Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 April 2025
Seiring pertumbuhan dan perkembangan bisnis, sistem mereka mungkin menjadi usang atau kurang efisien. Membuat pelengkap pada sistem yang sudah ada atau menggantinya sesuai kebutuhan sering kali membantu perusahaan meningkatkan kinerjanya. Untuk menyelesaikan proses ini secara efektif, para profesional bisnis yang tertarik untuk mengembangkan metode untuk meningkatkan efisiensi organisasi mereka dapat mengambil manfaat dari mempelajari analisis dan desain sistem.
Dalam artikel ini, kami mendefinisikan proses analisis dan desain sistem, menguraikan manfaat dari proses ini, dan membuat daftar tujuh alat dan teknik yang dapat membantu organisasi Anda dalam mengimplementasikan proses analisis dan desain sistem berikutnya.
Apa yang dimaksud dengan proses analisis dan desain sistem?
Analisis dan desain sistem adalah proses yang digunakan banyak perusahaan untuk mengevaluasi situasi bisnis tertentu dan mengembangkan cara untuk memperbaikinya melalui metode yang lebih optimal. Perusahaan dapat menggunakan proses ini untuk membentuk kembali organisasi mereka atau memenuhi tujuan bisnis yang terkait dengan pertumbuhan dan profitabilitas. Analisis dan desain sistem juga biasanya menekankan pada bagaimana sistem bekerja, hubungannya dengan subsistem lain, dan kemampuan keduanya untuk memenuhi tujuan tertentu. Hal ini sering kali melibatkan analisis kinerja sistem dan kualitas keluarannya.
Analisis sistem mengacu pada proses pengumpulan data, menginterpretasikan informasi, mengidentifikasi masalah, dan menggunakan hasilnya untuk merekomendasikan atau mengembangkan perbaikan sistem yang memungkinkan. Selama tahap ini, perusahaan juga dapat mengevaluasi kebutuhan bisnis di masa depan dan bagaimana perbaikan dapat menjawab kebutuhan tersebut. Desain sistem melibatkan proses di mana sebuah organisasi, dalam situasi yang tepat, mengembangkan sistem atau strategi yang lebih baru untuk melengkapi atau menggantikan sistem yang sudah ada. Siklus desain dan pengembangan ini meliputi perencanaan, analisis, desain, implementasi, dan pemeliharaan.
Terkait: 7 fase siklus hidup pengembangan sistem (SDLC)
Manfaat analisis dan desain sistem
Manfaat yang paling umum dari analisis dan desain sistem adalah memperbaiki sistem yang sudah ada dan menikmati peningkatan efisiensi operasional. Berikut adalah daftar manfaat lain yang dapat Anda dan organisasi yang mempekerjakan Anda nikmati dari praktik ini:
7 alat dan teknik analisis dan desain sistem
Pertimbangkan daftar alat dan teknik berikut ketika menggunakan analisis dan desain sistem di organisasi Anda:
Diagram aliran data (DFD) atau bagan gelembung
Teknik ini membantu organisasi dengan mengatur persyaratan awal dari sebuah sistem dalam bentuk grafis. Banyak perusahaan merasa teknik ini sangat membantu ketika pengguna menginginkan bahasa komunikasi yang jelas, namun desain sistem yang dibutuhkan masih belum jelas. DFD mengilustrasikan bagaimana informasi mengalir di antara berbagai fungsi sistem dan menunjukkan proses implementasi sistem saat ini. DFD juga meringkas informasi apa yang diproses oleh sistem, transformasi apa yang dilakukannya, di mana sistem menyimpan data, hasil apa yang dihasilkannya, dan ke mana hasil tersebut pergi. Desain grafis DFD sering kali membuat komunikasi lebih mudah antara pengguna dan analis atau analis dan perancang.
Diagram ini hadir dalam dua bentuk. DFD fisik menggambarkan bagaimana sistem saat ini beroperasi dan bagaimana sebuah organisasi dapat mengimplementasikan sistem yang baru. Ini mengungkapkan fungsi mana yang dilakukan sistem dan memberikan rincian tentang perangkat keras, perangkat lunak, file, dan orang. DFD logis hanya berfokus pada aliran data antar proses. DFD ini menggambarkan bagaimana bisnis beroperasi, bukan hanya sistem. DFD logis juga menjelaskan peristiwa sistem dan data yang diperlukan untuk setiap peristiwa.
Kamus data
Kamus data adalah wadah terstruktur untuk elemen data dalam suatu sistem. Kamus ini menyimpan deskripsi dari semua elemen data dalam diagram alir data. Elemen-elemen data ini dapat mencakup proses, rincian dan definisi aliran data, penyimpanan data dan data di dalam penyimpanan data tersebut. Kamus ini juga menyimpan informasi tentang hubungan antar elemen data. Kamus data umumnya meningkatkan komunikasi antara pengguna dan analis sistem. Kamus data juga merupakan bagian penting dalam membangun basis data karena analis dapat menggunakannya untuk memanipulasi dan mengontrol akses basis data.
Ada dua jenis kamus data. Kamus aktif berhubungan dengan database tertentu dan diperbarui secara otomatis dengan sistem manajemen data. Hubungannya dengan database tertentu terkadang membuatnya lebih sulit untuk mentransfer data. Kamus data pasif tidak terhubung ke server atau basis data tertentu, yang dapat meningkatkan upaya pemindahan data. Kamus ini tidak diperbarui secara otomatis dan memerlukan pemeliharaan manual untuk mencegah metadata yang tidak sinkron.
Pohon keputusan
Pohon keputusan membantu bisnis dalam mendefinisikan hubungan dan keputusan yang kompleks dalam diagram yang terorganisir. Diagram ini mengungkapkan kondisi dan tindakan alternatif dalam bentuk pohon horizontal dan menunjukkan kondisi mana yang dapat dipertimbangkan oleh organisasi terlebih dahulu, kemudian masing-masing dalam urutan kepentingan. Pohon keputusan menggambarkan hubungan setiap kondisi dengan tindakannya, yang memungkinkan analis untuk mempertimbangkan urutan keputusan dan mengidentifikasi yang terbaik. Hal ini menggambarkan representasi tunggal dari hubungan antara kondisi dan tindakan, yang dapat membatasi informasi tentang kombinasi tindakan lain yang dapat diuji oleh analis.
Tabel keputusan
Tabel keputusan dapat meningkatkan pemahaman umum tentang hubungan logis yang kompleks dengan menyediakan matriks baris dan kolom untuk mendefinisikan masalah dan tindakan yang mungkin dilakukan. Organisasi mungkin menemukan alat ini berguna dalam situasi di mana tindakan tertentu bergantung pada terjadinya satu atau kombinasi kondisi. Dalam tabel keputusan, aturan keputusan mendefinisikan hubungan antara keputusan, kondisi, dan tindakan. Berikut adalah komponen umum dari tabel keputusan:
Bahasa Inggris terstruktur
Analis sistem sering menggunakan bahasa Inggris terstruktur karena sering kali memberikan deskripsi yang lebih mudah dimengerti dan tepat dari suatu proses. Bahasa Inggris terstruktur sering kali membantu pengguna non-teknis untuk memahami desain program komputer dengan memisahkannya ke dalam langkah-langkah logis menggunakan kata-kata bahasa Inggris yang lugas. Organisasi dapat mengambil manfaat dari metode ini ketika mereka mempertimbangkan urutan dan perulangan dalam suatu program dan suatu masalah membutuhkan urutan tindakan dengan keputusan.
Proses ini dihasilkan dari bahasa pemrograman terstruktur berdasarkan logika prosedural yang menggunakan kalimat perintah dan konstruksi untuk melakukan operasi untuk suatu tindakan. Bahasa ini tidak mengandung aturan sintaks yang ketat dan mengekspresikan semua logika melalui struktur keputusan dan iterasi yang berurutan. Berikut ini adalah beberapa panduan yang biasanya diikuti oleh para profesional saat menggunakan Bahasa Inggris Terstruktur:
Pseudocode
Pseudocode biasanya menggunakan aturan struktural bahasa pemrograman normal, namun para profesional menggunakannya untuk interpretasi manusia, bukan untuk interpretasi mesin. Ini berarti bahwa pseudocode sering kali menghilangkan detail yang diperlukan untuk pembacaan mesin, seperti kode khusus bahasa. Pseudocode mengekspresikan logika dalam bahasa Inggris biasa dan sering kali menggunakan logika pemrograman fisik tanpa menggunakan pengkodean yang sebenarnya. Para profesional juga dapat menggunakan ini bersama dengan pemrograman terstruktur. Mereka biasanya membuat pseudocode saat pertama kali mengelola algoritma baru dan kemudian menerjemahkan kode tersebut ke dalam bahasa pemrograman target. Hal ini sering kali menggantikan diagram alir dalam sebuah program.
Simulasi
Simulasi biasanya melibatkan pengembangan model numerik yang menggambarkan aktivitas sistem dalam bentuk kejadian individu di segmen individu sistem. Metode ini membantu analis sistem melakukan investigasi pengujian terhadap model umum suatu sistem. Metode ini sering membantu organisasi mengevaluasi efek dari perubahan pada suatu proses atau segmen. Analis juga dapat menggunakan simulasi untuk memprediksi bagaimana sistem baru dapat berfungsi dan berkinerja dibandingkan dengan sistem yang lama.
Disadur dari: indeed.com
Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 April 2025
Apa yang dimaksud dengan sistem?
Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling terkait yang bekerja sama untuk mencapai tujuan atau fungsi yang sama. Sebuah sistem dapat berbentuk fisik, seperti mobil atau komputer, atau abstrak, seperti jaringan sosial atau model bisnis. Sistem juga dapat bersarang di dalam sistem yang lebih besar, seperti subsistem atau komponen sistem. Sistem dapat memiliki sifat yang berbeda, seperti kompleksitas, kemampuan beradaptasi, keandalan, dan efisiensi, yang memengaruhi kinerja dan perilakunya.
Mengapa menggunakan pemikiran dan rekayasa sistem?
Pemikiran dan rekayasa sistem dapat membantu Anda merancang sistem yang lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Dengan menggunakan pendekatan ini, Anda dapat mengidentifikasi akar penyebab masalah, hubungan antar elemen sistem, dan dampak potensial dari perubahan. Menerapkan proses yang terstruktur dan disiplin untuk mendefinisikan persyaratan sistem, merancang arsitektur sistem, menguji dan memvalidasi sistem, serta mengelola siklus hidup sistem juga bermanfaat. Selain itu, hal ini dapat membantu Anda menghindari jebakan umum dalam desain sistem seperti tidak memahami kebutuhan pemangku kepentingan, mengabaikan interaksi antar komponen, mengabaikan faktor eksternal atau kendala yang memengaruhi sistem, menciptakan konsekuensi yang tidak diinginkan atau loop umpan balik negatif, memperkenalkan kesalahan atau kerentanan dalam sistem, atau membuang-buang sumber daya.
Bagaimana cara menggunakan pemikiran dan rekayasa sistem dalam desain sistem Anda?
Untuk menggunakan pemikiran dan rekayasa sistem dalam desain sistem Anda, Anda harus mengikuti proses sistematis dan berulang yang melibatkan empat fase utama. Selama fase konseptualisasi, Anda mendefinisikan masalah atau peluang yang akan ditangani oleh sistem, mengidentifikasi pemangku kepentingan, batasan, tujuan, dan fungsi. Selain itu, Anda melakukan analisis awal terhadap konteks sistem, lingkungan, dan risiko. Fase desain melibatkan penentuan persyaratan sistem dan perancangan arsitektur sistem. Selain itu, Anda memilih komponen, teknologi, dan metode yang memenuhi persyaratan sistem. Selama implementasi, Anda membangun dan mengintegrasikan komponen serta mengujinya untuk memastikan komponen tersebut memenuhi persyaratan. Anda juga mendokumentasikan konfigurasi, operasi, dan pemeliharaan. Pada tahap evaluasi, Anda memvalidasi bahwa sistem telah memenuhi kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan. Anda juga mengevaluasi kinerja, perilaku, hasil, memantau operasi, dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan atau adaptasi.
Apa saja alat dan teknik untuk pemikiran dan rekayasa sistem?
Menerapkan pemikiran dan rekayasa sistem dalam desain sistem dapat difasilitasi dengan berbagai alat dan teknik, seperti diagram sistem yang merupakan representasi grafis dari struktur, perilaku, dan interaksi sistem. Model sistem adalah representasi matematis atau komputasi dari dinamika, fungsi, dan kinerja sistem. Standar sistem adalah pedoman dan praktik terbaik untuk desain, pengembangan, dan manajemen sistem. Selain itu, metode sistem adalah pendekatan sistematis dan terstruktur untuk desain, pengembangan, dan manajemen sistem. Semua ini dapat membantu memvisualisasikan dan mengkomunikasikan desain dan logika sistem, menganalisis dan memprediksi perilaku dan hasil sistem, memastikan kualitas, konsistensi, dan kompatibilitas sistem, serta merencanakan dan melaksanakan proses dan hasil sistem.
Apa saja contoh pemikiran dan rekayasa sistem dalam praktiknya?
Pemikiran dan rekayasa sistem banyak digunakan di industri kedirgantaraan, perangkat lunak, perawatan kesehatan, transportasi, dan energi, seperti Program Eksplorasi Mars NASA. Program yang kompleks dan ambisius ini membutuhkan pemikiran dan rekayasa sistem untuk menentukan tujuan, merancang arsitektur misi, mengintegrasikan elemen-elemen misi, serta mengelola operasi dan risiko. Layanan streaming Netflix juga mengandalkan pemikiran dan rekayasa sistem untuk memahami kebutuhan dan preferensi pengguna, merancang arsitektur layanan, memilih komponen dan teknologi, serta mengoptimalkan kinerja dan keandalan. Demikian pula, respons COVID-19 WHO membutuhkan pemikiran dan rekayasa sistem untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang, merancang strategi respons, mengoordinasikan kegiatan dan sumber daya, serta mengevaluasi efektivitas dan dampak.
Inilah hal lain yang perlu dipertimbangkan
Ini adalah ruang untuk berbagi contoh, cerita, atau wawasan yang tidak sesuai dengan bagian sebelumnya. Apa lagi yang ingin Anda tambahkan?
Disadur dari: linkedin.com
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 April 2025
Pendahuluan: Saatnya Beralih dari Material Konvensional
Industri konstruksi global saat ini tengah memasuki era transformasi besar, ditandai dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan. Seiring tantangan krisis iklim dan keterbatasan sumber daya alam, muncul tuntutan untuk menggunakan material yang tidak hanya kuat dan tahan lama, tetapi juga ramah lingkungan dan hemat energi. Editorial dari Mariaenrica Frigione dan José Luís Barroso de Aguiar dalam jurnal Materials menyoroti berbagai inovasi material yang menjanjikan solusi cerdas bagi masa depan industri konstruksi.
Strategi Pemilihan Material: Analytic Hierarchy Process (AHP)
Tahapan awal dalam proyek konstruksi—yakni pemilihan material—sering kali menentukan keberhasilan jangka panjang. Sayangnya, belum ada metode baku yang sistematis dalam hal ini. Lee dan timnya menawarkan solusi inovatif melalui pendekatan AHP (Analytic Hierarchy Process), yang terbukti efektif dalam menentukan kombinasi material terbaik untuk sistem panel beton komposit (Composite System Form). Model ini memungkinkan perbandingan objektif antar material berdasarkan kriteria performa, ekonomi, dan keberlanjutan.
Studi Kasus:
Penggunaan AHP dalam pembangunan perumahan hemat energi di Korea Selatan menunjukkan bahwa pemilihan bahan berlapis insulasi tinggi dan struktur komposit mampu menurunkan konsumsi energi hingga 30%.
Solusi Retak Beton: Shrinkage-Reducing Agent Generasi Baru
Masalah penyusutan beton pasca-pengerasan masih menjadi tantangan besar. Inovasi dari Masanaga et al. menghadirkan agen pengurang penyusutan (Shrinkage-Reducing Agent/SRA) tipe baru yang menunjukkan peningkatan daya tahan terhadap siklus pembekuan dan pencairan. Dengan analisis mekanisme molekuler, SRA ini terbukti mengurangi retakan mikro yang biasa terjadi pada beton konvensional.
Fakta Data:
Beton dengan SRA baru memiliki peningkatan ketahanan beku-cair hingga 20% dibandingkan dengan beton menggunakan SRA konvensional.
Limbah Industri sebagai Aset: Slag pada Aspal Daur Ulang
Terrones-Saeta dan rekan memanfaatkan slag dari ladle furnace sebagai bahan campuran dalam aspal daur ulang menggunakan teknik emulsifikasi dingin. Hasilnya? Jalanan yang tak hanya kuat, tetapi juga ramah lingkungan.
Insight Praktis:
Penggunaan slag dalam rekonstruksi jalan dapat mengurangi emisi CO₂ hingga 50% dibandingkan metode aspal panas tradisional. Ini menjadi solusi ideal bagi daerah tropis seperti Indonesia yang menginginkan jalan tahan panas dan hujan.
Mortar dengan PCM: Solusi Termal Inovatif
Kerjasama ilmiah antara Italia dan Portugal berhasil menciptakan mortar dalam ruangan yang mengandung Phase Change Material (PCM). PCM bekerja dengan menyerap atau melepaskan panas sesuai suhu lingkungan, sehingga menjaga kenyamanan termal dalam bangunan.
Statistik Penting:
Mortar berbasis semen dan gypsum yang mengandung PCM dapat menurunkan suhu maksimum dalam ruangan hingga 4°C saat musim panas dan menaikkan suhu minimum hingga 2°C di musim dingin.
Contoh Penerapan:
Gedung perkantoran di Lisbon yang menggunakan mortar PCM berhasil menekan penggunaan AC hingga 35% dalam satu tahun.
Mikroba dalam Beton: Revolusi Bioteknologi Konstruksi
Teknik Microbially Induced Calcium Carbonate Precipitation (MICP) menjadi bintang baru dalam perbaikan struktur beton. Chuo et al. meninjau berbagai jenis bakteri yang efektif dalam menciptakan beton swasembuh, sementara Imran dan tim menambahkan serat jute alami yang memperkuat ikatan dan mengurangi kerapuhan pasir biocemented.
Potensi Penerapan di Indonesia:
Dengan kondisi tanah labil di beberapa wilayah Indonesia, MICP dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kekuatan fondasi tanpa merusak ekosistem setempat.
Agen Penghambat Hidratasi: Peran Strontium dalam Semen
Penelitian Madej menunjukkan bahwa substitusi ion kalsium dengan strontium dalam senyawa Ca₇ZrAl₆O₁₈ menurunkan reaktivitas terhadap air. Temuan ini membuka jalan untuk desain aditif pengendali hidrasi semen yang lebih presisi, sangat penting untuk proyek konstruksi di iklim ekstrem.
Penguatan Alternatif: FRP dan Mortar Berbasis Serat
Fiberglass Reinforced Polymer (FRP) dengan ujung berkepala (headed rebars) yang dikembangkan Chin et al. meningkatkan daya rekat dan fleksibilitas pada sambungan beton pracetak. Di sisi lain, Angiolilli et al. menunjukkan bahwa mortar kapur yang diperkuat dengan serat kaca pendek memiliki kekuatan dan kelenturan lebih tinggi, sangat cocok untuk pelestarian bangunan bersejarah.
Highlight Industri:
Bangunan cagar budaya di Italia mulai mengganti metode konvensional dengan mortar ber-FRP ringan untuk memperpanjang umur struktur tanpa mengubah bentuk aslinya.
Simulasi Digital dan Perilaku Struktur Tipis
Kopecki et al. menggunakan simulasi numerik dan pengujian eksperimental pada struktur silinder berdinding tipis berbahan komposit untuk memahami distribusi tegangan dan regangan. Ini krusial dalam mendesain elemen struktural ringan dengan efisiensi tinggi.
Analisis Kritis & Opini
Inovasi dalam editorial ini menunjukkan tren konstruksi global yang tidak hanya berfokus pada kekuatan material, tetapi juga keberlanjutan dan efisiensi energi. Namun, masih ada tantangan besar dalam hal standarisasi dan penerapan skala besar. Banyak dari material inovatif ini masih dalam tahap eksperimen atau belum memiliki regulasi jelas, khususnya di negara berkembang.
Perbandingan dengan Penelitian Lain:
Jika dibandingkan dengan riset oleh Ghaffar et al. (2020) tentang beton berbasis biochar, maka PCM dan MICP masih lebih unggul dalam hal efisiensi energi dan kepraktisan penerapan pada struktur eksisting.
Kesimpulan: Masa Depan Konstruksi adalah Hijau, Pintar, dan Berbasis Ilmu
Editorial ini menyuguhkan gambaran menyeluruh tentang arah baru industri konstruksi, dengan material inovatif yang semakin canggih, efisien, dan ramah lingkungan. Dari mikroba hingga polimer, dari limbah industri hingga simulasi digital, semuanya menggambarkan evolusi sains yang luar biasa dalam mendukung pembangunan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan.
Sumber Referensi
Frigione, M., & Barroso de Aguiar, J. L. (2020). Innovative Materials for Construction. Materials, 13(5448). https://doi.org/10.3390/ma13235448
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 April 2025
Pendahuluan: Mendorong Perubahan dalam Konstruksi Lewat Inovasi Keberlanjutan
Sektor konstruksi memegang peran vital dalam krisis iklim dan transisi menuju ekonomi hijau. Meski peluang besar terbuka di pasar mitigasi perubahan iklim—dengan investasi global mencapai lebih dari 300 miliar USD per tahun—industri konstruksi justru dikenal lamban dalam mengadopsi inovasi keberlanjutan. Dalam disertasinya yang berjudul Evaluation of Sustainability Innovations in the Construction Sector, Juho-Kusti Kajander dari Aalto University menyoroti perlunya strategi evaluasi inovasi keberlanjutan yang sistematis, berbasis data, dan kolaboratif.
Kajander berpendapat bahwa keberhasilan inovasi tidak hanya diukur dari keunggulan teknisnya, melainkan dari seberapa baik inovasi tersebut dipahami, diterapkan, dan dievaluasi secara ekonomi oleh para pemangku kepentingan proyek—mulai dari klien, investor, hingga pengguna akhir.
Inovasi Keberlanjutan sebagai Peluang Bisnis: Paradoks di Sektor Konstruksi
Ironisnya, walaupun sektor konstruksi menyumbang 20% PDB dan 50–60% kekayaan nasional banyak negara, laju inovasi justru tertinggal dibandingkan industri lain. Kajander menyebutkan bahwa hambatan terbesar terletak pada sifat proyek konstruksi yang sekali pakai (one-off), fragmentasi aktor dalam rantai nilai, dan kecenderungan pengambilan keputusan berbasis intuisi, bukan data.
Contoh Nyata:
Studi McKinsey (2009) menyebutkan bahwa efisiensi energi bangunan bisa menyumbang pengurangan emisi karbon global sebesar 1,68 gigaton CO₂ jika dimaksimalkan. Namun implementasi di lapangan masih minim akibat kurangnya justifikasi ekonomi dari sisi kontraktor dan investor.
Dua Pilar Evaluasi Inovasi Menurut Kajander
Kajander menawarkan dua pendekatan evaluatif utama:
1. Keterlibatan Klien dan Jaringan Nilai
Inovasi yang sukses sering kali lahir dari proses kolaboratif antara kontraktor, klien, dan mitra rantai nilai. Dalam 44 proyek inovasi yang dikaji, hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi aktif klien mendorong ketepatan pengembangan produk/jasa serta adopsi teknologi baru.
Insight:
Pendekatan ini sejalan dengan Service-Dominant Logic (Vargo & Lusch), di mana nilai inovasi diciptakan bersama (co-creation), bukan hanya dikirim sebagai produk akhir.
2. Evaluasi Ekonomi: Event Study & Real Option Analysis (ROA)
Kajander mengintegrasikan dua metode evaluasi:
Kasus Aplikasi:
Dalam salah satu studi kasus, penggunaan sistem pemanas tanah terintegrasi dinilai menggunakan ROA dan menunjukkan potensi penghematan energi 20% dalam 15 tahun.
Studi Kasus dan Praktik Lapangan
Studi Kasus 1: Sistem Ventilasi Modular
Dalam proyek rumah sakit di Finlandia, tim Kajander mengevaluasi sistem ventilasi fleksibel dengan ROA. Hasilnya menunjukkan bahwa opsi fleksibilitas memiliki nilai tambah ekonomi signifikan karena bisa menyesuaikan kebutuhan ruangan di masa depan tanpa biaya konstruksi ulang.
Studi Kasus 2: Fleksibilitas Bangunan
Kajander juga menilai gedung perkantoran yang dirancang untuk fleksibilitas tata letak. Dengan pendekatan ROA, nilai opsi dari desain fleksibel memberikan ROI tambahan sebesar 8% dibanding gedung konvensional.
Pendekatan Mixed Methods: Menggabungkan Data Kualitatif dan Kuantitatif
Kajander menerapkan desain riset convergent mixed-methods—menggabungkan wawancara mendalam, studi kasus, data keuangan perusahaan, dan survei inovasi proyek. Pendekatan ini memungkinkan analisis dari berbagai sisi: teknis, manajerial, dan ekonomi.
Analisis Tambahan: Mengapa Evaluasi Inovasi Begitu Sulit?
Tantangan Umum di Lapangan:
Kajander mengusulkan solusi konkret berupa integrasi ROA dalam proses desain awal dan perencanaan keuangan proyek konstruksi.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Kajander memperkuat model evaluasi yang diusulkan Slaughter (2000), tetapi menambahkan metode kuantitatif yang terstruktur. Jika dibandingkan dengan penelitian Vimpari & Junnila (2015), Kajander lebih menekankan pada pendekatan sistemik dan kolaboratif.
Dampak Praktis Bagi Industri Konstruksi
Apa yang Bisa Dipelajari oleh Kontraktor dan Developer?
Opini dan Rekomendasi Penulis
Penelitian Kajander menghadirkan kontribusi penting untuk mempercepat transformasi sektor konstruksi. Namun, tantangan nyata tetap ada: bagaimana mentranslasikan model evaluasi ini ke dalam sistem tender dan regulasi yang masih cenderung konservatif.
Rekomendasi:
Kesimpulan: Evaluasi Inovasi adalah Kunci Menuju Masa Depan Bangunan Berkelanjutan
Inovasi keberlanjutan dalam sektor konstruksi tak cukup hanya dilahirkan—ia harus dinilai, dikomunikasikan, dan dibuktikan manfaatnya secara sistematis. Melalui pendekatan berbasis data dan kolaborasi seperti yang ditawarkan Kajander, dunia konstruksi dapat menjawab tantangan perubahan iklim dan tuntutan efisiensi ekonomi secara bersamaan.
Sumber Referensi
Kajander, J.-K. (2016). Evaluation of Sustainability Innovations in the Construction Sector. Aalto University. DOI/URN: http://urn.fi/URN:ISBN:978-952-60-6956-2
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 April 2025
Pendahuluan: Menantang Status Quo Inovasi dalam Industri Konstruksi
Industri konstruksi memegang peran strategis dalam perekonomian global, menyumbang sekitar 15% dari produk nasional bruto banyak negara. Namun ironisnya, industri ini justru dikenal stagnan dalam hal inovasi. Paper karya A.M. Blayse dan K. Manley berjudul Key Influences on Construction Innovation memberikan ulasan mendalam mengenai faktor-faktor kunci yang mendorong maupun menghambat inovasi dalam sektor konstruksi. Kajian ini tidak hanya menyusun daftar penyebab, tetapi juga menguraikan strategi praktis yang bisa diterapkan untuk memperkuat budaya inovasi di lapangan.
Definisi Inovasi dalam Konstruksi: Lebih dari Sekadar Teknologi Baru
Blayse dan Manley mengacu pada definisi inovasi dari Slaughter (1998), yakni penggunaan nyata dari suatu perubahan signifikan yang memperbaiki produk, proses, atau sistem yang sebelumnya belum digunakan oleh institusi terkait. Inovasi dalam konstruksi bisa bersifat:
Inkremental: Perbaikan kecil dari teknologi yang ada.
Radikal: Terobosan signifikan dalam ilmu atau teknologi.
Modular: Perubahan pada satu komponen.
Arsitektural: Perubahan hubungan antar komponen.
Sistemik: Inovasi yang saling terintegrasi.
Enam Faktor Utama yang Mempengaruhi Inovasi di Industri Konstruksi
Blayse dan Manley mengidentifikasi enam elemen inti yang sangat memengaruhi laju dan kualitas inovasi konstruksi:
1. Klien dan Produsen Material
Klien dengan pengetahuan teknis tinggi dan kebutuhan spesifik mendorong penyedia jasa untuk berinovasi. Misalnya, proyek rumah sakit pintar yang membutuhkan sistem HVAC berbasis IoT, secara otomatis menuntut integrasi teknologi baru dari produsen dan kontraktor.
Catatan Lapangan:
Dalam proyek konstruksi bandara di Sydney, klien meminta sistem pemrosesan bagasi otomatis. Hal ini mendorong integrasi teknologi AI oleh kontraktor, yang sebelumnya tidak pernah digunakan dalam proyek serupa.
2. Struktur Produksi
Konstruksi bersifat proyek-spesifik dan sementara, yang membuat aliran pengetahuan tidak berkelanjutan. Pengetahuan sering kali tidak terdokumentasi dengan baik, mengakibatkan terputusnya proses pembelajaran.
Fakta Tambahan:
Menurut McFallan (2002), lebih dari 95% kontraktor di Australia adalah usaha kecil-menengah (UKM) yang sulit membangun kapabilitas inovatif berkelanjutan karena keterbatasan sumber daya.
3. Hubungan Antaraktor
Hubungan kerja yang bersifat sementara atau loose coupling menyebabkan hilangnya pengetahuan kolektif dari proyek ke proyek. Namun, ketika hubungan ini diperkuat melalui kemitraan jangka panjang, inovasi menjadi lebih mudah berkembang.
Contoh Praktik Baik:
Perusahaan Jepang Shimizu Corporation menerapkan sistem rotasi personel antardivisi proyek untuk mempertahankan pengetahuan antar tim dan mempercepat adopsi inovasi.
4. Sistem Pengadaan (Procurement)
Kontrak lump sum tradisional sering menghambat inovasi karena tingginya risiko yang ditanggung kontraktor. Sebaliknya, model design-build dan project alliancing menciptakan ruang yang lebih luas untuk eksplorasi teknologi baru dan solusi kreatif.
Data Pendukung:
Studi oleh Walker et al. (2003) menunjukkan bahwa proyek alliancing meningkatkan tingkat inovasi sebesar 35% dibandingkan dengan pendekatan pengadaan konvensional.
5. Regulasi dan Standar
Standar berbasis performa (performance-based regulation) lebih ramah terhadap inovasi dibanding standar preskriptif. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada kapasitas regulator dalam memahami teknologi mutakhir.
Insight Tambahan:
Gann et al. (1998) menunjukkan bahwa regulasi yang terlalu spesifik dapat menyebabkan stagnasi teknologi karena pelaku industri takut menyimpang dari praktik yang disahkan secara hukum.
6. Sumber Daya Organisasi
Budaya inovasi, kapasitas teknis internal, kehadiran champion inovasi, serta proses dokumentasi pengetahuan menjadi penentu keberhasilan implementasi inovasi di tingkat perusahaan.
Studi Kasus dan Implementasi Nyata
Kasus 1: Proyek Crossrail di London
Menggunakan sistem BIM (Building Information Modeling) terintegrasi lintas kontraktor dan konsultan, proyek ini menunjukkan bagaimana struktur kerja kolaboratif dapat mempercepat pengambilan keputusan inovatif dan mengurangi biaya desain ulang hingga 25%.
Kasus 2: Allianz Stadium di Australia
Pendekatan project alliancing dan regulasi berbasis performa memungkinkan penggunaan material komposit baru yang lebih ringan namun tahan lama, menghemat 1.500 ton material struktural.
Opini dan Nilai Tambah: Menyiasati Hambatan Struktural
Salah satu kekuatan utama paper ini adalah penyajiannya yang sistemik, mencakup dimensi internal (organisasi) dan eksternal (regulasi, pasar). Namun, ada ruang penguatan berupa:
Penekanan pada transformasi digital seperti AI dan IoT dalam konstruksi belum dibahas dalam konteks inovasi terkini.
Keterlibatan pengguna akhir (end user) dalam proses inovasi jarang disinggung, padahal insight mereka dapat menjadi input penting dalam proyek publik.
Perbandingan:
Jika dibandingkan dengan riset Slaughter (1998) dan Kajander (2016), Blayse & Manley lebih komprehensif secara sistemik tetapi kurang fokus pada pendekatan kuantitatif seperti ROA (Real Option Analysis) dalam mengevaluasi nilai inovasi.
Rekomendasi Praktis: Menuju Industri Konstruksi yang Inovatif
Langkah-Langkah Strategis:
Kesimpulan: Inovasi Adalah Pilihan Strategis, Bukan Sekadar Opsi Tambahan
Inovasi dalam konstruksi bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari lingkungan yang dirancang untuk mendukung pembelajaran, kolaborasi, dan eksperimen. Paper ini menyajikan kerangka evaluatif dan praktikal yang dapat membantu aktor industri, pembuat kebijakan, dan akademisi dalam mendorong transformasi konstruksi ke arah yang lebih cerdas, efisien, dan berkelanjutan.
Sumber Referensi
Blayse, A.M. & Manley, K. (2004). Key Influences on Construction Innovation. Research funded by the Australian Cooperative Research Centre for Construction Innovation.
Tautan: https://eprints.qut.edu.au/
Konstruksi
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 April 2025
Pendahuluan: Tantangan Abadi dalam Produktivitas Konstruksi
Selama lima dekade terakhir, sektor manufaktur telah mengalami revolusi produktivitas besar-besaran. Sayangnya, industri konstruksi tertinggal, dengan banyak proyek besar yang melebihi batas waktu dan anggaran awal. Penelitian oleh Annika Pitkänen ini berfokus pada satu aspek krusial yang sering diabaikan dalam proyek konstruksi: material management, yaitu bagaimana pengelolaan material berperan besar dalam mengoptimalkan inventori dan meminimalisir limbah.
Berdasarkan studi kasus di sebuah perusahaan konstruksi Finlandia, penelitian ini mengupas tuntas bagaimana pendekatan Lean, Just-In-Time (JIT), dan integrasi teknologi modern dapat mendorong proyek konstruksi menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.
Pentingnya Material Management dalam Proyek Konstruksi
Manajemen material tidak sekadar tentang memastikan bahan tersedia di lokasi proyek. Ini tentang mengendalikan arus material — mulai dari pemesanan, penyimpanan, hingga penggunaannya secara tepat waktu dan tepat jumlah. Salah kelola material dapat memicu:
Menurut Pitkänen, keefektifan material management secara langsung berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Inventori yang berlebih menahan modal kerja, sedangkan limbah menggerus margin keuntungan.
Studi Kasus: Tantangan Riil di Lapangan
Dalam penelitian ini, beberapa kendala utama material management yang ditemukan di perusahaan konstruksi Finlandia antara lain:
Lean Thinking dan Just-In-Time: Solusi Efisien Mengurangi Limbah
Apa itu Lean Construction?
Lean dalam konstruksi bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas yang tidak menambah nilai, meningkatkan efisiensi, serta mengurangi pemborosan. Fokus utamanya:
Dalam konteks Finlandia, adopsi lean di industri konstruksi baru mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Konsep Just-In-Time (JIT) di Proyek Konstruksi
Mengadopsi prinsip JIT, perusahaan hanya memesan material "saat dibutuhkan" dalam jumlah "yang tepat". Ini terbukti:
Namun, suksesnya implementasi JIT mensyaratkan:
Data Lapangan: Angka yang Menegaskan Efektivitas
Dalam studi ini, implementasi konsep Lean dan JIT berpotensi memangkas limbah material hingga 20–30% dan mempercepat jadwal proyek sekitar 10–15%.
Transformasi Digital: Meningkatkan Efisiensi Material Management
Peran Building Information Modeling (BIM) dan Internet of Things (IoT)
Pitkänen menyoroti pentingnya teknologi baru seperti BIM dan IoT dalam material management:
Kombinasi keduanya membantu mengurangi kesalahan pengiriman dan meminimalisir stok berlebih.
Tantangan Adopsi Teknologi
Meski manfaat teknologi terbukti, banyak perusahaan konstruksi masih lamban berinvestasi karena:
Hal ini terutama berlaku di perusahaan kecil-menengah yang memiliki sumber daya terbatas.
Kritik dan Perbandingan dengan Penelitian Lain
Meskipun temuan Pitkänen memperkuat pentingnya Lean dan teknologi dalam konstruksi, perlu dicatat bahwa:
Implikasi Praktis untuk Industri Konstruksi
Berdasarkan analisis Pitkänen dan studi-studi pendukung, berikut langkah-langkah yang dapat diterapkan industri:
1. Peningkatan Pelatihan Lean dan JIT
Pelatihan intensif tentang konsep Lean dan JIT kepada semua level pekerja — dari manajemen hingga pekerja lapangan.
2. Kolaborasi Lebih Dekat dengan Supplier
Supplier harus dilibatkan lebih awal dalam proses perencanaan proyek untuk sinkronisasi jadwal pengiriman dan kebutuhan material.
3. Investasi Bertahap di Teknologi Digital
Alih-alih adopsi penuh sekaligus, perusahaan dapat mulai dengan pilot project kecil menggunakan BIM atau IoT untuk mengukur manfaatnya.
4. Penguatan Budaya Inovasi
Mendorong mindset inovasi di seluruh organisasi untuk menerima perubahan dan adopsi teknologi baru.
Masa Depan Material Management dalam Konstruksi
Dengan berkembangnya konsep Construction 4.0 — menggabungkan Big Data, AI, Blockchain, hingga Digital Twin — pengelolaan material akan menjadi semakin presisi, adaptif, dan efisien.
Namun, suksesnya transformasi ini bergantung pada:
Kesimpulan
Material management bukan hanya soal logistik; ia adalah pilar utama keberhasilan proyek konstruksi modern. Studi Pitkänen menegaskan bahwa dengan mengadopsi prinsip Lean, JIT, serta teknologi digital, perusahaan konstruksi tidak hanya dapat mengurangi limbah dan biaya, tetapi juga meningkatkan daya saing dan keberlanjutan jangka panjang.
Sumber:
Penelitian ini tersedia di Lappeenranta–Lahti University of Technology LUT