Belakang dan Motivasi

Industri 4.0 telah memicu diskusi luas di kalangan akademisi dan praktisi, memengaruhi pasar kompetitif global. Namun, perhatian terhadap peran manusia dalam lingkungan teknologi baru ini telah memunculkan konsep Industri 5.0. Industri 5.0 menekankan kolaborasi antara manusia dan robot, personalisasi produk massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang bagaimana Industri 5.0 akan memengaruhi rantai pasok.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi konstruk yang membentuk konsep Industri 5.0 (RQ1).
  2. Menyelaraskan konstruk Industri 5.0 dengan konteks rantai pasok (RQ2).
  3. Merumuskan pertanyaan penelitian utama terkait Supply Chain 5.0 untuk mendorong penelitian lebih lanjut (RQ3).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR). Prosesnya meliputi:

  1. Perencanaan: Menentukan kata kunci pencarian ("Industry 5.0", "Supply Chain", "Society 5.0", "Industry 4.0"), database (Web of Science dan Scopus), dan periode waktu (2015-2021).
  2. Pelaksanaan: Mengidentifikasi 330 artikel, menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi, serta menganalisis data.
  3. Pelaporan: Menyajikan hasil secara terstruktur berdasarkan analisis sampel artikel yang relevan.

Kerangka Teoretis

Artikel ini membahas konsep-konsep kunci berikut:

  • Industri 4.0: Revolusi industri yang didorong oleh digitalisasi dan teknologi otomatisasi.
  • Industri 5.0: Evolusi dari Industri 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi, dan keberlanjutan.
  • Supply Chain 4.0: Penerapan teknologi Industri 4.0 dalam manajemen rantai pasok.
  • Supply Chain 5.0: Konsep baru yang mencakup kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan Society 5.0 dalam konteks rantai pasok.
  • Society 5.0: Visi masyarakat yang sangat cerdas yang didukung oleh teknologi Industri 4.0 dan 5.0.

Hasil dan Diskusi

Identifikasi Konstruk Industri 5.0 (RQ1)

Analisis literatur menghasilkan empat konstruk utama Industri 5.0:

  1. Strategi Industri: Fokus pada visi dan tujuan strategis Industri 5.0.
  2. Inovasi dan Teknologi: Teknologi yang mendasari Industri 5.0, seperti AI, IoT, dan robotika kolaboratif.
  3. Masyarakat dan Keberlanjutan: Dampak sosial dan lingkungan dari Industri 5.0.
  4. Isu Transisi: Tantangan dan peluang dalam transisi dari Industri 4.0 ke Industri 5.0.

Penyelarasan Konstruk dengan Rantai Pasok (RQ2)

Konstruk Industri 5.0 diselaraskan dengan konteks rantai pasok, membentuk dasar untuk kerangka kerja Supply Chain 5.0. Ini mencakup:

  • Kolaborasi Manusia-Robot (Cobot): Mengintegrasikan robotika dengan keterampilan manusia untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi.
  • Personalisasi Massal: Memenuhi kebutuhan pelanggan individu melalui produksi yang fleksibel dan adaptif.
  • Society 5.0: Menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Agenda Penelitian Supply Chain 5.0 (RQ3)

Artikel ini mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0, termasuk:

  • Bagaimana teknologi Industri 5.0 dapat meningkatkan kolaborasi antara manusia dan robot dalam rantai pasok?
  • Bagaimana rantai pasok dapat mengadopsi model personalisasi massal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan individu?
  • Bagaimana rantai pasok dapat berkontribusi pada tujuan keberlanjutan dan sosial Society 5.0?

Studi Kasus dan Angka

Artikel ini, yang didasarkan pada tinjauan literatur, tidak menyajikan studi kasus atau angka spesifik. Namun, artikel ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan potensi Industri 5.0 untuk meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan keberlanjutan dalam rantai pasok.

Kesimpulan

Artikel ini menyimpulkan bahwa Supply Chain 5.0 merupakan evolusi dari Supply Chain 4.0 yang menekankan kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan fokus pada masyarakat yang cerdas (Society 5.0). Artikel ini mengidentifikasi empat konstruk utama Industri 5.0 dan mengusulkan agenda penelitian untuk Supply Chain 5.0.

Implikasi Manajerial

Artikel ini menawarkan implikasi manajerial berikut:

  • Organisasi perlu memahami dan merangkul konsep Industri 5.0 dan Supply Chain 5.0.
  • Organisasi perlu berinvestasi dalam teknologi dan keterampilan yang mendukung kolaborasi manusia-robot, personalisasi massal, dan keberlanjutan.
  • Organisasi perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain untuk menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan, inklusif, dan berpusat pada manusia.

Penelitian Masa Depan

Artikel ini menyarankan beberapa area untuk penelitian masa depan, termasuk:

  • Studi empiris untuk menguji kerangka kerja Supply Chain 5.0.
  • Penelitian tentang dampak Supply Chain 5.0 pada kinerja rantai pasok.
  • Penelitian tentang peran pemerintah dalam mempromosikan adopsi Supply Chain 5.0.

Sumber Artikel: Frederico, G.F. From Supply Chain 4.0 to Supply Chain 5.0: Findings from a Systematic Literature Review and Research Directions. Logistics 2021, 5, 49.

Selengkapnya
Evolusi dari Supply Chain 4.0 ke Supply Chain 5.0: Tinjauan Sistematis dan Arah Penelitian Masa Depan

Pertanian

Peran Sektor Peternakan bagi Ekonomi Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Kontribusi sektor peternakan pada Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dilihat dari PDB triwulan atas dasar harga konstan tahun 2021-2022 yaitu berkontribusi sebesar Rp 167,63 triliun dan pada triwulan ke-1 2022 berkontribusi 46,06 triliun. Dari data tersebut bisa terlihat, pada kuartal I 2022 peternakan memberikan kontribusi 6,92% (year on year/yoy).

Masih dari sumber yang sama, tercatat bahwa Jawa Barat menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan ternak besar dan kecil di Indonesia. Pada 2022 terdapat 22 perusahaan, meningkat 1 unit dibandingkan tahun 2021.

Apa itu Peternakan?

Menurut Wikipedia, peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

Secara umum, pasti kamu sudah tahu peran peternakan. Ya, yang paling banyak orang tahu yaitu memenuhi kebutuhan pangan khususnya protein hewani dan juga sumber pendapatan atau peluang kerja. Akan tetapi, masih ada peran lain dari peternakan seperti memenuhi usaha pertanian yang berkelanjutan dan perbaikan lingkungan hidup serta menghindari masyarakat dari kemiskinan.

Pada kenyataanya, peran untuk memenuhi kebutuhan pangan dari segi angka konsumsi daging di Indonesia masih rendah. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata konsumsi daging sapi/kerbau di Indonesia sebesar 0,009 kilogram (kg) per kapita per minggu selama periode 2017-2021.

Jenis-Jenis Peternakan

Proporsi Peternakan Unggas

Jenis-jenis ternak di Indonesia terbagi kedalam beberapa kategori, di antaranya:

  1. Ternak Besar

Yang tergolong dalam kategori ternak besar di antaranya sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda. Menurut laporan Badan Pusat Statistik “Peternakan dalam Angka 2022” berikut angka terkait populasi ternak besar di Indonesia:

  • Populasi sapi potong di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2021 menunjukkan grafik yang cenderung stagnan. Pada tahun 2015 populasi sapi potong di Indonesia sebesar 15,42 juta ekor dan terus bertumbuh secara positif hingga mencapai 17,44 juta ekor pada tahun 2020, dan pada tahun 2021 mencapai 18,05 juta ekor
  • Populasi sapi perah tertinggi terdapat di Jawa Timur sekitar 301,78 ribu ekor, diikuti oleh Jawa Tengah sebanyak 142,12 ribu ekor, dan Jawa Barat sebanyak 119,92 ribu ekor pada tahun 2021. Sedangkan Bali, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat adalah provinsi-provinsi yang tidak ada populasi sapi perah pada tahun 2021.
  • Secara umum populasi kerbau antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 mengalami turun naik untuk jumlah populasinya yaitu 1,34 juta di tahun 2015 kemudian menurun tiap tahunnya sampai dengan tahun 2018 yaitu berjumlah 894 ribu ekor. Kemudian pada tahun 2019 mulai ada kenaikan hingga sekarang yaitu menjadi sebanyak 1,19 juta ekor pada tahun 2021. Dominasi populasi ternak kerbau terdapat di Sumatera yaitu sebesar 37,96 persen, dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 25,96 persen.
  • Populasi kuda di Indonesia pada tahun 2015 tercatat 0,43 juta ekor dan terus mengalami pertumbuhan negatif hingga mencapai hanya 0,37 juta ekor di tahun 2019 dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar minus 1,08 persen sampai dengan tahun 2021.
  1. Ternak Kecil

Yang tergolong dalam ternak kecil antara lain kambing, domba, dan babi. Untuk kambing dibedakan dalam 3 jenis antara lain kambing lokal, kambing asli, dan kambing import. Masih dari hasil riset Badan Pusat Statistik, berikut ini angka populasi untuk ternak kecil di Indonesia.

  • Populasi kambing di Indonesia pada tahun 2015 tercatat 19,01 juta ekor dan bergerak perlahan hingga mencapai 19,23 juta ekor pada tahun 2021. Secara regional, populasi kambing tertinggi berada di Pulau Jawa. Populasi kambing secara rata-rata juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,23 persen per tahun.
  • Pertumbuhan populasi babi tahun 2021 sudah mulai ada kenaikan pertumbuhannya yaitu sekitar 0,58 persen per tahunnya
  • Populasi domba yang setiap tahun mengalami pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,97 persen per tahun.
  1. Ternak Unggas

Ayam dan itik termasuk dalam kategori ternak unggas. Termasuk segala jenis ayam misalkan ayam petelur, ayam buras, dan pedaging. Pun begitu dengan itik misalkan itik manila.

  • Populasi ayam ras pedaging mengalami kenaikan pada tahun 2021 yang tidak terjadi pada tahun sebelumnya yang mengalami penurunan pada tahun 2020 mencapai 7,9 persen dari tahun 2019 dari semula 3,17 miliar ekor menjadi 2,92 miliar ekor
  • Populasi ayam ras petelur di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 368,19 juta ekor. Populasi terbesar berada di Pulau Jawa sebesar 232,88 juta ekor
  • Populasi itik manila di Indonesia tahun 2021 tercatat 8,34 juta ekor. Secara regional/ pulau, populasi itik manila terbesar di Pulau Jawa.
  1. Aneka Ternak

Yang termasuk dalam aneka ternak di antaranya kelinci dan burung puyuh.

  • Populasi kelinci di Indonesia tahun 2021 tercatat sekitar 1,20 juta ekor. Secara regional/pulau, populasi kelinci terbesar berada di Pulau Jawa. Bila dijabarkan menurut Provinsi populasi kelinci terbesar menurut provinsi yaitu Jawa Timur sebanyak 353,50 ribu ekor disusul oleh Jawa Tengah sebanyak 320,62 ribu ekor
  • Populasi burung puyuh di Indonesia tahun 2021 tercatat 15,23 juta ekor. Provinsi dengan populasi burung puyuh terbesar adalah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 4,59 juta ekor disusul oleh Jawa Timur sebanyak 4,29 juta ekor.

Ciri-Ciri Usaha Peternakan Indonesia

Jenis-jenis ternak bisa juga dikatakan sebagai ciri-ciri usaha peternakan dilihat dari populasinya. Ada lagi, ciri-ciri peternakan berdasarkan cara yang terjadi dari masa ke masa.

  1. Peternakan Tradisional

Peternakan tradisional adalah sistem pemeliharaan ternak yang telah digunakan selama berabad-abad. Cara ini ditandai dengan penggunaan metode berteknologi rendah dan fokus pada peternakan berkelanjutan. Sistem peternakan tradisional sering dijumpai di negara-negara berkembang, di mana mereka menjadi sumber makanan dan pendapatan penting bagi masyarakat pedesaan.

Adapun ciri-cirinya antara lain:

  • Jumlah ternak sedikit
  • Tenaga umum berasal dari keluarganya sendiri
  • Kurang menyerap teknologi
  • Pendapatan atau keuntungan masih rendah
  1. Peternakan Backyard

Salah satu bentuk peternakan yang dilakukan dalam skala kecil. Cara ini sering dilakukan oleh individu atau keluarga yang memelihara ternak untuk digunakan sendiri. Peternakan di halaman belakang atau backyard bisa menjadi cara yang berkelanjutan untuk menghasilkan makanan, tetapi penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati kebutuhan hewan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Adapun ciri-ciri dari usaha peternakan backyard antara lain:

  • Jumlah ternak sedikit karena terbatas lahan
  • Penggunaan teknologi skala menengah
  • Biasanya digunakan oleh usaha ternak ayam, ras atau sapi perah
  1. Peternakan Modern

Bentuk peternakan yang dilakukan dalam skala besar. Ditandai dengan penggunaan metode teknologi tinggi dan fokus pada efisiensi. Sistem pertanian modern sering dijumpai di negara-negara maju, di mana mereka menjadi sumber makanan penting bagi sejumlah besar orang.

Peternakan Indonesia Berkembang Cepat

2018 lalu, Presiden Joko Widodo dalam acara “Indo Livestock” Pameran Peternakan yang diadakan di Jakarta menjelaskan bahwa komoditas peternakan Indonesia sudah banyak diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Vietnam, dan Malaysia. Selain itu, di bidang industri peternakan, ayam kampung sudah dapat menghasilkan sampai 100 ribu day old chicken (DOC). 

Di bidang teknologi peternakan, inseminasi buatan dan transfer embrio di Indonesia sudah diakui oleh negara lain. Teknologi inseminasi buatan dan transfer embrio tersebut dapat meningkatkan rata-rata populasi ternak Indonesia sebesar 8 persen. 

Terkait penyakit, peternakan di Indonesia belum sepenuhnya bebas dari penyakit misalkan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), hal ini bisa disiasati dengan memasifkan pelaksanaan vaksinasi, dan juga pendataan ternak.

Sumber: https://www.pasarmikro.id/

Selengkapnya
Peran Sektor Peternakan bagi Ekonomi Indonesia

Pertanian

IPB Pamer Teknologi Kedokteran Hewan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Puluhan dokter hewan berkumpul di 1st Indonesia Animal Hospital and Clinic Expo 2017 (Inahex) yang dihelat di IPB International Center, kemarin (23/8). Selain memamerkan teknologi teranyar di dunia kedokteran hewan, hadir juga pemateri yang didatangkan langsung dari Jepang, Australia, dan Thailand.

Ketua Panitia Inahex 2017, Deni Noviana menuturkan, pameran peralatan kedokteran hewan ini merupakan yang pertama di Indonesia. Rencananya akan menjadi event rutin dua tahunan, sekaligus dies natalis IPB.

“Inisiasi awalnya, pertama, peralatan kedokteran hewan berkembang sangat pesat. Mungkin kita sudah biasa mendengar CT Scan dan MRI. Nah, kalau di luar negeri, peralatan canggih untuk hewan itu sudah biasa. Namun, di Indonesia kan masih awam,” jelas dia.

Apalagi, klinik hewan dan rumah sakit hewan di Indonesia makin banyak. di Bogor saja sudah ada RS Hewan IPB. Namun, di masing-masing rumah sakit hewan perlu standar yang baik. Sebab itu, di Inahex ini ada pemaparan soal standarisasi yang dilakukan klinik atau rumah sakit hewan. “Kegiatan ini juga merupakan pendidikan berkelanjutan. Ke depan, bukan hanya peralatan, melainkan juga teknik pengobatan terbaru kepada dokter hewan akan turut dipamerkan,” ucapnya.

Dia juga menekankan bahwa penanganan di rumah sakit hewan sangat berbeda dengan rumah sakit pada jamaknya. Pasalnya, ada yang disebut klinik mandiri, praktik bersama, rumah sakit hewan, dan rumah sakit hewan khusus. Nah, masing-masing tempat tersebut pasti memiliki standar khusus, yang berdampak ke alat. “Alatnya sudah ada sekarang, jadi, standar pelayanannya yang akan kita buat. Alat-alatnya sudah masuk di Indonesia dan telah memiliki izin,” ungkapnya.

Di Inahex 2017, ada 15 peralatan yang dipamerkan. Salah satunya berasal dari Jerman yang disebut dengan endoskopi. Teknologi ini fungsinya untuk memasukkan kamera ke dalam tubuh hewan tanpa harus melakukan pembedahan. “Di manusia sudah biasa, di hewan juga. Tapi, hanya dilakukan di rumah sakit hewan berskala besar. Hal itu tetap kita masyarakatkan dan perlu distandarkan soal endoskopi pada hewan ini,” cetusnya.

Sejatinya, teknologi endoskopi juga bisa untuk manusia. Namun, diyakininya endoskopi pada hewan jelas bukan modifikasi. Artinya, benar-benar diperuntukkan bagi hewan. Jadi, alatnya lebih mahal dibandingkan endoskopi pada manusia. “Untuk klinik hewan memang sedang berkembang dan pesat pertumbuhannya. Bukan hanya di Bogor. Seiring tingkat kepedulian masyarakat pada hewan yang juga meningkat,” urainya.

Sumber: https://www.radarbogor.id/

Selengkapnya
IPB Pamer Teknologi Kedokteran Hewan

Pertanian

Mengenal Aplikasi Nanoteknologi Kedokteran Hewan dan Peternakan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Penerapan nanoteknologi sangat gencar digunakan di subsektor kedokteran hewan dan peternakan. Penerapan nanoteknologi semakin meluas penggunaannya untuk diagnosis, terapi, produksi vaksin hewan dan disinfektan peternakan. Juga untuk pemuliaan dan reproduksi ternak, serta nutrisi hewan. Penerapannya sangat menjanjikan untuk kemajuan subsektor kedokteran hewan dan peternakan dalam rangka meningkatkan produksi pangan terutama untuk pemenuhan penyediaan protein hewani.

Penerapan nanoteknologi (NT) dalam bidang kedokteran hewan tidak hanya terbatas pada pencegahan dan pengendalian penyakit tetapi meluas ke bidang lainnya yang bertujuan agar pemeliharaan ternak lebih menguntungkan bagi peternak. Penerapan nanoteknologi mencakup nutrisi hewan, reproduksi dan bahkan kesejahteraan hewan dan keamanan produk turunannya seperti produk perawatan hewan kesayangan misal shampo dan body lotion.

Faktor penting yang berdiri di belakang berbagai penerapan nanoteknologi ini yaitu variasi dalam struktur, sifat, dan pengembangannya. Berbagai jenis nanoteknologi dan penerapannya di bidang kedokteran hewan dan peternakan dibahas secara ringkas satu per satu dengan rujukan ilmiah yang ditulis oleh Amr El-Sayed dan Mohamed Kame dari Universitas Cairo, berjudul Advanced applications of nanotechnology in veterinary medicine dalam Environmental Science and Pollution Research International, tahun 2020.

Diaknosis

Gabungan nanopartikel (NP) dengan antibodi spesifik tumor memungkinkan diagnosis kanker dini yang mencerminkan:

  • (a) tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik.
  • (b) pemindaian seluruh tubuh terhadap lesi metastasis.

Ketika sebagai agen pencitraan, zatnya tampak lebih cerah, bertahan lebih lama di dalam tubuh dan memungkinkan penggunaannya berulang tanpa membatasi hati/ginjal.

Nanorobot dapat digunakan dalam bedah mikro investigasi/terapi. Nanorobot ini juga dapat menggunakan nanokamera untuk membantu saat dilakukan operasi.

Nanoteknologi (NT) bisa menyediakan alat skrining/diagnostik yang sangat cepat. Penggunaan chip array-nano dengan kepadatan tinggi memungkinkan mendeteksi ribuan protein, gen, antigen, atau biomarker penyakit secara bersamaan.

Terapi

Nanoteknologi (NT) memudahkan dalam memanipulasi sifat fisik atau kimia bahan selama pembuatan sesuai dengan penerapan yang direncanakan dan menyediakan varian yang tak terbatas. Pada gilirannya, memungkinkan konsep personalisasi terapi dan diagnosis.

NT memungkinkan pembuatan formulasi yang mengandung agen diagnosis dan terapi dalam satu formulasi yang disebut nanotheranostic.

NT dicirikan dengan stabilitas meskipun dibawah tekanan dan suhu tinggi.

Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel dapat melewati hambatan fisiologis yang berbeda sebagai sawar darah otak (blood-brain barrier/BBB), atau melalui membran sel/nukleus untuk mencapai situs targetnya dan menghindari deteksi dan eliminasi dengan sistem retikuloendotelial.

Nanopartikel biokompatibel, dapat dengan mudah berintegrasi dengan sistem biologis organisme tanpa menyebabkan inflamasi atau respons imun negatif.

Memfasilitasi pemberian sediaan jumlah banyak sehingga mengganti obat suntik dengan aplikasi topikal.

Nanoteknologi menargetkan lesi patologis secara efektif dan selektif dimanfaatkan untuk :

  • (a) pengobatan yang lebih efisien (prognosis/indeks terapi lebih baik);
  • (b) pengurangan volume sirkulasi obat, yang berarti lebih sedikit ekskresi di ginjal dan inaktivasi di hati terhadap obat misalnya meningkatkan ketersediaan hayati obat;
  • (c) meminimalkan dosis terapi yang diperlukan yang mempunyai dampak ekonomi; dan
  • (d) menghindari efek sitotoksik (kerusakan sel) pada jaringan sehat sehingga menurunkan kejadian dan intensitas efek samping.

NT menyediakan sarana penghantaran obat jangka panjang untuk penghantaran antibiotik, nanomineral, hormon, antioksidan, vitamin, asam nukleat, dan agen pencitraan.

NT memungkinkan pengobatan patogen yang resisten terhadap multi-antibiotik (seperti MRSA dan XDR− / TDR− / MDR-TB), patogen intraseluler (seperti infeksi Brucella dan Leishmania) dan penyakit kronis tidak menular.

Nanopartikel terapi generasi baru sangat spesifik untuk target yang berbeda, berbagai Nanopartikel dikembangkan untuk mengobati genotipe dan fenotipe sel kanker yang berbeda. Juga untuk mengobati tumor ganas yang kebal terhadap kemoterapi. Nanoteknologi bisa berfungsi melalui beberapa mekanisme, misal nanopartikel dapat menghilangkan sel kanker dengan penghantaran agen kemoterapi, pemanasan sel, immunosupresif selektif, atau dengan cara mematikan gen yang menimbulkan apoptosis. Penggunaan Nanopartikel yang digabungkan dengan antibodi spesifik tumor memungkinkan eliminasi sel kanker metastatik dari sel primer lesi.

NT membuka cakrawala baru untuk rekayasa jaringan dan pencangkokan tulang.

NT memberikan konsep baru untuk terapi gen, penghantaran DNA, RNA, protein atau peptida kecil di dalam sel.

Mikro-robotika yang dikembangkan dapat menggantikan sel darah merah (untuk pertukaran oksigen/karbon dioksida) dan sel darah putih (untuk mencegah sirkulasi patogen).

Pencegahan

NT membuat pengembangan vaksin dan adjuvan baru yang lebih aman, efisien dan stabil ketika disimpan.

Uji coba untuk mengembangkan sensor nirkabel yang dapat ditanamkan di bawah kulit pasien berisiko untuk mengukur berbagai fungsi vital dan tingkat protein target tertentu. Ini berguna untuk mengingatkan setiap perubahan vital kondisi kesehatan pasien dengan pemantauan real-time.

Nanoteknologi kedokteran hewan

Nanoteknologi memberikan pilihan hal yang sama kepada dokter hewan seperti juga dokter, termasuk terapi, diagnosis, rekayasa jaringan, produksi vaksin, dan disinfektan modern. Penerapan nano sudah digunakan di bidang kesehatan hewan dan produksi ternak, pembiakan dan reproduksi ternak, dan nutrisi ternak. Penghantaran obat langsung ke sel target memungkinkan penggunaan dosis yang sangat rendah, pada gilirannya meminimalkan residu obat dan waktu henti obat (withdrawal time) pada hewan ternak.

Diagnosis dan pengobatan 

Nanoteknologi menawarkan solusi revolusioner untuk sebagian besar masalah serius yang dihadapi dokter hewan seperti tuberkulosis, brucellosis, Staphylococcus aureus resisten methicillin (MRSA), penyakit mulut dan kuku (PMK), bahkan infeksi dengan patogen intraseluler.

Penerapan nanodrug menawarkan banyak keuntungan dibandingkan obat konvensional dalam banyak aspek, salah satunya adalah pengambilan keputusan independen. Misalnya, mengikat gentamisin dengan penaut peptida ke hidrogel, menjaga gentamisin secara medis tidak aktif selama penautnya utuh. Penaut peptida hanya dapat diuraikan oleh enzim protease yang diproduksi oleh Pseudomonas aeruginosa. Gentamisin hanya akan dibebaskan dan diaktifkan dengan Pseudomonas aeruginosa. Nanoteknologi menargetkan toksin dan reseptor bakteri juga dikembangkan untuk mengikat mikroflora patogen usus sebelum dibuang ke luar tubuh.

Perkembangan nanopartikel dikombinasikan dengan antibodi atau asam nukleat memungkinkan pengembangan tes diagnosis yang cepat, sensitif, spesifik, dan portabel. Pengembangan dari nano- dan biochip membantu tidak hanya dalam diagnosis pathogen tetapi juga dalam memahami faktor-faktor predisposisi genetik. Chip array-nano dengan kepadatan tinggi dapat dianalisis dan mendeteksi ribuan gen, antigen, atau penanda penyakit serentak.

Microarray DNA dan protein juga dikembangkan untuk digunakan dalam penentuan efisiensi obat dan ekspresi gen. Dengan dimulainya era LOC (Lab-on-a-Chip), deteksi DNA atau protein target bahkan dalam sampel ukuran nano/pico-liter diaktifkan. Selain itu, Nanopartikel digunakan dalam aplikasi diagnostik yang berbeda seperti agen pencitraan untuk MRI pada kucing.

Di Amerika Serikat, nanopartikel emas menggantikan gangguan bedah pada pengobatan kanker prostat pada anjing. Terapi dengan protokol ini membutuhkan dosis lebih sedikit yaitu seribu kali kurang dari kemoterapi dan tidak memiliki efek samping pada jaringan sehat.

Nanovaksin dan nanoadjuvan 

Nanoteknologi semakin banyak digunakan di bidang pembuatan vaksin hewan. Teknik tersebut memiliki imunomodulator fundamental berfungsi untuk mempotensiasi respons imun. Teknik tersebut meningkat presentasi silang peptida dan mengaktifkan / memodulasi antigen menyajikan sel. Mereka juga bisa bertindak sebagai adjuvan untuk memperlambat pelepasan antigen yang meningkatkan efisiensi vaksin. Nanopartikel yang dimuat antigen juga dapat secara langsung menargetkan kelenjar getah bening yang menghasilkan perbaikan efisiensi vaksin.

Ada banyak batu loncatan dalam pengembangan nanovaksin untuk hewan seperti:

  • (1) nano-emulsi vaksin, misalnya, rekombinan Bacillus anthracis berbasis spora vaksin, dan vaksin virus influenza di mana kekebalan mukosa dikembangkan setelah pemberian intranasal.
  • (2) Nanopartikel polimer Poly-Lactic-co-Glicolyc Acid (PLGA), misalnya, vaksin Heliobacter pylori, Toksoid Tetanus, bordetella pertussis, kapsid virus Rota dan Bovine parainfluenza tipe 3 yang menawarkan IgG keduanya dan respon imun IgA setelah pemberian oral.
  • (3) Nanopartikel kitosan (glukosamin biopolimer) yang dapat diberikan S/C (misalnya, vaksin SOD Leishmania rekombinan), dan intranasal (misalnya, vaksin antigen A pneumokokus dan Vaksin Streptococci equi), atau paru (misalnya, vaksin TB).

Vaksin nano lainnya juga dikembangkan untuk hewan seperti vaksin PMK (vaksin berbasis nanopartikel emas), Newcastle Disease (nanokapsulasi diberikan secara oral), virus influenza (vaksin asam poli gamma glutamat diterapkan intranasal, atau nanopatch TM dioleskan secara topikal), atau herpes virus simpleks 2 (pada NP kalsium fosfat).

  • (4) Kapsid kosong dan vaksin inti seperti partikel Corpus luteum persisten (CLP) dari Afrivan Horse sickness virus (AHSV) juga bisa dikembangkan dengan menggunakan sintesis African Horse Sickness yang dimediasi baculovirus partikel mirip virus dari VP3 dan VP7 (inti utama protein) dan VP2 dan VP5 (protein kapsid luar). Vaksin yang diperoleh ini menghasilkan sedikit respon imun sehingga diperlukan perbaikan dalam desain vaksin.

Kesehatan hewan dan nutrisi hewan 

Produksi nanomineral memberikan berbagai keuntungan bagi industri pakan ternak. Harganya lebih murah, dibutuhkan dalam konsentrasi yang lebih rendah, dan memiliki efek yang mendorong pertumbuhan dan stimulasi imune. Nanomineral juga dapat membantu mengontrol patogen yang ada dalam pakan dan mengatur proses fermentasi rumen. Akhirnya, nanomineral bisa digunakan untuk mengatasi banyak hal masalah reproduksi pada peternakan.

Banyak nanomineral sekarang sudah tersedia untuk penggunaan komersial seperti nano-ZnO yang meningkatkan laju pertumbuhan, kekebalan, dan reproduksi hewan ternak. Dalam peternakan sapi perah, nano-Zn ada terbukti meningkatkan produksi susu dan mengurangi somatic cell count (SCC) pada sapi penderita mastitis subklinis. Vitamin cair yang disiapkan dengan nanoteknologi telah dapat digunakan untuk pakan unggas.

Nutrisi berukuran nano dirancang untuk melewati saluran pencernaan yang dapat menghantarkan vitamin atau nutrisi lainnya langsung ke aliran darah, sehingga meningkatkan ketersediaan secara hayati. Nanonutrisi ini menutupi rasa yang tidak diinginkan dan meningkatkan efisiensi pembentukan emulsi (dispersibilitas) nutrisi dan daya tahan pakan. Selain itu, nanonutrisi mengurangi penggunaan bahan pengawet.

Mikroenkapsulasi merupakan teknologi untuk menyalut atau melapisi suatu zat inti dengan suatu lapisan dinding polimer sehingga menjadi partikel-partikel berukuran mikro. Tujuan dari mikroenkapsulasi melindungi zat inti dari pengaruh lingkungan, menutupi rasa dan bau tidak enak, menyatukan zat-zat yang tidak tersatukan. Mikroenkapsulasi bahan pakan bertujuan untuk:

  • (a) melindungi bahan dari inaktivasi oleh cahaya dan oksidasi,
  • (b) melindungi degradasi oleh protease dan enzim pencernaan lainnya,
  • (c) menjaga bahan tetap stabil pada variabel nilai pH dan suhu,
  • (d) memungkinkan penyebaran bahan tersebut lebih baik,
  • (e) memungkinkan pencampuran zat aditif yang larut dalam lemak lebih baik, dan
  • (f) meningkatkan waktu kadaluarsa kapsul selama penyimpanan.

Mikotoksikosis adalah penyakit yang menyerang hewan dan manusia disebabkan oleh mikotoksin. Mikotoksin dapat dideteksi pada sekitar 25% pakan ternak dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara berkembang. Teknologinano memungkinkan pembuatan pengikat nanomycotoxin, seperti MgO-SiO2 yang mengikat aflatoksin secara efisien.

Nanomaterial juga menyediakan bahan kemasan yang lebih baik yang memiliki efek antimikroba (misalnya, nano-zinc oxide), perlindungan dari lingkungan luar dan UV (misalnya, nano-titanium dioksida) dan kekuatan ekstra (misalnya, nano-titanium nitride). Perkembangan nanosensor juga memungkinkan pendeteksian kontaminasi biologis atau kimiawi meskipun konsentrasinya sangat kecil.

Reproduksi ternak 

Ada berbagai aplikasi nanoteknologi di lapangan alat reproduksi hewan yang mengoptimalkan penampilan reproduksi secara umum pada tahapan yang berbeda mulai dari diagnosis dan pengobatan gangguan reproduksi, deteksi estrus untuk menyortir dan membekukan sperma dan diakhiri dengan layanan langsung dengan peralatan-nano selama melahirkan dan juga untuk mengelola masalah reproduksi seperti retensi plasenta.

NP juga dapat digunakan untuk pelepasan hormon reproduksi secara berkelanjutan. Nanoteknologi ini memberikan perlindungan terhadap hormon dan vitamin dari inaktivasi dan degradasi oleh oksidasi (misalnya vitamin dan hormon steroid) atau oleh hidrolisis (misalnya hormon gonadotropik). Sensor nano merupakan perangkat yang sangat sensitif berukuran nano dengan biomolekul probe seluler. Probe terbuat dari nanomaterial dan biasanya digunakan untuk tujuan diagnostik.

NP dapat disesuaikan untuk mendiagnosis penyakit infeksi saluran reproduksi, gangguan metabolisme dan hormonal dan bahkan untuk deteksi estrus. Demikian pula, nanotube dapat digunakan dalam mendeteksi estrus. Tabung ditanam di bawah kulit sapi dan tampak fluoresensi (terpancarnya sinar fluor) saat sapi masuk masa estrus. Tes ini didasarkan pada sensor estradiol yang bisa mengukur level hormon dalam darah dan pengiriman hasil pembacaan pada sapi secara real-time ke komputer pusat untuk pemantauan sapi. Untuk inseminasi sapi, nanokapsul yang banyak mengandung semen sapi pejantan bisa diarahkan ke sel telur. Nanoteknologi bisa digunakan untuk menyortir sperma dan oosit. Biochip sedang dikembangkan untuk bisa memilih jenis kelamin janin.

Sistem Nano juga dapat digunakan dalam cryo-konservasi sperma/oosit atau embrio. Injeksi mikro krioprotektan propilen glikol yang mengandung NP emas/logam memungkinkan pembekuan ultra-cepat dan kemudian pencairan cepat dan homogeny dari gamet dengan sinar laser. Seluruh proses ini dilakukan pada chip berdasarkan teknik mikrofluida.

NP juga dapat digunakan untuk sterilisasi hewan sebagai kontrasepsi tergantung dari toksisitas beberapa NP logam seperti kadmium bila diberikan dalam dosis rendah. NP logam diarahkan ke saluran reproduksi hewan untuk dimanfaatkan efeknya di tempatnya. NP juga dapat menggunakan antibodi yang dikonjugasikan NP atau memanaskan gonad menggunakan medan magnet eksternal untuk menghindari penggunaan pendekatan NP beracun.

Perawatan hewan kesayangan Perawatan kesehatan hewan kesayangan merupakan industri yang berkembang di seluruh dunia. Nanoteknologi juga diterapkan untuk mengembangkan produk baru untuk hewan peliharaan. Sifat fisik dan kimia NP membantu dalam pengembangan penghilang bau permukaan dan disinfektan. Juga nanoteknologi terlibat dalam industri produk perawatan hewan kesayangan seperti sampo mengandung NP perak.

Efek keamanan 

Meskipun Nanoteknologi umumnya aman untuk digunakan, beberapa mungkin memiliki efek berbahaya pada :

  • (1) pekerja perusahaan farmasi (misalnya, paparan paru yang lama ke nanotube karbon dapat menyebabkan gangguan reproduksi.
  • (2) pada pasien (misalnya, akumulasi NP oksida besi magnetik di dalam tubuh, atau melalui kerusakan yang disebabkan oleh ikatan yang tidak stabil antara agen terapeutik dan partikel yang dapat melepaskan obat di jaringan sehat selain jaringan target), persiapan di luar targetnya tidak hanya akan menyebabkan toksisitas jaringan yang sehat tetapi juga pada penghantaran dosis sub-terapi pada bagian target. Kemampuannya untuk melewati beberapa penghalang biologis di dalam tubuh seperti sawar darah otak (blood-brain barrier / BBB) bisa menimbulkan konsekuensi serius.
  • (3) pada lingkungan (misalnya, meningkatnya permintaan radionuklida, atau serat nano karbon juga ikut berperan menguras lapisan ozon di atmosfer.

Kesimpulan

Perkembangan pesat dalam perancangan dan manipulasi nanomaterial memungkinkan pengembangan varian tanpa akhir dari nanopartikel. Pada gilirannya, bisa mengarsipkan rekaman personalisasi gangguan medis. Nanoteknologi memberikan revolusioner kemajuan di semua cabang kedokteran hewan dan peternakan seperti diagnosis, pengobatan, vaksinasi, produksi dan reproduksi hewan, pakan, dan higiene. 

Sumber: https://pangannews.id/

Selengkapnya
Mengenal Aplikasi Nanoteknologi Kedokteran Hewan dan Peternakan

Pertanian

Mengenal Kesehatan Masyarakat Veteriner: Definisi, Cakupan, Epidemiologi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Kesehatan masyarakat veteriner (disingkat kesmavet; bahasa Inggris: veterinary public health) adalah bidang ilmu yang mempelajari aspek kesehatan hewan (termasuk produk hewan) yang memengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan masyarakat veteriner merupakan perpaduan dari ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran hewan.

Umumnya, kesmavet mencakup higiene pangan asal hewan dan penyakit zoonotik. Kesmavet dianggap semakin penting karena meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai keamanan pangan dan banyaknya kemunculan penyakit infeksius yang menular dari hewan ke manusia.

Definisi

Kesehatan masyarakat veteriner mulai dibicarakan di tingkat global oleh Kelompok Ahli Zoonosis Gabungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada bulan Desember 1950. Pada sesi ini, kesmavet didefinisikan sebagai "semua upaya komunitas yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan yang diterapkan untuk pencegahan penyakit, perlindungan kehidupan, dan peningkatan kesejahteraan dan efisiensi manusia". Laporan komisi ahli WHO dan FAO selanjutnya yang dipublikasikan pada 1975 mendefinisikan kesmavet sebagai "komponen kegiatan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk penerapan keterampilan, pengetahuan, dan sumber daya veteriner yang profesional untuk perlindungan dan peningkatan kesehatan manusia".

Pada tahun 1999 melalui pertemuan “Tren Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Masa Depan” yang diselenggarakan oleh WHO, FAO, dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), definisi kesehatan masyarakat veteriner dirumuskan sebagai "kontribusi terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan sosial manusia yang utuh melalui pemahaman dan penerapan ilmu kedokteran hewan". Sebuah laporan yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 2002 kemudian mendefinisikan kesmavet sebagai "keseluruhan dari semua kontribusi untuk kesejahteraan fisik, mental, dan sosial manusia melalui pemahaman dan penerapan ilmu kedokteran hewan".

Cakupan

  • Keamanan pangan asal hewan

Banyak hewan yang dijadikan sebagai sumber pangan. Produk hewan seperti daging, susu, dan telur perlu dijaga agar tidak mengandung bahaya (seperti bahaya fisik, kimiawi, dan biologis) yang mengganggu kesehatan saat dikonsumsi manusia. Ilmu kesmavet mempelajari cara menjaga keamanan pangan asal hewan di sepanjang rantai produksi, sejak hewan berada di peternakan hingga produknya diolah dan siap dikonsumsi di meja makan. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih (antemortem) dan setelah disembelih (postmortem atau pascamati) serta manajemen rumah potong yang baik, higiene makanan seperti daging, susu, dan telur, serta pemeriksaan dan pengujian laboratorium untuk mengetahui kualitas produk-produk tersebut merupakan hal-hal yang diperhatikan dalam kesmavet.  Analisis bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) merupakan pendekatan sistematis yang sering digunakan untuk memitigasi risiko dalam keamanan pangan.

  • Penyakit zoonotik

Patogen yang menginfeksi hewan dapat berpindah dan kemudian menginfeksi manusia. Penyakit-penyakit infeksius yang berpindah seperti ini disebut zoonosis. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2001 memperkirakan lebih dari 60% penyakit infeksi pada manusia tergolong zoonosis. Rabies dan antraks merupakan contoh zoonosis yang telah ada sejak lama. Selain itu, berbagai penyakit infeksi baru seperti infeksi virus Nipah dan cacar monyet dinilai mengancam kesehatan masyarakat secara luas.

Epidemiologi

Kesmavet sering kali dipasangkan dengan epidemiologi, yaitu ilmu yang mempelajari penyakit dalam populasi serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Epidemiologi sendiri memiliki peran penting dalam kesehatan masyarakat. Metode-metode epidemiologis banyak digunakan oleh dokter hewan yang mendalami kesmavet untuk menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit dan kemudian untuk menentukan langkah pengendaliannya.

Sumber: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal Kesehatan Masyarakat Veteriner: Definisi, Cakupan, Epidemiologi

Riset dan Inovasi

Periset BRIN: Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Periset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menekankan perlunya menetapkan wilayah bahaya tsunami dan masyarakat perlu memiliki peta bahaya tsunami. Terlebih lagi beberapa wilayah di Indonesia pernah mengalami tsunami, sehingga masyarakat harus lebih waspada dalam menghadapi risiko ketika terjadi bahaya tsunami.

Dikatakan Rahma, terkait kesiapan tsunami dalam kerangka piloting UNESCO-IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission) Tsunami Ready, ada beberapa indikator yang harus dilakukan. Salah satunya agar ditetapkannya wilayah bahaya tsunami, dan masyarakat memiliki peta bahaya tsunami.

Hal ini disampaikan Rahma saat gelaran Geohazard #3 Tsunami Hazards In Indonesia: a workshop to discuss recent events, their impact and their mitigation. Kegiatan ini merupakan milestone dari kerja sama antara PRKG BRIN dan British Geological Survey (BGS), yang dilaksanakan di Bandung pada Jum’at (15/3).

Wanita yang akrab dipanggil Rahma, adalah Peneliti Ahli Muda sekaligus Ketua Kelompok Riset Komunikasi Sains, Risiko dan Resiliensi Gempa Tsunami BRIN. Dirinya memaparkan tentang riset dan inovasi terkait Building (Geo) Science to policy and Action Nexus in strengthening Earthquake and Tsunami Resilience in Case of Archipelagic and Diverse Country: Indonesia.

“Dengan pembuatan peta risiko tsunami dan peta jalur evakuasi berbasis teknologi foto udara, bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap tsunami. Tentunya dalam rangka meminimalkan korban jiwa dan kerugian ekonomi,” imbuhnya.

Untuk membangun penguatan kesiapsiagaan tsunami, Rahma menekankan semua pihak untuk melakukan standarisasi penerapan sistem peringatan dini tsunami di daerah rawan bencana. Dengan metode, persyaratan, dan prosedur praktik terbaik, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan tsunami.

“Tentunya substansi penguatan kesiapsiagaan tsunami ini meliputi Risk Assessment, Penyebaran dan Komunikasi Pengetahuan, Layanan Pemantauan dan Peringatan, Response Capability, Komitmen otoritas dan masyarakat terhadap keberlanjutan Sistem Peringatan Dini,” himbaunya.

David Tappin salah seorang nara sumber dari BGS menyatakan, biasanya tsunami dipelajari oleh para seismolog karena sumber gempa bumi yang dominan.

“Namun, sejak akhir tahun 1980-an, para ahli geosains mengungkapkan bahwa gempa bumi bukan satu-satunya sumber tsunami. Melainkan longsoran sedimen di bawah laut maupun permukaan atau subaerial juga merupakan sumber dari tsunami,” tutur David.

Menurut David, gempa bumi dapat menghasilkan tsunami secara tidak langsung melalui tanah longsor koseismik. Tsunami yang terutama disebabkan oleh perpindahan komponen vertikal dasar laut dari bawah ke atas, pada wilayah perpindahan dasar laut yang lebih luas cenderung menghasilkan tsunami dengan jangka waktu yang lama.

“Gaya dorong dan patahan normal merupakan sumber langsung tsunami dibandingkan strike slip atau sesar yaitu gaya gesekan yang membuat lempeng-lempeng saling bergerak. Dorongan dan patahan yang jatuh menukik tajam adalah yang paling utama penyebab tsunami,” tuturnya.

David Tappin juga menambahkan, berdasarkan besarannya, tidak semua gempa menimbulkan tsunami. Menurutnya, tsunami yang berbahaya disebabkan oleh gempa bumi yang lebih besar dari 7 magnitudo. Bahkan untuk peristiwa tsunami yang besar kekuatan gempanya adalah pada 8 sampai 9 magnitudo.

"Tiga proses yang harus diperhatikan berdasar dampaknya dari tsunami adalah sumber pembuatan gelombang, perbanyakan gelombang melalui lautan. Kemudian run-up atau ketinggian tsunami pada titik inundasi maksimum di daratan, dihitung dari referensi muka air laut di darat," tegas David.

Menurut laman gawpalu.id, inundasi adalah jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Semakin landai pantai maka jarak jangkauan inundasi semakin jauh dan panjang dari garis pantai.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari dalam sambutannya menyebutkan, bencana tsunami perlu dipelajari dengan baik sehingga dapat memberikan peringatan dini dan mengedukasi masyarakat. Sehingga jika terjadi bencana tsunami jatuhnya korban dapat diminimalisir.

“Kita juga harus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Indonesia termasuk wilayah yang rawan terjadinya bencana termasuk bencana tsunami juga penting sehingga meningkatkan kewaspadaan yang tinggi. Paham mengenai bahaya tsunami, seperti bagaimana terjadinya, bagaimana dampaknya, dan bagaimana mitigasinya,” tuturnya.

Dalam riset kebencanaan yang mampu menunjukkan sumber suatu bencana sangat penting, karena dari sumber itulah dapat ditentukan teknologi mitigasinya. Demikian juga dengan bencana tsunami dimana dampak yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar. Selain terjadi kerusakan sarana dan prasarana, bahkan korban jiwa. Bencana tsunami pada akhirnya memberikan dampak terhadap perekonomian bahkan kemanusiaan.

Para nara sumber dari PRKG BRIN menyampaikan berbagai hasil risetnya, antara lain Peneliti Ahli Utama Eko Yulianto dan Semeidi Husrin. Perekayasa Ahli Utama Dwi Abad Tiwi, Peneliti Ahli Madya Purna Sulastya Putra, dan Peneliti Ahli Muda Nuraini Rahma Hanifa.

Hadir pula Vulkanolog Mirzam Abdurahman nara sumber dari ITB, dan dari UNPAD ada Teuku Yan Waliana Muda Iskandarsyah Dosen Fakultas Teknik Geologi. 

Sumber: https://brin.go.id/

 

Selengkapnya
Periset BRIN: Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami
« First Previous page 660 of 1.142 Next Last »