Teknik Industri

Memahami Bunga Majemuk (Keuangan)

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025


Bunga majemuk adalah bunga yang diakumulasikan dari jumlah pokok dan bunga yang telah terakumulasi sebelumnya. Bunga ini merupakan hasil dari investasi ulang atau penahanan bunga yang seharusnya dibayarkan, atau dari akumulasi utang peminjam.

Bunga majemuk dikontraskan dengan bunga sederhana, di mana bunga yang telah terakumulasi sebelumnya tidak ditambahkan ke jumlah pokok pada periode berjalan. Bunga majemuk bergantung pada suku bunga sederhana yang diterapkan dan frekuensi bunga majemuk.

Frekuensi bunga majemuk

Frekuensi bunga majemuk adalah berapa kali per unit waktu tertentu akumulasi bunga dikapitalisasi, secara teratur. Frekuensi dapat berupa tahunan, setengah tahunan, triwulanan, bulanan, mingguan, harian, terus menerus, atau tidak sama sekali hingga jatuh tempo. Sebagai contoh, kapitalisasi bulanan dengan bunga yang dinyatakan sebagai suku bunga tahunan berarti bahwa frekuensi penggabungannya adalah 12, dengan periode waktu yang diukur dalam bulan.

Suku bunga ekuivalen tahunan

Untuk membantu konsumen membandingkan produk keuangan ritel dengan lebih adil dan mudah, banyak negara mewajibkan lembaga keuangan untuk mengungkapkan tingkat bunga majemuk tahunan atas deposito atau uang muka dengan dasar yang sebanding. Suku bunga dengan basis setara tahunan dapat disebut dengan berbagai cara di pasar yang berbeda sebagai tingkat persentase tahunan efektif (EAPR), tingkat ekuivalen tahunan (AER), tingkat bunga efektif, tingkat tahunan efektif, persentase hasil tahunan, dan istilah-istilah lainnya. Suku bunga tahunan efektif adalah total akumulasi bunga yang harus dibayarkan hingga akhir satu tahun, dibagi dengan jumlah pokok. Suku bunga ini biasanya merupakan suku bunga majemuk yang disetahunkan bersama dengan biaya selain bunga, seperti pajak dan biaya lainnya.

Contoh

  • Bunga obligasi perusahaan dan obligasi pemerintah biasanya dibayarkan dua kali setahun. Jumlah bunga yang dibayarkan setiap enam bulan adalah suku bunga yang diungkapkan dibagi dua dan dikalikan dengan pokok pinjaman. Suku bunga majemuk tahunan lebih tinggi dari suku bunga yang diungkapkan.
  • Pinjaman hipotek Kanada umumnya diperparah setengah tahunan dengan pembayaran bulanan atau lebih sering.
  • KPR AS menggunakan pinjaman amortisasi, bukan bunga majemuk. Dengan pinjaman ini, jadwal amortisasi digunakan untuk menentukan bagaimana menerapkan pembayaran terhadap pokok dan bunga. Bunga yang dihasilkan dari pinjaman ini tidak ditambahkan ke pokok pinjaman, melainkan dilunasi setiap bulan saat pembayaran dilakukan.
  • Kadang-kadang secara matematis lebih sederhana, misalnya, dalam penilaian derivatif, untuk menggunakan compounding berkelanjutan. Peracikan terus menerus dalam penetapan harga instrumen ini adalah konsekuensi alami dari kalkulus Itô, di mana derivatif keuangan dinilai dengan frekuensi yang terus meningkat, hingga batasnya didekati dan derivatif tersebut dinilai dalam waktu yang terus menerus.

Sejarah

Bunga majemuk ketika dibebankan oleh pemberi pinjaman pernah dianggap sebagai jenis riba terburuk dan sangat dikutuk oleh hukum Romawi dan hukum umum di banyak negara lain. Pedagang Florentine, Francesco Balducci Pegolotti, memberikan tabel bunga majemuk dalam bukunya Pratica della mercatura pada tahun 1340. Tabel ini memberikan bunga 100 lira, dengan suku bunga dari 1% hingga 8%, hingga 20 tahun. Summa de arithmetica dari Luca Pacioli (1494) memberikan Aturan 72, yang menyatakan bahwa untuk menemukan jumlah tahun agar investasi dengan bunga majemuk berlipat ganda, seseorang harus membagi tingkat bunga menjadi 72.

Buku Arithmeticall Questions karya Richard Witt, yang diterbitkan pada tahun 1613, merupakan tonggak penting dalam sejarah bunga majemuk. Buku ini sepenuhnya dikhususkan untuk subjek ini (sebelumnya disebut anatokisme), sedangkan penulis sebelumnya biasanya membahas bunga majemuk secara singkat hanya dalam satu bab dalam buku teks matematika. Buku Witt memberikan tabel berdasarkan 10% (tingkat bunga maksimum yang diperbolehkan untuk pinjaman) dan tingkat bunga lainnya untuk tujuan yang berbeda, seperti penilaian sewa properti. Witt adalah seorang praktisi matematika di London dan bukunya terkenal karena kejelasan ekspresi, kedalaman wawasan, dan keakuratan perhitungannya, dengan 124 contoh soal.

Jacob Bernoulli menemukan konstanta  pada tahun 1683 dengan mempelajari pertanyaan tentang bunga majemuk. Pada abad ke-19, dan mungkin sebelumnya, pedagang Persia menggunakan pendekatan Taylor linier yang sedikit dimodifikasi untuk rumus pembayaran bulanan yang dapat dihitung dengan mudah di kepala mereka. Di zaman modern, kutipan Albert Einstein tentang bunga majemuk adalah benar. “Siapa yang memahaminya akan mendapatkannya; siapa yang tidak memahaminya akan membayarnya.” 


Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Memahami Bunga Majemuk (Keuangan)

Teknik Industri

Suku Bunga: Penjelasan dan Sejarah

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025


Dalam bidang keuangan dan ekonomi, bunga adalah pembayaran dari peminjam atau lembaga keuangan penerima simpanan kepada pemberi pinjaman atau penyimpan sejumlah uang di atas pembayaran kembali jumlah pokok (yaitu jumlah yang dipinjam), pada tingkat tertentu. Bunga berbeda dengan biaya yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman atau pihak ketiga. Ini juga berbeda dari dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham (pemilik) dari laba atau cadangannya, tetapi tidak pada tingkat tertentu yang diputuskan sebelumnya, melainkan secara pro rata sebagai bagian dari imbalan yang diperoleh oleh pengusaha yang berani mengambil risiko ketika pendapatan yang diperoleh melebihi total biaya.

Sebagai contoh, nasabah biasanya membayar bunga untuk meminjam dari bank, sehingga mereka membayar bank dengan jumlah yang lebih besar dari jumlah yang mereka pinjam; atau nasabah dapat memperoleh bunga dari tabungan mereka, sehingga mereka dapat menarik lebih banyak dari yang mereka setorkan. Dalam kasus tabungan, nasabah adalah pemberi pinjaman, dan bank berperan sebagai peminjam.

Bunga berbeda dengan laba, karena bunga diterima oleh pemberi pinjaman, sedangkan laba diterima oleh pemilik aset, investasi, atau perusahaan. (Bunga dapat menjadi bagian atau keseluruhan dari keuntungan investasi, tetapi kedua konsep ini berbeda satu sama lain dari perspektif akuntansi). Tingkat bunga sama dengan jumlah bunga yang dibayarkan atau diterima selama periode tertentu dibagi dengan jumlah pokok yang dipinjam atau dipinjamkan (biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase).

Bunga majemuk berarti bunga diperoleh dari bunga sebelumnya sebagai tambahan dari pokok pinjaman. Karena bunga majemuk, jumlah total utang tumbuh secara eksponensial, dan studi matematisnya mengarah pada penemuan angka e. Dalam praktiknya, bunga paling sering dihitung secara harian, bulanan, atau tahunan, dan dampaknya sangat dipengaruhi oleh tingkat penggabungannya.

Sejarah

Kredit diperkirakan telah mendahului keberadaan mata uang selama ribuan tahun. Contoh kredit pertama yang tercatat adalah kumpulan dokumen Sumeria kuno dari tahun 3000 SM yang menunjukkan penggunaan kredit secara sistematis untuk meminjamkan biji-bijian dan logam. Munculnya bunga sebagai sebuah konsep tidak diketahui, meskipun penggunaannya di Sumeria berpendapat bahwa bunga telah mapan sebagai sebuah konsep pada tahun 3000 SM, bahkan mungkin lebih awal, dan para sejarawan meyakini bahwa konsep tersebut dalam pengertian modernnya mungkin muncul dari sewa hewan atau benih untuk tujuan produktif. Argumen bahwa benih dan hewan yang diperoleh dapat bereproduksi sendiri digunakan untuk membenarkan bunga, tetapi larangan agama Yahudi kuno terhadap riba (נשך NeSheKh) mewakili "pandangan yang berbeda".

Bukti tertulis pertama tentang bunga majemuk berasal dari tahun 2400 SM. Tingkat bunga tahunan sekitar 20%. Bunga majemuk diperlukan untuk pengembangan pertanian dan penting untuk urbanisasi.

Sementara pandangan tradisional Timur Tengah tentang bunga adalah hasil dari karakter masyarakat urban dan berkembang secara ekonomi dari masyarakat yang menghasilkannya, larangan Yahudi yang baru terhadap bunga menunjukkan pengaruh kesukuan. Pada awal milenium ke-2 SM, karena perak yang digunakan sebagai alat tukar untuk hewan ternak atau biji-bijian tidak dapat berkembang biak dengan sendirinya, Hukum Eshnunna melembagakan suku bunga yang sah, khususnya pada deposito mas kawin. Umat Muslim awal menyebutnya riba, yang saat ini diterjemahkan sebagai pembebanan bunga.

Konsili Nicea Pertama, pada tahun 325, melarang para pendeta untuk terlibat dalam riba yang didefinisikan sebagai peminjaman dengan bunga di atas 1% per bulan (12,7% AER). Konsili ekumenis abad ke-9 menerapkan peraturan ini kepada kaum awam. Penentangan Gereja Katolik terhadap bunga mengeras pada era Skolastik, bahkan ketika mempertahankannya pun dianggap sebagai bidah. Thomas Aquinas, teolog terkemuka Gereja Katolik, berpendapat bahwa pembebanan bunga adalah salah karena merupakan "pembebanan ganda", yaitu pembebanan untuk barang dan penggunaan barang tersebut.

Dalam ekonomi abad pertengahan, pinjaman sepenuhnya merupakan konsekuensi dari kebutuhan (panen yang buruk, kebakaran di tempat kerja) dan, dalam kondisi seperti itu, membebankan bunga secara moral dianggap tercela. [Hal ini juga dianggap meragukan secara moral, karena tidak ada barang yang dihasilkan melalui peminjaman uang, dan dengan demikian tidak boleh diberi kompensasi, tidak seperti kegiatan lain dengan hasil fisik langsung seperti pandai besi atau bertani. Untuk alasan yang sama, bunga sering kali dipandang rendah dalam peradaban Islam, dengan hampir semua ulama sepakat bahwa Al-Qur'an secara eksplisit melarang pembebanan bunga.

Para ahli hukum abad pertengahan mengembangkan beberapa instrumen keuangan untuk mendorong pinjaman yang bertanggung jawab dan menghindari larangan riba, seperti Contractum trinius. Di era Renaisans, mobilitas orang yang lebih besar memfasilitasi peningkatan perdagangan dan munculnya kondisi yang tepat bagi para wirausahawan untuk memulai bisnis baru yang menguntungkan. Mengingat bahwa uang yang dipinjam tidak lagi hanya untuk konsumsi tetapi juga untuk produksi, bunga tidak lagi dipandang dengan cara yang sama. Upaya pertama untuk mengontrol suku bunga melalui manipulasi jumlah uang beredar dilakukan oleh Banque de France pada tahun 1847.

Keuangan Islam

Paruh kedua abad ke-20 menyaksikan kebangkitan perbankan dan keuangan Islam tanpa bunga, sebuah gerakan yang menerapkan hukum Islam pada lembaga keuangan dan ekonomi. Beberapa negara, termasuk Iran, Sudan, dan Pakistan, telah mengambil langkah untuk menghapus bunga dari sistem keuangan mereka. Alih-alih membebankan bunga, pemberi pinjaman tanpa bunga berbagi risiko dengan berinvestasi sebagai mitra dalam skema bagi hasil, karena pembayaran pinjaman yang telah ditentukan sebelumnya sebagai bunga dilarang, serta menghasilkan uang dari uang tidak dapat diterima. Semua transaksi keuangan harus didukung oleh aset dan tidak boleh membebankan bunga atau biaya untuk layanan pinjaman.

Dalam sejarah matematika

Diperkirakan Jacob Bernoulli menemukan konstanta matematika e dengan mempelajari pertanyaan tentang bunga majemuk.[15] Dia menyadari bahwa jika sebuah akun yang dimulai dengan $ 1,00 dan membayar bunga 100% per tahun, pada akhir tahun, nilainya menjadi $ 2,00; tetapi jika bunga dihitung dan ditambahkan dua kali dalam satu tahun, $ 1 dikalikan 1,5 dua kali, menghasilkan $ 1,00 × 1,52 = $ 2,25. Penggabungan hasil kuartalan menghasilkan $1.00 × 1.254 = $2.4414..., dan seterusnya.

Ekonomi

Dalam ekonomi, suku bunga adalah harga kredit, dan berperan sebagai biaya modal. Dalam ekonomi pasar bebas, suku bunga tunduk pada hukum penawaran dan permintaan jumlah uang beredar, dan salah satu penjelasan dari kecenderungan suku bunga secara umum lebih besar dari nol adalah kelangkaan dana yang dapat dipinjamkan.

Selama berabad-abad, berbagai aliran pemikiran telah mengembangkan penjelasan tentang bunga dan suku bunga. Mazhab Salamanca membenarkan pembayaran bunga dalam kaitannya dengan manfaat bagi peminjam, dan bunga yang diterima oleh pemberi pinjaman dalam kaitannya dengan premi atas risiko gagal bayar. Pada abad ke-16, Martín de Azpilcueta menerapkan argumen preferensi waktu: lebih baik menerima barang yang diberikan saat ini daripada di masa depan. Oleh karena itu, bunga adalah kompensasi atas waktu yang dilewatkan oleh pemberi pinjaman untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan uang tersebut.

Mengenai pertanyaan mengapa suku bunga biasanya lebih besar dari nol, pada tahun 1770, ekonom Prancis Anne-Robert-Jacques Turgot, Baron de Laune mengusulkan teori fruktifikasi. Dengan menerapkan argumen biaya peluang, membandingkan tingkat pinjaman dengan tingkat pengembalian lahan pertanian, dan argumen matematis, menerapkan rumus untuk nilai abadi pada perkebunan, ia berpendapat bahwa nilai tanah akan naik tanpa batas, karena tingkat bunga mendekati nol. Agar nilai tanah tetap positif dan terbatas, maka tingkat suku bunga harus tetap di atas nol.

Adam Smith, Carl Menger, dan Frédéric Bastiat juga mengemukakan teori suku bunga. Pada akhir abad ke-19, ekonom Swedia Knut Wicksell dalam bukunya yang berjudul Interest and Prices pada tahun 1898 menguraikan sebuah teori komprehensif mengenai krisis ekonomi berdasarkan perbedaan antara suku bunga alamiah dan nominal. Pada tahun 1930-an, pendekatan Wicksell disempurnakan oleh Bertil Ohlin dan Dennis Robertson dan dikenal sebagai teori dana pinjaman. Teori suku bunga penting lainnya pada periode ini adalah teori Irving Fisher dan John Maynard Keynes.

Perhitungan

  • Bunga sederhana

Bunga sederhana dihitung hanya pada jumlah pokok, atau pada bagian dari jumlah pokok yang tersisa. Bunga ini tidak termasuk efek bunga majemuk. Bunga sederhana dapat diterapkan dalam jangka waktu selain satu tahun, misalnya setiap bulan.

  • Bunga majemuk

Bunga majemuk mencakup bunga yang diperoleh dari bunga yang sebelumnya telah diakumulasikan. Bandingkan, misalnya, obligasi yang membayar 6 persen per setengah tahun (yaitu kupon 3 persen dua kali setahun) dengan sertifikat deposito (GIC) yang membayar bunga 6 persen setahun sekali. Total pembayaran bunga adalah $6 per $100 nilai nominal dalam kedua kasus tersebut, tetapi pemegang obligasi semi-tahunan menerima setengah dari $6 per tahun setelah hanya 6 bulan (preferensi waktu), sehingga memiliki kesempatan untuk menginvestasikan kembali pembayaran kupon $3 pertama setelah 6 bulan pertama, dan mendapatkan bunga tambahan.

Formulasi lainnya

Saldo pinjaman Bn setelah n kali pembayaran rutin meningkat setiap periode dengan faktor pertumbuhan sesuai dengan bunga periodik, dan kemudian menurun dengan jumlah yang dibayarkan p pada akhir setiap periode
 

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Suku Bunga: Penjelasan dan Sejarah

Teknik Industri

Memahami Esensi Inflasi: Ketika Nilai Uang Mulai Merosot

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025


Kata Inflasi tentu sudah tak asing lagi di telinga, apalagi jika menyangkut pemberitaan stabilitas perekonomian. Secara umum, inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga barang dan jasa. Sementara itu pengertian inflasi atau apa itu inflasi sebagaimana dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi adalah diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.

Penyebab inflasi karena banyak faktor. Menurut laman resmi Kementerian Keuangan, setidaknya ada enam faktor penyebab inflasi antara lain permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan. Penyebab inflasi lainnya yakni adanya peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Penyebab inflasi berikutnya perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi atau biasa disebut sebagai inflasi ekspetasi, dan terakhir penyebab inflasi karena kekacauan ekonomi dan politik seperti yang terjadi di Indonesia saat kerusuhan tahun 1998. Dampak inflasi sendiri seringkali identik dengan efek negatif karena kenaikan harga barang sehingga membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.

Menurut Bank Indonesia, dampak inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, dampak inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat dampak inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.

Perhitungan inflasi

Perhitungan inflasi adalah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

BPS menghitung inflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau indeks pengeluaran. IHK sendiri meliputi pengeluaran bahan makanan dan makanan jadi ditambah dengan minuman dan tembakau. Komponen IHK lainnya dalam perhitungan inflasi adalah pengeluaran perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan dan olahraga, serta transportasi dan komunikasi. Data pengelompokan tersebut didapatkan BPS melalui Survei Biaya Hidup (SBH) yang rutin dilakukan, baik per daerah maupun secara nasional.
 

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Memahami Esensi Inflasi: Ketika Nilai Uang Mulai Merosot

Keinsinyuran

Mengenal Insinyur 5.0, Profesi Harapan Bangsa di Era Sekarang dan Masa Depan

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025


Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta 

Dalam suatu perbincangan santai pada awal Desember 2021, seorang teman bertanya kepada saya, “Bro, apa sih perbedaan industri 4.0 dengan industri 5.0? Kok orang-orang aktif sekali membahas soal ini? Bahkan, anakku yang lagi kuliah teknik bilang, dia ingin jadi insinyur 5.0 yang andal. Apa pula itu?” 

Pertanyaan itu menarik dan ternyata butuh waktu bagi saya untuk menjelaskannya. Nah, tulisan saya ini merupakan runutan penjelasan terkait pertanyaan yang dilontarkan teman saya itu. 

Awal kelahiran insinyur 1.0 lewat ilmu mekanika 

Membahas revolusi industri memang tidak akan pernah ada habisnya, kecuali istilah “industri” tidak digunakan lagi di muka bumi. Revolusi industri dimulai ketika manusia merasa lelah dengan proses produksi yang bergerak lambat. 

Berkat revolusi industri, produk yang tadinya dibuat dengan tangan menjadi lebih cepat dikerjakan melalui mesin, meskipun masih sederhana. Penemuan mesin-mesin sederhana itu pula mendorong banyak “insinyur” muda untuk menjadi peneliti dan penemu. 

Akibat revolusi industri, perekonomian dunia bergeser dari ekonomi agraris yang mengandalkan tenaga kerja manusia 100 persen menjadi ekonomi industrial yang mengandalkan mesin dalam bekerja, bahkan untuk pekerjaan agraris. Pada masa ini, jika ingin terkenal dan menjadi bagian dari penemuan-penemuan baru, seseorang butuh menguasai ilmu Gambar Teknik, Fisika, dan Matematika. Gabungan ketiga ilmu itu saya sebut sebagai ilmu Mekanika. 

Dengan kata lain, kelahiran insinyur 1.0 berkaitan dengan penguasaan ilmu mekanika. Kejadian ini berlangsung di Inggris sejak pertengahan 1700-an dan seterusnya. Pada masa itu, mesin-mesin mulai dikembangkan untuk mempercepat proses produksi sehingga mampu menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar. 

Hal tersebut kemudian menciptakan “factory system” dan menyebar ke Amerika Serikat (AS) pada 1830-1840. Era ini dipercaya sebagai cikal bakal kelahiran mechanical engineer dan keilmuan mechanical engineering. 

Insinyur 2.0 dan teknik tenaga listrik 

Hiruk pikuk revolusi industri 1.0 terus berlangsung. Cara pembuatan baja, bahan kimia, dan listrik pun ditemukan sepanjang masa tersebut. 

Hal itu membuat para pelaku industri tergerak untuk memproduksi bahan bakar yang lebih bertenaga (Freeman, 2018). Sekitar 1840 dan seterusnya, dengan penemuan listrik sebagai “energi baru”, manusia mampu bepergian dengan kereta api dan mobil. 

Pelaku industri juga bisa membuat berbagai produk dengan jumlah lebih banyak dan cepat. Pada saat yang sama, ide dan berita menyebar melalui surat kabar, radio, dan telegraf. Hidup pun menjadi semakin cepat. 

Revolusi industri 2.0 dimulai pada abad ke-19 melalui penemuan listrik dan produksi jalur perakitan. Perubahan ini bisa dilihat dari cara Henry Ford (1863-1947) memproduksi mobil secara massal. 

Ia mengambil ide produksi massal mobil dari sebuah rumah jagal di Chicago, AS, yakni daging digantung di ban berjalan dan setiap tukang daging hanya melakukan tugas menyembelih hewan (Tapalaga, 2020). Henry menerapkan prinsip-prinsip ini ke dalam produksi mobil dan secara drastis mengubah kecepatan proses produksi. 

Satu stasiun memproduksi suatu komponen. Kemudian, komponen lain diproduksi secara parsial di ban berjalan. Hal ini jauh lebih cepat dan membutuhkan biaya lebih rendah. Semua ini dapat berlangsung karena peran “teknik tenaga listrik”. 

Para peneliti dan penemu mempelajari ilmu “teknik tenaga listrik” dengan lebih serius dan inilah keahlian sebagai ciri yang menjadikan mereka sebagai insinyur 2.0. Pada era ini, berbagai perguruan tinggi terkemuka di Eropa dan AS mengembangkan program studi Electrical Engineering (Taylor, 2021) serta menjadikannya salah satu bidang ilmu yang sangat elite dan didambakan pada era itu. 

Penguasaan komputasi dan pemrograman ciptakan insinyur 3.0 
Penemuan listrik membawa perubahan ekonomi secara mendasar. Kemampuan menciptakan listrik yang konsisten dan kontinu pun mendorong perkembangan teknologi komunikasi baru (Rifkin, 2011). 

Ketersediaan listrik terbarukan mampu mendorong penemuan dan inovasi di bidang komputasi. Revolusi industri 3.0 dimulai pada 1970-an melalui otomatisasi parsial menggunakan kontrol dan komputer yang dapat diprogram melalui memori. Proses tersebut tentunya sangat tergantung dengan listrik. 

Sejak pengenalan teknologi itu, seluruh proses produksi dapat diotomatisasi dengan bantuan minimal dari manusia. Pada era ini pula, robot-robot sederhana mulai dikembangkan. Robot ini diprogram dan dikendalikan melalui kabel dan jaringan. 

Ilmu komputasi dan pemrograman berkembang sangat pesat. Perguruan tinggi pun mulai berlomba-lomba membuka Program Studi Teknik Elektro (Electronics Engineering—bedakan dengan Electrical Engineering). Selain harus menguasai dasar-dasar ilmu teknik, mahasiswa harus menguasai ilmu komputasi dan pemrograman. 

Program Studi Teknik Elektro kemudian berkembang dan melahirkan Program Studi Teknik Komputer (Computer Engineering). Dewasa ini, program studi tersebut berkembang lagi menjadi lebih spesifik menjadi Informatika (Informatics) dan Sistem Informasi (Information Systems). 

Menurut cerita salah satu paman saya yang kuliah teknik di Jerman sekitar pertengahan 1970-an, pada saat itu, hanya siswa-siswi lulusan SMA terbaik yang dapat menempuh pendidikan tersebut. Bandingkan dengan saat ini, semua orang bisa belajar komputasi dan pemrograman tanpa harus kuliah di perguruan tinggi. 

Kemampuan baru tersebut menjadi ciri khas insinyur di era industri 3.0. Mereka dianggap kaum elite pada masa itu. 

Industri 4.0, insinyur, dan “digitalisasi manufaktur” buatannya 

Industri 4.0 muncul sebagai kelanjutan industri 3.0. Fokus awal perubahan ini adalah pada sistem produksi di lantai pabrik. 

Sistem produksi yang sudah memiliki teknologi komputer diperluas dengan koneksi jaringan dan memiliki “kembaran” digital di Internet. Internet pulalah yang menandakan perubahan signifikan dalam industri 3.0. 

Keberadaan internet memungkinkan komunikasi antara suatu fasilitas dan fasilitas lain di berbagai tempat yang berbeda dapat berlangsung. Masing-masing fasilitas, misalkan mesin, dapat “membaca” data dan informasi dari mesin lainnya sehingga sinergi dapat berjalan. 

Kemampuan melakukan sinergi antarfasilitas kemudian mendorong para insinyur untuk melakukan perubahan besar-besaran dalam sistem produksi. Lantai produksi di pabrik dikendalikan secara “cyber”. Sistem produksi ini dikenal sebagai “smart factory” atau “digital manufacturing” (Sunardi & Saputra, 2016). 

Contoh “smart” adalah ketika suatu mesin dapat memprediksi kegagalan dan memicu pemeliharaan mesin secara mandiri. Contoh lainnya, sistem logistik yang dapat menyesuaikan jadwal pick-up sebagai reaksi atas perubahan tak terduga dalam lantai produksi. 

Revolusi industri 4.0 memiliki kekuatan untuk mengubah cara orang bekerja. Industri 4.0 dapat menarik individu ke dalam jaringan yang lebih cerdas dengan potensi kerja yang lebih efisien. 

Digitalisasi lingkungan manufaktur memungkinkan metode yang lebih fleksibel untuk mendapatkan informasi yang tepat, kepada orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula. Peningkatan penggunaan perangkat digital di dalam dan di luar pabrik memungkinkan para insinyur memperoleh dokumentasi peralatan serta riwayat perawatan mesin secara lebih tepat waktu dan pada lokasi penggunaan yang juga tepat. 

Para Insinyur dapat memecahkan masalah dengan lebih cepat dan tidak membuang waktu untuk mencari sumber informasi teknis yang mereka butuhkan. Pasalnya, semua informasi sudah tercatat dan terdokumentasi secara otomatis menggunakan teknologi cloud. 

Singkatnya, industri 4.0 telah mengubah kebutuhan akan insinyur di berbagai belahan dunia dan jenis industri. Insinyur tidak hanya dituntut menguasai kemampuan teknis keilmuan dasarnya, tetapi juga mampu bekerja kolaboratif dan menguasai teknologi informasi. 

Menjadi insinyur 5.0 untuk saat ini dan masa depan 

Ketika Indonesia sedang berjuang untuk beradaptasi dengan industri 4.0, Jepang sedang mempersiapkan diri memasuki Society 5.0. Adapun Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang hidup nyaman karena semua kebutuhan akan produk dan jasa dapat disediakan sesuai jumlah yang diinginkan pada saat diperlukan. Hal tersebut bisa dimungkinkan berkat bantuan teknologi digital, khususnya big data, internet of things (IoT), dan artificial intelligence (AI). 

Cara kerjanya seperti berikut. Data terkait seluruh masyarakat yang berjumlah begitu besar (big data) beserta rekaman aktivitasnya akan dikumpulkan oleh IoT. Data ini akan ditransformasikan menjadi suatu jenis kecerdasan baru, yakni AI, dan akan menjangkau setiap sudut masyarakat. 

Inti dari Society 5.0 adalah menciptakan kondisi yang manusiawi, terutama saat seseorang memasuki masa pensiun dan harus hidup mandiri pada masa tuanya. Negara bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, terutama yang berkaitan dengan layanan umum serta kesehatan. Untuk memenuhi hal itu, pengelolaan data masyarakat dan seluruh aktivitasnya harus dapat terekam, terolah, dan terdistribusi sesuai kebutuhan. 

Sebagaimana dikutip dari laman Japan.go.jp, salah satu contoh visi Jepang dalam melayani masyarakatnya bisa dilihat dari penggunaan AI dan robot di fasilitas-fasilitas layanan kalangan lanjut usia (lansia). Dengan bantuan teknologi ini, mereka dapat terlayani sesuai kebutuhannya masing-masing. 

Insinyur pada era Society 5.0 dihadapkan dengan tantangan baru. Mereka membutuhkan berbagai soft skill untuk bisa menjadi “pelayan” masyarakat yang efektif dan penuh empati. Kemampuan akan psikologi sosial, bahasa asing, dan service excellence akan menjadi pendamping wajib berbagai hard skill terkait matematika, fisika, dasar-dasar rekayasa, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan. 

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Saat menerima The AFEO Distinguished Honorary Patron Award di Jakarta pada 11 September 2019 yang kebetulan saya turut hadir, Presiden Joko Widodo pernah mengingatkan bahwa Indonesia perlu menata database para insinyur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 

Database itu akan disinergikan dengan Pusat Manajemen Talenta yang dalam waktu dekat akan dibangun oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dapat memonitor dan mengembangkan kompetensi setiap insinyur agar lebih berdaya guna bagi masyarakat. 

Program Presiden tersebut jika ditelusuri merupakan visi beliau untuk menuju Society 5.0. Di era ini, peran insinyur akan sangat dominan. 

Secara matematis, Indonesia baru memiliki 2.671 insinyur per 1 juta penduduk. Angka ini tergolong kecil jika dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lain. Mengutip pemberitaan Kompas.com, Malaysia memiliki 3.333 insinyur, Vietnam 9.037 insinyur, dan Korea Selatan 25.309 insinyur. 

Peran penting insinyur dalam menyongsong Society 5.0 juga ditekankan Ketua Umum PII Heru Dewanto saat menjadi pembicara di webinar “Menjadi Insinyur Profesional Menuju Society 5.0”, Rabu (5/5/2021). Mengutip Kompas.com, Heru mengatakan bahwa keberhasilan dalam mengatasi masalah bumi tergantung pada insinyur. “Artinya, kita harus siap untuk menyelamatkan bumi. Kita, semua para insinyur, harus bisa mengatasi problem yang diciptakan (manusia) sendiri," ujar Heru. 

Heru menambahkan bahwa dalam konsep Society 5.0, insinyur tidak hanya bertugas menghasilkan inovasi untuk memajukan peradaban. Insinyur juga harus merumuskan masyarakat dunia seperti apa yang diinginkan. 

Menurutnya, tugas insinyur adalah menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada. Dengan demikian, tugas insinyur atau pendidikan teknik ialah menghasilkan para kreator atau para pencipta berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik. “Inilah makna sesungguhnya dari Society 5.0,” kata Heru. 

Insinyur 5.0 berperan menjadi penggerak kehidupan sosial masyarakat melalui kreativitas tanpa batas yang tentunya harus sesuai dengan tatanan nilai dan norma dalam masyarakat. Dengan kata lain, kebutuhan akan insinyur bakal terus bertambah. Namun, kesadaran akan peran penting insinyur belum menyentuh “hati” dan “logika” seluruh masyarakat sehingga animo untuk menempuh pendidikan teknik terbilang landai. 

Sebagai penutup, saya mengutip Babe Sabeni, bapak dari Doel di sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang kondang pada era 1990-an. “Yuk, jadi (tukang) Insinyur. Ini profesi yang mulia….” kata Babenya si Doel.

Sumber: www.kompas.com

Selengkapnya
Mengenal Insinyur 5.0, Profesi Harapan Bangsa di Era Sekarang dan Masa Depan

Keinsinyuran

Menteri Basuki Minta Insinyur Indonesia Terlibat Bangun IKN Nusantara

Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 26 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta Persatuan Insinyur Indonesia (PII) untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program-program pembangunan infrastruktur di Indonesia.  

PII diharapkan dapat berkontribusi dalam dukungan infrastruktur terutama Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. 

Selain di antaranya persiapan Presidensi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali, dan penataan kawasan Mandalika. 

“Kami mengapresiasi program Engineering 20 yang telah disiapkan PII untuk menyukseskan G20 di Bali. Selain itu, kami juga mengharapkan kontribusi PII dalam pembangunan IKN yang ditargetkan menjadi future city of Indonesia," kata Basuki dalam keterangannya, Rabu (26/01/2022). 

."Kita ingin pembangunan IKN ini dapat mencerminkan kecerdasan pembangunan infrastruktur Indonesia ke depan, sehingga pembangunan IKN ini harus dilakukan dengan kualitas yang terbaik menggunakan inovasi teknologi yang mutakhir,” lanjutnya.

Basuki menjelaskan pembangunan infrastruktur di Indonesia ditentukan oleh para insinyur.  
Karena itu, peran dan kompetensi para insinyur diharapkan dapat terus ditingkatkan terutama pada segi perencanaan dan pengawasan. 
"Seiring dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia, kualitas para insinyur Indonesia akan menentukan kualitas infrastruktur yang dihasilkan," tuturnya.  

Dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur Indonesia, diperlukan dukungan inovasi teknologi dan peningkatan jumlah serta kualitas insinyur profesional agar pembangunan infrastruktur dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta memiliki kualitas yang baik. 

PII harus mampu mengembangkan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas SDM di bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan serta mendorong inovasi teknologi bidang infrastruktur. 

Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan PII mempunyai dua tugas utama yaitu mengembangkan kompetensi para anggota agar menciptakan para insinyur yang profesional serta memberikan kontribusi pemikiran atau ide yang bisa dikembangkan untuk mendukung pemerintah dalam memajukan bangsa dan negara. 

PII berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan sarjana teknik dan akreditasi program sarjana teknik, meningkatkan para sarjana teknik menjadi insinyur, mendukung upaya peningkatan kuantitas dan kualitas profesi insinyur melalui sertifikasi. 

"Kemudian mendukung registrasi para insinyur melaksanakan praktek keinsinyuran, serta secara internasional mengembangkan mutual recognition insinyur Indonesia,” kata Danis.  

Danis berharap dengan melalui program-program tersebut dan disertai dukungan dari Pemerintah, khususnya Kementerian PUPR, PII dapat berkembang sebagai partner pemerintah dalam mengembangkan pembangunan di Indonesia.

Sumber: www.kompas.com

Selengkapnya
Menteri Basuki Minta Insinyur Indonesia Terlibat Bangun IKN Nusantara

Bina Konstruksi

Tol Cimanggis-Cibitung Seksi I Segera Beroperasi, Percepatan Pembangunan Ruas JORR II

Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 26 Februari 2025


Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) terus berupaya untuk menyelesaikan target pembangunan ruas-ruas tol baru, salah satunya yakni ruas Tol Cimanggis-Cibitung yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Jalan tol sepanjang 26,2 Km tersebut terdiri dari Seksi I (Junction Cimanggis - On/Off Ramp Jatikarya) sepanjang 2,8 Km dan Seksi II (On/Off Ramp Jatikarya-Junction Cibitung) sepanjang 23,4 Km, dimana untuk Seksi I saat ini sudah rampung konstruksinya dan siap operasi penuh.

Kehadiran ruas ini akan menambah kapasitas jalan dan melengkapi struktur jaringan jalan pada Kawasan Metropolitan Jabodetabek sebagai pusat kegiatan nasional.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, kehadiran jalan tol yang terhubung dengan kawasan-kawasan produktif akan dapat mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing investasi.

Jalan Tol Cimanggis – Cibitung Seksi I akan segera beroperasi setelah diterbitkannya Sertifikat Laik Operasi (SLO) oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR dan berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1540/KPTS/M/2020 tanggal 26 Oktober 2020 tentang Penetapan Pengoperasian Jalan Tol Cimanggis-Cibitung Seksi I (Junction Cimanggis - On/Off Ramp Jatikarya).

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit menyatakan, pengoperasian Seksi I Jalan Tol Cimanggis-Cibitung akan dioperasikan tanpa tarif mulai Selasa, 10 November 2020. “Dibukanya ruas ini tanpa tarif merupakan bagian dari sosialisasi kepada masyarakat hingga akhir November 2020,” ujar Danang.

Jalan tol ini akan menghubungkan akses jalan Cibubur ke Tol Jagorawi dimana kondisinya saat ini sudah sangat padat terutama pada jam kerja dan jam pulang kerja, sehingga diharapkan masyarakat pada kawasan tersebut memiliki jalur alternatif dalam mengurai kemacetan. Jika sebelumnya untuk menuju ke tengah akses jalan Transyogi/Alternatif Cibubur dari Tol Jagorawi dan sebaliknya bisa memakan waktu lebih dari 30 menit, kini dengan dioperasikannya Jalan Tol Cimanggis-Cibitung Seksi I hanya akan membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit saja.

Selanjutnya untuk pembangunan Seksi 2 ruas On/Off Ramp Jatikarya - Junction Cibitung saat ini progres konstruksinya telah mencapai 73 % dan ditargetkan konstruksinya selesai pada Maret 2021 mendatang. Pembangunannya dilaksanakan oleh BUJT PT Cimanggis Cibitung Tollways dengan kerjasama kepemilikan saham antara PT Waskita Toll Road, PT Bakrie Toll Indonesia, dan PT Bakrie and Brothers, dengan total investasi sebesar Rp10,6 triliun.

Jalan Tol Cimanggis - Cibitung dibangun dua arah dan masing-masing terdiri dari 3 lajur dengan menggunakan jenis perkerasan beton (rigid pavement).

Jalan Tol Cimanggis - Cibitung merupakan bagian dari 6 ruas Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR II), yang terdiri dari Jalan Tol Cengkareng - Batu Ceper - Kunciran (14,2 Km), Kunciran - Serpong (11,4 Km), Serpong - Cinere (10,1 Km), Cinere - Jagorawi (14,6 Km), Cimanggis - Cibitung (26,2 Km), dan Cibitung - Cilincing (34 Km).

Sumber: pu.go.id

Selengkapnya
Tol Cimanggis-Cibitung Seksi I Segera Beroperasi, Percepatan Pembangunan Ruas JORR II
« First Previous page 376 of 961 Next Last »