Petugas Darurat
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Petugas darurat sering kali bekerja dalam kondisi ekstrem yang membutuhkan fokus, ketahanan fisik, dan keputusan cepat. Kelelahan (fatigue) adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh petugas pemadam kebakaran, tenaga medis darurat, serta responden bencana lainnya, yang dapat menyebabkan kesalahan fatal dan menurunkan efektivitas respons terhadap situasi darurat. Laporan ini menguraikan risiko kelelahan, dampaknya terhadap kinerja responden darurat, serta strategi mitigasi yang dapat diterapkan oleh organisasi layanan darurat. Panduan ini dikembangkan oleh AFAC (Australasian Fire and Emergency Service Authorities Council), yang berperan dalam menetapkan pedoman keselamatan kerja bagi layanan darurat di Australia, Selandia Baru, dan wilayah Pasifik.
Metodologi dan Cakupan Studi
Dokumen ini disusun berdasarkan:
Studi ini menyoroti faktor penyebab kelelahan dalam operasi darurat, termasuk jam kerja yang panjang, tugas fisik berat, stres psikologis, dan gangguan pola tidur. Selain itu, laporan ini memberikan pedoman praktis tentang manajemen kelelahan melalui kebijakan shift kerja, strategi hidrasi, serta teknik mitigasi seperti jadwal istirahat dan penggunaan kafein.
Faktor Penyebab Kelelahan dalam Tugas Darurat
1. Jam Kerja yang Panjang dan Kurangnya Istirahat
2. Beban Kerja Fisik dan Lingkungan Ekstrem
3. Dampak Psikologis dan Stres Operasional
Dampak Kelelahan pada Kinerja Responden Darurat
1. Penurunan Konsentrasi dan Keputusan yang Buruk
2. Risiko Cedera dan Kecelakaan Kerja
3. Gangguan pada Kesehatan Jangka Panjang
Strategi Manajemen Kelelahan dalam Respons Darurat
1. Manajemen Jam Kerja dan Pola Shift
2. Peningkatan Pola Istirahat dan Nutrisi
3. Penggunaan Teknologi dan Pemantauan Kelelahan
4. Dukungan Psikologis dan Evaluasi Rutin
Kesimpulan
Laporan ini menegaskan bahwa kelelahan adalah ancaman serius dalam operasi darurat yang dapat mengurangi efektivitas respons, meningkatkan risiko kecelakaan, dan berdampak pada kesehatan jangka panjang petugas. Dengan menerapkan strategi mitigasi yang lebih baik, seperti manajemen jam kerja, peningkatan pola istirahat, penggunaan teknologi pemantauan, serta dukungan psikologis, organisasi layanan darurat dapat meningkatkan keselamatan dan kinerja tim mereka.
Sumber
Australasian Fire and Emergency Service Authorities Council. (2022). Managing Fatigue in Emergency Response (AFAC Publication No. 3051). Melbourne, Australia.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Kesiapsiagaan terhadap kebakaran dan keadaan darurat merupakan aspek vital dalam operasional layanan pemadam kebakaran. Studi ini menyoroti bagaimana pendekatan EPA dapat digunakan untuk menentukan skala layanan pemadam kebakaran di dua layanan pemadam kebakaran antarmunicipalitas (IMFRS) di Norwegia. Dengan menggunakan metode berbasis analisis risiko, penelitian ini memberikan wawasan tentang cara optimal mengalokasikan sumber daya pemadam kebakaran agar lebih efektif dalam menangani berbagai jenis insiden.
Konteks dan Tantangan dalam Kesiapsiagaan Pemadam Kebakaran
Layanan pemadam kebakaran menghadapi berbagai tantangan dalam menyusun rencana tanggap darurat. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya standarisasi dalam perencanaan darurat. Analisis menunjukkan bahwa perencanaan darurat di berbagai daerah belum memiliki standar yang seragam, sehingga pendekatan berbasis pengalaman subjektif sering digunakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, kesulitan menghubungkan analisis risiko dengan skalasi layanan menjadi masalah utama. Banyak layanan pemadam kebakaran tidak secara sistematis menghubungkan analisis risiko dengan jumlah personel dan peralatan yang dibutuhkan.
Kebutuhan akan model yang lebih terstruktur juga menjadi perhatian penting. Industri minyak dan gas di Norwegia telah menerapkan model EPA secara lebih ketat, yang berkontribusi terhadap tingkat risiko rendah. Namun, model ini belum sepenuhnya diadopsi dalam layanan pemadam kebakaran umum.
Metodologi dan Pendekatan yang Digunakan
Studi ini mengadopsi pendekatan berbasis analisis risiko yang melibatkan identifikasi risiko, analisis dan skalasi sumber daya, serta implementasi dan evaluasi strategi kesiapsiagaan. Identifikasi risiko dilakukan dengan menilai berbagai skenario yang dapat dihadapi layanan pemadam kebakaran. Kemudian, EPA digunakan untuk menentukan sumber daya dan struktur organisasi yang diperlukan. Setelah itu, efektivitas strategi kesiapsiagaan yang diterapkan dievaluasi untuk memastikan efisiensi respons dalam situasi darurat.
Temuan Utama dalam Studi
Paper ini menganalisis dua layanan pemadam kebakaran antarmunicipalitas. IMFRS-I, yang berlokasi di Norwegia Barat, melayani sembilan kotamadya dengan lebih dari 100.000 penduduk dan mengandalkan kombinasi petugas pemadam kebakaran penuh waktu dan paruh waktu. Layanan ini menganalisis 43 skenario risiko, dengan ancaman utama meliputi kecelakaan transportasi berat, kebakaran industri, dan kawasan hutan.
Sementara itu, IMFRS-II yang berada di Norwegia Selatan mencakup tujuh kotamadya dengan populasi sekitar 70.000 jiwa. Dengan delapan stasiun pemadam kebakaran dan 190 personel, layanan ini mengidentifikasi 49 skenario risiko, termasuk kebakaran di rumah sakit dan pusat perbelanjaan.
Beberapa kategori risiko yang diidentifikasi dalam kedua layanan ini mencakup kebakaran di laut, kecelakaan transportasi, kebakaran di bangunan tua, serta kebakaran dengan bahan berbahaya. IMFRS-I juga menghadapi risiko kebakaran industri dan kebakaran hutan, sementara IMFRS-II lebih menyoroti ancaman kebakaran di pusat perbelanjaan dan rumah sakit.
Skalasi Sumber Daya dalam Situasi Nyata
Paper ini memberikan contoh bagaimana layanan pemadam kebakaran menggunakan EPA untuk menentukan kebutuhan respons dalam insiden tertentu. Salah satu skenario yang dianalisis adalah kebakaran di bangunan tua yang padat penghuni di IMFRS-I. Dalam fase alarm dan mobilisasi, layanan pemadam kebakaran mengaktifkan alarm dan mengirim unit dalam waktu sekitar 20 menit. Setelah itu, mereka tiba di lokasi dalam waktu empat menit dan langsung melakukan koordinasi respons awal. Dalam tahap pemadaman dan evakuasi, sepuluh petugas tambahan dikerahkan untuk menyelamatkan penghuni dan menahan penyebaran api dalam waktu 15 menit.
Setelah api berhasil dikendalikan, fase stabilisasi berlangsung selama sekitar 80 menit dengan bantuan tanki air tambahan. Terakhir, tahap normalisasi yang mencakup pembersihan dan pemulihan lokasi memakan waktu hingga enam jam dengan bantuan dua petugas konservasi. Data menunjukkan bahwa respons yang lebih cepat dan lebih terorganisir memungkinkan layanan pemadam kebakaran mengendalikan kebakaran dalam waktu yang lebih singkat, mengurangi risiko cedera dan kerusakan properti.
Rekomendasi untuk Peningkatan Kesiapsiagaan Darurat
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi utama diberikan. Pertama, menerapkan EPA secara luas dapat membantu layanan pemadam kebakaran di berbagai negara meningkatkan kesiapan mereka. Kedua, diperlukan pengembangan standar nasional untuk perencanaan darurat agar semua layanan pemadam kebakaran dapat menghubungkan analisis risiko dengan pengelolaan sumber daya mereka secara lebih efektif.
Ketiga, peningkatan pelatihan berbasis skenario sangat dianjurkan. Latihan rutin yang berbasis EPA akan membantu memastikan kesiapsiagaan yang lebih baik dalam berbagai skenario darurat. Terakhir, kolaborasi antarinstansi harus diperkuat. Kerja sama antara layanan pemadam kebakaran, pemerintah daerah, dan lembaga tanggap darurat lainnya dapat meningkatkan efektivitas respons dalam menghadapi kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
Kesimpulan
Paper Emergency Preparedness Analysis oleh Sommer et al. memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana EPA dapat digunakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pemadam kebakaran. Dengan menerapkan metode berbasis analisis risiko, layanan pemadam kebakaran dapat lebih efektif dalam mengalokasikan sumber daya mereka dan merancang strategi respons yang lebih optimal.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan EPA memungkinkan layanan pemadam kebakaran menyesuaikan kapasitas mereka dengan skenario risiko spesifik, menghasilkan sistem tanggap darurat yang lebih efisien dan adaptif terhadap tantangan masa depan.
Sumber Artikel
Sommer, M., Rake, E.L., & Botnen, D. (2023). Emergency Preparedness Analysis: Planning the Emergency Response Arrangements for the Fire and Rescue Service. Western Norway University of Applied Sciences.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Kebakaran merupakan salah satu bencana paling merusak yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, infrastruktur, dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei untuk mengumpulkan data dari 210 penduduk dewasa di lingkungan Arepo, Ogun State. Dari total kuesioner yang dibagikan, 150 valid digunakan untuk analisis. Studi ini mengukur persepsi warga tentang penyebab utama kebakaran serta kesiapan mereka dalam menghadapi bencana dengan menggunakan skala Likert 5 poin.
Teknik analisis yang digunakan meliputi:
Penyebab Utama Kebakaran di Arepo
Hasil survei mengungkapkan bahwa kebakaran di Arepo paling sering terjadi di lingkungan perumahan, dengan insiden kebakaran di area pemukiman menduduki peringkat kedua tertinggi dari enam kategori lokasi kebakaran yang diteliti. Penyebab utama kebakaran di wilayah ini meliputi:
Sebagai contoh, dalam salah satu kejadian kebakaran besar di Arepo, kebakaran terjadi akibat korsleting listrik yang menyebar dengan cepat ke bangunan sekitar karena material bangunan yang tidak tahan api. Kurangnya sistem deteksi dini juga memperparah situasi.
Dampak Kebakaran di Arepo
Dampak kebakaran di wilayah ini cukup luas, mencakup:
Analisis ini sejalan dengan laporan National Emergency Management Agency (NEMA) yang mencatat bahwa di Lagos, Nigeria, tingkat kematian akibat kebakaran antara 2009-2014 mencapai 98,4%. Angka ini menunjukkan bahwa risiko kebakaran di Nigeria, termasuk di Arepo, masih sangat tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah di Arepo tidak dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran yang memadai. Meskipun 100% responden memiliki jalur keluar darurat, hanya 74,7% yang memiliki alat pemadam kebakaran, sementara keberadaan detektor asap dan alarm kebakaran masih kurang dari 65%. Selain itu, tidak adanya pos pemadam kebakaran di wilayah Arepo menjadi salah satu kendala utama dalam menangani kebakaran dengan cepat. Warga sering kali harus menunggu bantuan dari kota terdekat, yang menyebabkan keterlambatan dalam pemadaman api dan meningkatkan tingkat kerusakan.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa langkah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran di Arepo:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi Keselamatan Kebakaran
2. Membangun Pos Pemadam Kebakaran Lokal
3. Peningkatan Regulasi dan Infrastruktur
Kesimpulan
Dengan implementasi strategi yang lebih baik, diharapkan risiko kebakaran di Arepo dapat berkurang secara signifikan, serta menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi masyarakat setempat.
Sumber Artikel
O.C. Oloke, A.O. Oluwatobi, A. Oni, D. Oke. Assessment of Causes and Control of Fire Disaster in Arepo Neighbourhood, Ogun State, Nigeria. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, Vol. 993, 2022, 012004.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Liquefied Natural Gas (LNG) semakin menjadi bagian penting dalam industri energi global sebagai sumber energi yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil lainnya. Dengan perkiraan peningkatan kapasitas pencairan LNG hingga dua kali lipat pada tahun 2035, perhatian terhadap keselamatan fasilitas LNG semakin meningkat.
Pentingnya Keamanan LNG dan Respons Darurat
Fasilitas LNG memiliki potensi bahaya besar akibat sifat kriogenik LNG dan volatilitas tinggi dalam bentuk uap. Beberapa tantangan utama yang dihadapi industri LNG antara lain:
Metode Penelitian dan Studi Kasus
Sejak tahun 2005, Mary Kay O’Connor Process Safety Center (MKOPSC) di Texas A&M University telah melakukan serangkaian eksperimen dan simulasi teoritis untuk memahami lebih dalam perilaku LNG dalam berbagai skenario kebocoran dan mitigasi yang dapat diterapkan.
Hasil dan Temuan Penelitian
1. Penyebaran Uap LNG
Eksperimen menunjukkan bahwa penyebaran uap LNG sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, termasuk kecepatan angin dan kelembaban udara. Dalam beberapa skenario, penyebaran uap dapat mencapai jarak yang lebih jauh dari yang diprediksi oleh model tradisional, yang menunjukkan pentingnya penggunaan simulasi CFD dalam analisis risiko LNG.
2. Tumpahan LNG di Air
Ketika LNG tumpah ke air, terjadi pembentukan awan gas yang lebih cepat akibat perbedaan suhu yang ekstrem antara LNG (-162°C) dan air. Uji coba di BFTF menunjukkan bahwa tidak terjadi pembentukan kolam LNG di permukaan air, melainkan penguapan langsung yang menciptakan uap mudah terbakar dalam hitungan menit.
3. Penggunaan Water Curtain untuk Mengendalikan Penyebaran Uap LNG
Eksperimen menunjukkan bahwa water curtain dapat mengurangi penyebaran uap LNG dengan cara menghalangi pergerakan awan gas dan meningkatkan turbulensi udara yang mempercepat dispersi gas ke atmosfer. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada konfigurasi nozel dan kondisi angin di lokasi kejadian.
4. Efektivitas Expansion Foam dalam Mengendalikan Kebakaran LNG
Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa rekomendasi utama untuk meningkatkan keselamatan LNG dan respons darurat adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh MKOPSC menunjukkan bahwa keamanan LNG dan respons terhadap tumpahan dapat ditingkatkan dengan pendekatan berbasis eksperimen dan model simulasi. Dengan menerapkan strategi mitigasi yang lebih efektif dan berbasis data ilmiah, industri LNG dapat mengurangi risiko kecelakaan serta memastikan operasi yang lebih aman. Penerapan metode seperti water curtain dan expansion foam, serta penggunaan simulasi CFD untuk analisis risiko, diharapkan dapat menjadi standar dalam industri LNG untuk meminimalkan potensi bencana akibat tumpahan LNG.
Sumber Artikel
Kim, B. K., Ruiz, R., Zhang, B., Nayak, S., Mentzer, R. A., & Mannan, M. S. (2023). Recent Progress in LNG Safety and Spill Emergency Response Research. Texas A&M University System.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kebakaran merupakan aspek krusial dalam berbagai jenis bangunan, terutama di institusi pendidikan seperti sekolah dan universitas. Risiko kebakaran di lingkungan pendidikan meningkat akibat kurangnya kesadaran keselamatan, keterbatasan sistem pemantauan kebakaran, serta keterlambatan dalam merespons insiden darurat. Paper ini bertujuan untuk mengembangkan sistem manajemen keselamatan kebakaran berbasis Internet of Things (IoT) yang memungkinkan deteksi dini, pemantauan real-time, dan optimalisasi proses evakuasi. Penelitian dilakukan di Universitas Jeddah, khususnya di Kampus Al-Faisaliah untuk perempuan, sebagai lokasi uji coba sistem ini.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan utama. Pertama, analisis kebutuhan keselamatan kebakaran dilakukan dengan meninjau regulasi yang berlaku di Arab Saudi serta melakukan survei terhadap mahasiswa dan staf mengenai kesadaran mereka terhadap bahaya kebakaran. Kedua, sistem berbasis IoT dikembangkan dengan memasang sensor suhu, asap, gas, dan deteksi keberadaan manusia di dalam gedung, serta menghubungkannya dengan sistem pemantauan berbasis cloud. Ketiga, uji coba sistem dilakukan untuk mengevaluasi keakuratan deteksi kebakaran, efektivitas respons darurat, dan kecepatan sistem dalam mengirim notifikasi kepada petugas keamanan kampus.
Statistik Kebakaran di Arab Saudi
Berdasarkan data dari Saudi Civil Defense, setiap tahun terjadi lebih dari 42.000 kebakaran, dengan rata-rata 119 insiden per hari. Sebanyak 35,41% dari kebakaran tersebut terjadi di tempat kerja, termasuk sekolah dan universitas. Penyebab utama kebakaran meliputi permintaan termal berlebihan yang mencapai 37,71%, masalah listrik sebesar 22%, serta penggunaan sumber panas terbuka. Secara finansial, kebakaran di Arab Saudi menyebabkan kerugian mencapai 49 juta Saudi Riyal atau sekitar 13 juta dolar Amerika Serikat.
Kelemahan Sistem Keselamatan Kebakaran di Universitas Jeddah
Dari hasil survei dan observasi langsung di kampus, ditemukan bahwa tingkat kesadaran keselamatan kebakaran di kalangan mahasiswa dan staf masih rendah. Tidak adanya sistem pemantauan kebakaran yang aktif selama 24 jam memperbesar potensi keterlambatan dalam mendeteksi kebakaran. Selain itu, prosedur evakuasi belum tersosialisasikan dengan baik, sehingga banyak penghuni gedung tidak mengetahui jalur keluar yang aman saat terjadi keadaan darurat.
Salah satu permasalahan utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kurangnya sistem untuk melacak jumlah orang di dalam gedung saat terjadi kebakaran. Hal ini dapat memperlambat proses evakuasi karena petugas keamanan tidak memiliki data akurat mengenai siapa saja yang masih berada di dalam gedung.
Solusi Berbasis IoT untuk Manajemen Kebakaran
Sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sensor yang ditempatkan di seluruh gedung, termasuk sensor suhu, asap, dan gas beracun untuk mendeteksi kebakaran lebih awal. Sensor ini dapat membedakan antara kondisi normal dan keadaan darurat, sehingga dapat mengurangi alarm palsu yang sering terjadi pada sistem pemadam kebakaran konvensional.
Sistem ini juga dilengkapi dengan pemantauan real-time melalui dashboard berbasis cloud yang memungkinkan petugas keamanan untuk memantau suhu ruangan, tingkat asap, serta jumlah orang di dalam gedung secara langsung. Jika sistem mendeteksi parameter yang melebihi ambang batas, maka alarm akan berbunyi secara otomatis, disertai dengan lampu peringatan di dalam gedung. Selain itu, notifikasi segera dikirim melalui SMS ke ponsel petugas keamanan kampus, memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat.
Salah satu fitur unggulan sistem ini adalah kemampuannya untuk melacak jumlah orang yang berada di dalam gedung selama keadaan darurat. Data ini sangat berguna bagi tim pemadam kebakaran dalam menyusun strategi evakuasi yang lebih efektif, sehingga meminimalkan potensi korban jiwa.
Implementasi di Kampus Al-Faisaliah
Untuk menguji efektivitas sistem ini, uji coba dilakukan di Gedung 11, Universitas Jeddah. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem mampu mendeteksi kebakaran dalam waktu kurang dari 10 detik, jauh lebih cepat dibandingkan sistem manual yang mengandalkan alarm asap konvensional. Dengan sistem notifikasi otomatis, waktu respons petugas keamanan dapat dikurangi hingga 40%, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan lebih cepat.
Keakuratan sistem pemantauan mencapai lebih dari 90%, dengan tingkat alarm palsu yang sangat rendah, yaitu di bawah 5%. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan IoT dalam manajemen kebakaran dapat meningkatkan efektivitas sistem keselamatan secara signifikan dibandingkan metode konvensional.
Perbandingan dengan Sistem Konvensional
Dibandingkan dengan sistem pemadam kebakaran tradisional, sistem berbasis IoT yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki beberapa keunggulan utama. Pertama, deteksi kebakaran jauh lebih cepat karena menggunakan berbagai jenis sensor yang dapat mendeteksi suhu tinggi, asap, serta gas beracun secara bersamaan. Kedua, sistem notifikasi otomatis memungkinkan informasi darurat disampaikan secara langsung ke petugas keamanan tanpa perlu menunggu laporan dari penghuni gedung. Ketiga, kemampuan pemantauan real-time melalui dashboard berbasis cloud memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap kondisi di dalam gedung, memungkinkan respons yang lebih cepat dan terkoordinasi.
Selain itu, sistem ini juga mampu melacak jumlah orang yang berada di dalam gedung saat terjadi kebakaran, fitur yang tidak tersedia pada sistem konvensional. Dengan informasi ini, petugas pemadam kebakaran dapat menentukan strategi evakuasi yang lebih efektif dan memastikan tidak ada orang yang tertinggal di dalam gedung.
Rekomendasi untuk Implementasi Lebih Luas
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan keselamatan kebakaran di institusi pendidikan lainnya adalah:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem keselamatan kebakaran berbasis IoT memiliki potensi besar dalam meningkatkan keamanan di lingkungan pendidikan. Dengan fitur seperti deteksi dini, pemantauan real-time, serta notifikasi otomatis, sistem ini dapat mengurangi risiko kebakaran, mempercepat proses evakuasi, dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Implementasi sistem ini di Universitas Jeddah membuktikan bahwa penggunaan teknologi cerdas dalam manajemen kebakaran dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas respons darurat. Oleh karena itu, sistem serupa dapat diterapkan di kampus dan sekolah lain untuk meningkatkan keselamatan penghuni gedung serta meminimalkan potensi kerugian akibat kebakaran.
Sumber Asli Paper
Kamel, S., Jamal, A., Omri, K., & Khayyat, M. (2022). An IoT-based Fire Safety Management System for Educational Buildings: A Case Study. International Journal of Advanced Computer Science and Applications, 13(7), 765-771.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Kebakaran merupakan salah satu bencana paling destruktif yang dapat mengancam keselamatan manusia, infrastruktur, dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan data-driven dengan menganalisis data kebakaran dari tahun 1996 hingga 2021. Data yang digunakan mencakup:
Dengan data ini, penelitian membagi analisis pencegahan kebakaran menjadi tiga kategori utama: deteksi kebakaran dan gas, pencegahan kebakaran pada peralatan listrik, serta pencegahan kebakaran pada sistem energi generasi baru.
Hasil dan Pembahasan
Pencegahan kebakaran melalui deteksi dini menggunakan berbagai sensor, termasuk:
Penelitian menemukan bahwa rumah yang dilengkapi detektor asap memiliki tingkat kematian akibat kebakaran 50% lebih rendah dibandingkan rumah tanpa detektor. Faktor listrik merupakan penyebab utama kebakaran dalam bangunan, terutama akibat kegagalan mekanis, percikan busur listrik (arc fault), dan panas berlebih. Penelitian ini membahas beberapa inovasi dalam pencegahan kebakaran listrik, termasuk:
Studi ini menunjukkan bahwa peralatan listrik yang lebih tua memiliki risiko kebakaran yang lebih tinggi, sehingga inspeksi berkala dan pembaruan infrastruktur listrik sangat penting. Sumber energi generasi baru, seperti panel surya, sistem penyimpanan energi (ESS), dan sel bahan bakar hidrogen, memiliki risiko kebakaran yang unik.
Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa langkah strategis yang disarankan untuk meningkatkan pencegahan kebakaran:
Kesimpulan
Dengan implementasi strategi ini, diharapkan tingkat kebakaran dan dampaknya di Korea Selatan dapat dikurangi secara signifikan.
Sumber Artikel
Hoon-Gi Lee, Ui-Nam Son, Seung-Mo Je, Jun-Ho Huh, Jae-Hun Lee. Overview of Fire Prevention Technologies by Cause of Fire: Selection of Causes Based on Fire Statistics in the Republic of Korea. Processes, Vol. 11, 2023, 244.