Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 April 2025
Pendahuluan: Mengapa Industri Konstruksi Perlu Berubah?
Industri konstruksi telah lama diakui sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Pembangunan jalan, jembatan, gedung perkantoran, hingga perumahan menjadi indikator kemajuan suatu negara. Namun, di balik kontribusinya terhadap ekonomi, sektor ini juga menyumbang signifikan terhadap degradasi lingkungan. Emisi gas rumah kaca, eksploitasi sumber daya alam, dan produksi limbah dalam skala besar menjadi ancaman serius.
Dalam konteks ini, penelitian R. Gunawan dari Politeknik Raflesiamengangkat pentingnya material konstruksi berkelanjutan sebagai solusi untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Menggunakan metode studi literatur, riset ini memberikan tinjauan menyeluruh tentang rekayasa dan aplikasi material ramah lingkungan di bidang konstruksi.
Definisi dan Pentingnya Material Konstruksi Berkelanjutan
Material konstruksi berkelanjutan adalah bahan bangunan yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan sepanjang siklus hidupnya — mulai dari produksi, penggunaan, hingga pembuangan.
Beberapa kriteria material berkelanjutan antara lain:
Statistik Dampak Lingkungan Konstruksi
Data global menunjukkan bahwa industri konstruksi menyumbang sekitar 38% emisi karbon dioksida tahunan【sumber eksternal: GlobalABC 2020】. Ini memperjelas bahwa transformasi menuju praktik berkelanjutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Jenis-Jenis Material Konstruksi Berkelanjutan
1. Baja Daur Ulang
Baja adalah material yang dapat didaur ulang berkali-kali tanpa kehilangan kekuatannya. Dalam proyek berkelanjutan, baja daur ulang sering digunakan untuk struktur rangka, kolom, dan balok.
2. Beton Ramah Lingkungan
Pengembangan beton dengan bahan campuran seperti fly ash atau slag dari limbah industri mengurangi konsumsi semen Portland, yang terkenal menghasilkan emisi karbon tinggi.
3. Kayu Bersertifikasi
Kayu dari hutan yang dikelola secara lestari (misal: bersertifikat FSC) adalah pilihan utama. Kayu engineered seperti laminated timber bahkan menawarkan kekuatan lebih baik untuk bangunan besar.
Studi Kasus:
Proyek T3 Terminal di Bandara Changi Singapura menggunakan laminated timber sebagai struktur utama, berhasil menurunkan emisi konstruksi hingga 30% dibandingkan penggunaan beton konvensional【sumber: Changi Airport Group】.
Prinsip Rekayasa Material Ramah Lingkungan
Penelitian Gunawan menekankan bahwa rekayasa material ramah lingkungan meliputi:
Peraturan Pendukung di Indonesia
Dalam konteks lokal, implementasi material berkelanjutan didukung melalui:
Ini menunjukkan bahwa regulasi di Indonesia sudah memberikan dasar hukum untuk praktik konstruksi hijau, meski implementasinya di lapangan masih terbatas.
Aplikasi Material Berkelanjutan dalam Proyek Konstruksi
Menurut Green Building Council Indonesia (GBCI), terdapat tiga kriteria utama dalam memilih material:
Contoh Aplikasi Nyata:
Tantangan Implementasi di Lapangan
Meski potensi material ramah lingkungan besar, beberapa tantangan masih menghambat adopsinya:
Solusi yang Direkomendasikan
Kritik terhadap Studi dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Meskipun studi Gunawan memberikan dasar kuat tentang pentingnya material berkelanjutan, pendekatan literatur yang digunakan memiliki keterbatasan:
Sebagai pembanding, penelitian Gharehbaghi & Georgy (2019) mengembangkan model kuantitatif untuk memilih material ramah lingkungan berdasarkan emisi karbon, biaya, dan ketersediaan lokal, yang bisa menjadi pelengkap pendekatan Gunawan.
Masa Depan Material Berkelanjutan di Industri Konstruksi
Tren global mengarah pada inovasi material berkelanjutan, antara lain:
Prediksi Tren 2030
Menurut McKinsey Global Institute, adopsi material berkelanjutan diprediksi akan meningkat sebesar 50% hingga tahun 2030, didorong oleh regulasi ketat dan tuntutan konsumen akan bangunan hijau.
Kesimpulan
Material konstruksi berkelanjutan bukan lagi sekadar pilihan etis, melainkan kebutuhan nyata dalam menghadapi krisis iklim dan tekanan sosial-ekonomi masa depan. Penelitian R. Gunawan menegaskan pentingnya transisi ini melalui penggunaan material ramah lingkungan yang tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi dan kualitas hidup.
Untuk mempercepat adopsi material berkelanjutan, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sangat dibutuhkan. Di masa depan, inovasi di bidang material ini berpotensi merevolusi cara kita membangun dunia — membuatnya tidak hanya lebih kuat, tetapi juga lebih hijau.
Sumber:
Penelitian ini dapat diakses di Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, Volume 7 Nomor 1, 2024, melalui http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jrpp.
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 April 2025
Pendahuluan: Dari Limbah ke Potensi Bangunan Berkelanjutan
Industri konstruksi dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi dan limbah terbesar di dunia. Di Swedia sendiri, tercatat pada tahun 2020 sektor ini menghasilkan 14,2 juta ton limbah—mayoritasnya berasal dari pembongkaran bangunan, terutama material beton. Paradigma circular economy menjadi sorotan karena menjanjikan efisiensi sumber daya dan penurunan emisi karbon melalui prinsip daur ulang, penggunaan kembali (reuse), dan rekondisi bahan bangunan.
Namun, mengimplementasikan strategi reuse, khususnya pada beton struktural, bukan perkara mudah. Tesis ini hadir dengan fokus utama: mengidentifikasi hambatan utama dalam praktik reuse beton di industri konstruksi Swedia, sekaligus mengeksplorasi potensi solusi melalui studi kasus dan wawancara dengan para ahli industri.
Konteks Teoritis: Mengapa Beton dan Circularity Jadi Kunci?
Beton, sebagai material bangunan paling umum di dunia, menyumbang hingga 30 miliar ton konsumsi tahunan global. Meskipun dikenal tahan lama, produksi komponennya—terutama semen—menyumbang lebih dari 70% emisi karbon dalam sektor konstruksi. Maka reuse elemen struktural beton (seperti balok, kolom, dan panel pracetak) menjadi jalan strategis untuk mengurangi embodied energy dan emisi CO₂.
Konsep circular economy sendiri mendorong pendekatan desain dan pembangunan yang memungkinkan komponen dapat dibongkar, disimpan, dan digunakan kembali, alih-alih dibuang ke TPA. Namun, penerapannya masih terbentur berbagai hambatan.
Metodologi: Pendekatan Studi Lapangan dan Studi Kasus Återhus
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui:
Hasil Utama: 5 Kategori Hambatan Utama Reuse Beton
1. Hambatan Regulasi dan Standardisasi
Swedia belum memiliki standar nasional khusus untuk reuse beton struktural. Ketidakpastian hukum, kurangnya panduan teknis, serta dokumen pengujian menjadi kendala utama. Beberapa pakar menyebut sulitnya memberikan "jaminan mutu" terhadap material hasil bongkaran karena ketidaktahuan akan usia, riwayat kerusakan, atau kualitas struktur lamanya.
Catatan penting: Standar seperti EPBD, LCA, dan BREEAM digunakan dalam bangunan baru, namun belum terintegrasi dengan prinsip reuse secara formal.
2. Hambatan Ekonomi dan Pasar
Biaya tinggi untuk pembongkaran, transportasi, penyimpanan, dan pengujian material reuse.
Beton baru dari bahan mentah masih murah dan melimpah di Swedia, sehingga reuse kalah bersaing dari sisi harga.
Belum adanya model bisnis reuse yang matang, serta minimnya pusat distribusi atau pasar khusus untuk elemen bangunan bekas.
Studi pendukung: Biaya tambahan reuse bisa mencakup 15–25% lebih mahal dibanding penggunaan beton baru, tergantung kompleksitas proyek dan jenis elemen struktural yang digunakan.
3. Hambatan Penanganan Material dan Dokumentasi
Tidak adanya katalog material atau "paspor bahan" untuk elemen beton dari bangunan lama.
Proses identifikasi dan pelacakan riwayat material sangat minim.
Penyimpanan elemen besar seperti balok atau panel pracetak memerlukan fasilitas logistik khusus.
Solusi potensial: Pemanfaatan Building Information Modeling (BIM) untuk menciptakan material passport digital sejak tahap desain awal.
4. Hambatan Pengetahuan dan Budaya Industri
Kurangnya pemahaman di kalangan pelaku konstruksi, perancang, dan bahkan pengambil kebijakan.
Resistensi terhadap perubahan karena kekhawatiran atas kualitas, ketahanan, dan estetika produk reuse.
Budaya kerja yang masih linier dan terbiasa pada sistem "bangun-hancurkan-bangun lagi".
Komentar kritis: Edukasi berkelanjutan dan insentif bagi proyek percontohan reuse perlu lebih digalakkan.
5. Hambatan Teknis dan Struktural
Keterbatasan dalam pengujian material reuse, terutama untuk komponen struktural seperti balok atau kolom.
Banyak metode pengujian bersifat destruktif dan merusak elemen reuse.
Variasi ekspose dan desain elemen struktural dari masa lalu menyulitkan standar ulang.
Contoh konkret: Salah satu elemen hollow core slab diuji menggunakan metode rebound hammer dan pencitraan ultrasonik non-destruktif untuk menilai kepadatan dan ketahanan—prosedur ini masih dalam tahap pengembangan di Swedia.
Studi Kasus Återhus: Membangun Rumah dari Rumah
Proyek Återhus menjadi titik terang dalam praktik reuse beton di Swedia. Proyek ini menggandeng 14 mitra lintas sektor, seperti RISE, Akademiska Hus, NCC, dan Tyresö Municipality, serta didanai oleh Vinnova, lembaga inovasi pemerintah Swedia.
Fitur unggulan proyek:
Insight menarik: Proyek ini berhasil mengidentifikasi jenis elemen struktural dengan potensi reuse tertinggi berdasarkan nilai karbon dan kemudahan pembongkaran—yakni hollow core slab dan panel dinding modular.
Analisis Tambahan: Apa yang Perlu Dilakukan Selanjutnya?
Potensi Solusi:
Perbandingan dengan Studi Lain:
Dibanding studi Bertin et al. (2019) tentang reuse di Prancis, Swedia punya keunggulan dalam sistem riset, namun tertinggal dari sisi infrastruktur pasar reuse.
Dengan target Swedia yang baru 3,4% sirkular (data RISE 2023), potensi pertumbuhan reuse sangat besar.
Simpulan: Mewujudkan Bangunan Cerdas Energi lewat Beton yang Digunakan Ulang
Penelitian ini menegaskan bahwa reuse elemen beton bukan sekadar opsi ramah lingkungan, tapi kebutuhan strategis dalam menghadapi perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya. Walau tantangan besar—baik teknis, ekonomi, hingga budaya—masih membayangi, proyek seperti Återhus menunjukkan bahwa transformasi ini bukan mustahil.
Upaya membentuk pasar reuse, menciptakan standar baru, dan merancang bangunan masa depan yang siap dibongkar dan dipakai ulang adalah langkah realistis yang dapat diterapkan dengan kolaborasi lintas sektor.
Opini akhir: Di tengah tuntutan efisiensi karbon dan keterbatasan lahan, reuse bukanlah pilihan alternatif—tapi strategi utama menuju konstruksi yang benar-benar berkelanjutan.
Sumber Asli
John, B. & Krishnakumar, P. (2024). Energy Smart Innovation in the Built Environment: Study on Barriers to Reuse of Concrete in the Swedish Construction Industry. Master's Thesis, Halmstad University.
Link: https://www.diva-portal.org/smash/record.jsf?pid=diva2:1869373
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 April 2025
Pendahuluan: Mengapa Inovasi Jadi Tulang Punggung Industri Konstruksi?
Industri konstruksi saat ini menjadi pusat perhatian karena kontribusinya terhadap konsumsi sumber daya dan emisi karbon global. Dalam laporan L. Czarnecki dan D. Van Gemert (2017), ditegaskan bahwa konstruksi menyerap 42% total energi global dan menyumbang 35% emisi gas rumah kaca. Dalam konteks ini, inovasi dalam material konstruksi bukan hanya penting—ia adalah keharusan demi kelangsungan hidup planet ini.
Dengan penggunaan 20 miliar ton agregat, 4 miliar ton semen, dan 800 juta ton air setiap tahun, industri ini menjadi sorotan utama dalam diskusi pembangunan berkelanjutan. Maka, pertanyaan besarnya adalah: bagaimana kita berinovasi tanpa mengorbankan keamanan, estetika, dan ketahanan struktur?
Apa yang Dimaksud dengan Inovasi dalam Konstruksi?
Czarnecki dan Van Gemert mendefinisikan inovasi sebagai “eksploitasi ide baru secara sukses dalam praktik industri.” Dalam konteks konstruksi, ini mencakup:
Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam dunia konstruksi, "baru" tidak selalu berarti "lebih baik". Inovasi harus menjawab tantangan keandalan jangka panjang dan keselamatan pengguna, sesuai prinsip CPR-EU 305/2011.
Konservatisme vs Inovasi: Dilema Unik Dunia Konstruksi
Dalam dunia di mana kegagalan struktur bisa berujung pada tragedi, inovasi harus dijalankan dengan penuh kehati-hatian. Penulis menyoroti pentingnya prediksi masa pakai bangunan, yang menurut regulasi Uni Eropa, harus mampu bertahan lebih dari 50 tahun.
Contoh praktis: Gagalnya jembatan Morandi di Genoa (Italia, 2018) menjadi pelajaran mahal, namun berujung pada peningkatan standar material dan metode pemantauan struktur secara real-time melalui Internet of Things (IoT).
Belajar dari Alam: Biomimikri sebagai Inspirasi
Salah satu bagian paling menarik dari artikel ini adalah pendekatan biomimetik. Para penulis mengungkap bahwa banyak hewan telah mengembangkan “arsitektur” yang efisien:
Implikasi praktis: Gedung Eastgate Centre di Zimbabwe menggunakan sistem pendingin pasif yang meniru ventilasi sarang rayap, mengurangi kebutuhan AC hingga 90%.
Dari Zaman Batu ke BIM: Evolusi Teknologi Bangunan
Sejarah evolusi material konstruksi menjadi bukti bagaimana umat manusia berevolusi dari penggunaan daun dan tanah liat menjadi baja, beton, hingga kini smart materials dan nanoteknologi. Penulis menekankan bahwa tren yang menonjol adalah:
BIM kini menjadi alat revolusioner dalam mengintegrasikan desain, simulasi, dan manajemen proyek, memungkinkan kolaborasi lintas disiplin dan prediksi performa bangunan sejak tahap desain awal.
Menuju Nol Limbah: Tantangan & Peluang Industri
Konsep zero waste yang diusulkan dalam artikel sangat sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular. Dalam model ideal, limbah konstruksi tak hanya diminimalisir, tetapi diubah menjadi input produksi lain.
Strategi menuju “Zero Waste Construction”:
Statistik penting: Limbah konstruksi dan pembongkaran menyumbang hingga 30% limbah padat di banyak negara maju. Inovasi sistemik diperlukan untuk menurunkannya.
Studi Kasus: Prefab dan Material Inovatif
1. Beton Ramah Lingkungan (Green Concrete):
Inovasi ini menggantikan sebagian besar semen Portland dengan fly ash atau slag, mengurangi emisi CO₂ hingga 30%.
Contoh nyata: Proyek jalan tol di Swedia telah menggunakan beton ini sebagai solusi rendah karbon.
2. Panel Dinding Prefabrikasi dengan Insulasi Termal Aktif:
Inovasi ini menjawab tantangan efisiensi energi. Panel ini tidak hanya memisahkan ruangan, tetapi juga membantu mengatur suhu secara aktif.
3. Kaca Metalik Cerdas (Smart Glass):
Digunakan dalam façade bangunan tinggi, kaca ini dapat menyesuaikan transmisi cahaya dan panas, membantu efisiensi energi.
Inovasi Tidak Selalu “Canggih”: Perlu Validasi Ilmiah
Artikel ini mengingatkan bahwa tidak semua yang disebut “inovasi” benar-benar layak diterapkan. Banyak teknologi yang muncul dari jalur non-akademik (misalnya penemuan praktisi lapangan), tetap perlu verifikasi ilmiah dan uji performa jangka panjang.
Karena itu, pendekatan yang seimbang antara keinginan untuk maju dan kehati-hatian teknis sangat penting. Penulis menyebutnya sebagai “penyaringan rasional atas kemajuan”.
Tantangan ke Depan: Peta Jalan Inovasi Konstruksi
Artikel ini menyajikan peta tematik (keyword matrix) yang menunjukkan bidang prioritas inovasi:
Penutup: Masa Depan Inovasi Adalah “Kolaboratif dan Terbuka”
Kesimpulan yang ditawarkan oleh Czarnecki dan Van Gemert sangat relevan untuk masa kini: inovasi harus dilihat sebagai proses kolaboratif antara peneliti, praktisi, dan masyarakat. Kebutuhan manusia akan tempat tinggal yang aman, nyaman, dan lestari hanya bisa dijawab melalui inovasi yang etis dan berlandaskan sains.
Opini tambahan: Dalam era perubahan iklim yang cepat, keberlanjutan tidak bisa hanya jadi jargon. Regulasi seperti CPR-EU 305/2011 harus dipandang sebagai peluang, bukan beban. Dan inovasi, jika dijalankan dengan bijak, bisa menjadi jembatan menuju konstruksi yang tidak hanya modern, tapi juga ramah bumi.
Sumber Asli Artikel
Czarnecki, L. & Van Gemert, D. (2017). Innovation in construction materials engineering versus sustainable development. Bulletin of the Polish Academy of Sciences: Technical Sciences, Vol. 65(6), 765–771. DOI: 10.1515/bpasts-2017-0083
Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 24 April 2025
Metodologi Rekayasa Sistem (Systems Engineering/SE) dalam pengembangan produk menyatukan semua disiplin ilmu dan fungsi yang terkait untuk mencakup siklus hidup pengembangan sistem secara menyeluruh mulai dari konsep, desain, implementasi, operasi, pemeliharaan, hingga pensiun. Meskipun saat ini digunakan secara luas, Rekayasa Sistem masih memiliki arti yang berbeda untuk berbagai jenis produk, perusahaan, dan industri.
Baca terus untuk mengetahui rincian filosofi Rekayasa Sistem, prinsip-prinsip inti yang harus Anda ingat, dan berbagai langkah yang perlu Anda ambil untuk menerapkan pendekatan ini.
Apa yang dimaksud dengan proses rekayasa sistem?
Rekayasa Sistem adalah pendekatan interdisipliner yang dirancang untuk menciptakan sistem yang efisien dan sukses dengan tetap sesuai anggaran dan jadwal. Diciptakan pada tahun 1950-an, awalnya dimaksudkan untuk sistem pertahanan skala besar di AS, tetapi sejak saat itu berkembang menjadi disiplin ilmu yang lebih luas yang digunakan di seluruh industri sebagai pedoman pengembangan produk. Hal ini dapat diterapkan pada semua jenis pengembangan sistem, baik Anda sedang mengerjakan sistem pertahanan, kendaraan, peralatan rumah tangga, atau bahkan membangun rumah itu sendiri - Rekayasa Sistem dapat diterapkan secara luas untuk membantu mengelola kompleksitas.
Sebagai sebuah pendekatan, pendekatan ini memberikan penekanan khusus pada aspek-aspek prosedural berikut ini: memenuhi kebutuhan pelanggan, mendefinisikan persyaratan di awal siklus pengembangan, bekerja sama dengan para pemangku kepentingan, dan mendokumentasikan segala sesuatu dengan cermat di sepanjang prosesnya. Dengan menggunakan teknik Rekayasa Sistem, Anda dapat melanjutkan ke tahap sintesis desain dan validasi sistem dengan pandangan penuh terhadap masalah dan solusi yang Anda pikirkan.
Prinsip-prinsip dasar rekayasa sistem
Sebelum kita menyelami berbagai langkah Rekayasa Sistem, ada baiknya kita meninjau prinsip-prinsip inti yang membentuk metodologi ini sehingga Anda dapat menggunakannya untuk memanfaatkan manfaat Rekayasa Sistem semaksimal mungkin:
Mendefinisikan masalah sebelum mencari solusi
Ini mungkin terdengar jelas, namun banyak tim yang memulai proyek dengan solusi di atas meja sebelum masalahnya dianalisis secara menyeluruh. Dan ketika Anda memulai dari perspektif solusi, Anda mungkin akan mendefinisikan persyaratan dan risiko yang sesuai dengan solusi yang ada dalam pikiran Anda, alih-alih menggunakan proses desain Rekayasa Sistem untuk mengidentifikasi solusi terbaik yang mungkin untuk kebutuhan spesifik tersebut. Mungkin ada berbagai macam cara untuk menyelesaikan masalah yang ingin Anda perbaiki: kemungkinan besar Anda akan memilih yang terbaik jika Anda mendefinisikan masalahnya terlebih dahulu.
Libatkan para pemangku kepentingan sejak awal
Proyek yang paling sukses selalu melibatkan para pemangku kepentingannya di seluruh proses pengembangan produk. Hal ini berarti melibatkan pelanggan, pengguna, operator, tenaga teknis, dan pemangku kepentingan terkait lainnya secara berkala. Untuk alasan ini, pendekatan Rekayasa Sistem mencakup serangkaian tinjauan dan poin keputusan yang diimplementasikan untuk memastikan visibilitas, mendorong umpan balik awal dari semua orang yang terlibat, dan memastikan bahwa semua orang berada di halaman yang sama. Hal ini berlaku untuk fase definisi persyaratan awal dan sampai pada verifikasi dan penerimaan sistem. Hal ini memberikan banyak kesempatan kepada para pemangku kepentingan untuk memberikan umpan balik dan menyumbangkan wawasan serta masukan yang sangat berharga.
Memecah sistem menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
Sistem modern sangat luas dan kompleks, dan semakin kompleks setiap tahun dengan munculnya teknologi - belum lagi dengan semakin banyaknya varian produk. Salah satu prinsip utama dari strategi Rekayasa Sistem adalah memecah sistem yang besar menjadi beberapa subsistem kecil, lalu memecah subsistem tersebut menjadi komponen perangkat lunak dan perangkat kerasnya agar pengembangannya lebih mudah dikelola. Membangun komponen secara terpisah (dengan tetap memiliki gambaran keseluruhan sistem dan semua bagian yang bergerak) secara signifikan lebih mudah dilakukan. Kemudian komponen dan masalah apa pun yang mereka hadapi dapat dikuasai dan digabungkan kembali ke dalam sistem yang lebih besar.
Memastikan ketertelusuran di seluruh proses
Ini semua tentang kemampuan untuk menelusuri kembali langkah-langkah Anda untuk melihat apa yang telah berubah dan mengapa. Inilah sebabnya mengapa hubungan antara semua item dan tindakan dalam proses siklus hidup Rekayasa Sistem disebut ketertelusuran. Ketika Anda berpindah dari satu langkah ke langkah lainnya, penting untuk dapat menghubungkan langkah-langkah tersebut dan membuatnya terlihat oleh semua orang dalam tim (serta auditor).
Sebagai contoh, setelah Anda mendefinisikan persyaratan, Anda dapat menghubungkannya dengan kebutuhan pengguna, yang kemudian dihubungkan dengan risiko, pengujian, dan langkah-langkah verifikasi. Idealnya, setiap dan semua perubahan pada semua artefak ini juga dicatat untuk kontrol versi. Memastikan bahwa Anda memiliki langkah-langkah yang dapat dilacak di seluruh proses membantu semua orang tetap mengetahui perubahan, sehingga memungkinkan kolaborasi dan kepatuhan yang efektif saat diperlukan. Hal ini membantu analisis dampak yang lebih cepat dan efisien. Manajemen perubahan tidak akan menjadi mimpi buruk seperti dulu tanpa ketertelusuran.
Gambaran umum proses rekayasa sistem
Setelah kita meninjau prinsip-prinsip inti dari pendekatan Rekayasa Sistem, sekarang saatnya untuk memahami bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam proses pengembangan produk.
Rekayasa Sistem adalah tentang mencoba mengelola sistem melalui seluruh siklus hidupnya dan mengelola semua hubungan yang relevan dengan sistem lain yang terkait. Siklus hidup ini umumnya dibagi menjadi beberapa tahap, di mana masing-masing tahap memiliki karakteristik dan tujuannya sendiri. Buku Panduan Rekayasa Sistem INCOSE mendefinisikan 6 tahap siklus hidup umum yang dilalui oleh sebuah sistem: Konsep, Pengembangan, Produksi, Pemanfaatan, Dukungan, dan Pensiun.
Memahami kebutuhan untuk setiap tahap sejak awal akan membantu Anda memiliki definisi sistem yang lebih baik sejak awal. Mari kita ambil contoh baterai tertanam! Komponen semacam itu memiliki implikasi untuk berbagai pemangku kepentingan di sepanjang siklus hidup. Anda harus mempertimbangkan kasus penggunaan dan persyaratan serta bagaimana hal tersebut memengaruhi berbagai tahap siklus hidup dan pemangku kepentingan:
Untuk mendukung pengelolaan kompleksitas siklus hidup, standar telah ditetapkan dan diusulkan sebagai model referensi yang membantu mencakup semua aspek yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, ISO/IEC 15288 mendefinisikan kelompok proses berikut ini:
Rekayasa sistem dalam praktik
Mari kita lihat bagaimana semua ini bekerja dalam kehidupan nyata!
Langkah 0: input proses rekayasa sistem
Untuk memulai proses manajemen Rekayasa Sistem, pertama-tama Anda perlu menganalisis apa yang dikenal sebagai input proses. Input proses adalah berbagai kebutuhan dan persyaratan pelanggan, serta kendala proyek seperti waktu, anggaran, dan material misalnya. Input dapat mencakup berbagai macam informasi dan metrik untuk membantu memberikan konteks pada proyek yang akan Anda lakukan, mulai dari tujuan hingga ukuran keberhasilan, lingkungan, alat bantu yang tersedia, dll. Tujuan utama di sini adalah untuk memahami masalah atau status quo sebelum Anda memulai.
Langkah 1: analisis persyaratan
Berikutnya adalah tahap analisis persyaratan. Dengan menggunakan kebutuhan pelanggan yang diuraikan pada Langkah 0, Anda menganalisis persyaratan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang memungkinkan Anda untuk mendefinisikan serangkaian persyaratan fungsional dan kinerja yang konkret. Dengan kata lain: apa yang akan dilakukan oleh sistem, dan bagaimana cara melakukannya. Persyaratan yang diuraikan pada tahap ini harus jelas, mudah dimengerti, dan ringkas. Hal ini juga akan membantu tim menghasilkan batasan desain yang realistis dan mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi.
Langkah 2: kontrol analisis sistem
Ini adalah bagian dari proyek di mana Anda merencanakan pekerjaan dan aktivitas yang diperlukan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan proses Rekayasa Sistem dalam rekayasa perangkat lunak. Ini juga merupakan waktu untuk membuat penjadwalan dan perkiraan biaya. Terakhir, Anda akan menguraikan aktivitas manajemen teknis yang diperlukan untuk melacak proses pengembangan proyek dan dokumentasi seluruh proyek, memastikan ketertelusuran di setiap langkah.
Langkah 3: analisis fungsional/alokasi
Pada tahap ini, fungsi tingkat yang lebih tinggi dipecah menjadi fungsi tingkat yang lebih rendah dengan menggunakan analisis kebutuhan. Anda perlu melakukan ini untuk memberikan deskripsi setiap produk, apa yang dilakukannya, apa yang dibutuhkannya, dan bagaimana kinerjanya. Hal ini akan membentuk 'arsitektur' fungsional dari produk atau barang dan memungkinkan tim untuk memahami bagaimana semua bagian yang bergerak saling melengkapi. Hal ini juga memberikan tim dan manajemen lebih banyak visibilitas dan pemahaman tentang apa yang harus diprioritaskan dan di mana konflik mungkin muncul selama proses berlangsung.
Langkah 4: sintesis desain
Setelah arsitektur fungsional, Anda harus menentukan arsitektur fisik. Ini adalah fase di mana Anda menguraikan elemen perangkat keras dan perangkat lunak produk. Penting untuk dicatat bahwa setiap elemen membutuhkan setidaknya satu kebutuhan fungsional, tetapi dapat memiliki banyak kebutuhan di atasnya.
Ada beberapa teknik Rekayasa Sistem lainnya yang berulang kali terjadi saat Anda menjalani proses pengembangan. Teknik-teknik tersebut adalah:
Demikianlah: langkah-langkah inti yang membentuk proses manajemen rekayasa sistem! Meskipun detailnya mungkin berbeda dari satu industri ke industri lainnya dan dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, ini adalah elemen-elemen struktural yang akan konsisten di seluruh spektrum praktik Rekayasa Sistem.
Disadur dari: ptc.com
Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 24 April 2025
Pengembangan sistem adalah proses sistematis yang mencakup fase-fase seperti perencanaan, analisis, desain, penerapan, dan pemeliharaan. Di sini, dalam tutorial ini, kita akan berfokus pada:
Analisis sistem
Analisis sistem adalah proses pengumpulan dan penafsiran fakta, identifikasi masalah, dan penguraian sistem ke dalam komponen-komponennya.
Analisis sistem dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari suatu sistem atau bagian-bagiannya untuk mengidentifikasi tujuannya. Ini adalah teknik pemecahan masalah yang memperbaiki sistem dan memastikan bahwa semua komponen sistem bekerja secara efisien untuk mencapai tujuannya.
Analisis menentukan apa yang harus dilakukan oleh sistem.
Desain sistem
Ini adalah proses perencanaan sistem bisnis baru atau mengganti sistem yang sudah ada dengan mendefinisikan komponen atau modulnya untuk memenuhi persyaratan tertentu. Sebelum merencanakan, Anda perlu memahami sistem lama secara menyeluruh dan menentukan bagaimana komputer dapat digunakan dengan sebaik-baiknya agar dapat beroperasi secara efisien.
Desain Sistem berfokus pada cara mencapai tujuan sistem.
Analisis dan Desain Sistem (SAD) terutama berfokus pada:
Apa yang dimaksud dengan sistem?
Kata Sistem berasal dari bahasa Yunani, Systema, yang berarti hubungan yang terorganisir di antara sekumpulan komponen untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran yang sama.
Sistem adalah “pengelompokan yang teratur dari komponen-komponen yang saling bergantung yang dihubungkan bersama menurut suatu rencana untuk mencapai tujuan tertentu.”
Batasan-batasan dari sebuah Sistem
Sebuah sistem harus memiliki tiga batasan dasar diantaranya:
Sebagai contoh, sistem manajemen lalu lintas, sistem penggajian, sistem perpustakaan otomatis, sistem informasi sumber daya manusia.
Sifat-sifat sebuah sistem
Sebuah sistem memiliki sifat-sifat berikut:
Organisasi
Organisasi menyiratkan struktur dan keteraturan. Ini adalah pengaturan komponen yang membantu mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Interaksi
Interaksi ditentukan oleh cara komponen-komponen beroperasi satu sama lain.
Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi, departemen pembelian harus berinteraksi dengan departemen produksi dan penggajian dengan departemen personalia.
Saling ketergantungan
Saling ketergantungan berarti bagaimana komponen-komponen dari sebuah sistem saling bergantung satu sama lain. Agar dapat berfungsi dengan baik, komponen-komponen tersebut dikoordinasikan dan dihubungkan bersama sesuai dengan rencana yang ditentukan. Keluaran dari satu subsistem dibutuhkan oleh subsistem lain sebagai masukan.
Integrasi
Integrasi berkaitan dengan bagaimana komponen-komponen sistem dihubungkan bersama. Ini berarti bahwa bagian-bagian dari sistem bekerja bersama dalam sistem meskipun setiap bagian menjalankan fungsi yang unik.
Tujuan sentral
Tujuan dari sistem haruslah bersifat sentral. Tujuan ini bisa nyata atau dinyatakan. Tidak jarang sebuah organisasi menyatakan sebuah tujuan dan beroperasi untuk mencapai tujuan yang lain.
Para pengguna harus mengetahui tujuan utama dari sebuah aplikasi komputer di awal analisis untuk desain dan konversi yang sukses.
Elemen-elemen sistem
Diagram berikut menunjukkan elemen-elemen dari sebuah sistem
Sumber: tutorialspoint.com
Keluaran dan masukan
Pengolah (processor)
Kontrol
Umpan balik
Lingkungan
Batasan dan antarmuka
Jenis-jenis sistem
Sistem dapat dibagi menjadi beberapa jenis berikut:
Sistem fisik atau abstrak
Sistem terbuka atau tertutup
Sistem adaptif dan non adaptif
Sistem permanen atau sementara
Sistem alami dan sistem buatan
Sistem deterministik atau probabilistik
Sistem sosial, manusia-mesin, mesin
Sistem informasi buatan manusia
Sistem informasi buatan manusia dibagi menjadi tiga jenis
Model sistem
Model skematik
Model sistem aliran
Model sistem statis
Model sistem dinamis
Organisasi bisnis adalah sistem yang dinamis. Model dinamis mendekati jenis organisasi atau aplikasi yang ditangani oleh para analis.
Model ini menunjukkan status sistem yang sedang berlangsung dan terus berubah. Model ini terdiri dari -
Kategori informasi
Terdapat tiga kategori informasi yang berhubungan dengan tingkat manajerial dan keputusan yang diambil oleh para manajer.
Sumber: tutorialspoint.com
Kategori informasi
Informasi strategis
Informasi manajerial
Informasi operasional
Disadur dari: tutorialspoint.com
Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 24 April 2025
Apakah Anda tertarik untuk merancang alur kerja yang efisien, mengelola proses produksi, atau mengawasi operasi, teknik industri menawarkan beberapa peluang. Ini adalah bidang di mana Anda dapat menggabungkan kemampuan analitis Anda dengan hasrat Anda untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Apa itu teknik industri?
Teknik industri adalah bidang yang berfokus pada pengoptimalan sistem yang kompleks dengan menggabungkan prinsip-prinsip matematika, sains, dan teknik. Bidang ini melibatkan analisis dan peningkatan proses organisasi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas. Pada dasarnya, insinyur industri adalah pemecah masalah yang berfokus pada penyelesaian tantangan teknis untuk membuat sistem berjalan dengan lancar. Para profesional ini dapat menerapkan keahlian mereka di berbagai industri, seperti manufaktur dan distribusi, transportasi, logistik, perawatan kesehatan, teknologi, dan banyak lagi.
Gaji untuk insinyur industri
Saat mempertimbangkan jalur karir, gaji sering kali menjadi faktor penting bagi banyak orang. Untungnya, teknik industri menawarkan potensi gaji yang kompetitif. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, gaji rata-rata untuk insinyur industri adalah $95,300 pada tahun 2021. Tentu saja, gaji dapat bervariasi berdasarkan pendidikan, pengalaman, industri, dan lokasi geografis, jadi penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini saat memilih karier. Namun, dengan meningkatnya permintaan akan insinyur industri, para profesional di bidang ini kemungkinan besar akan mendapatkan posisi yang menguntungkan.
Pekerjaan untuk profesional teknik industri
Teknik industri membuka pintu ke berbagai peluang karier. Insinyur industri dapat bekerja dalam berbagai peran, termasuk:
Ini hanyalah beberapa contoh, dan insinyur industri dapat menemukan pekerjaan di hampir semua industri yang menghargai peningkatan dan pengoptimalan proses.
Pertumbuhan masa depan di industri
Masa depan teknik industri cukup menjanjikan, dengan tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan sebesar 10% (lebih cepat dari rata-rata) dari tahun 2021 hingga 2031, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Memperoleh gelar MSIE dapat memberikan para lulusan keunggulan kompetitif dalam industri yang sedang berkembang ini, karena gelar ini menunjukkan komitmen terhadap pertumbuhan profesional. Gelar ini juga dapat membuka pintu ke posisi manajerial dan kepemimpinan.
Gelar di bidang teknik industri menawarkan potensi keuntungan yang kuat atas investasi pendidikan Anda. Menurut ClearanceJobs.com, bidang ini menawarkan gaji rata-rata tertinggi, prospek pertumbuhan yang menjanjikan, dan sejumlah besar peluang kerja dibandingkan dengan disiplin ilmu teknik lainnya. Gelar master di bidang teknik industri dari LSU membekali mahasiswa dengan pengetahuan untuk mengatasi masalah yang kompleks dan menerapkan solusi inovatif, membuat mereka mampu memenuhi syarat untuk pekerjaan di bidang ini.
Temukan magister sains online di bidang teknik industri dari LSU
Jika Anda mempertimbangkan karier di bidang teknik industri, program MSIE online peringkat teratas dari LSU memberikan fondasi yang sangat baik. Gelar teknik industri online ini menawarkan fleksibilitas pembelajaran online dengan tetap mempertahankan ketelitian dan kualitas akademis yang terkait dengan gelar tradisional di kampus. Kurikulumnya mencakup berbagai topik, termasuk manajemen proyek, statistik, ergonomi, manufaktur, teknik di bidang kesehatan, serta rantai pasokan dan logistik. Program ini juga sengaja dirancang untuk jalur kelulusan yang efisien.
Ingin membaca lebih lanjut? Berikut adalah enam alasan mengapa MSIE online dari LSU sangat ideal bagi para profesional yang sudah bekerja.
Disadur dari: online.lsu.edu