Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi isu yang semakin krusial, terutama di era Revolusi Industri 4.0, di mana teknologi dan model bisnis yang terus berkembang menuntut karyawan bekerja lebih cepat dan fleksibel. Dalam makalah "A Case Study on Lean Occupational Safety" oleh Mesut Ulu dan Semra Birgün, diterbitkan dalam Sigma Journal of Engineering and Natural Sciences (2024), penulis mengusulkan model Lean-OHS sebagai pendekatan inovatif dalam meningkatkan keselamatan kerja. Studi kasus ini diterapkan pada laboratorium farmasi di sebuah universitas, dengan hasil yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam kondisi kerja dan pengurangan risiko kecelakaan.
Lean-OHS mengadopsi prinsip Lean Manufacturing yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi. Model ini berfokus pada peningkatan keselamatan kerja melalui langkah-langkah seperti analisis risiko, penerapan teknik Lean, serta evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi dan Farmakologi di sebuah universitas. Dari lima laboratorium yang ada, laboratorium ini dipilih karena memiliki peralatan analisis yang digunakan bersama oleh berbagai laboratorium serta kurangnya tindakan K3 yang memadai. Dengan lebih dari 500 bahan kimia berbeda yang tersimpan, terdapat berbagai potensi bahaya yang harus diatasi.
Langkah-langkah utama yang diterapkan dalam model Lean-OHS meliputi:
Setelah penerapan Lean-OHS, laboratorium mengalami perbaikan signifikan, antara lain:
Selain itu, implementasi ini mendapat respons positif dari staf dan mahasiswa, yang merasa lebih aman dan nyaman dalam melakukan penelitian.
Meskipun studi ini menunjukkan keberhasilan dalam menerapkan Lean-OHS di laboratorium farmasi, terdapat beberapa aspek yang masih bisa dikembangkan:
Studi ini menunjukkan bahwa Lean-OHS merupakan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan keselamatan kerja di lingkungan laboratorium. Dengan mengadopsi prinsip Lean, risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi secara signifikan. Namun, untuk optimalisasi lebih lanjut, diperlukan pendekatan holistik yang mencakup aspek psikososial serta evaluasi jangka panjang.
Sumber Asli
Ulu M, Birgün S. A case study on lean occupational safety. Sigma J Eng Nat Sci 2024;42(2):534-548.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam manajemen perusahaan modern. Paper berjudul “Boards of Directors’ Influences on Occupational Health and Safety: A Scoping Review of Evidence and Best Practices” oleh David Ebbevi, Ulrica Von Thiele Schwarz, Henna Hasson, Carl Johan Sundberg, dan Mandus Frykman mengulas bagaimana peran dewan direksi mempengaruhi implementasi dan efektivitas K3 di perusahaan. Artikel ini menyoroti kesenjangan penelitian terkait keterlibatan dewan direksi dalam strategi dan kebijakan K3 serta dampaknya terhadap kesejahteraan karyawan.
Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis (scoping review) yang menggunakan sumber dari berbagai database akademik seperti PubMed, EMBASE, Web of Science, dan lain-lain. Dari 49 studi yang disaring, mayoritas berisi data empiris (57%), sementara sisanya bersifat normatif atau teoretis.
Beberapa poin penting yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain:
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mempengaruhi efektivitas peran dewan direksi dalam K3:
Hasil penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi industri dalam meningkatkan efektivitas kebijakan K3, antara lain:
Penelitian ini menyoroti pentingnya peran dewan direksi dalam memastikan keberhasilan implementasi K3 di perusahaan. Dengan strategi yang lebih proaktif, peningkatan kompetensi, serta sistem pelaporan yang lebih baik, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.
Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitas berbagai model kepemimpinan dewan direksi dalam implementasi K3 serta bagaimana kebijakan yang berbasis bukti dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Sumber Artikel:
Ebbevi, D., Von Thiele Schwarz, U., Hasson, H., Sundberg, C. J., & Frykman, M. (2021). Boards of Directors’ Influences on Occupational Health and Safety: A Scoping Review of Evidence and Best Practices. International Journal of Workplace Health Management, 14(1), 64-86.
Safety
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan industri merupakan salah satu aspek yang sangat krusial dalam dunia kerja. Dalam paper berjudul “A Factorial Analysis of Industrial Safety” oleh Cordelia Ochuole Omoyi dan Samuel Ayodeji Omotehinse, dibahas bagaimana berbagai faktor berkontribusi terhadap keselamatan kerja di sektor industri. Paper ini menggunakan metode statistik seperti Principal Component Analysis (PCA) dan Kendall’s Coefficient of Concordance (KCC) untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja.
Untuk memahami variabel yang berkontribusi terhadap kecelakaan industri dan mengklasifikasikannya berdasarkan standar Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (Health, Safety, and Environment - HSE). Metode penelitian yang digunakan meliputi:
Studi ini dilakukan dengan melibatkan 13 panel ahli yang diminta untuk memberi peringkat pada 32 variabel bahaya industri berdasarkan skala Likert 5 poin. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak StatistiXL untuk menentukan faktor dominan yang berpengaruh terhadap keselamatan industri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja:
Hasil dari metode KCC menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan oleh panel ahli memiliki indeks kesepakatan tinggi (W = 0,958), yang berarti terdapat konsistensi tinggi dalam penilaian faktor risiko keselamatan kerja.
Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan industri bukan hanya bergantung pada aturan formal, tetapi juga dipengaruhi oleh budaya kerja dan persepsi keselamatan pekerja. Beberapa implikasi dari temuan ini adalah:
Keselamatan kerja dapat dikategorikan dan dianalisis menggunakan pendekatan statistik. Hasil penelitian menyoroti lima faktor utama yang mempengaruhi keselamatan kerja di industri dan bagaimana manajemen yang tepat dapat membantu mengurangi insiden kecelakaan.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar metode serupa diterapkan pada berbagai sektor industri lainnya guna memperoleh pemahaman yang lebih luas mengenai faktor-faktor keselamatan kerja.
Sumber Artikel:
Omoyi, C.O. & Omotehinse, S.A. (2022). A Factorial Analysis of Industrial Safety. International Journal of Engineering and Innovative Research, 4(1), 33-43.
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor kunci dalam operasional institusi, terutama dalam administrasi provinsi khusus yang bertanggung jawab atas layanan publik. Paper berjudul “Root Cause Model Proposal for Human-Related Risks in Occupational Health and Safety Practices of Special Provincial Administrations” oleh Mustafa Erdem dan Alpaslan H. Kuzucuoğlu mengkaji faktor-faktor penyebab risiko berbasis manusia dalam praktik K3 di administrasi provinsi khusus di Turki.
Artikel ini menyoroti bagaimana faktor manusia berkontribusi terhadap kecelakaan kerja dan mengusulkan model akar penyebab untuk mengurangi insiden terkait K3. Studi ini berfokus pada peran pelatihan, kesadaran keselamatan, serta kepatuhan terhadap peraturan dalam meningkatkan kondisi kerja.
Penelitian ini dilakukan pada 372 pekerja dari total populasi 11.463 karyawan yang bekerja di administrasi provinsi khusus di Turki. Data dikumpulkan melalui survei dan dianalisis menggunakan SPSS 22.00 dengan metode uji t independen dan uji varians satu arah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor utama penyebab kecelakaan kerja meliputi:
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 29% responden pernah mengalami kecelakaan kerja, sementara 39,2% mengalami kejadian nyaris celaka. Selain itu, data menunjukkan:
Penelitian ini menekankan bahwa sebagian besar kecelakaan kerja dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran keselamatan dan memperbaiki sistem manajemen risiko.
Hasil studi ini memiliki beberapa implikasi penting:
Wawasan mendalam mengenai faktor-faktor manusia dalam risiko K3 dan bagaimana model akar penyebab dapat membantu mengurangi insiden di lingkungan kerja administrasi provinsi khusus. Penerapan strategi seperti pelatihan berbasis teknologi dan peningkatan kesadaran keselamatan dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan eksplorasi lebih lanjut mengenai efektivitas penerapan teknologi digital dalam meningkatkan kepatuhan pekerja dan menekan risiko kecelakaan kerja.
Sumber Artikel:
Erdem, M. & Kuzucuoğlu, A. H. (2023). Root Cause Model Proposal for Human-Related Risks in Occupational Health and Safety Practices of Special Provincial Administrations. Tr. J. Nature Sci., 12(4), 93-106.
Manajemen Risiko
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan tantangan utama bagi perusahaan, terutama dalam manajemen risiko pekerjaan. Paper berjudul “Occupational Risk Management in OHS Based on Risk Assessment and Control” oleh Aleksandra Kuzior dan Grzegorz Kopij membahas pentingnya penilaian risiko yang akurat untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan produktivitas.
Dalam dunia industri yang terus berkembang, penerapan sistem K3 yang efektif dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan pekerja dan profitabilitas perusahaan. Paper ini menyoroti bagaimana banyak perusahaan masih mengabaikan hubungan antara penilaian risiko yang buruk dengan meningkatnya absensi pekerja dan biaya kecelakaan kerja.
Metode yang digunakan dalam mengelola risiko kerja melalui pendekatan yang sistematis. Tiga aspek utama yang dibahas dalam penelitian ini meliputi:
Paper ini menyoroti bahwa perusahaan yang menerapkan penilaian risiko yang sistematis dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja, menurunkan biaya kompensasi tenaga kerja, serta meningkatkan efisiensi produksi secara keseluruhan.
Beberapa temuan penting dalam penelitian ini meliputi:
Pendekatan proaktif dalam manajemen risiko K3 dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan, antara lain:
Pentingnya integrasi sistem manajemen risiko dalam operasi perusahaan untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi. Dengan menerapkan strategi pengendalian risiko yang tepat, perusahaan dapat mengurangi biaya, meningkatkan keselamatan, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar dilakukan analisis lebih lanjut mengenai efektivitas teknologi digital dalam mempermudah manajemen risiko dan meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap standar K3.
Sumber Artikel:
Kuzior, A. & Kopij, G. (2024). Occupational Risk Management in OHS Based on Risk Assessment and Control. System Safety: Human - Technical Facility - Environment, 6(1).
Industri Furnitur
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam dunia industri, termasuk industri furnitur yang melibatkan berbagai risiko kecelakaan kerja. Paper "The Effect of Occupational Safety and Health on Employee Productivity in Furniture Industry" oleh Niki Etruly dan Roikhanatun Nafi'ah mengkaji pengaruh K3 terhadap produktivitas karyawan. Penelitian ini menarik karena menyoroti faktor yang paling memengaruhi produktivitas karyawan dan memberikan wawasan mengenai efektivitas kebijakan K3 dalam industri manufaktur.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan di industri furnitur. Studi ini dilakukan dengan metode survei terhadap 50 karyawan dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur variabel K3 dan produktivitas kerja. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel keselamatan kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas, sementara variabel kesehatan kerja memiliki dampak yang signifikan. Secara simultan, kedua variabel ini memiliki hubungan dengan produktivitas karyawan, meskipun pengaruh kesehatan kerja lebih dominan.
Penelitian ini memberikan sejumlah data penting yang menunjukkan hubungan antara K3 dan produktivitas:
Data ini menunjukkan bahwa meskipun keselamatan kerja penting, faktor kesehatan kerja lebih berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas karyawan di industri furnitur.
Analisis dan Implikasi dalam Industri
Hasil penelitian ini menantang asumsi umum bahwa keselamatan kerja secara langsung meningkatkan produktivitas. Dalam industri furnitur, risiko kecelakaan berasal dari penggunaan alat berat, material berbahaya, dan kondisi lingkungan kerja yang tidak selalu kondusif. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa memastikan kondisi kesehatan karyawan, seperti penyediaan fasilitas medis dan lingkungan kerja yang nyaman, lebih berdampak pada produktivitas daripada hanya fokus pada aspek keselamatan.
Hal ini memiliki beberapa implikasi penting bagi manajemen industri:
Dalam era industri 4.0 dan meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan pekerja, hasil penelitian ini sangat relevan. Banyak perusahaan mulai mengadopsi pendekatan holistik dalam manajemen sumber daya manusia, yang tidak hanya menekankan keselamatan tetapi juga kesejahteraan fisik dan mental pekerja.
Beberapa tren terkait yang dapat dikaitkan dengan penelitian ini adalah:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kesehatan kerja lebih berdampak pada produktivitas dibandingkan keselamatan kerja dalam industri furnitur. Temuan ini menyoroti pentingnya investasi dalam fasilitas kesehatan dan lingkungan kerja yang lebih baik guna meningkatkan kinerja karyawan.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengeksplorasi variabel lain seperti kepemimpinan, budaya perusahaan, dan insentif karyawan guna mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas.
Sumber Artikel: Etruly, N., & Nafi’ah, R. (2023). The effect of occupational safety and health on employee productivity in furniture industry. Management and Business Review, 7(2), 184-193.